No Time To Die

sugartea__ tarafından

12.6K 1.1K 47

Singkat cerita ini mengenai beban yang di pikul anak pertama untuk menghidupi ke enam adiknya. Tidak ada wakt... Daha Fazla

00
01| Dia si anak pertama
02| Anak kedua yang terus berulah
03 | Rasa bersalah
04| Cara mencari uang dadakan
05| Derita si anak kedua
06| Perihal sarapan
07|Waktunya Daniswara dan Endaru beraksi
08| Rasa khawatir
09| Sebuah rahasia
10| Marahnya anak keempat
11| Sebuah kejutan yang menyayat hati
12| Meluapkan emosi yang terpendam
13|Dua anggota tahu
14| Si bontot berulah
15| Tiba-tiba dia...
16| Harapan menyakitkan
17| Rapuh
18| Takut
20| Runtuh
21|Kerjasama tim
22| Nasib si bungsu
23| Kita hanya orang kecil
24| Menjemput keadilan

19| Akhirnya mereka tahu

559 49 6
sugartea__ tarafından

Sebenarnya ini adalah pilihan yang sulit bagi Abimanyu. Menetap di rumah sakit atau membiarkan adik-adiknya telat tahu mengenai penyakitnya.

Abimanyu akan merasa sangat bersalah jika ia terus-menerus menyembunyikan penyakitnya ini di belakang adik-adiknya, tentunya para asiknya pasti akan menyalahkan dirinya karena telah membuat Abimanyu bekerja keras untuk membiayai mereka.

Maka dari itu, Abimanyu memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Menghabiskan waktu terakhirnya bersama sang adik sebelum ajal menjemputnya.

Boleh Abimanyu jujur? Sebenarnya ia takut meninggalkan adik-adiknya dalam keadaan tidak ada orang dewasa sama sekali. Sebenarnya Abimanyu kasihan melihat Adik-adiknya yang di dewasa kan oleh keadaan. Mereka yang terbiasa hidup bergelimang harta tiba-tiba harus meninggalkan semua itu dan hidup serba pas-pasan. Bahkan untuk makan enak pun, hanya saat Abimanyu gajian.

Hingga saat ini, Abimanyu masih menyalahkan dirinya atas kepergian orangtuanya. Dia benar-benar merasa bersalah. Andai saja mereka tidak pulang untuk merayakan ulah tahunnya, mungkin kebahagiaan adik-adiknya masih ada hingga saat ini.

Hanya saja, menyalahkan semua yang telah terjadi tidak akan merubah apapun. Mereka yang sudah tiada, tidak akan pernah bangkit lagi.

Meskipun sempat berseteru dengan Caturangga mengenai keputusannya yang berpotensi buruk, Abimanyu berhasil membuat Caturangga mengiyakan keputusannya.

Sebenarnya Caturangga sendiri pun juga berat, ia harus memutuskan dua hal yang tidak bisa langsung ia tentukan jawabannya.

Tapi satu hal yang membuat Caturangga berubah pikiran adalah, ia tidak ingin adik-adiknya mengalami kejadian yang sama. Ia tidak ingin adik-adiknya tidak sempat menghabiskan waktu dengan orang yang mereka sayangi. Egois rasanya kalau Caturangga tetap membiarkan Abimanyu di rawat sementara para adik-adiknya termakan oleh kebohongan kakaknya.

Paling tidak, biarkan Abimanyu menebus waktu yang selama ini ia pergunakan untuk bekerja terus-menerus. Untuk yang terakhir kalinya, Abimanyu ingin terus dekat dengan para adiknya.

”Lo udah siap dengan banyak pertanyaan adik-adik?” Caturangga memastikan Abimanyu sebelum membuka pintu.

Mereka pulang. Abimanyu memutuskan untuk berobat jalan. Karena menurutnya obat paling manjur saat ini adalah berada di dekat adik-adiknya.

”Apa kita perlu beli wig dulu ya? Biar orang rumah gak kaget saat lihat lo?” tawar Caturangga yang mengundang gelak tawa abangnya.

”Kenapa? Rambut bisa numbuh lagi kok. Abang gak tega kalau tetep pertahanin rambut yang udah di rawat dari kecil tapi perlahan rontok. Mending habisin aja lah,” ucap Abimanyu yang membuat Caturangga menghela napas.

”Yaudah lah, kalo itu mau lo. Tapi gue masuk duluan, habis itu baru lo di belakang.” Caturangga memberi instruksi dan Abimanyu mengangguk.

Caturangga pun akhirnya membuka pintu dan di sambut dengan tatapan dari sang adik yang sedang berkumpul di ruang tengah menonton televisi seraya makan mie rebus.

”Makan mie lagi?!” semprot Caturangga yang melotot saat melihat Adik-adiknya makan mie instan.

”Hadiah dari pasar malem, bang. Dan kebetulan tadi habis hujan, makanya kita masak mie. Bukan berati kita gak doyan masakan bang Catur ya,” jelas Endaru yang membuat pembelaan.

”Ngomong-ngomong, bukannya itu tas bang Abi ya?” tanya Endaru yang melihat Caturangga menenteng tas.

”Bang Abi udah pulang?!” ucap Febriantara antusias.

Caturangga mengangguk kecil sebelum akhirnya ia mempersilahkan seseorang di belakangnya masuk.

Semua orang yang berada di dalam langsung terkejut saat melihat perubahan yang terjadi pada abang mereka. Tidak. Bukan berubah menjadi lebih keren atau lebih ganteng, melainkan abangnya terlihat seperti orang yang sakit parah dengan kulit yang pucat pasi.

Bahkan mereka pun terkejut saat melihat kepala abangnya yang sudah botak pelontos.

Saat ini mereka benar-benar bertanya di dalam hati masing-masing, sebenarnya apa yang menimpa Abimanyu hingga berakhir seperti ini. Sungguh, ini bukan pemandangan yang menyenangkan melainkan menyedihkan. Abimanyu yang mereka kenal dia bertumbuh kekar dan sehat, rambutnya hitam lebat dan kulitnya sedikit gelap karena pekerjaannya yang mengharuskan ia panas-panasan.

Tapi Abimanyu yang ada di hadapan mereka, benar-benar berbeda dari versi terkuatnya. Atau jangan-jangan, ini adalah versi terlemah abangnya?

”Bang Abi, gak baik-baik aja kan?” tanya Daniswara dan si balas senyuman sang Abang.

”Bahkan di saat kayak gini, Abang masih bisa senyum?” celetuk Endaru yang terkekeh geli melihat abangnya.

”Bang Abi, kenapa baru sekarang?” tanya Gentala yang membuat Abimanyu mengerutkan dahi bingung.

”Kenapa versi terlemah itu baru Abang tunjukin sekarang?” ungkap Gentala yang membuat semuanya terdiam. Suasana menjadi serius, semua orang tertunduk lesu.

”Kita ini manusia bang, kita punya rasa capek dan rasa sakit. Maka untuk meredakan rasa itu, kita perlu di dengar, agar kita gak memikul semuanya sendirian.” Gentala menahan air matanya, dia kemudian berdiri dan menghampiri abangnya.

”Dunia kita sempat hancur satu kali waktu Papa dan Mama meninggal, terus sekarang Abang mau buat hancur dunia kita untuk yang kedua kalinya?” penuturan Gentala berhasil membuat hati Abimanyu merasa teriris.

Tangis Gentala pecah begitupun kakak-kakaknya yang lain. Sulit di percaya bahwa Gentala yang biasanya tak cerewet yang dan banyak omong akhirnya menumpahkan semua perasaan yang ia pendam selama ini.

”Abang kalau sakit ngomong, nanti kita berobat. Kalau Abang capek, kita bisa pijitin, kalau Abang lagi pengen dada ayam dan gak mau bagi-bagi, Abang bisa makan sendirian tanpa ngerasa gak enak. Abang kalau udah ngantuk, harusnya Abang tidur. Bukannya nyetrika baju kita. Dan kalau Abang mau nangis, Abang gak perlu diam-diam ke kamar mandi. Tapi kenapa bang? Kenapa Abang gak pernah ngomong sama kita? Kenapa Abang harus mikul bebannya sendiri?” Gentala kembali menangis, dia benar-benar tak sanggup untuk melanjutkan kembali. Begitupun kakak-kakaknya yang mendadak stagnan saat mendengar sang bontot mengoceh pada kakak pertamanya.

”Gentala, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba sensitif gini sama bang Abi? Padahal kamu paling gak sabar nunggu bang Abi pulang.” Febriantara membuka percakapan, dia kemudian menghampiri Gentala dan berusaha untuk menenangkan saudaranya.

”Bang Abi sakit kanker otak stadium 4. Umurnya udah gak lama, jadi kemungkinan sisa waktu kita sama bang Abi cuma sedikit sebelum akhirnya bang Abi nyusul Papa sama Mama,” jelas Gentala yang membuat semua orang terkejut begitupun Abimanyu dan Caturangga.

Padahal Abimanyu sudah berusaha untuk menyembunyikan perihal penyakitnya rapat-rapat tapi kenapa malah adiknya tahu duluan sebelum ia memberitahunya sendiri?  Benar-benar menyedihkan sekali. Gentala pasti sangat sedih sekarang.

”Bener bang yang dibilang Gentala?” tanya Daniswara memastikan.

”Jadi kecurigaan kita bener ya?” tanya Endaru.

”Jadi lo bolos 2 hari itu bukan ngikutin bang Catur diam-diam?” bisik Febriantara dan Gentala mengangguk.

”Jadi lo ngikutin gue?” tanya Caturangga yang terkejut.

”Yang kita takutkan ternyata beneran kejadian ya?” Endaru menundukkan kepalanya lesu.

”Dari awal kita berempat udah curiga sama Bang Abi, kenapa bisa rambut Abang rontok sebanyak itu. Kenapa Abang selalu ngunci kamar, dan Gentala yang paling sering denger bang Abi nangis tengah malam di kamar diam-diam. Jadi bener ya?” Daniswara mengembuskan napas beratnya. Dia benar-benar tak menyangka jika kecurigaan nya berakhir menjadi kenyataan. Padahal awalnya dia masih berusaha untuk berpikir positif kalau abangnya hanya sakit biasa karena kelelahan. Namun siapa sangka jika abangnya sakit keras seperti ini?

”Dan bang Catur yang selama ini tau sengaja nyembunyiin penyakit bang Abi?” Gentala kini menatap Caturangga tajam.

”Abang minta maaf, Abang gak punya pilihan. Semuanya itu permintaan Bang Abi, di sisi lain Abang mau bang Abi sembuh tapi di sisi lain Abang gak mau buat kalian khawatir,” jelas Caturangga yang membuat adik-adiknya lesu.

”Dengar, disini gak ada yang salah sama sekali. Kalaupun ada, itu Abang. Itu makanya Abang mau minta maaf sama kalian. Maaf Abang belum bisa jadi Abang yang terbaik buat kalian, maaf karena Abang kalian harus dewasa karena keadaan.” Abimanyu membeku saat Gentala memeluknya erat. Di susul dengan Febriantara.

”Penyesalan emang datengnya di akhir, tapi paling enggak kita bisa perbaiki semuanya kan sebelum terlambat? Kan kita keluarga.” ucap Gentala yang membuat hati Abimanyu terenyuh.

Febriantara pun ikut memeluk Abimanyu dengan erat.

Melihat kedua adiknya memeluk kakaknya, Daniswara dan Endaru menghampiri Abimanyu dan memeluknya erat.

”Tenang aja bang, kita bisa lewatin semuanya sama-sama. Abang gak perlu sendirian lagi menghadapi semuanya sendiri,” ungkap Daniswara di lanjut dengan Caturangga yang memeluknya paling terakhir.

”Jangan benci Abang ya.” Mereka semua menggelengkan kepalanya.


Finally ini cerita muncul kembali ke peradaban. Sebenernya sempet lupa karena gak pernah buka lagi, tapi sayang juga kalau gak di lanjutin. Soalnya kangen bang Abi. Abang yang paling effortless buat adik-adiknya. Sayang banyak-banyak buat bang Abi💕✨

Jangan lupa vote dan komennya manteman

Follow : @sugartea__

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

8.1K 619 20
[DISCONTINUE] Darah, nyawa, jerit dan tangis seakan menjadi sebuah kesenangan bagi keduanya. Ruangan putih polos dengan jajaran lemari kaca, menjadi...
1K 147 9
"Kenapa kalian membawaku?" "Kenapa? Kenapa kau bertanya huh? Sudah jelas ayahmu berhutang besar padaku. Hamada." "Berapa? Biar aku lunasi, aku akan b...
529 75 8
❝Perihal mereka, layaknya potongan puzzle yang dipertemukan semesta untuk membuat rumah singgah. Membongkar satu persatu luka, bersatu mencari sembuh...
2.8K 430 12
[mini story] Jingga memiliki arti 'merah terang' yang secara filosofi memiliki perasaan yang peka, memiliki daya tarik yang kuat tidak lupa dengan ra...