SIURUPAN

By meitheoypt

604 87 1

"MENGAKU ATAU MATI?!" Katanya, ada sosok penunggu menyimpan amarah dan ingin balas dendam. Sehingga banyak ke... More

ada GIVEAWAY, WAJIB BACA YA
|01| Lembaran Pertama
|02| Siang Bolong
|03| Susah Melupakan
|04| Rasa Ingin Tahu
|05| Murid Indigo?
|06| Hadirnya
|07| Sebuah Rasa
|08| Gangguan Massal
|09| Teror
|10| Pertemuan
|11| Lembaran Penting mulai Terbuka
|12| Siap Membantu
|13| Kembali Meneror
|15| Mimpi yang Sama
|16| Permainan Akan Dimulai
|17| Permainan Sudah Dimulai
|18| Keadaan Darurat
|19| Terjebak
|20| Pertikaian Kecil
|21| Suara Asing
|22| Keadaan Genting
|23| Bekerja Sama
|24| Petunjuk Kecil
|25| Misi
|26| Masa Lalu
|27| Balas Dendam (END)

|14| Rasa Takut

9 2 0
By meitheoypt

Halo semuanya 👋

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya biar aku rajin update juga

Selamat Membaca





Chapter XIV

Rasa Takut

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇






Sinar matahari perlahan menghilang di ufuk barat. Rembulan pun mulai bertugas ditemani dengan bintang-bintang. Semua aktivitas manusia maupun makhluk lain kini terhenti. Banyak rumah memiliki penerangan sendiri.

Di satu rumah, tepatnya di ruang makan, terdapat empat orang pada satu meja makan. Satu pria tua berkumis tipis nan beruban, seorang wanita tua berambut coklat gelap, seorang pria muda dan remaja lelaki. Mereka tampak lahap menyantap makanan masing-masing dalam keheningan, kecuali si pria muda tadi.

Pria itu terlihat ogah tak ogah terhadap makanannya. Sesekali sesendok makanan disuap ke dalam mulutnya sendiri, lalu memilih 'tuk memainkan makanan dengan sendok. Hal tersebut mengundang atensi dari kepala keluarga.

"Roy, kenapa kamu? Ada masalah? Kok mukamu pucat? Makanan juga bukannya kamu habiskan malah dimainkan gitu?" cecar sang Ayah memberi sejuta pertanyaan.

Seketika Tedy dan wanita berstatus ibu menoleh menaruh pandangan pada si sulung. Terlebih Tedy yang semula lahap dan asik menyantap makanan bak orang rakus perlahan menghentikan tingkahnya itu. Ia menatap sang abang dengan bola mata sedikit membesar.

"Woy, Bang Roy! Ayah nanya tuh!" Tedy yang kebetulan duduk di samping sang kakak menyikut Roy. Ia mendecakkan mulut kala sang kakak menatap bingung mereka.

"Kamu kenapa? Ada masalah apa?" Sekali lagi si kepala keluarga bertanya. Namun, tatapan pria tua itu terkesan tajam pada sang putra.

"Aah, gak kenapa-napa, Yah, cuma stress aja sama" jawab Roy lalu kembali menyendok makanan dan mengarahkan ke mulut.

"Kalau ada apa-apa yang bikin ganjel cerita ya,  Anak Mama," kata si Wanita menarik kecil sudut bibir seraya menggenggam tangan Roy. Pria itu mengangguk kecil.

Mereka semua kembali menyantap makanan dalam keheningan. Tanpa mereka sadari bahwa pria muda alias si sulung sedari tadi memikirkan kejadian menegangkan tadi sore. Sosok hantu dengan mulut sobek tertawa menggelegar.

"Hihi, jangan kira kamu bisa lolos kali ini."

Kepala Roy bergerak menoleh cepat ke belakang. Mata pria itu membola besar. Sebuah suara kecil tiba-tiba mendarat di gendang telinganya. Namun, tak ada orang lain selain mereka.

"Roy, kenapa? Kok kayak orang takut gitu?"

Roy kembali menatap sang ibu yang bertanya. Ia tersenyum kikuk sembari menggaruk bagian belakang kepala. Ia pun menggeleng kecil.

"Gak, gak papa, Ma. Ta-ta-tadi cuma peregangan aja. A-a-aku gak papa."










"Gawattt, dia sudah berkeliaran! Kekuatannya sudah sangat kuat. Pagar yang saya ciptakan untuk membatasinya sudah patah!"

Seorang pria tua bersorban hitam menatap intens pada pria muda di depannya. Sekali lagi ia membakar dupa serta menabur bunga pada mangkuk emas berisikan air. Tak lupa membacakan mantra sembari memegang sebuah keris kecil.

"Duh, gimana ini, Mbah? Apa yang harus kita perbuat supaya hantu itu tidak tidak mengganggu? Kalau bisa musnahkan saja dia, Mbah!" seru pria muda tersebut seakan menuntut. Tiba-tiba saja sang dukun memejam mata seraya menggeram, membuat pria muda tadi tersentak.

"Amarahnya sangat besar! Penuh kebencian terhadapmu! Ini sangat berat! Ba--"

Entah mengapa mata si dukun terbuka lebar seperti orang melotot. Dukun itu melemparkan tatapan nyalang pada pria muda di depannya.

"Hei anak muda! Roy!" ucap si Dukun tegas sambil menunjuk-nunjuk pria berbaju biru itu alias Roy.

Roy sendiri tidak tau apa yang terjadi pada si dukun. Bahkan ia sudah ambil ancang-ancang untuk pergi dari tempat.

"JANGAN PERGIII!"

"Hah? Ke-kenapa, Mbah? Ada apa?"

Keringat mulai mengucur di dahi pemuda itu. Ia kebingungan hendak berbuat apa kala si dukun mencekek lehernya sendiri. Bahkan saat bertanya apa yang terjadi pada si pria tua serba hitam itu, Roy tak mendapat jawaban. Tiba-tiba tangan si dukun bergerak getar menunjuk arah belakanb Roy.

Merasa penasaran, alhasil Roy menoleh perlahan ke belakang. Pria muda itu menautkan kedua alis kala melihat semua aman seperti biasa, tak ada hal ganjal. Namun, saat ia kembali ke posisi semula mulutnya terbuka lebar mengeluarkan teriakan bersamaan dengan mata melotot besar.

Di depan pemuda itu sosok lelaki berwajah rusak dan mulut sobek mengeluarkan geraman yang begitu menggelegar. Baju putih berlumuran darah, serta salah satu bola mata tercongkel membuat Roy berusaha menutup mata.

"MANA TANGGUNG JAWABMU, PAK ROOOY!!!"

Seolah mendapat kesadarannya serta tubuh tidak terasa kaki, Roy segera bangkit. Ia berlari cepat ke arah pintu dan membuka. Usai berhasil memutar knop pintu pemuda itu berlari keluar rumah entah ke mana. Saat itu yang dipikirkan ialah tak berada dekat sosok tadi. Namun, apa daya, sosok menyeramkan itu masih terus mengejar.

Di tengah hutan penuh pohon tinggi nan rimbun, Roy berlari sambil mencari-cari tempat persembunyian ataupun tempat penuh kerumunan. Sesekali ia menoleh ke belakang, berharap sosok menghilang. Namun, naas, sosok tersebut kini melayang sambil berteriak, menyerukan kalimat yang sama berulang kali.

"MENGAKU ATAU MATI!"

Ketika Roy mempercepat laju kaki dan merasa sosok tadi menjauh darinya, ia segera bersembunyi di balik pohon besar. Kedua tangannya menutup mulut rapat-rapat kala melihat sosok tersebut melayang melewati pohon persembunyiannya. Pada akhirnya pemuda itu mengembuskan napas secara kasar.

"Akhirnya!" Napas Roy tersengal, pemuda itu menyandarkan tubuh ke pohon seraya memejam mata.

"Hihi, mau mencoba kabur dariku, ya?" Seketika mata pemuda itu terbuka lebar.


Bersambung

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇


Jgn lupa vote, komen, dan follownya ya:)

Continue Reading

You'll Also Like

242 165 5
"Jangan pergi menyuruh orang lain buat " Mengerti " Keadaan kita, karna sejatinya manusia gapernah paham apa yang kita mau, kadang diri sendiri aja b...
3.4K 587 27
Raga terbelenggu luka Duka membunuh sukma Memang berat untuk melupakan sosok yang dicintai apalagi menjadi sosok penguat baginya. Walaupun ia berusah...
10.1K 796 29
"let's play, and see at the end, who will lose." __________ "tidak semua rumah punya komposisi rasa aman dan nyaman di dalam nya" __________ "jika...
390 117 18
[JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE YA] Buat kamu yang lagi butuh tempat curhat atau motivasi buat ngejalanin hari hari _____________________________________...