Olivia Van Aarsen

By shytayou

2.3K 30 0

"trauma di masa lalu yang membawanya dalam serangkaian cerita, mencoba merajut luka yang terlalu lama terbuka... More

Part 2 - Sebuah Perkenalan
Part 3 - Terjalin Perasaan
Part 4 - Berharap Perjumpaan
Part 5 - Pertemuan Kedua
Part 6 - Permintaan Maaf
Part 7- Menikmati Perasaan
Part 8 - Menyusun Rencana
Part 9 - Menyatakan Cinta
Part 10 - Ikatan Percintaan
Part 11- Menyambut dua hati
Part 12- Hasrat yang menghangat
Part 13 - Bersemi Di Dalam Amarah
Part 14 - Hampa Berkala
Part 15 - Sentuhan Kerinduan
Part 16 - Jiwa Yang Mendamba
Part 17 - Meyakinkan Hati
Part 18 - Luka Yang Nyaris Terbuka
Part 19 - Mencintai Dengan Hati
Part 20 - Terbersit Pertanyaan
Part 21 - Aku Sangat Mencintaimu❤️
Part 22 - Lagu Cinta Untukmu🎹
Part 23 - Saling Bertaut
Part 24 - Keinginan Hati
Part 25 - Menyusun Kepingan Hati
Part 26 - Merindukanmu💜
Part 27 - Cinta Yang Manis♥️
Part 28 - Tidak Selalu Indah
Part 29 - Menguatkan Hati
Part 30 - Air Mata Untukmu
Part 31 - Senyuman Dalam Pelukan
Part 32 - Membuktikan Cinta♥️
Part 33 - Kesalahan Fatal
Part 34 - Rahasia Olivia
Part 35 - Keinginan Untuk Menikah
Part 36 - Pilihan Yang Terbaik
Part 37 - Cinta Yang Semakin Mendalam♥️
Part 38 - Cinta Yang Semakin Mendalam (extra part)
Part 39 - Merayu Waktu 💜
Part 40 - Menyusun Puzzle Kesedihan
Part 41 - Menyusun Puzzle Kesedihan (Extra Part)
Part 42 - Kesempatan Kedua ♥️
Part 43 - Menyentuh Hatimu
Part 44 - Menyentuh Hatimu (Extra Part)
Part 45 - Kisah Di Balik Lagu🎹
Part 46 - Aku Sangat Membutuhkanmu❤️
Part 47 - Aku Sangat Membutuhkanmu♥️(Extra Part)
Part 48 - Malaikat Hatiku
Part 49 - Kesunyian Hati
Part 50 - Kesunyian Hati (Extra Part)
Part 51 - Refleksi Kerinduan♥️
Part 52 - Tidak Ingin Kehilanganmu
Part 53 - Rahasia Yang Terungkap.
Part 54 - Penyesalan & Harapan
Part 55 - Penyesalan Dan Harapan (Extra Part)
Part 56 - Cinta Jurriaan Untuk Olivia♥️
Part 57 - Cinta Jurriaan Untuk Olivia (Extra Part)

Part 1- Kehidupan Baru

71 0 0
By shytayou

Langit cerah, senyum yang hangat, suasana Ramai namun tidak membuat penat, membuat langkah kaki seorang gadis yang Berjalan dengan Membawa Tas Biola-nya nampak begitu menawan. Sesekali ia menyapa orang-orang yang menaruh senyum padanya dan berusaha untuk Tetap fokus pada langkahnya yang saat itu sedang Menuju sebuah gedung di Pusat kota yang cukup terkenal.

Setelah 15 menit Berjalan dari stasiun kereta, Sampailah ia pada sebuah gedung besar bergaya klasik eropa, lebih tepatnya gedung opera.
Karena gedung ini memiliki hall yang cukup luas yang biasa di Pakai untuk pertunjukkan musik/konser.
Gedung 5 lantai ini memang sebuah bangunan klasik khas negara belanda, untuk Menuju ruangan Utama ,ia harus menaiki banyak anak tangga, Sungguh Seperti sebuah istana di negeri dongeng.

"ruang khusus les biola ...dari tangga belok ke kiri, ruangan ke 3 dekat pilar-pilar besar..." gumamnya Seraya membaca kertas kecil yang ia pegang.

Dengan Berjalan pelan, sang gadis memeriksa satu-satu ruangan  sesuai dengan kertas petunjuk yang ia bawa, dan Sampailah ia di satu ruangan besar, dengan pintu setengah terbuka, Ia mengetuk pintu perlahan dan terdengar sahutan dari dalam.

"Ya, Silahkan masuk..."

"selamat pagi... Miss" Sapanya dengan sangat hati-hati.

"kamu, Olivia Kan?" tanya wanita  sekitaran usia 50 tahun itu.

Sang empunya Nama mengangguk cepat, "Iya miss.. Saya Olivia"

Miss Allen tersenyum dan mempersilahkan Olivia untuk duduk di kursi yang di depannya terdapat meja, persis Seperti meja di kampus.
Di dalam ruangan itu hanya ada Miss. Allen dan Olivia, bayangan Olivia tentang banyaknya jumlah orang-orang yang ikut kelas biola ternyata Salah.

"berapa lama perjalanmu tadi, apakah kamu baik-baik saja?" pertanyaan Miss. Allen membuyarkan lamunan Olivia.

"Oh,, ehmm Cuma 20 menit di kereta dan 15 menit jalan kaki dari stasiun, dan Saya baik-baik saja Miss.." jawab Olivia lugas.

Miss. Allen beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Olivia dan duduk di Sebelah gadis itu, tatapannya begitu hangat, Olivia Seperti sedang berada di dekat ibunya sendiri.

"Sebenarnya hari ini tidak ada jadwal les Biola,, Saya baru saja mengawasi anak-anak yang Satu jam lalu mengisi pentas di ballroom lantai Paling atas, dan Saya terfikir untuk mengontak kamu untuk datang kesini, supaya di lain hari kamu tidak perlu bingung dan canggung dengan tempat ini,, "

Olivia menanggukkan kepalanya pelan, di dalam hati ia juga ingin mengakui bahwa gedung ini sangatlah besar dan mewah. Jika saja dia datang di saat gedung ini sedang Ramai di datangi orang, ia akan kesusahan Mencari ruang di mana tempatnya belajar.

"Terima kasih Miss atas perhatiannya, Saya sangat menyukai tempat ini, kota ini juga sangat indah walaupun Ramai" Olivia memuji  Sambil matanya mengelilingi interior ruangan gedung itu.

"Baiklah, jika begitu kamu boleh menikmati gedung ini, Sambil jalan-jalan ke lantai yang lain juga Silahkan, besok kita bertemu lagi ya... Saya izin pamit mau pergi dulu, ada sedikit urusan" Miss. Allen bersiap - Siap untuk meninggalkan ruangan dan mengajak Olivia untuk bersalaman.

"Baik Miss... Sepertinya Saya juga mau pulang,,"

"Oh Iya,, di mana tempat tinggalmu, Nak?" tanya Miss. Allen penasaran.

"Utrecht" jawab Olivia singkat.

Miss. Allen menggangguk Sambil tersenyum "Lain Waktu Saya pasti datang ke sana,, Sampai jump agadis cantik..."

Miss. Allen benar-benar pergi, meninggalkan Olivia yang masih sibuk membereskan isi tasnya, sebuah pertemuan yang singkat dengan guru barunya itu meninggalkan kesan tersendiri bagi Olivia, dari pandangan pertama saja dia sudah bisa merasakan jika Miss. Allen itu wanita yang sangat hangat dan keibuan, tidak ada tanda-tanda tampang otoriter apalagi ketus.
Olivia teringat akan sosok ibunya di rumah, Iya... Miss. Allen sangat mirip dengan ibunya, dari postur hingga gurat wajahnya, hanya saja Ibunya Olivia Asli orang Indonesia.

Sebelum beranjak pergi meninggalkan gedung ruangan itu, Olivia berjanji kepada dirinya sendiri untuk benar-benar serius berlatih Biola, ketertarikannya pada alat musik itu sudah ada sejak Olivia masih kecil, dia mulai berlatih saat usianya 17 tahun, Ayahnya Memanggil guru privat biola , dan itu hanya bertahan enam bulan, hingga akhirnya Olivia memutuskan untuk les di luar rumah, yaitu pergi ke kota Amsterdam untuk menimba ilmu lebih dalam Lagi.

Tidak mudah bagi Olivia untuk mendapatkan izin untuk pergi ke kota, apalagi dia akan pulang pergi sendirian saja, sang Ayah sangat memproteksi dirinya, namun Olivia sudah sangat bosan berdiam diri di rumah, pergi keluar hanya di sekitaran daerahnya saja, setelah berdebat cukup lama, akhirnya sang Ayah luluh juga, ini bukan masalah perdebatan lebih tepatnya bertukar argument, Olivia memang memiliki masalah kesehatan mental yang tiada kunjung usai, tapi dia tidak mau duduk tinggal diam, Dia ingin memulai kehidupan baru, Mencari pengalaman baru dengan memperkenalkan diri sebagai "OLIVIA VAN AARSEN" gadis indo-belanda yang ingin mendapatkan tatapan ramah dari semua orang yang baru mengenalnya.

Olivia menghela nafas panjang, mengingat kedua orang tuanya, ia ingin Segera cepat Sampai rumah.
Buru-buru ia keluar ruangan, Langit masih terlihat cerah, padahal jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.
Ketika Olivia sedang Berjalan di tengah koridor yang sisi kirinya berdiri pilar-pilar besar, tanpa di sadari ia berpas-pasan dengan seorang Pria yang sedang berjalan tergesa-gesa, Olivia baru menyadari jika ia berjalan berlawan arah dengan orang lain saat ia melihat satu lembar kertas terjatuh di lantai.
Olivia segera mengambil lembaran kertas itu dan melihat Isi tulisannya.
Sebuah catatan yang di gambar dengan pensil, coretan not balok yang belum sempurna.
Baru saja Olivia ingin Memanggil sang empunya kertas, orang itu sudah menghilang.

"hufth,, buru-buru sekali,," gumam Olivia dalam hati, ia melipat  lembaran kertas itu dan memasukkannya  ke dalam tasnya,kemudian melanjutkan langkahnya lagi untuk pergi Menuju stasiun kereta.

                      ************

Sementara, di ruangan lain, nampak seorang Pria tengah sibuk Mencari sesuatu di dalam tasnya, bahkan saking tidak sabar, ia mengeluarkan semua isi tasnya sambil kebingungan.

"cari apa, Sir?" tanya seorang perempuan yang sedari tadi memperhatikan Pria di depannya sibuk membuka Isi tasnya.

"selembar kertas" jawab pria itu singkat.

"apakah selembar kertas itu sangat penting, hingga kita telah kehilangan beberapa menit untuk berlatih piano?" tanya perempuan itu serius.

Pria itu menghentikan kegiatannya Mencari selembar kertas, ia memperhatikan wajah perempuan di depannya dengan tatapan lebih serius.

"Justru karena itu penting, saya mencarinya... Kertas itu adalah materi pelajaran untuk hari ini..Saya menulisnya tadi malam, dan menyimpannya dalam map ini,,, atau jangan-jangan terjatuh ya..."

Segera Pria itu berlari keluar ruangan Mencari kertas yang sangat penting miliknya, tetapi setelah Menelusuri seluruh koridor, hasilnya nihil.

"tidak ada,, sepertinya kertas itu benar-benar hilang,," gumam Pria itu Sambil merapikan isi tasnya kembali.

"Tuan Jurriaan van Hoffman yang saya hormati, apakah tidak ada materi lain yang bisa kita pelajari? Di ruangan ini hanya ada kita berdua, Saya masih banyak urusan lain yang harus di kerjakan, sementara kursus ini menjadi sangat bertele-tele, hanya Gara-Gara selembar kertas yang hilang"

Sang pria yang ternyata punya Nama Jurriaan itu merasa agak kesal dengan wanita yang sedari tadi mengoceh di depannya itu, kepalanya semakin pusing.

"kalau Anda masih ada urusan, Silahkan saja keluar dari ruangan ini, kamu fikir waktu Saya yang terbuang Tadi hanya untuk mencari sesuatu yang sia-sia? Selembar kertas itu adalah nyawa Saya untuk mempertahankan hidup,,"

"baik kalau begitu, Saya izin keluar dan tidak Akan kembali ke ruangan ini,, Saya mau cari guru piano yang lain, yang lebih berintegrasi..."
Sang perempuan itu dengan angkuhnya berjalan Sambil menaikkan sedikit alisnya ke Arah Jurriaan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Ia justru Berjalan mendekati piano yang berada di sudut ruangan.

"Dasar wanita sombong,, punya satu murid Seperti dia rasanya kepala ini mau pecah saja, Sungguh hari yang sangat buruk!!! " kesal Jurriaan Sambil memencet tuts piano dengan asal.

                 ****************

Perjalan dari balai musik, stasiun kereta dan keluar stasiun arah pulang memakan Waktu kurang 40menit, Pun untuk Sampai rumah Harus memakan Waktu tiga puluh menit.
Di sepanjang jalan ia di hadapkan dengan kerumunan orang yang baru Saja pulang dari pekerjaan mereka di Kantor, suara mereka terlalu Ramai dan pembicaraan mereka nyaris Tak terfilter masuk ke dalam indera pendengaran Olivia.
Gadis itu sungguh sudah sangat tidak nyaman berada di dalam stasiun, hingga dari kejauhan ia melihat sesosok Pria yang sudah sangat di kenal nya, Pria itu melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum lebar.

"Ayah....!!" Olivia melebarkan langkah, Menuju ke Arah sang ayah yang sedang berdiri di depan mobil yang terpakir di tepi jalan luar stasiun.

"Ayah sangat mengkhawatirkanmu, Olivia..." ucap Frederick, Ayah Olivia, memegang lembut bahu putri Kesayangannya itu.

Olivia tersenyum simpul, Seraya masuk ke dalam mobil yang Siap di Kemudikan oleh ayahnya.

"Aku memiliki rasa sedikit shock saat keluar rumah, tapi lama kelamaan aku terasa nyaman, Ayah.. Tidak usah khawatir denganku.."

"Tapi itu di kota Sayang... Keadaannya pasti akan dua kali lebih berbeda di kampung sendiri,,, kamu anak ayah Satu-satunya, walau bagaimanapun Harus Tetap dalam pengawasan Ayah..." ucap Frederick lembut namun lugas.

"Baiklah Ayah,, aku sangat mengerti"
Olivia memandang wajah Ayahnya penuh arti, Pria paruh Baya itu Sungguh sangat sedap di pandang, begitu tampan dan sangat berwibawa, tidak aneh jika paras Olivia menurun dari Gen sang ayah yang sangat khas wajah orang belanda , sedangkan dari sang ibu, Olivia di wariskan sifat dan budi pekerti yang baik khas orang timur.

Sesampainya di rumah, Olivia menyapa Sang Bunda yang sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur, seperti seorang Ibu pada umumnya yang selalu menanyakan apa saja kegiatan yang di lakukan Sang anak  selama di sekolah, atau di tempat kerja,begitu pula dengan Olivia, gadis berkulit putih bersih kemerahan itu dengan antusias menceritakan apa saja yang Tadi di kerjakannya di Amsterdam.

"Gedungnya besar sekali bunda,,ada hall untuk opera musik di lantai paling Atas walaupun Via belum sempat lihat, rekomendasi bunda untuk kursusin aku di tempat itu benar-benar tepat" ucap Olivia dengan mata berbinar.

"Syukurlah Nak, kalau kamu senang, oh ya bagaimana les biola di hari pertamamu?" tanya Amanda, ibunda Olivia.

Olivia menuangkan botol air dingin ke dalam gelas, meminumnya dengan perlahan, dan ia menatap wajah Sang bunda dengan mata indahnya, berbinar "Via Tadi ketemu Sama guru les biola via,, cantiiik sekali bunda, namanya Miss. Allen, kami berkenalan dan berbincang-bincang, hanya Saja Tadi belum ada kursus perdana, anggap aja hari pertama perkenalan..."

"Bunda sebelumnya tidak tahu lho kalau guru biola kamu perempuan, karena di saat bunda dapat konfirmasi, yang akan mengajari kamu itu laki-laki" ucap Amanda Sambil berfikir.

"laki-laki ya? Hmmmmm,,, nggak bunda, guru Via perempuan, Miss Allen itu.."

Amanda mengiyakan penuturan anak gadisnya itu dan memintanya untuk membersihkan diri, karena sebentar lagi jam makan malam akan segera di mulai, namun sebelum Via beranjak untuk masuk ke Kamar, ia mendekati Amanda yang masih duduk di kursi meja makan, mendekati tubuh wanita paruh Baya itu dan mendekapnya erat.

"Olivia Sayang sekali Sama bunda dan ayah,, terima kasih banyak sudah mau menerima anak kecil ini, terima kasih karena mau menyembuhkan luka di batin Via meskipun belum sepenuhnya sembuh,,," nada suara Olivia terdengar sangat lembut.

Amanda mengusap surai rambut Olivia yang panjangnya nyaris sepinggang, anak perempuannya itu selalu membuat hari-harinya tersentuh bahkan menangis.

"hidup dan mati bunda hanya untuk kamu Nak,,," lirih Amanda Seraya membalas dekapan Olivia.

Frederick yang melihat pemandangan indah itu hanya bisa tersenyum penuh haru. Di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga sangat mencintai gadis kecilnya itu.

                 *************

Selepas makan malam dan berbincang hangat dengan kedua orang tuanya , Olivia berpamitan untuk masuk ke dalam Kamar, Olivia memiliki Kamar yang cukup luas, Frederick sengaja membuat Kamar Olivia menjadi kedap suara, agar dia bisa konsentrasi untuk belajar, terkhusus untuk berlatih Biola, di Kamar itu di bagian sudut pojok kiri, Olivia memang membuat studio kecil yang berisi meja belajar/laptop, dan ia juga memiliki satu buah keyboard yang di letakkan sejajar dengan rak menyimpan Biola, di ruang tengah rumahnya pun ada sebuah piano, karena Sang Ayah bisa memainkan nya, dan Olivia di ajarkannya piano sedikit-sedikit.
Bisa di bilang, Kamar Olivia adalah tempat ternyaman ketiga setelah rumah dan orang tuanya.

Olivia duduk manis di meja belajar yang di hadapannya terdapat satu buah laptop, Olivia membuka laptop tersebut dan mulai berselancar ke Laman YouTube, alih-alih ingin membuka video tutorial orang bermain Biola, ia malah membuka video orang bermain piano yang terpampang di feeds YouTubenya.

"terkadang aku juga ingin sekali bisa bermain piano, tapi aku sudah jatuh cinta mati dengan Biola,,, hmmmm" tiba-tiba olivia teringat akan sesuatu, selembar kertas yang tadi sore ia temukan di gedung opera, yang Terjatuh di lantai dan ia ambil, sepertinya masih dia simpan di dalam tasnya.
Segera Olivia membuka tas dan mengambil selembar kertas itu, masih tersimpan rapi tanpa rusak sedikitpun, hanya terlihat saja.

"orang yang punya kertas ini pasti sekarang sedang gelisah, ah kasihan sekali, mau kemana  lagi aku mencari pemiliknya? Wujudnya saja Aku tidak tahu Sama sekali" gumam Olivia Sambil memandang kertas itu lekat-lekat. Hingga ia tersadar ada satu tulisan dengan huruf sambung di sudut atas kertas itu.

"Ju-Ju-Juri-a-nn? Hmmmm,,Julian vh" eja Olivia terbata - bata.

"oh..mungkin pemilik kertas ini namanya Julian vh, apa jangan-jangan orang ini guru di tempatku belajar... Yang tadi bunda bilang ke aku,,, ada guru Biola laki-laki juga" batin Olivia mengira-ngira.

Olivia mendapatkan sedikit clue atas kepemilikan kertas notasi nada itu, berharap besok atau secepatnya ia bisa bertemu dan mengembalikkan kertas itu kepada pemiliknya.
Setelah berfikir beberapa saat, Olivia tertarik untuk membuka blog pribadi miliknya, Iya,, dia membuat blog khusus yang berisikan puisi-puisi yang ia tulis sendiri dengan nama anonim, kegiatan menulis blog ini sudah ia lakukan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, Olivia hanya sekolah di rumah sejak SMP dan SMA atau familiar di sebut dengan homeschooling.

Kali ini,Olivia berniat untuk membuat tulisan, cerita yang ia alami saat pertama kali ke kota Amsterdam seorang diri, tidak lupa ia meng-upload beberapa foto yang ia abadikan dengan Kamera Polaroidnya,Olivia sangat menikmati kegiatannya di hari ini, yang ia berharap menjadi satu lembaran baru untuk kehidupannya.

                    ♥️♥️♥️♥️♥️♥️


Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 135K 45
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...
6.5M 179K 55
⭐️ ᴛʜᴇ ᴍᴏꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ ꜰᴀɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ ᴏɴ ᴡᴀᴛᴛᴘᴀᴅ ⭐️ ʜɪɢʜᴇꜱᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢꜱ ꜱᴏ ꜰᴀʀ: #1 ɪɴ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ (2017) #1 ɪɴ ᴋʏʟᴏ (2021) #1 IN KYLOREN (2015-2022) #13...
757K 63.7K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...
1.1M 29.3K 41
While moonlighting as a stripper, Emery Jones' mundane life takes a twisted and seductive turn when she finds herself relentlessly pursued by reclusi...