BOSS MAFIA & BABY ARTIST

By Cecenlyee

22.8K 699 8

⚠️🔞⚠️ On Going Lelaki seniman yang manis milik si mafia tampan yang sebelumnya tak sengaja bertemu karna sua... More

Prolog
chp 02
chp 03
chp 04
chp 05
chp 06
chp 07
chp 08
chp 09
chp 10
chp 11
chp 12
chp 13
chp 14
chp 15
chp 16
chp 17 🔞

chp 01

2.9K 70 0
By Cecenlyee

Votenya!









"Huuuuuuhu..."

"Nape lu? Kesambet ya?"

"Ga tau.. bete.."

Pagi hari yang cerah dan disambut dengan Leon yang sudah menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya. Pasti kalian bertanya tanya, siapa yang ngomong sama Leon kan?

"Bete napa sih? Lu mah tiap pagi emang kek gada semangat hidup tau gak?"

"Bacot bener lu, yok.."

"Nyenyenye.. tai lu la ngebacot.."

Ya udah kita kenalkan aja lah ya. Leon pastinya punya nama panjang, Leon Matalino. Seorang lelaki manis nan putih yang menjadi incaran lelaki lainnya, iya LELAKI. Sedangkan yang ngomong bareng Leon itu sudah pasti bestodnya, Ryota Ventura. Sukanya dipanggil Ryo, walau namanya terkesan menggemaskan tapi dia anaknya brandalan.

"Gue mimpiin itu lagi.." Ryo menatapnya dengan satu alis terangkat sebelum mengangguk paham.

"Trus apa, Le? Gue kan slalu bilang ke elu.. lu bakal mimpiin itu terus kalo lu belum bener bener ikhlas atas kepergian mereka.."

"Gue ikhlas! Cuman ya gue kangen lah.. dan bahkan gue belum tau siapa pelakunya, eee.. tau sih.. cuman ga tau orangnya yang mana.." Leon dapat melihat Ryo yang menggeleng heboh dan menatapnya lekat dengan keseriusan.

"Ga perlu tau, Le.. kita ga pernah tau apa yang akan terjadi nanti.. bisa aja kalo lu tau orangnya dan orang itu juga tau lu, lu yang ga selamat.."

Sebenarnya Leon 50/50 menanggapi perkataan Ryo. Leon pernah bilang ke Ryo kalo si pelaku juga ga tau kehadiran Leon dalam keluarganya. Ya jadi si pelaku ngebunuh kedua orang tuanya dengan menyisakan Leon, tapi itu dikarnakan pelaku yang tidak tau kalau ada seorang Leon dalam keluarga itu. Mungkin sampai sekarang si pelaku juga ga tau mengenai Leon adalah anak dari yang ia bunuh.

Begitu juga dengan Leon yang tidak tau siapa pelakunya, namun saat dikantor polisi dia tidak sengaja mendengar polisi yang menyebutkan nama si pelaku. Pasti disini kalian heran, kan Leon ke kantor polisi kenapa si pelaku bisa ga tau tentang Leon, bukan? Leon ke kantor polisi di saat pelaku berada diruang introgasi yang benar benar privat, bahkan itu berlangsung lama sampai Leon lebih memilih untuk pergi pulang kerumah. Jadi tentu saja pelaku tidak tau menau tentang Leon juga.

Mereka melanjutkan perbincangan random mereka dengan Ryo yang lebih banyak mengoceh hingga air ludah tersembur dimana mana. Itu sudah biasa bagi Leon yang menganggap sebagai hiburan hidupnya, namanya juga bestod.

"Selamat pagi dua manusia humu!" Seketika mereka berhenti mengobrol dan lebih memilih untuk melihat siapa yang datang.

"Gundulmu humu.. tumben lama?"

"Sayangnya gue ga gundul seng, rambut gue lebat bagaikan pohon beringin brehhh.. tumben lama lo bilang? Biasa lah, lembur.. pengusaha ni dek.." kalian pasti bertanya tanya kan ini siapa dan anak siapa.

"Pengusaha ganja iya.. sok bener anjing, pen gue jambak pohon beringin lu itu.." ya begitulah congor Ryo kalau udah ketemu sama Milla. Eits! Siapa? Yeahh, namanya Camilla Farzana. Ga usah di deskripsikan lah ya, liat aja perkembangannya.

"Jambak la na.. haa.. ga brani lu kan.. cemen.. kata brandalan.." Milla terus mengejek nya sambil memelet meletkan lidahnya.

"Tai lu ya.. kalo bukan cewe aja udah gue sikut hidung pesek lu itu.."

"Udah ah.. berisik.. mau sampe kapan kalian adu mulut gitu hah?" Ya pada akhirnya Leon juga yang menengahin mereka, sudah biasa bagi Leon part 2.

"Eh.. lu pada mau ga mampir ke cafe gue pulsek nanti? Ada menu baru, gue mau coba buat dan gue mau lu pada cicip deh.."

"Gratis gapapa.. sumpil.. gue datang paling pertama.." Leon hanya geleng geleng melihat tingkah bestodnya yang sedikit kurang ajar itu, oh mungkin sangat kurang ajar.

"Lu siapa ya? Leon gimana? Mau? Lu kan bisa ngelukis juga disana.. banyak inspo.."

"Bangsad emang" ini juga Ryo yang ngomong dan ditanggepi dengan tawa kecil dari Leon.

"Boleh aja.. gue juga dah lama ga ngelukis, mumpung gue bawa alat lukis ni.." Milla dan Ryo melotot bersama sambil menatap kearah yang ditunjuk Leon, yap Leon membawa satu tas yang isinya full alat lukisnya.

"Bener bener gabut anaknya.." yang ini Ryo berbisik.

"Itu bakat tolol.." kalo ini Milla jawab bisikan Ryo.

▪︎▪︎▪︎

"Urus aja la yang terbaik, gopal.. gue mau minum gratis dulu, gudbai muach.." diakhiri dengan ciuman sakras ke hpnya dan langsung dimatikan telpon yang masih ada suara orang berbicara itu.

"Gopal siapa?"

"Itu yang di kartun boboiboy.." okeh mulai dari sini Leon tau kalo Ryo lagi bercanda, dia ga mau lanjut tanya lagi, ujung ujungnya cape sendiri ngadepin bocah aneh kek Ryo.

Mereka berjalan dengan santainya menuju cafe tempat kerja teman mereka tadi yang bernama Milla. Kenapa jalan kaki? Sebenarnya ga jalan kaki juga sih, ini mereka jalan kaki dari halte bus, tadi mereka naik bus, ngono loh.

"Tok tok tok, beli wak..!" Ni anak emang gada malu malunya ya.

"Diam bentar bisa ga, yok? Malu maluin aja.."

"Siapa suruh malu.. besar bet kemaluan lo.." anak anjing otak Leon jadi ambigu sendiri.

"Sini lo pada!" Milla memanggil mereka berdua dari kejauhan tempat mereka berdiri.

Cafe nya sangat luas bahkan sangat mewah, bisa dibilang cafe elit sih. Yang terlihat disini cuman orang orang bau duit, kece kece, cakep cakep, keren keren, wangi wangi, ga kayak yang lagi jalan berdua ke arah kasir ini, cakep sih cakep tapi bloon, ga keliatan bau duit nya.

"Kalian kalo mau pesen yang lain, pesen aja tapi bayar.. menu baru yang gue bilang itu gue traktir.." sontak Ryo bersorak bahagia yang mungkin membuat Leon semakin pucat karna menahan rasa malunya. Beda dengan Milla yang malah berkacak pinggang karna merasa bangga, Leon sedikit tersiksa memiliki bestod seperti mereka berdua.

"Ya udah Mil.. gue ga usah pesen yang lain lagi deh.. Yok, lu gimana?"

"Ada makanan ga, Mil?"

"Banyak dek.."

"Yang paketan aja, Mil.. terserah yang penting ada ayamnya.." diangguki oleh Milla dan langsung saja dibayar oleh Ryo, tentu saja yang dibayar hanya paketan ayam itu. Kan Milla sendiri yang bilang kalo menu baru itu dia yang bayarin.

"Okeh duduk aja dimana yang kalian inginkan.. ntar gue anter pesenan nya.. tapi Ryo minum dari paketan lu bawa sendiri ni.." ternyata minuman dari paketan yang dipesen Ryo sudah disediakan didalam kulkas, tinggal disajikan. Keren juga pikir Ryo.

"Yok.. gue cari tempat ya.."

"Iya ntar gue nyusul.." Ryo melihat Leon pergi mencari tempat untuk mereka berdua, sedangkan Ryo masih menunggu Milla yang mengambil minuman paketan nya.

Disana Ryo sesekali melirik ke setiap sudut cafe yang dimana banyak sekali orang disana dan juga banyak barista, tidak hanya Milla. Ingat ya, ini cafe elit, siapa coba yang ga mau kerja disini, gajinya udah setara gaji kantoran. Tapi berbeda dengan gaji yang didapat Milla, karna Milla hanya bekerja paruh waktu.

"Nah.. hati hati ye, ntar gue anter yang lain.. enjoy dek.."

"Heleh.. dak dek dak dek.. suka bet begitu.." gumam Ryo sambil berbalik dengan membawa secangkir yang berisi air panas.

Lo pada bingung kan, tadi di kulkas, kenapa bisa panas. Ya jadi buat apa Ryo nungguin disitu kalo ga dipanasin dulu sama baristanya. Paketan yang terpesan itu, pilihan minumannya air panas. Sudah tersedia di kulkas tinggal dipanasin dan saji deh. Menurut Milla itu sebentar jadi dia menyuruh Ryo untuk membawanya sendiri.

Yeah mungkin hari ini Ryo sedang bernasib buruk. Saat Ryo berbalik ternyata ada seseorang yang menjulang tinggi dan membuat Ryo terkejut, bukan hanya terkejut bahkan dia tertabrak dengan orang itu. Ya pasti kalian taulah apa yang terjadi selanjutnya.

"PANAS PANAS! PLIS PANAS BANGET ANJING!!!"

Ryo sempat terdiam saat air panasnya tumpah mengenai kedua lengannya dan sedikit terkena ke bagian dadanya. Setelah terdiam barulah Ryo berteriak histeris dan bergerak heboh karna kepanasan seperti dibakar rasanya.

Hal ini sudah jelas membuat dirinya, oh tidak, diri mereka berdua menjadi pusat perhatian orang orang yang ada disana. Bahkan Milla sendiri melongo melihatnya. Dimana Leon? Leon malah nyari tempat dilantai dua, selamat happy b'day, jaka sembung.

"Maaf.." tiba tiba saja orang itu menarik lengan Ryo perlahan. Ryo rasanya ingin menangis saja karna tangannya benar benar terasa aneh, perih, sakit, denyut, segala macam lah.

Ryo melihat orang itu yang terus menatap lengannya lekat sambil sesekali mengelusnya pelan. Oh ya, mungkin kalian keinget sama cangkir tadi, udah jatuh lah coi gimana sih kalian, jangan ikutan bloon.

"Ikut saya.." orang asing itu membawa Ryo ntah kemana, sepertinya ke toilet, ga tau deh.

Milla yang melihat itu hanya tersenyum bagaikan syaiton dan terkekeh sendiri, benar benar syaiton kan.

"Calon humu.. suka gue yang begini.." tanpa Milla sadari sebenarnya ada yang mendengar perkataan dia tadi walaupun Milla merasa dirinya hanya bergumam.

▪︎▪︎▪︎

"Huweeee! Sakittt! Hiks.." ya pada akhirnya Ryo tetep saja menangis. Inilah mengapa Milla sangat suka mengejek Ryo, brandalan tapi gampang nangis anaknya.

"Sebentar.." walaupun dengan wajah datar, dia tetap merawat lengan Ryo dengan lembut.

Ryo duduk dipinggir wastafel sedikit tinggi. Gimana naiknya? Digendong lah! Sekarang orang asing itu sibuk menyiram lengan yang terkena siraman air panas itu dengan air yang mengalir dari wastafelnya. Sedangkan Ryo sibuk terisak dan mengusap ingusnya dengan tangannya yang lain. Ryo melihat orang asing yang lebih tua darinya itu membuka tas yang ia bawa sendiri. Ryo tak tau dan tak peduli dengan apa yang ada didalam tas itu, tapi Ryo sedikit tertarik saat orang itu mengeluarkan perban dari tasnya.

"Om dokter? Hiks.." Ryo nanya sambil terisak, weh terdengar lucu. Orang yang dipanggil om itu langsung saja melihat Ryo dengan wajah datarnya.

"Hmm.. makanya saya bawa kamu kesini biar saya tangani kamu.."

"Nangani pasien kan di rumah sakit, om.. mana di toilet begini.." Ryo mulai berhenti terisak walau matanya sudah bengkak karna habis menangis kesakitan.

Om nya diem bae ga menjawab lagi dan hanya fokus menangani lengan Ryo itu. Begitu juga dengan Ryo yang hanya diam sambil sesekali menarik ingusnya yang kadang ingin keluar, biasakan ya kalo orang habis nangis begitu.

"Kamu kayak anak brandalan tapi ternyata cengeng ya.." tiba tiba om itu kembali bersuara dengan sarkasme, membuat Ryo cemberut kesal.

"Apalah om ini! Gue ga cengeng! Coba lah om yang kena siram air panas, sakit bejirrrr!" Malah curhat dikit Ryo nya, hanya membuat si om terkekeh gemas.

"Kok ketawa sih! Gue gigit nanti ya.."

"Gigit aja kalo berani.. nanti saya gigit balik.." terdengar seram menurut Ryo.

"Ga jadi deh.." Ryo menunduk dengan mengerucutkan bibir pink nya itu. Brandalan mana yang keliatan manis kek gini coba?

Setelah beberapa menit menunggu om tersebut sibuk bermain dengan lengan Ryo, akhirnya selesai juga sampai sesi pemerbanan.

"Saya tidak ada membawa obat yang sesuai untuk luka kayak gini.. jadi saya cuci lalu perban aja.." om itu kembali sibuk merogoh isi tasnya dan membiarkan Ryo yang menatap kedua lengan nya dengan binar, pikirnya "anak brandalan kalo pake beginian jadi keren cui"

"Jika ada keluhan lain, kamu bisa hubungi saya.." om itu seperti memberi kartu nama mungkin? Ryo bingung dan hanya mengambilnya dengan santai. Ryo juga membaca tulisan yang ada pada kartu itu. Sampai tidak sadar sebenarnya om om itu sudah pergi meninggalkannya sendirian disana yang masih duduk di pinggir wastafel itu.

"Dokter doang?" Ryo asik melihat kartu itu terus, benar benar tak sadar atas kepergian oom itu. Bahkan temennya datang aja dia ga sadar.

"RYO! Budeg amat cok!" Ryo seketika langsung tersadar saat Leon berteriak.

"Anjing! Sejak kapan lu disini? Om om itu mana? Gue belum bilang 10Q gais" Leon menggeleng gelengkan kepalanya, setres melihat tingkah aneh sang bestod.

"Lu lama bet dah anj, ngapain aja sih? Milla bilang lu kena air panas trus dibawak om om kesini.. kenapa harus kesini cobak? kena gepre lu ya?"

"Muncung mu itu diperbaiki ya.. tu om om dokter makanya gue kena tarik kesini, liat ni lengan gue.." Ryo malah pamer lengannya yang diperban itu, ntah mau pamer karna diperban atau pamer diperban sama om om ganteng.

"Najis.. udah ayo balik, makan.. gue laper.."

"Iye iye.." Ryo pun turun dari pinggir wastafel itu dan berjalan keluar dari toilet bersama Leon.

"Lukisan lu dah siap?"

"Udah.. lu harus liat sih.." bangga Leon dengan berkacak pinggang dan senyum merekah.

"Jelas dong suuu.. lukisan lo adem diliat, gue suka.."

"Hehe.."





BERSAMBUNG...

Continue Reading

You'll Also Like

180K 24.9K 15
Nathan Hendrickson, Laki-laki muda yang tidak pernah menyangka hanya karena menemani sepupu tercintanya di dunia bawah membuat Nathan berurusan denga...
14.4K 645 11
Zen, Zen Alenza Seorang siswa SMA kelas 3 yang bersekolah di SMA Independent School umurnya kini 19th, dia mempunyai 2 orang sahabat 1 cowk 1 nya cew...
197K 7.6K 42
athariel Kalandra Marvez seorang pemuda manis yang dijual oleh sang paman agar hutang nya dengan Mr A. yang sangat ditakuti oleh semua orang awal nya...
596K 36K 31
"Ughh... " lenguh fian terbangun dari tidurnya saat merasa sesuatu telah menindih dirinya. "Ahh... " "Apa yang lo lakukan!" "Ugh.. Dikit lagihhh" ••...