Kini jam terakhir telah berakhir waktunya para santri maupun santriwati pulang kembali ke asrama mereka masing masing, terlihat di dalam kelas seluruh santriwati tengah bersiap siap memasukkan buku serta kitab ke dalam tas nya.
Iqbal mengajar di kelas 11 yang tak lain adalah kelas karina dan Aisyah, setelah semua sudah rapih para santriwati keluar kelas menuju asrama masing masing.
Aku ngucapin makasih dulu deh sama kak Iqbal
Sedari tadi Aisyah sudah senyum senyum sendiri mengetahui Iqbal yang memberikannya bekal pagi.
Niatnya ia ingin mengucapkan terimakasih kepada orangnya langsung. Mumpung Iqbal belum keluar kelas.
"Kak"
Iqbal yang sibuk menyusun buku buku di meja kini mendongak menatap Aisyah seolah bertanya kenapa
"Kenapa syah? Ada yang kamu butuhkan?" tanya Iqbal namun Aisyah menggeleng membuat Iqbal kembali bingung
"Aku cuman ingin ngucapin makasih untuk kak Iqbal"
Kening Iqbal menyatu pertanda tidak mengerti, berterima kasih? Untuk apa? Perasaan dari tadi dia tidak membuat kebaikan terhadap Aisyah lalu untuk apa perempuan itu berterima kasih segala?
"Untuk?"
"Untuk makanan nya yang kaka kasih" jawab Aisyah senyum manis
"M-makanan?"
Seperti orang bodoh Iqbal malah tampak seperti orang kebingungan.
"Iya, nih tempatnya aku kembaliin udah aku cuci kok. Makanan nya enak bangat ternyata kak Iqbal jago masak yah hehe"
Iqbal menatap tidak percaya dengan tempat bekal yang Aisyah kasih, bukannya itu bekal untuk karina? Kenapa bisa sampai ke Aisyah?
"Sekali lagi terimakasih kak, aku pamit dulu assalamu'alaikum"
Setelah Aisyah pergi, ia menatap bekal yang ada di tangannya dengan perasaan kecewa. Jadi bukan karina yang memakannya? Apa mungkin Hilda salah mengasih bekal ini?
Dia udah sarapan nggak yah?
Pikirannya tiba tiba terbayang oleh karina, apalagi saat pelajaran berlangsung tadi terlihat wajah perempuan itu sangat pucat.
Iqbal segera membereskan bukunya dan beralih untuk pulang. Setelah sampai di rumah matanya menangkap sosok perempuan yang tengah memijat kepala nya di sofa ruang tamu.
Kenapa saya merasa cemas sama kamu sekarang?
Iqbal mendekat. "Assalamu'alaikum"
Seketika karina langsung beralih pada pemilik suara itu, dengan cepat ia berdiri dan menyalimi tangan sang suami.
"Waalaikumsalam, kak Iqbal laper? Aku masakin dulu yah" karina hendak pergi namun, di tahan oleh Iqbal
"Saya nggak lapar, saya hanya ingin bertanya sama kamu. Hilda tadi ada ngasih kamu sesuatu?" tanya Iqbal
Karina nampak berpikir hingga detik kemudian mengangguk. "Ada, dia ngasih paper bag"
"Terus kamu ambil?"
"Iya"
Iqbal mengambil nafas sejenak. "Lalu kenapa paper bag itu bisa di tangan Aisyah? Itu isinya bekal"
"Aku yang ngasih kak" jawaban karina sukses membuat Iqbal membuatkan matanya tidak menyangka
Jadi, dia sendiri yang memberikan bekal itu untuk Aisyah? Tapi kenapa? Apa karina sengaja menolak pemberiannya?
"Kenapa kamu kasih? Itu buat kamu, saya sengaja menyiapkan itu untuk kamu"
APa? Jadi itu untuk aku? Aku kira ucapan hilda keliru ternyata emang bener bekal itu untuk aku
Karina diam di tempat, jadi Iqbal benar memberikannya bekal?
"Aku kira Hilda salah denger, jadi aku beranggapan kalau bekal itu untuk Aisyah bukan untuk aku, lagian kak Iqbal mana mungkin perhatian sama aku sampai bawain bekal segala kaya tadi" jawab karina
Iqbal meremas rambutnya gusar, kenapa karina bisa berpikir seperti itu? Memangnya salah jika dirinya perhatian kepada istrinya sendiri? Tidak kan!
"Terus kamu udah makan?" karina kembali menggeleng dengan menunduk
"Kenapa balum makan? Isi kulkas banyak di dalam, tubuh kamu aja masih panas karina malah di tambah nggak makan sama sekali. Mau sakit?" ucap Iqbal sedikit menaikkan nada bicaranya membuat karina kembali takut
"Maaf kak, aku janji nggak bakal membebankan kak Iqbal kalau aku sakit"
"Kenapa bicara kaya gitu? Kamu itu istri saya udah sepatutnya saya ngurus kamu kalau sakit" ucap Iqbal
Aku nggak salah denger? Istri? Kak Iqbal udah mau nganggap aku istri?
Iqbal menarik tangan karina pelan menuju ke dapur. Setelah sampai ia mendudukkan karina di kursi.
"Mau makan apa? Biar saya masak kan" tawar Iqbal
Ya allah kenapa kak Iqbal jadi gini?
Karina mengerjapkan matanya sesekali mencoba mengembalikan kesadarannya. Ada apa Iqbal hari ini? Kenapa begitu baik kepadanya sampai sampai suaminya itu rela memasak untuk dirinya.
"Nggak perlu kak, ak-"
"Aku bisa sendiri, gitu?" potong Iqbal yang sudah hafal kalimat yang mau karina keluarkan
"Ka-kak"
"Oke, ayam goreng pakai sambel" final Iqbal kembali memotong ucapan istrinya
Laki laki itu berjalan menuju kulkas mengambil beberapa bahan yang di perlukan, setelah apa yang di butuhkan sudah siap Iqbal mulai memasak.
Karina hanya dapat memandang punggung sang suami dari belakang, bibirnya memang tersenyum tapi hati karina tidak! Di lain sisi ia seneng karna Iqbal sudah tidak kasar lagi pada dirinya tapi di sisi lain hatinya mengatakan bahwa sampai kapan pun dia tidak bisa memiliki Iqbal seutuhnya.
Berharap kepada seseorang yang masih mencintai masa lalunya adalah hal yang paling bodoh ia lakukan. Jadi saat ini dirinya hanya cukup menjalani kehidupan sementara.
"Awshh" Iqbal meringis
Mendengar itu karina cepat cepat menghampiri Iqbal, ternyata jari laki laki itu tergores pisau.
Dengan telaten karina mengarahkan jari Iqbal ke wastafel membersihkan darah yang terus saja mengalir.
Iqbal memandang karina dengan seksama hingga bibirnya tidak sengaja tersenyum tipis, lucu sekali ekspresi wajah karina jika sedang khawatir seperti itu.
Lucu banget
"Kak Iqbal kenapa bisa kena pisau?"
"Nggak sengaja tadi"
"Lain kali hati hati kak"
"Iya karina"
Karina berjalan menuju lemari mengambil kotak P3K setelah mengobati tangan Iqbal karina menempelkan hansaplast pada jari Iqbal.
"Kak Iqbal duduk aja, biar aku yang lanjutin pekerjaan nya" ucap karina
"Nggak usah karina, biar aku aja. Lagian ini luka kecil doang, sebaiknya kamu yang duduk. bentar lagi bakal selesai kok"
Melihat karina yang tidak bergerak sama sekali membuat Iqbal menuntun karina kembali ke tempatnya untuk duduk.
"Duduk tenang disini, saya lanjut masak dulu"
Setelah menghabiskan waktu beberapa menit kini aroma masakan Iqbal sudah mulai tercium ke indra penciuman karina.
Iqbal berjalan mendekati karina dengan membawa ayam goreng beserta dengan sambel nya. Setelah semuanya sudah lengkap di meja makan Iqbal mengambil piring dan menuangkan makanan untuk karina.
"Ayoo makan"
Karina yang gugup pun mengangguk menerima piring itu.
Iqbal juga ikut duduk berhadapan dengan karina, hingga mereka pun menikmati makanan nya masing masing.
🚐🚐🚐🚐
Sinar bulan sudah tercipta jelas di atas sana dengan sinar kemuliaannya , kini matahari sudah di ganti oleh bulan yang begitu tampak sangat cantik dengan bintang yang bergelantungan menambah kesan keindahan menjadi dua kali lipat.
Terlihat seorang laki laki berkacamata yang sedang asik mengotak atik laptop nya, urusan kantor membuat nya menjadi pusing saja.
"Kok saya malah terbayang wajah karina sih? Kalau gini caranya yang ada pekerjaan saya malah buyar karna nggak fokus"
Sekuat apapun Iqbal untuk konsisten namun, pikirannya tetap mengalahkan semuanya.
Sudah berkali kali Iqbal untuk fokus namun, tetap tidak bisa. Ia menutup laptop nya dan berjalan keluar kamar.
"Ampun dah, ada apa dengan diri saya? Kenapa malah kepikiran karina terus?"
Kaki jenjangnya berhenti tepat di depan pintu kamar karina. "lah kenapa saya malah kesini? Tapi, di lain sisi hati saya mengatakan ingin ketemu dia"
Pandangannya menatap sekeliling rumah hingga netra matanya menemukan benda yang menurutnya sangat tertarik.
Sebuah ide konyol muncul di kepala Iqbal, tangan laki laki itu sengaja menekan tombol off hingga lampu di seluruh rumahnya menjadi padam.
Iqbal kembali berjalan menuju kamar karina dengan membawa senter handphone nya. Mengetuk kamar karina dengan sedikit kasar.
"Karina? Tolong bukain"
"Saya takut"
Karina yang terganggu dari tidurnya kini terpaksa bangun, ia meraba handphone nya di atas nakas menyalakan lampu senter di sana.
Pintu terbuka.
"Saya takut gelap" ucap Iqbal langsung memeluk karina
Karina diam masih mengumpulkan kesadaran nya, apa ini sebuah mimpi? Iqbal memeluknya?
"Ijinkan saya tidur di kamar kamu malam ini, please" nada Iqbal mulai merengek kepada karina
Karina masih diam, apa mungkin malam ini ia harus tidur berdua lagi dengan Iqbal? Secara di kamarnya tidak ada sofa di dalam.
Karina melepaskan pelukannya. "Kenapa lampunya tiba tiba mati kak?"
"Nggak tau, saya mau ngambil minum di dapur tiba tiba lampunya udah mati semua"
Karina menghela nafas sejenak. "Yaudah kak masuk aja"
"Tapi temenin saya tidur yah? Saya nggak bisa tidur sendiri kalau dalam keadaan gelap"
Meski karina keberatan dengan itu namun, tidak ada pilihan lain lagi selain mengiyakan ucapan suaminya.
Harus kha sekarang ia merasa senang karna perubahan suaminya ini? Bukannya ini yang karina harapkan dulu?
Mereka berdua berjalan menuju ranjang, Iqbal naik ke atas lebih dulu di susul karina. Tanpa permisi Iqbal memeluk karina membuat jantung karina serasa ingin copot.
Mata perempuan itu membulat atas tindakan tiba tiba dari Iqbal, namun sang empu bersorak gembira di dalam hatinya karna keinginan nya sudah terpenuhi malam ini.
Ya allah kenapa jantung aku deg deg gan banget?
Dengan sekuat tenaga karina mencoba tetap rileks meski jantungnya tetap saja konser di dalam sana.
Detak jantungnya kencang banget, apa dia deg deg gan di peluk sama saya?
Merasa bodoh amat Iqbal mulai memejamkan matanya, tidak lupa tangannya yang masih setia memegang pinggang karina dan memeluk perempuan itu dengan erat.
Kini keduanya tertidur dengan perasaan yang tidak bisa di utarakan dengan kata kata lagi.
🚐🚐🚐🚐🚐
Iqbal terbangun lebih awal, matanya mengucek untuk mengumpulkan nyawanya, ia melirik istrinya yang tengah tertidur pulas di sampingnya membuat senyum manis tercipta di wajah tampan Iqbal.
"Entah kenapa saya malah candu kalau berada di dekat kamu karina"
"Saya nggak tau dengan diri saya akhir akhir ini, yang jelas saya nggak bisa jauh jauh dari kamu sekarang" Iqbal berucap sambil mengelus lembut pipi istrinya
Dengan otak yang cerdik Iqbal mengambil tangan karina dan meletakkannya ke atas perut laki laki itu, jadi seolah olah karina lah yang memeluknya.
Dengan pelan Iqbal juga menggeser bantal yang ada di kepala karina hingga lengan laki laki itu lah yang menjadi alas kepala karina tertidur, terlihat sangat dekat dan nempel sekali.
"Momen kaya gini nggak boleh di lewatkan" tidak sampai di situ Iqbal mengambil handphone nya dan memotret dirinya bersama karina yang terlihat sedang bermanja
Merasa ada pergerakan dari sang empu Iqbal dengan cepat meletakkan handphone dan kembali tertidur.
Karina mengucek matanya beberapa kali, hingga nyawanya pun terkumpul. Matanya membulat saat melihat dirinya dengan lancang memeluk tubuh Iqbal.
Astaga apa yang aku lakukan?
Karina menelan ludahnya kasar masih tidak percaya dengan apa yang di perbuat olehnya.
Ini? Aku memeluk tubuh kak Iqbal? Astaga kalau kak Iqbal liat dia bisa marah
Dengan pelan karina melepaskan pelukannya dan menjauh dari Iqbal. Dalam hati Iqbal menggerutu tidak jelas merasa jengkel dengan karina.
Kenapa di lepas sih?
Tidak mau buang buang kesempatan Iqbal menarik karina hingga perempuan itu jatuh di atas tubuhnya, dan jangan lupakan karina yang syok pun refleks menghadap ke Iqbal dan sialnya lagi bibir mereka bertemu.
Kedua mata karina seketika melebar.
Astaga bibir aku nggak perawan lagi
Iqbal yang merasakan benda kenyal itu menyentuh bibirnya matanya pun ikut terbuka.
I-ini? Saya mencium karina?
Karina langsung melepaskan diri dan duduk di pinggir ranjang membelakangi Iqbal. "M-maaf kak, aku nggak bermaksud lancang sama kak Iqbal" ucap karina merasa menyesal
Iqbal masih meraba raba bibirnya sambil tersenyum tidak jelas, dalam hati Iqbal rasanya ingin berteriak akibat terlalu senang. Begini kha rasanya berciuman? Kenapa enak sekali? Dalam hati Iqbal
"Kari-"
"Maaf kak, hiks aku minta maaf yang sebesar besarnya sama kak Iqbal tolong jangan hukum aku hiks" karina membalikkan badannya sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan Iqbal seolah minta ampun
"Tolong jangan hukum aku kak, hiks"
"Aku bener nggak sengaja"
Iqbal meraih tangan karina menghapus air mata istrinya. "Udah kenapa minta maaf? Saya nggak bakal ngehukum kamu kok"
Kali ini mana mungkin saya menghukum kamu karina, justru saya seneng karna bisa merasakan bibir manismu.
🚐🚐🚐🚐🚐
Aduh duh aku ngetiknya sambil jungkir balik tolongggg😭🙏
Perasaan kalian baca chap kali ini? Silahkan di jawab di kolom komentar>>>
Siapa tau ada yang mau ngucapin sesuatu sama mereka?
Karina?
Iqbal?
Ohh iya,, jgn lupa ikut PO novel RAYYAN CEO besok yah jangan sampai ketinggalan
Sampai jumpa lagi papay👋👋👋