Part 18

4.7K 363 15
                                    

Tak terasa seminggu sudah berlalu, besok pagi adalah awal dimana Meera akan bekerja sebagai sekertaris pribadi suaminya sendiri. Sebenarnya Mario sudah melarang Meera untuk bekerja, namun Meera tetap ingin bekerja untuk mendapatkan uang sendiri. Toh, Lian tak melarang nya untuk bekerja.

Selama seminggu ini, hubungan Lian dan Meera juga semakin membaik. Lian tak sedingin saat pertama kali menikah, Lian justru lebih perhatian dan lebih banyak bicara. Lian juga memberikan Meera sebuah black card untuk kebutuhannya. Meera sempat menolak, namun Lian memaksanya dan itu juga sebuah bentuk tanggung jawab Lian sebagai seorang suami untuk memberikan Meera nafkah.

"Kenapa masih bengong? Tidur! Udah malam!" Tegas Lian

"Gabisa tidur mas" Balas Meera seraya menatap ke arah Lian

"Kenapa?" Tanya Lian

"Gatau" Balas Meera

"Gak sabar mau kerja besok ya?" Tanya Lian

"Maybe" Balas Meera

"Udah, gausah di pikirin. Enjoy aja, kamu kerja nya kan sama saya ini" Balas Lian

"Kamu jangan galak-galak ya mas" Ucap Meera

"Kenapa?" Tanya Lian

"Takut, kamu kalo marah lebih serem dari pada hantu" Balas Meera jujur

"Ck! Ya mangkanya kerja yang bener biar saya gak marah sama kamu" Balas Lian

"Iya iya"

"Tapi seminggu ini kamu emang banyak berubah sih mas, dari yang dulunya marah-marah Mulu. Ngomongnya irit, udah persis banget kek manusia kulkas. Tapi sekarang lebih ekspresif, lebih perhatian juga. Kamu mulai suka ya sama aku mas?" Goda Meera

"Gausah GR, saya lagi mencoba untuk menerima pernikahan ini aja" Balas Lian gengsi

"Yaudah sih, kalo mau mencoba menerima pernikahan ini. Ngomongnya jangan saya lagi dong mas. Aku kamu lebih enak di dengar tau. Kalo saya kesannya formal banget" Ucap Meera

"Saya gak terbiasa" Balas Lian

"Ya di biasain dong, namanya juga usaha"

"Aku juga awalnya susah, tapi setelah seminggu jalanin pernikahan ini sama mas. Aku juga mau belajar buat Nerima pernikahan ini dan Nerima mas di hidup aku. Jadi kita bisa sama-sama mulai belajar mas" Ucap Meera

"Iya, saya eh aku usaha in ya Al" Balas Lian

"Nah, gitu dong" Balas Meera

Meera sebenarnya tidak bisa tidur bukan karena ia memikirkan hari esok. Namun ia masih memikirkan ucapan Mario.

Flashback On

Meera sedang mengajak Mario untuk duduk santai di gazebo halaman belakang rumah. Lian tengah sibuk dengan laptopnya, sehingga hanya Meera dan Mario yang berada di halaman belakang.

"Meer" Panggil Mario

"Iya yah?" Tanya Meera

"Kamu sabar-sabar ya nak, sama anak ayah" ucap Mario

"Iya yah, Mas Lian kan udah jadi suami Meera. Jadi gimana pun sikap mas Lian, Meera akan tetap sabar dan ikhlas yah" Balas Meera

"Abi tumbuh dengan banyak luka di hidupnya Meer, dia pendam semua lukanya sendiri. Walaupun ayah tau seberapa sakitnya Abi, Abi tetap tidak mau berbagi sedikit pun kesaktiannya dengan ayah. Dia pendam semuanya sendiri"

LenteraWhere stories live. Discover now