Lentera

By DiayangbernamaDee

442K 30.9K 1K

Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas da... More

Perkenalan tokoh
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75
Part 76
Part 77
Part 78
Part 79
Part 80
Part 81
Part 82
Part 83
Part 84
Part 85

Part 42

4.6K 355 30
By DiayangbernamaDee

Sudah hampir sebulan, Lian tak bisa menemukan keberadaan Meera. Hidup Lian benar-benar berubah, tak punya semangat hidup, lebih emosional, badannya kurus, rambut tak rapi bahkan cenderung acak-acakan. Lian hanya memikirkan keadaan istri dan anaknya, ia bahkan jarang mau makan jika bukan Mario yang memaksanya.

Lian berkali-kali mencoba menghubungi nomor Meera yang tidak pernah aktif. Melacak ponsel Meera pun berujung nihil. Segala cara sudah Lian lakukan untuk mencari keberadaan sang istri, namun sampai sekarang masih belum ada titik terang dimana keberadaan Meera.

Lian juga sudah mengerti apa yang di lakukan oleh Jasmine hingga Meera sangat marah dan memilih meninggalkan Lian. Lian menemukan semua bukti foto, hasil USG bahkan video dewasa yang di edit sedemikian rupa oleh Jasmine menggunakan muka Lian dan dirinya.

Lian tentu sangat murka, Lian menyiksa Jasmine habis-habisan. Dia menyekap wanita itu di sebuah gudang kosong. Lian bahkan mempersilahkan semua bodyguard nya untuk menikmati tubuh Jasmine. Lian ingin hidup Jasmine tersiksa persis seperti dirinya yang tersiksa karena Meera meninggalkan nya. 

Lian tidak ingin jika Jasmine mati lebih dulu, yang Lian inginkan dia mati secara perlahan. Itu lah Lian, kejam dan tak berhati nurani, jika ada yang berani mengusik Keluarga nya. Lian juga ingin jika Meera nanti kembali pulang, Jasmine sendiri lah yang harus berkata sejujurnya jika semua yang ia katakan pada Meera adalah bohong.

"Kamu kemana sayang? Kamu gak kangen ya sama mas? Hmm? Mas kangen banget sama kamu sayang, mas hancur ketika kamu memilih pergi meninggalkan mas"

"Oh iya, Adek apa kabar sayang? Adek baik-baik saja kan? Pasti dong, anak ayah kan kuat. Adek harus jaga Ibun dimana pun Ibun berada ya nak. Maaf, ayah gak becus jagain kalian berdua. Maaf karena Ayah sudah nyakitin kalian berdua" Monolog Lian ketika melihat foto pernikahan nya dengan Meera

Disisi lain, jika kalian bertanya dimana Meera. Sejak sebulan yang lalu Meera berada di Surabaya.

Flashback On

Saat pertama kali ia memutuskan untuk pergi, Meera memilih untuk menghampiri teman kuliah nya yang tinggal di Surabaya dan berniat meminta pekerjaan padanya. Namun, malang nasib Meera. Ternyata teman dekatnya itu sudah lama pindah ke luar negeri karena ikut dengan suaminya.

Meera berniat mencari kos-kosan dan hidup dengan uang tabungan yang tersisa. Meera berjalan menyusuri kota Surabaya seorang diri, hingga ia pun lupa jika dirinya belum makan sedari siang. Saat berada di pinggir jalan raya, badannya terasa sangat lemas dan tiba-tiba Meera pingsan.

Saat terbangun, Meera sudah berada di sebuah kamar. Entah kamar siapa, Meera yang ketakutan pun langsung bangkit dari ranjang dan berniat pergi dari tempat itu. Namun, saat pintu kamar terbuka, Meera sangat kaget karena yang menolongnya adalah Nathan.

Ya, Nathan kakak Lian. Nathan memang sudah dua bulan tinggal di Surabaya. Mario meminta Nathan memimpin perusahaannya di cabang Surabaya. Nathan yang memang sudah berubah, akhirnya setuju dan mulai belajar mengelola perusahaan ayahnya. 

"Alhamdulilah, lu udah sadar Meer?" Tanya Nathan

"K - Kak Nathan?" Ucap Meera ragu

Nathan menarik lengan Meera lembut dan menuntun Meera untuk kembali ke ranjang.

"Ngapain sampe kabur ke Surabaya? Hmm? Gue tau lu lagi berantem kan sama Abi? Kenapa sampe harus kabur sih Meer? Lu gak mikirin anak lu? Kalo lu kenapa-napa gimana?"

"Untung tadi yang nemuin lu itu gue, gimana kalo orang jahat coba" Omel Nathan

"Kak, please. Jangan hubungin Mas Lian dan jangan kasih tau Mas Lian kalo gue disini. Please kak" Mohon Meera

"Kenapa? Dia suami lu, dia wajib tau dimana keberadaan lu" Tegas Nathan

"Gue lagi gamau ketemu sama dia kak"

"Kalo emang Kak Nathan ngasih tau gue disini, gue bakal kabur lagi dari sini. Gue gamau ketemu Mas Lian atau pun elu kak" Ancam Meera

Nathan nampak berpikir dengan ancaman Meera. Dia juga takut, jika adik nya ini pergi dari nya maka akan lebih bahaya lagi untuk hidup Meera kedepannya. Tidak ada yang mengawasinya, atau bahkan takutnya ada yang nekat berbuat jahat padanya.

Apalagi setelah dokter mengatakan pada Nathan, jika Meera terlalu banyak pikiran akan berpengaruh pada kandungannya. Nathan memang memanggil dokter kandungan untuk memeriksa Meera yang sedang pingsan tadi. Nathan sangat khawatir jika ia ikut mendesak Meera bertemu Lian. Itu malah memperburuk keadaan. Jadilah Nathan menuruti Meera.

"Yaudah Oke, gue gak bakal hubungin Lian. Asal lu istirahat dan gausah banyak pikiran ya. Lu tinggal disini aja bareng gue, lu di kamar ini. Gue di kamar sebelah. Kalo laper atau apa, lu masak sendiri bisa kan? Gue udah penuhin tuh kulkas bahan masakan, jadi bisa lu masak sendiri"

"Gue harus balik ke kantor, lu gue tinggal udah aman kan Meer? Tuh udah gue beliin makanan, lu makan. Jangan egois, anak lu butuh makan. Kalo lu kesel sama bapaknya, jangan lampiasin ke anak lu. Dia gak salah apa-apa. Oh iya, Habis makan baru lu minum obat lu. Oke" Ucap Nathan

"Iya kak makasih ya kak" Balas Meera

Flashback Off

Sudah hampir satu bulan juga, Meera merenungi masalah dalam hidupnya. Meera sangat rindu dengan suaminya, namun saat mengingat Lian. Meera juga mengingat semua yang di tunjukkan Jasmine padanya. Itu kembali membuat Meera sakit hati.

Hari ini, ia pun kembali memeriksa kan kandungan nya di rumah sakit di Surabaya. Namun kali ini berbeda, Meera justru di temani oleh Nathan. Nathan yang memaksa untuk menemani adik iparnya, karena ia juga khawatir jika Meera harus pergi sendiri di kota orang. Ya walaupun Surabaya tak sebesar Jakarta, tapi tetap saja namanya sial bisa terjadi kapan saja.

Selesai memeriksakan kandungannya dan mendengarkan dokter yang mengatakan  bahwa bayi di dalam perut Meera sangat aktif dan sehat. Meera dan Nathan bisa bernafas dengan lega. Pasalnya sebulan ini cukup menguras batin dan pikiran Meera, ia takut saja jika ini akan berdampak pada Kandungan nya. Namun, pikirannya salah. Lian benar, Lian selalu mengatakan bahwa anaknya hebat dan kuat, dan hari ini terbukti. Meera tersenyum, ia rindu dengan suaminya ia benar-benar merindukan Lian.

"Udah sebulan, mau sampe kapan lari dari masalah?" Tanya Nathan

"Entah lah kak, gue masih ngerasa gak siap buat ketemu Mas Lian" Balas Meera

"Lu harus segera selesaikan masalah lu Meer, kandungan lu udah enam bulan lebih. Kurang dari tiga bulan lagi lu lahiran, emang gamau di temenin Abi lahirannya?"

"Ayah sering telpon gue Meer, Lian sama hancurnya sama lu. Tiap hari dia gak pernah ke kantor. Dia selalu ngurung diri di kamar, dia jarang makan dan hidup nya gak keurus. Dia makan cuma karena ayah yang maksa, selebihnya dia gak bakal mau makan"

"Tiap tidur selalu ngigo nama lu, dia juga sering nangis tengah malem kata ayah. Dia bener-bener kehilangan lu Meer"

"Bukan hanya Abi, tapi Qeela dan Varro sama hancurnya karena kehilangan kabar tentang lu. Qeela bahkan sempat sakit dan di rawat karena kepikiran elu. Apa lu gak kasian sama semua orang yang sayang sama lu? Hmm?"

"Selesaikan masalahnya, dengerin penjelasan suami lu. Walaupun gue gatau masalah lu sama Abi gimana, tapi gue tau adik gue gimana Meer, walaupun kita gak pernah akrab. Gue udah kenal dia dari kecil dan gue tau karakter Abi gimana"

"Pikirin baik-baik omongan gue, jangan egois. Selesaiin sama Abi, ngomong dengan kepala dingin. Sebulan gue rasa udah cukup untuk lu dingin in kepala dan hati Lu. Kalo ngerasa udah gak ada harapan, lepasin Abi dan cari kebahagiaan lu sendiri. Jangan di gantung begini, kasian Adek gue Meer. Dia hancur karena kehilangan lu. Gue harap lu bisa mikirin omongan gue"

"Gue balik kantor dulu ya, lu istirahat aja" Ucap Nathan panjang lebar

Meera hanya menatap kepergian Nathan dengan senyuman miris. Dia benar-benar tak menyangka jika kepergian nya bisa membuat semua orang terluka.

"Kak Nathan benar, gue egois. Gue terlalu mentingin perasaan gue sendiri. Gue bahkan lupa ada Adek gue yang gue tinggal gitu aja. Hiks hiks maafin kakak Qeel, maafin kakak"

"Mas, sehancur itu kah kamu mas? Bukan kah seharusnya kamu sekarang sedang bahagia karena calon istri kamu sudah kembali mas? Hiks hiks kenapa mas? Kenapa kamu malah menyiksa diri kamu seperti itu mas?"

"Aku disini hanya mencoba untuk menenangkan hati dan pikiran ku mas. Semua fakta itu terlalu menyakitkan buat aku. Terlalu sakit mas hiks hiks" Monolog Meera

***

Saat ini Varro dan Qeela mencoba membujuk Lian untuk pergi ke rumah sakit. Karena sejak pagi Lian demam tinggi, dia hanya mengigo dan menyebutkan nama Meera. Mario bahkan sudah menyerah untuk membujuk Lian.

"Ayo yan, jangan nyiksa diri lu sendiri. Lu harus sembuh. Kita ke rumah sakit yaaa" Ucap Varro

"Biarin Ro, gue mau mati aja. Percuma gue hidup, Almeera dan anak gue udah ninggalin gue" Balas Lian pasrah

"Kak, Kak Lian gabole ngomong gitu kak. Kak Lian harus sembuh. Kita pasti bisa ketemu Kak Meera lagi kak" Bujuk Qeela

"Udah sebulan dek, udah sebulan. Kita gak bisa nemuin Almeera. Dia bener-bener pergi dari hidup Kak Lian" Balas Lian lemas

"Lu harus sembuh, gimana kalo tiba-tiba orang suruhan lu nemuin Meera tapi lu malah sakit begini. Lu gabisa nyamperin Meera kan? Ayo mangkanya ke rumah sakit" Bujuk Varro

"Gue gapapa, gue kuat. Gue bisa, walaupun nyusul Al ke luar negeri sekarang juga gue bisa" Balas Lian

"Ck, yaudah deh terserah lu"

"Gue panggil dokter aja kesini, bebal banget lu. Ini demi kesehatan lu Yan, emang lu yakin mau mati sekarang? Emang lu gamau lihat anak lu lahir? Hah? Lu gamau liat muka anak lu nanti??" Bujuk Varro

Ternyata ucapan Varro berhasil membuat Lian kembali memiliki semangat.

"Lu bener Ro, gue harus sehat. Gue harus sembuh. Gue mau lihat anak gue Ro, gue mau lihat dia lahir nanti. Gue mau lihat jagoan gue lahir Ro. Ayo anter gue ke rumah sakit, gue mau sembuh Ro" Ucap Lian semangat

Varro dan Qeela saling memandang lalu tersenyum.

"Alhamdulilah" Ucap Varro dan Qeela bersama

"Yaudah yuk, kita periksa. Iya lu harus sehat, lu harus jagain jagoan lu nanti" Balas Varro

"Iya kak, kurang dari tiga bulan jagoan kak Lian lahir. Jadi Kak Lian harus sehat-sehat biar bisa makin semangat cari Kak Meera nya. Oke" Ucap Qeela

"Iya dek, kamu dan Varro bener. Kak Lian gamau dan gak akan biarin Kak Al melahirkan jagoan Kak Lian sendirian. Kak Lian harus nemuin Kak Meera dan harus dampingin dia lahiran nantinya" Balas Lian

***

Kini Varro dan Qeela berada di ruang rawat inap Lian. Setelah di periksa dokter, Lian di haruskan untuk dirawat inap sehari guna memberikan infus dan cairan vitamin di tubuh Lian.

"Ro, ajak Qeela pulang ya. Gue gapapa kok sendirian disini" Ucap Lian lemas

"Kak, udah gapapa. Qeela pulang sendiri ya, biar Mas Varro yang jagain Kak Lian disini. Qeela jagain ayah di rumah, kasian ayah sendirian di rumah" Timpal Qeela

"Gak dek, Kak Lian gak bakalan ngizinin kamu pulang sendirian. Ini udah malem, bahaya" Tegas Lian

"Iya sayang, aku anter kamu dulu ya. Nanti aku balik kesini buat jagain Lian" Balas Varro

"Gak balik juga gapapa Ro, lu nginep aja di rumah jagain Qeela sama ayah. Gue aman sendiri disini" Ucap Lian

"Aman aman, lu ke kamar mandi aja oleh tadi. Udah diem, gue nanti balik kesini setelah anter Qeela"

"Lagian di rumah lu itu udah ada dua satpam yang jagain, belum lagi satpam komplek. Jadi gue yakin aman, walaupun ayah dan Qeela di rumah" Tegas Varro

"Yang di bilang Mas Varro bener kak, mending Kak Varro disini aja jagain Kak Lian" Balas Qeela

"Iya iya yaudah, gue nurut kalian aja deh" Balas Lian pasrah

"Oke, pamit duluan ya. Ntar gue Balik" Ucap Varro

"Kak, Qeela pamit dulu ya. Besok Kak Lian udah harus sembuh. Oke" Timpal Qeela

"Aamiin, doain ya dek" Balas Lian

Setelah kepergian Varro dan Qeela. Lian mengambil ponselnya di nakas dan memandang galeri ponselnya.

"Hay saayaanngg, selamat malam. Maaf ya, hari ini mas absen cari kamu. Mas lagi drop nih, mas sakit sayang. Mas lemah ya sayang, baru gini aja udah drop haha"

"Biasanya kalo lagi sakit gini, Mas bisa manja sama kamu sayang. Tapi sekarang mas sendiri, mas gabisa manja sama kamu. Gak ada yang buatin teh jahe lagi buat mas, kalo mas lagi sakit gini. Mas kangen sayang, mas kangen kamu dan anak kita. Pulang ya sayang, mas akan jelasin semuanya sama kamu" Monolog Lian sembari memandang foto Meera di ponselnya

***

Di lain tempat, kini Meera sudah memasak makan malam untuknya dan Nathan. Nathan juga sudah pulang dari kantor sedari tadi, namun ia tetap berada di kamarnya. Nathan baru keluar setelah mendengar suara adik iparnya memanggil namanya.

"Masak apa lu meer?" Tanya Nathan

"Masak udang asam manis sama sayurnya capcay kak. Kak Nathan mau kan?" Tanya Meera

"Hahaha lu kangen Abi ya? Ini kan makanan kesukaan dia semua"

"Tapi it's okay. Gue juga suka kok Meer" Ucap Nathan

Meera baru sadar jika apa yang dikatakan Nathan benar. Ini masakan kesukaan suaminya, Meera tak sadar saat memasaknya tadi. Mungkin memang benar jika Meera sangat merindukan suaminya itu.

"Woy, malah ngelamun! Ayo makan, gue udah makan lu malah ngelamun" Ucap Nathan mengagetkan Meera

"Eh iyaiya kak" Balas Meera kikuk

Saat Meera beranjak dan hendak meninggalkan meja makan. Nathan menahan Meera untuk tetap duduk di kursinya.

Nathan mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Meera foto Lian yang sedang berbaring lemah di rumah sakit dengan tangan yang sudah di infus.

"Gak kasian sama laki lu?"

"Gue gak bohong kan, apa yang gue katakan tadi bener. Liat laki lu sekarang keadaannya gimana? Apa masih kurang lu hukum dia sebulan ini Meer? Hmm?" Tanya Nathan

"Kak, gue masih butuh waktu" Ucap Meera dingin dan langsung pergi meninggalkan meja makan

Selesai membereskan semua yang ada di meja makan, Meera memutuskan kembali ke kamarnya dan menguncinya.

Meera menangis sejadi-jadinya disana. Dia benar-benar tak tega melihat keadaan suaminya, suaminya nampak kurus dan tak terurus. Apalagi saat ini ia tengah terbaring lemah di rumah sakit, ini sungguh berhasil membuat hati Meera semakin sakit di buatnya.

Meera juga bingung dengan perasaannya, apa dia sudah siap untuk bertemu kembali dengan Lian? Apa hatinya sanggup untuk kembali bertemu dengan Lian setelah melihat semua bukti dari Jasmine? Apakah dia siap mendengar semua penjelasan dari mulut Lian? Apa kah siap?

Itu semua menghantui pikiran Meera, ia benar-benar kalut dan tidak bisa berpikir. Apalagi setelah melihat keadaan Lian yang menurut nya cukup memprihatinkan. Lelakinya itu sudah tidak memiliki badan yang tegap dan gagah, kini ia hanya bisa melihat badan yang kurus dan lesu. Rambut yang berantakan dan baju yang sangat lusuh. Sungguh, Lian nya kini jauh berbeda dari pertemuan terakhir mereka di kantor waktu itu.

***

Kini Varro sudah kembali ke rumah sakit menemani Lian.

"Gimana keadaan si Jasmine yan? Masih lu sekap tuh manusia?" Tanya Varro

"Jelas, tapi dia gabole mati sebelum dia sujud dan minta maaf di kaki Al. Gue gak bakal bunuh dia sebelum Al ketemu" Balas Lian

"Lu gak takut, kelakuan lu kecium polisi? Kenapa lu senekat ini sih yan, perasaan dulu lu emang kejam tapi gak segini nya deh" Balas Varro

"Gue begini juga karena ulah dia sendiri Ro, dia yang berani masuk dan usik keluarga gue! Dia yang bikin Al ninggalin gue! Dia! Si jalang gatau diri itu! Dengan semua drama dan fitnahan dia berhasil bikin Al percaya sama dia dan akhirnya ninggalin gue sendiri di sini Ro!"

"Lu bilang gue tega? Jelas, gue bahkan bisa lebih tega dari ini. Gue gak bakal maafin dia yang udah berani merusak kehidupan rumah tangga gue!" Jawab Lian

"Jangan bilang, yang nyebarin video dia itu juga perintah elu?" Tanya Varro

"Video apaan?" Tanya Lian

"Video bokep si Jasmine anjirr, masa lu gatau?" Tanya Varro

"Beneran gue gatau anjing! Video apaan sih?" Tanya Lian

"Ya si Jasmine di pake sama anak buah lu, dua lawan satu. Tapi video nya gak nampakkin muka tuh dua lelaki sih, cuma muka si Jasmine jelas banget. Mana dia menikmati banget lagi, emang cocok tuh jalang jadi pemeran bokep. Bukannya tersiksa malah keenakan" Ucap Varro

"Serius lu? Sumpah gue gatau soal ini"

"Tapi kenapa lu malah yakin dan nuduh itu kerjaan orang-orang gue? Bisa jadi kelakuan tuh jalang emang dari dulu begitu, tapi baru aja kesebar" Ucap Lian

"Eh iya juga sih, soalnya muka dua lelaki nya kagak jelas. Tapi badannya keker-keker kek orang orang elu disana. Jadi gue mikirnya ya orang suruhan elu yang video dan nyebar" Balas Varro

"Bukan urusan gue, gak peduli juga gue. Gue emang mempersilahkan mereka sih buat make tuh jalang sepuas mereka. Asal jangan buat dia mati, itu aja pesan gue" Balas Lian

"Terus lu udah berhasil nemuin video aslinya belum? Buat lu tunjukkin ntar ke Meera, biar Meera percaya kalo video itu editan. Yang di dalam video itu bukan elu tapi orang lain?" Tanya Varro

"Udah dari kapan tau, gue berhasil nemuin video aslinya. Gue bahkan udah tau siapa yang di suruh Jasmine buat edit tuh video"

"Dan lu mau tau faktanya gak?" Tanya Lian

"Apaan?" Tanya Varro

"Yang ada di dalam video itu emang si Jasmine, dia udah rencanain ini semua dengan baik. Dia sengaja buat penawaran dengan si editor itu, intinya dia bakal bayar duit + ML sama dia seminggu full sama tuh editor. Asal bisa editin video mereka dan muka si cowok di ganti dengan muka gue"

"Gue udah simpen bukti dari tuh editor, kalo dia bohong. Dia bakal habis sama gue, gue juga udah bawa bukti bakal laporin dia ke polisi kalo dia main-main sama gue"

"Kenapa gue gak laporin dia ke polisi sekarang, karena dia udah mau jujur sama gue, dan ngasih file aslinya sama gue cuma-cuma. Dia disini juga cuma di jadiin alat tuh jalang buat hancurin hidup gue. Jadi gue masih bisa buat maafin dia dan gak berbuat aneh-aneh sama dia" Balas Lian

"Anjirr tuh cewek, bisa banget manfaatin cowo lewat selangkangan nya ya. Emang dasarnya udah jadi jalang kelas kakap" Timpal Varro kesal

"Hmm nyesel gue dulu pernah Deket dan hampir nikah sama tuh cewek" Ucap Lian

"Untung lu bro, gak jadi nikah sama dia. Kasian Otong lu, masuk ke lubang bekas orang-orang" Balas Varro

"Bener, ngeri HIV aja sih gue, kalo dulu gue  jadi nikah sama dia" Timpal Lian

"Ish, nauzubillah. Jangan sampe deh, ngeri anjirr" Balas Varro

Lian kemudian diam dan kembali menatap layar ponselnya. Varro pun bisa melihat jika Lian sangat merindukan Meera, namun saat ini yang bisa Lian lakukan hanya bisa memandangi istrinya itu lewat layar ponselnya.

***

Keesokan harinya, Nathan pergi ke kantor sangat pagi karena ia harus meeting.

Nathan mengetok pintu kamar Meera yang masih tertutup. Maksud Nathan hanya ingin pamit pada adiknya itu.

Tok tok tok.

"Meer, udah bangun belum?" Teriak Nathan

Ceklek

Pintu kamar Meera terbuka

"Kenapa kak? Loh masih jam 7 udah rapi banget kak?" Tanya Meera

"Iya, gue ada meeting pagi sama klient. Gue cuma mau pamit Ama lu. Takutnya lu butuh gue, tapi gue gak ada di apart"

"Gue ke kantor ya, kalo ada apa-apa hubungin gue. Oke"

"Oh iya satu lagi, nanti malem lu masak agak banyakan ya. Karena ada tamu penting gue yang gue ajak makan malam di sini nanti. Boleh kan kalo gue ngrepotin elu hari ini?" Tanya Nathan

"Siap kak, tenang. Bakal gue masakin masakan paling enak"

"Mau bawa pacar ya lu kak? Hmm?" Goda Meera

"Apaan sih lu, kepo"

"Masak yang kemarin aja enak Meer, udang asam manis, capcay sama ayam teriyaki enak tuh keknya" Ucap Nathan

"Lu gak bosen kak, kalo gue masak itu lagi? Hah?" Tanya Meera

"Gak, enak kok masakan lu. Gimana gue bisa bosen! Udah nurut, lu masak itu aja yaa. Oke" Balas Nathan

"Yaudah iya kak" Balas Meera

"Oke sip, thankyou Meer. Gue berangkat duluan ya, istirahat jangan kecapekan lu! Bye Assalamualaikum" Pamit Nathan

"Waalaikumsallam" Balas Meera

***

Setelah melaksanakan sholat Maghrib, Meera mulai memasak semua masakan request an dari Kakak iparnya. Meera dengan terampil bergelut di dapur, setelah selesai dengan masakannya. Meera langsung menata makanan di meja makan.

Barulah Meera memilih membersikan tubuhnya setelah berkutat cukup lama dengan berbagai masakan nya di dapur.

Meera memilih menonton TV, sembari mengunggu kehadiran Nathan dan tamu nya. Sejujurnya Meera sangat penasaran siapa tamu yang akan di ajak Nathan ke apartemen nya. Meera pikir ini terlalu spesial untuk tamu biasa. Apalagi Meera tau jika kakak iparnya kini sudah berubah, sudah tidak gila perempuan dan sekarang jauh lebih bisa bersikap bijaksana.

Tok tok tok

Pintu unit kamar Nathan di ketok

"Lah, tumben ngetok pintu. Kan bawa access card sendiri Kak Nathan ya. Apa ketinggalan kali acces cardnya, yaudah lah buka dulu" monolog Meera

Meera berjalan membuka kan pintu unit Nathan. Seketika tubuh Meera mematung, melihat siapa sosok yang tengah berdiri di hadapannya sekarang. Sosok yang sangat ia rindukan, sosok yang sangat ia cintai, dan sosok yang juga berhasil membuat hatinya hancur lebur karena masa lalunya.

Mas Lian? *Batin Meera









Selamat membaca semuanya ✌️

Jangan lupa dukung terus karya PaNaRoMa Guyss ❤️

Keep streaming single-single mereka yaaa ✨

Love you Guyss ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 13.3K 23
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1.8M 26K 43
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
108K 12.3K 86
apa yang pasti pernah di dapatkan manusia? keberuntungan. karena setiap pertemuan akan selalu ada keberuntungan yang menyertainya. bersama atau tid...
2.4M 173K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...