SIURUPAN

By meitheoypt

656 87 1

"MENGAKU ATAU MATI?!" Katanya, ada sosok penunggu menyimpan amarah dan ingin balas dendam. Sehingga banyak ke... More

ada GIVEAWAY, WAJIB BACA YA
|01| Lembaran Pertama
|02| Siang Bolong
|03| Susah Melupakan
|05| Murid Indigo?
|06| Hadirnya
|07| Sebuah Rasa
|08| Gangguan Massal
|09| Teror
|10| Pertemuan
|11| Lembaran Penting mulai Terbuka
|12| Siap Membantu
|13| Kembali Meneror
|14| Rasa Takut
|15| Mimpi yang Sama
|16| Permainan Akan Dimulai
|17| Permainan Sudah Dimulai
|18| Keadaan Darurat
|19| Terjebak
|20| Pertikaian Kecil
|21| Suara Asing
|22| Keadaan Genting
|23| Bekerja Sama
|24| Petunjuk Kecil
|25| Misi
|26| Masa Lalu
|27| Balas Dendam (END)

|04| Rasa Ingin Tahu

20 5 0
By meitheoypt

Haloo semuanyaa 👋👋

Ketemu lagi sama aku di chapter baru. Hehe.

Penasaran gak dengan kelanjutan ceritanya? Yok, baca dan ramaikan

Oh ya, sebelum membaca. Jangan lupa Vote, Komen, dan follow aku ya alias Authornya. Biar aku rajin update juga lhoo. Emang mau aku gk rajin update gara-gara gak divote? Hehe👉👈

Nb: cerita ini hanya Fiksi



Selamat Membaca







Chapter IV
Rasa Ingin Tahu

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇


Suara bel bergema ke seluruh penjuru sekolah. Seketika sorak-sorai penghuni bangunan itu menguasai satu sekolah. Satu tempat yang menjual berbagai makanan dan minuman kini diserbu oleh banyak remaja berseragam putih abu-abu. Bahkan ada yang bertengkar lantaran berebut tempat.

Di lain sisi, beberapa murid lebih memilih menghabiskan waktu di dalam kelas dibanding ke luar. Seperti halnya Sadam dan Ian. Sadam tengah sibuk merapikan buku dan peralatan tulis, sedang Ian tengah sibuk membaca buku berjudul "Kumpulan Mitos Indonesia". Selepas membereskan peralatan tulisnya, Sadam memperhatikan Sadam.

" Ian," panggilnya datar. Lelaki berkacamata yang duduk di samping Sadam menoleh bingung.

"Ya? Kenapa?"

"Aku penasaran, bagaimana kelanjutan tentang siswi yang kesurupan semalam?" Lantas Ian mengerutkan kening, kedua alis bertaut, dan pandangan mata menurun.

"Aku tidak tau. Paling siswi itu disuruh pulang atau, orang tuanya dipanggil." Kembali Ian membaca buku usai menjawab.

"Apa ini ada hubungannya dengan kebakaran di salah satu ruang di gedung D?" tanya Sadam kini bersandar ke kursi seraya melipat kedua tangan di dada. Ia memandang intens Ian.

"Aku nggak tau. Mungkin iya, mungkin tidak." Ian menjawab sambil membaca satu per satu kata di buku. Namun, seolah memikirkan sesuatu ia cepat menutup buku lalu bergerak menghadap Sadam.

"Ekh, Sadam, pernah kepikiran gak kalau siswi yang kesurupan semalam ada hubungannya dengan kebakaran ruang yang ada di gedung D dua bulan lalu?" Sontak raut muka Sadam masam.

"Bukannya aku sudah bertanya itu tadi?" balasnya membuat Ian tersenyum kikuk sambil menggaruk kepala.

"Hehe, iya juga, tapi kalau aku baca dari buku ini, kalau ada sosok arwah atau hantu yang gentayangan gitu, itu artinya dia tidak tenang. Ada urusan di dunia yang belum siap."

"Nah, sebelum kebakaran itu sekolah kita aman-aman aja, tapi setelah ada kebakaran malah banyak penampakan. Bahkan sekolah kita udah panggil dukun tetap aja gak mempan. Pasti ini ada hubungannya!"

Sadam masih setia memperhatikan perkataan lelaki berkacamata itu. Ia bisa menangkap ekspresi menggebu-gebu dalam cerita Ian. Tak hanya cerita itu yang Ian katakan, cerita-cerita mistis lainnya turut disebut.

"Oh ya, Ian, aku mau tanya. Katanya banyak penampakan di gedung D. Kalau boleh tau, ruangan apa yang terbakar di gedung D?" Sadam memotong pembicaraan Ian dengan melempar satu pertanyaan. Hal itu semakin membuat Ian semangat bercerita.

"Katanya nih ya. Ruangan paling pojok di gedung D  yang terbakar. Anehnya, sampai sekarang belum ada pihak yang dikerahkan untuk membersihkan ruangan itu. Malah dibiarkan. Denger-denger sih karena banyaknya penampakan di gedung itu gak ada satu pun orang yang berani."

Sewaktu kedua remaja itu asik mengobrol terkait kejadian di sekolah mereka, terdengar suara ketukan pintu. Hal itu langsung mengalihkan perhatian mereka dan beberapa murid di kelas. Mereka melihat pria muda tinggi dan berkumis berpakaian serba kuning kecoklatan sambil membawa kertas.

"Permisi, di sini ada yang namanya Satria dan Tedy?" kata pria tersebut sembari melihat kertas yang dipegang. Salah satu murid di kelas mengatakan bahwa Satria dan Tedy sedang berada di luar. Lantas, sang guru mengatakan untuk memberitahu kedua remaja yang dimaksud untuk menemuinya selepas jam istirahat.

Sesudah guru itu pergi meninggalkan kelas, Sadam kembali bertanya. Ia menanyakan tentang si guru kepada Ian.

"Aah, dia Pak Roy. Guru PPKN kita. Dia memang jarang masuk ke kelas kita karena bapak itu menjabat sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan," jelas Ian merapikan buku dan alat tulisnya.

"Terakhir kali masuk ke kelas ini sih sebelum kau datang. Selebihnya kita selalu les kosong karena dia banyak sibuk," tambah Ian menggeser resleting tas lalu mengajak Sadam untuk pergi ke kantin.








"Weh, itu Davin, Satria, sama Tedy! Ke sana yok!"

Setibanya di kantin, bola mata Ian menangkap keberadaan tiga murid alias teman mereka. Pada mulanya Sadam mengiyakan ajakan Ian untuk bergabung dengan tiga lelaki itu. Namun, decakan kesal terbit dari bibir Ian akibat seorang gadis berambut pendek lewat dan menyenggol bahunya.

"Aduuuh! Gak sopan banget tuh adek kelas! Untung gak geser tulang aku!" ujar Ian kesal sambil menjamah bahunya.

"Dia ... Diva, ya?" gumam Sadam membuat Ian bertanya dari mana temannya itu tau nama si adik kelas.

"Hanya tau dari papan mading. Foto sama namanya terpampang di situ," sambung Sadam lirih.

Sadam membalas kekepoan Ian, tetapi sedari tadi fokus memperhatikan sosok gadis berambut pendek dengan muka murung nan sayu. Berbagai pikiran pun mulai berseliweran di kepala Sadam. Hingga tepukan Ian menyadarkan lelaki bermata sedikit sipit itu.

"Gabung sama mereka, yok! Keburu masuk, nih." Ian menunjuk meja ketiga teman mereka yang asik melahap makanan sambil bercanda tawa. Sadam sendiri gelagapan kala mendapat tatapan melotot penuh kepo dari Ian.

"Hah? Aah, Ian, aku ke kamar mandi dulu boleh? Nanti aku nyusul kalian?"

"Hah? Serius? Perlu ditemani gak?"

"Gak, gak perlu. Aku bisa sendiri."

Ian mengiyakan permintaan Sadam. Ia mengangguk seraya melihat kepergian sang teman yang berjalan cepat bagaikan semut. Segera Ian berbalik dan bergabung bersama Davin, Satria, serta Tedy.

Di sisi lain, Sadam mengikuti sosok gadis berambut pendek itu. Sepanjang lorong sekolah, ia mencoba menelisik si gadis dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seolah kenal akan siswi tersebut. Murid yang berlalu-lalang pun tak ia hiraukan.

"DIVA!"

Bukan Sadam yang memanggil siswi tersebut, melainkan seorang siswa berjaket hitam. Dari kejauhan, di tengah kerumanan murid berlalu lalang, Sadam menatap lamat interaksi kedua remaja alias adik kelasnya. Seakan ada sesuatu dari diri mereka yang membuat Sadam penasaran.

Saat dua adik kelasnya hendak pergi, sosok yang disebut Diva sempat menoleh ke belakang. Sadam merasa bahwa Diva menaruh tatap padanya. Namun, ia sendiri menyudahi aksi menatap si adik kelas itu.

Lelaki berompi hitam itu tak sengaja menatap papan penunjuk arah. Di papan tertulis bahwa ruang kepala sekolah berada di sudut lorong. Entah apa yang merasuki, Sadam mengarahkan diri menuju ruang kepala sekolah. Melihat tak banyak murid berlalu lalang, serta suasana cukup sepi, ia segera berjalan santai mendekati ruangan di mana pintu tak tertutup.

Setibanya di depan ruang kepala sekolah, Sadam menyandarkan punggung di dinding dekat pintu. Ia berusaha tidak menampakkan diri, berniat menguping. Lelaki berambut hitam itu bisa melihat pantulan bayang seorang pria tua tengah menelepon seseorang.

"Akh, bisa saja diatur. Asal jelas masuk berapa, Pak, haha ...." Jika orang lain berpikir buruk ataupun takut, Sadam sendiri malah tersenyum tipis.

"Permainan dimulai ...."


Bersambung

   ◆  ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇

G

imana nih part kali ini?

Kira-kira Sadam kenapa ya Sama Diva?

Terus, kenapa ya Sadam tersenyum tipis gitu? Apa Sadam juga ya yang ngomong "permainan dimulai?"

Nah, stay tune terus ya untuk tau segala misteri dan rahasia dari kisah ini.

Aku mau ngucapin makasih buat yang udah mampir dan baca. Makasih juga udah ngevote, follow, maupun komentar dan share. Makasih orang baik❤

Aku juga minta maaf banget kalau ceritanya jelek dan masih banyak kurang. Terlebih aku minta maaf ya teman-teman kalau ceritanya masih kurang sesuai dengan ekspetasi teman-teman. Aku minta maaf. Aku selalu berusaha utk nampilin yang terbaik.

Hehe, aku ingatkan lagi cerita ini diikutsertakan dalam lomba Sasspro Festival oleh Sassie Project. Diharapkan teman-teman jangan lupa memberi vote, komen, krisan, maupun follow ya. Terima kasih orang baik

Sampai jumpa di chapter berikutnya 👋





Continue Reading

You'll Also Like

41.4M 985K 45
Ashton Miller was the richest, most powerful and sexiest man alive. Being a multimillionaire, he had everything he could have ever wanted; girls, car...
1.1M 37.8K 79
❝ and even as we fall, my eyes will still be on you ❞ ✧ ✧ ✧ four identities two teenagers one love ✧ ✧ ✧ | peter parker // oc | | marvel mcu | | pre...
6.8M 169K 34
COMPLETED// Clarence Wilson is a 19 year old girl, who has just graduated high school and is now onto college, which is basically the real world. She...
16.3K 434 25
membuat keputusan untuk berpindah ke rumah tersebut merupakan keputusan terburuk dalam kehidupan 3 beradik itu. satu demi satu kejadian yang berlaku...