Pengabdi Istri (The Series)

By Indomie2Bungkus

130K 13.5K 3.4K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... More

1. Tukeran Kado
2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
13. Bertemu Gavin
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
18. Botram
19. Gengster Squad
20. Drama Puasa
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
31. Agustusan Nih
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - A
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi
59. Sisi Menyebalkan Narendra

42. Ayo, cepet bangun ayah!

1.4K 193 81
By Indomie2Bungkus

***

***

Zizi menatap suami nya dengan tatapan jengah, pria itu masih menunduk takut untuk sekedar menatap nya. Alih-alih meminta maaf atau menunjukkan rasa bersalah nya sejak kepulangan mereka dari rumah sakit untuk menengok Narendra, Gavin malah memilih diam.

Wanita itu berlalu menuju kamar putra nya untuk segera ia mandi kan. Seharian ini Gavriel memang di ungsikan ke rumah orang tua nya, apalagi semenjak Zizi dan Gavin berbaikan dengan Fatma dan Firli, hubungan mereka kini menjadi lebih hangat, apalagi mereka sangat menyukai Gavriel yang sangat ceriwis dan pintar bergurau dengan eyang nya yang kini sudah tidak kaku lagi seperti kayu kalau kata Gavriel.

"Mama, besok pergi lagi tidak?" Tanya bocah yang kini sudah duduk di bangku taman kanak-kanak kelas B.

"Emang nya kenapa nak?"

"Aku mau main lagi dong ke rumah eyang putri sama eyang kakung."

"Jadi cerita nya betah nih main disana?"

Gavriel mengangguk semangat apalagi membayangkan ia seperti putra mahkota ketika main disana. Semua nya serba di layani, tidak seperti di rumah nya bocah itu selalu di didik mandiri terutama oleh sang mama. Kalau papa nya masih suka diam-diam membelikan es krim, ya walaupun dengan syarat membantu Gavin bersih-bersih taman bersama, berbeda dengan mama nya yang selalu ngomel setiap Gavriel jajan es krim.

"Emang main sama siapa disana sayang? Kok kayaknya seneng banget" Tanya Zizi yang masih menyabuni tubuh putra nya.

"Banyak dong, ada uncle-uncle baju ijo loh ma. Dia selalu ikut kalau eyang kakung pergi, tadi aja waktu aku jajan cilok sama eyang, uncle-uncle baju ijo ikut semua. Keren deh! Mereka selalu ada di tempat aku main sama opa."

"Kata eyang putri tadi nya mau nginep, kenapa gak jadi sayang?"

"Aku hitung-hitung dari hari senin hingga minggu, aku belum bermain bersama bestie aku. Aku mau main bersama Ajen." Balas Gavriel yang memegang shower sambil memainkan nya.

"Gak bisa sayang, Ajen nya lagi di rumah sakit. Ayah Naren lagi sakit, kita doain aja ya semoga Ayah Naren cepet sehat lagi. Ajen jadi cepet pulang deh."

"Ayah baik aku sakit apa ma?" Tanya Gavriel dengan wajah sedih nya.

Zizi terlihat berpikir bagaimana cara menjelaskan yang tepat pada putra nya tentang kondisi Narendra karena yang ia tahu, kalau putra nya ini salah satu fans berat pria itu selain Jendra. "Hmm.... lagi tidak sehat aja sayang. Jadi harus istrirahat di rumah sakit."

"Tempat papa kerja ma?"

"Bukan sayang. Di tempat Ayah Naren kerja."

"Aku mau menjenguk ayah Naren besok boleh tidak ma?"

"Nanti aja ya sayang? Kan di rumah sakit banyak virus, nanti adek ketularan loh."

"Tapi Ajen kok bisa kesana? Emang dia gak takut kena virus?" Tanya Gavriel lagi.

"Ajen kan ada kamar khusus nya sayang."

"Yaudah aku juga mau masuk kamar khusus nya, aku mau temani Ajen. Dia pasti sedih deh Ayah baik sakit." Cicit Gavriel yang kini sudah di handuki oleh Zizi dan berjalan menuju kamar nya untuk segera memakai pakaian.

"Nanti aja ya sayang, kita tengokin ayah nya setelah ayah Naren nya membaik. Mama janji nanti kita kesana." Balas Zizi sambil memakaikan minyak telon di tubuh putra nya.

"Adik Luna gimana ma? Apakah dia ikut bersama bestie aku di rumah sakit?"

"Iya sayang, sama mbak Ami juga."

"Tuh Adik Luna boleh, kenapa akuh gak boleh kesana?"

"Kan mereka anaknya ayah Naren sayang—"

"Ish aku juga anak ayah Naren ma." Ucap Gavriel dengan nada yang merajuk.

"Iya iya, nanti aja ya sayang, disana pasti banyak orang. Atau nanti besok pagi mama video call bunda Yasmine deh. Gapapa kan?"

Gavriel mengangguk senang. "Berarti akuh bisa lihat wajah bestie akuh ya ma?"

"Iya sayang. Sekarang Adek bobo aja yuk? Udah malem loh ini." Ucap Zizi sambil mengusap punggung Gavriel yang memang sudah terlihat mengantuk.

Selang dua puluh menit, Zizi mulai menyelimuti tubuh putra nya hingga di batas dada. Lalu memastikan suhu ac di kamar Gavriel tidak terlalu rendah. Dan Kemudian perempuan itu kembali ke kamar nya.

"Lama banget nidurin adek nya." Tanya Gavin saat melihat sang istri yang hanya melewati nya begitu saja.

"Hon, kamu masih marah sama aku?" Tanya Gavin lagi, saat Zizi keluar dari kamar mandi untuk berganti baju.

"Hon, udah seminggu lebih loh kamu diemin aku." Lagi-lagi Gavin terus mengajak Zizi berbicara walaupun selalu di acuhkan.

"Ya Tuhan, Zivanna aku harus apa biar kamu maafin aku?" Ucap Gavin dengan frustasi.

Sedangkan Zizi hanya menatap suami nya sinis. Tanpa bicara apapun perempuan itu merebahkan tubuh nya di tempat tidur, dan langsung mengambil posisi membelakangi Gavin.

"Hon, aku minta maaf. Iya aku salah, udah dong jangan marah lagi." Gavin menarik tubuh istri nya, lalu ia dekap dari belakang.

"Berisik Gavin. Aku ngantuk. Mau tidur." Ucap Zizi sambil berusaha memberontak dari kungkungan tubuh suami nya.

"Kamu masih marah."

"Aku ngantuk, Gavin! Orang ngantuk mana bisa marah!"

"Sumpah Hon, aku janji gak gitu lagi! Sumpah aku gak bakal siram kaktus kamu lagi. Aku suka lupa kalau kaktus gak boleh tiap hari di siram. Ayolah maafin aku. Masa gara-gara kaktus kamu musuhin aku sampe seminggu sih?"

Zizi tetap pada pendirian nya untuk mengabaikan Gavin. Sejujurnya Zizi tidak begitu marah soal kaktus kesayangan nya yang membusuk akibat ulah sang suami. Kaktus hanya menjadi alasan untuk Zizi untuk murka karena perempuan itu jengkel pada sikap Gavin yang belakangan ini kelewat posesif, apalagi sejak sebulan ini Zizi lebih banyak berinteraksi dengan Bayu dan Firman mengenai perusahaan, karena Zizi masih aktif bekerja di A Land. Beberapa kali juga Gavin merengek karena alasan itu. Gavin cemburu buta kepada dua pria itu.

Tapi seperti gayung bersambut,  kajadian penyekapan Narendra dan Aji membuat Gavin semakin meradang pada kedua pria itu, dan tanpa berpikir panjang saat ia bertemu di parkiran Gavin langsung memukuli Firman dan Bayu saat papasan di rumah sakit.

"Gue liat Bang Gavin mukulin Bayu sama Firman, gue juga ikutan Teh. Gue jadi kepancing." Ucap Fabian saat mereka bertiga (re:Fabian, Gavin dan Ravi) di sidang oleh istri-istri mereka.

"Gue juga ikutan Bian sama Bang Gavin aja Teh. Terlanjur emosi juga. Lagian gue cuma mukul sekali, soalnya Bang Gavin mukulin nya gak karuan takut anak orang mati." Jelas Ravi sambil menunduk.

"Hon, ayolah maafin aku. Gak lucu ih kamu seminggu lebih musuhin aku cuma gara-gara kembang."

"Yasmine ngajuin cerai ke Naren aja karena kembang juga kan? Kamu mau ikut jejak mereka? Gak bakal ada rujuk loh setelah nya."

"Ih apaan sih! Pait pait pait. Jangan ngomong gitu dong, kamu tau kan aku gak bisa hidup tanpa kamu? Please hon, forgive me..." Gavin semakin merengek di ceruk leher istri nya. "Aku mohon maafin aku hon.."

"Ish! Aku marah sama kamu bukan karena kaktus! Kalau kamu emang nyesel, cari tau dulu apa kesalahan kamu! Besok kita bahas lagi. Aku ngantuk tau!" Ketus Zizi sambil melepaskan pelukan suami nya, lalu mendoromg tubuh pria itu menjauh sekuat tenaga.

***

Sudah hari ke tujuh sejak Narendra dinyatakan koma, nampak nya ayah anak dua tersebut masih betah pada tidur lelap nya. Seolah kehidupan di alam bawah mimpi nya lebih mengasikkan dari pada di dunia nyata. Pria itu bahkan tidak mau menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari tidur nyenyak nya.

Selama itu pula Yasmine pun akhirnya memutuskan untuk tinggal di rumah sakit untuk menemani sang suami, dan membawa kedua anak nya serta Mbak Ami dan Teh Sari–Suster baru Luna untuk tinggal di Wisma rumah sakit, tempat khusus menginap bagi keluarga pasien yang di rawat inap.

Sebenarnya untuk tinggal di Wisma harus membutuhkan izin khusus dari pihak rumah sakit, tapi karena rumah sakit itu adalah rumah sakit milik mertua nya, jadi mudah saja untuk Yasmine memboyong kedua anak nya untuk menginap di sana. Ya walaupun Yasmine tidak tidur bersama kedua anak nya, tapi setidak nya kalau ada apa-apa Yasmine tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk menjumpai putra dan putri nya.

Seperti sekarang ini, di pagi yang cerah Yasmine harus pergi ke kantor polisi bersama kedua mertua, dan adik ipar nya untuk di mintai keterangan lebih lanjut, tapi sayang nya ia harus meninggalkan kedua anak nya di wisma rumah sakit dengan art dan baby sitter.

"Kamu gapapa?" Tanya Yuna dengan wajah yang khawatir sambil mengusap punggung Yasmine lembut.

Yasmine tersenyum membalas genggaman tangan Yuna yang terbebas, "Gak apa-apa bun, cuma kepikiran sama anak-anak aja."

"Insya Allah aman Yas, ada Tante Yuri, sama Mama kamu juga kan jagain anak-anak?"

"Iya yah, mudah-mudahan gak ada apa-apa."

"Kata Ana, dia bakal izin praktek. Mau temenin anak-anak, sekalian anak nya juga mau pada datang. Fira juga bakalan nginep di Wisma. Kita tahun baruan di rumah sakit bareng-bareng sama Naren juga."

"Hari ini yang kebagian jaga Abang siapa Yah?" Tanya Yuna pada suami nya.

"Tadi besan chat, katanya bung Bima yang jagain abang."

"Emang papa gak ke kantor Yas?"

"Enggak Yah, libur akhir tahun."

"Udah lama ya papa kamu gak kontrol perkebunan sama perternakan nya. Biasa nya sebulan gak ketemu sama sapi-sapi nya suka gelisah." Canda Pradana dari bangku tengah bersama Aji, sedangkan Yasmine dan Yuna berada di bangku paling belakang.

"Iya Yah, katanya sih udah kangen sama keluarga Beno sama Beni, kemarin sempet video call liat mereka tapi masih belum sempet ke Garut buat nengok sapi nya. Lagian Mama juga belum kasih izin kalau papa sendiri kesana." Fyi, Beno dan Beni adalah dua ekor sapi kesayangan Bima di Garut.

"Iya padahal kita udah rencana akhir tahun ini mau liburan sekalian nengok anggota keluarga baru Beno, kalau gak salah ayah denger belum lama ini anak nya Beno lahir kan ya? Tapi di akhir tahun ini, kita malah dapet musibah. Gak papa ya Yas, mudah-mudahan bisa lain waktu. Bareng Naren juga." Ucap Pradana dengan nada ceria, berusaha membuat menantu nya semangat.

"Aamiin Yah, mudah-mudahan Aa cepet bangun. Untuk sekarang itu aja sih yang aku harapkan. Aa sehat lagi."

"Iya sayang, kita pasti berdoa terus. Makasih ya, udah sayang sama anak bunda. Udah mau kasih kesempatan lagi buat Naren, makasih banget... dulu waktu abang bilang, kalau abang mau deketin kamu lagi setelah satu tahun ngeduda, bunda seneng banget. Selama dia jadi duda, dia tuh gak pernah mikirin diri sendiri. Selalu forsir kerjaan juga." Ucap Yuna yang kini kedua tangan nya menggenggam jemari Yasmine. "Semenjak cerai, gerd dia tuh kambuh mulu. Kalau bunda ngomelin dia kenapa gak pernah mau istirahat, dia selalu bilang kalau dia istirahat, yang ada keinget kamu terus. 'Naren tuh capek bun, tapi kalau gak kerja, yang ada kangen terus sama Yasmine tapi gak bisa samperin orang nya langsung. Dia bukan punya Naren lagi.' Pasti itu terus yang dia ulang-ulang kalau bunda ngomelin dia."

"Terus waktu akhirnya kamu terima lamaran abang, dia pulang ke rumah langsung sujud di kaki bunda sambil nangis saking seneng nya."

"Bener tuh, inget banget dia nangis-nangis tapi udah nya nyengir mulu. Malem nya gak bisa tidur, soalnya gak sabar ketemu teteh katanya." Sahut Aji yang sedari tadi diam. "Dia yang gak bisa tidur, malah aku ikutan begadang main ps. Nemenin abang."

Yasmine terkekeh geli. "Pantesan malam nya gak bisa di hubungi, katanya asik main ps sama Aji."

"Makasih ya Yas, semenjak kalian rujuk pipi anak bunda berisi lagi. Kamu tau sendiri lah sekurus apa dia selama menduda."

"Ah dia mah duda merana, boro-boro jadi duda keren, rambut panjang gak keurus." Sahut Pradana sambil terkikik geli.

"Padahal gak perlu makasih bun, yang ada Yasmine yang minta maaf sempet gantungin Aa berbulan-bulan, mikir nya kelamaan. Hehehe."

Yuna tersenyum lembut menatap menantu nya. "Gak papa. Anak bunda pernah bilang, kalau harus nunggu berapa lama pun dia tetap nunggu untuk menjadikan lagi kamu istrinya. Kamu sangat-sangat layak untuk di tunggu."

Tidak terasa kendaraan yang membawa mereka ke polda telah sampai, terlihat banyak rekan wartawan yang sudah menyambut kedatangan keluarga Pradana di lobi. Begitu Pradana keluar bersama dengan istri, anak bungsu dan menantu nya. Para wartawan lekas menghampiri mereka dengan meminta beberapa pernyataan terkait dengan pemeriksaan hari ini.

Baik Yasmine, dan Yuna memilih bungkam sambil terus berjalan melewati para wartawan dan menghampiri tim pengacara mereka dan Danindra yang sudah stand by di suatu ruangan.

Konon katanya hari ini akan ada sebuah agenda khusus yaitu permintaan Aji yang ingin si pertemukan dengan Winda, dan sekalian Yasmine yang di pertemukan dengan Sunan.

"Nanti ya rekan-rekan. Saat ini kami belum bisa memberikan keterangan apa-apa. Karena kami juga baru datang, Insya Allah setelah pemeriksaan baru kami bisa kasih info ke rekan-rekan jurnalis dan rekan-rekan wartawan. Permisi ya..." ucap Pradana saat memastikan Yasmine dan Yuna telah memasuki area kantor polda dengan aman. Lalu kemudian pria itu berjalan sambil mendorong kursi roda putra bungsu nya. Karena kondisi Aji sendiri belum sepenuhnya pulih. Tapi sudah dinyatakan baik oleh tim dokter, dan sudah di perbolehkan pulang. Tapi Aji kekeuh ingin tetap berada di rumah sakit untuk menemani abang nya.

"Permisi ya..." ucap Aji dengan sopan kepada para wartawan yang sedang berusaha mengambil gambar nya.

"Tegang amat." Kekeh Danindra saat melihat Aji dan Yasmine yang duduk gelisah di tempatnya. "Santai aja kali. Gue kalau jadi lo Yas, si Sunan burung nya bakal gue tendang tuh pake high heels yang lagi lo pake sekarang."

"Lima senti mana berasa. Harus nya bawa wedges aja Teh." Sahut Aji pelan.

"Iya yang ada gantian gue yang masuk sini. Gak deh makasih saran nya." Balas Yasmine sambil mendengus.

Tidak lama seorang polisi muda datang memanggil Aji untuk di lakukan periksaan secara bergantian.

***

Setelah tiga jam lama nya di lakukan pemeriksaan oleh pihak kepolisian, Aji langsung di antar ke sebuah ruangan khusus di samping sel sementara untuk para terdakwa yang sedang menunggu kepastian hukum mereka.

Pria itu datang dengan di antar oleh polisi muda yang sejak tadi setia menemani dan mendorong kursi roda nya selama masa pemeriksaan.

Saat tiba di daun pintu pria itu bisa melihat wanita yang ia cintai setengah mati tengah duduk menunduk sembari menunggu nya. Betapa miris nya Aji melihat tubuh ringkih istri nya kini, padahal seharusnya wanita hamil tidak boleh stress. Dan sebagai pria dan suami tentu ia merasa khawatir dengan kondisi wanita itu.

"Ekhmmm..." Aji berdeham yang membuat Winda menoleh menatap nya dengan senyum tipis.

"Pak boleh tinggalin kami sebentar?" Pinta Aji pada polisi muda yang berada di belakang kursi roda nya.

Polisi muda itu pun mengangguk paham dan pamitan sambil memastikan bahwa ia akan menunggu mereka berdua di depan pintu.

Sudah sepuluh menit kedua nya berhadapan, baik Aji ataupun Winda masih sama-sama bungkam. Belum ada yang berinisiatif membuka suara nya duluan. Sebelum akhirnya Aji yang memecahkan keheningan di ruangan itu  

"Kamu apa kabar?" Tanya Aji pelan, sambil menatap wajah pucat istri nya. Tangan Aji terkepal kuat di bawah meja, menahan gejolak untuk menarik Winda ke pelukan nya, lantas Aji membuang muka nya ke sembarang arah, karena tidak kuat menahan rasa betapa pria itu masih sangat mencintai Winda meskipun sudah di sakiti sedemikian rupa oleh wanita di hadapan nya.

"A—aku baik. Ka—kak apa kabar?" Winda tersenyum getir berusaha terlihat tegar di hadapan sang suami.

"Aku gak baik. Aku gak akan baik karena harus lepasin kamu, Win." Aji menatap Winda dengan sendu.

Winda kembali menunduk dalam sambil memainkan jemari nya. "Maaf"

"Gimana kondisi bayi kamu? Dia sehat?" Tanya Aji yang kembali menampilkan senyum lembutnya. Sedangkan Winda mati-matian menahan tangis sesal nya. Sosok pria yang sejak dulu ia cintai di masa SMA. Tapi kini malah ia khianati.

"Mau kamu apa sih kak?"

"Maksud kamu?"

"Aku udah jahat sama kamu, better kamu udah stop untuk perhatian sama aku. Aku udah khianatin kamu. Kenapa sih kamu masih baik sama aku? Harus nya kamu langsung ceraikan aku, maki-maki aku, pukul ak—"

"Aku mau nya gitu, tapi aku gak bisa Win. Mau bagaimanapun, kamu masih satu-satu nya perempuan selain keluarga mu di hati aku. Seandainya aja kamu gak terlibat dengan percobaan pembunuhan abang ku, aku pasti mau bertahan sama kamu, aku pasti nunggu kamu, bahkan aku akan terima bayi kamu yang bakal aku anggap sebagai anak kandung ku sendiri."

Mata Aji berkaca-kaca. "Tapi gak bisa, kenyataan nya kamu nyaris bunuh abang ku, kamu jelek-jelekin Teh Yasmine di depan umum. Semua berita pribadi Teh Yasmine kamu spill di sosmed kamu. Kenapa kamu gak seperti perempuan yang aku kenal? Kamu berubah!"

Tanpa di duga Winda malah tertawa sinis sambil menatap pria yang secara hukum negara masih menjadi suami nya. "Ujung-ujung nya perempuan itu lagi."

Dahi Aji mengernyit bingung "Maksud kamu?"

"Dari awal kita pacaran, kamu selalu sebut nama dia. Bahkan setelah dia nikah lagi sama abang kamu, dia masih jadi priority kamu kan? Kamu lebih sering jemput dia di banding aku, bahkan kamu lebih banyak waktu buat dia. Kamu bilang cinta sama aku, tapi kamu lebih pentingin dia. Sedih nya walaupun aku udah jadi istri kamu, ibu kamu selalu aja banding-bandingin aku sama dia. Gila ya pelet perempuan itu kuat banget."

"Kamu cemburu sama Teh Yasmine?"

Winda melipat kedua tangan nya di dada "Iyalah, kakak pikir aja deh. Aku pasangan kamu, masa kamu pentingin dia terus?"

"Kalau gitu kamu salah paham."

"Apa nya yang salah paham kak? Jelas kamu lebih suka sama istri abang kamu sendiri!"

"Aku emang akrab sama Teh Yasmine, tapi aku murni anggap dia kakak ku. Aku tau perjuangan dia buat bisa luluhin hati abang ku. Seandainya aku jatuh cinta sama dia, seujung kuku pun aku gak akan di liat sama dia. Di mata dia, cuma ada abang. Bahkan setelah cerai aja, Teh Yasmine intensif selalu nanya kabar abang sama aku. Aku sebagai laki-laki normal, aku baper Win." Aji menatap Winda dengan mata yang sedikit mengembun. "Sebagai laki-laki aku ingin di cintai perempuan sampe segitu nya. Aku ingin merasakan rasa nya di cintai. Selama delapan tahun kita pacaran, aku yang banyak berjuang kan. Aku yang selalu usaha di tengah kesibukan kamu sebagai anggota cheers, setelah lulus kuliah kamu jadi model pun tetap aku yang banyak usaha. Tapi kamu malah membalikan fakta kalau aku prioritasin Teh Yasmine."

"Sejujurnya aku capek, Win. Bisa aja aku lirik perempuan lain di belakang kamu karena aku pengen ngerasain di manjain sama perempuan. Tapi aku gak gitu, aku mengerti posisi kamu. Kamu masih merintis karier yang aku tau persaingan nya sangat tidak mudah. Bahkan sorry, bukan aku mau ungkit, tapi disaat kamu strugle sama modeling kamu, dan saat itu kamu kurang uang, selalu ku kirim kan? Aku kira dengan kasih kamu uang, kamu bisa setia sama aku. Tapi tetap gak bisa kan? Kamu tetap khianatin aku."

"Aku bahkan gak masalah kalau kamu terang-terangan selingkuhin aku. Bahkan kamu tipu aku di malam pertama kita, aku masih bisa terima kan? Tapi dengan kamu bekerja sama dengan Sunan, dan berniat bunuh abang ku sendiri, menurut ku kamu sangat gak tahu diri." Tunjuk Aji dengan menohok.

Sedangkan Winda hanya bisa kembali menunduk dan kini dengan tangis nya.

Memang benar, Winda tersadar selama ini hanya Aji lah yang berusaha selama mereka berhubungan. Ia terlalu terlena di cintai oleh anak orang kaya, hingga ia lupa membalas perjuangan Aji. Di mata nya uang dan privilage Aji adalah segalanya. Hingga ia gelap mata malah memanfaatkan pria di hadapan nya itu sebagai alat batu loncatan di karier modeling nya. 

"Maaf..."

Aji menggelengkan kepalanya. "No need. Aku udah maafkan kamu, aku ikhlas. Mungkin ini takdir kita. Aku terlalu impulsif menjadikan kamu milik ku padahal keluarga ku nentang hubungan kita abis-abisan, sejak awal."

Winda hanya mengangguk di dalam tangis nya. "Aku— aku minta maaf kak. Aku juga terlalu buta buat terima tawaran Sunan untuk bantu dia balas dendam—"

"Kenapa? Apa salah abangku Win? Sampai kamu mau bantu dia?"

"Aku—aku minta maaf.. aku.... aku...." Ucap Winda dengan terbata, mata nya sama sekali tidak berani menatap pria di hadapan nya.

"Kamu kenapa? Apa salah abang ku Win? Dia seorang ayah kalau kamu lupa. Kedua anaknya masih butuh dia." Cecar Aji saat melihat wajah Winda yang risau.

"Aku... aku minta maaf... aku... aku harus jujur sama kakak, kalau sebenarnya  aku terima kakak jadi pacarku, bukan karena aku suka sama kaka, tapi karena awalnya aku naksir Bang Naren. Aku mau di ajak pedekate sama kakak, karena aku mau deketin Bang Naren dalam waktu yang bersamaan. Aku sakit hati, Bang Naren selalu nolak aku. Aku bahkan udah.... udah... pernah.... pernah tawarin tubuh aku ke dia, tapi tetap dia cuekin aku. Sampai akhirnya aku—aku kerjasama sama abang sepupu kamu, Bang Regan. Aku yang kasih botol minum itu ke Bang Naren. Dan aku juga yang bilang sama abang kamu, kalau minuman itu minuman yang udah di campur obat perangsang sama Bang Bian, buat nidurin Kak Yasmine."

"Tapi aku gak berekspektasi kalau.... kalau Bang Naren yang malah minum minuman itu dengan sengaja. Aku pikir, setelah aku kasih tau itu, Bang Naren bakal ninggalin Kak Yasmine. Nyata nya malam itu mereka melakukan hubungan badan dan pagi nya keciduk, tapi gak lama sejak kejadian itu akhirnya mereka nikah. Hancur hatiku kak... kenapa jalan ku makin sulit buat dapatin Bang Naren. Sampai akhirnya aku dendam sama dia, kalau dia gak bisa sama aku, dia harus lenyap dari sini. Tapi jangan salah paham saat aku ngelakuin itu aku udah cinta sama kamu, aku kerja sama sama Bang Regan karena dendam aja." jelas Winda yang membuat Aji membeku, sangat terkejut dengan kenyataan yang baru pria itu ketahui. Jadi kekacauan yang di alami Narendra dan Yasmine pada masa silam adalah perbuatan wanita yang ia cintai setengah mati. Ya Tuhan, betapa jahat nya Winda.

"Jadi kamu di balik akun yang spill kejadian malam itu? Kamu yang sebarin video abang aku di ciduk orang kampus?"

Winda menggeleng keras. "Bukan, video itu bukan punya aku. Aku emang punya tapi di kasih sama kating aku, dia ada di tkp saat itu. Aku cuma share cerita sudut pandang aku di podcast itu."

"Dan kalian para pasukan patah hati abang ku, bekerja sama untuk berniat balas dendam? Kalau kalian sakit hati sama abang ku, kenapa harus Teh Yasmine yang harus kalian serang?"

"Kita gak suka kalau Bang Naren bahagia. Kita semua masih sakit hati sama penolakan dia—"

"Iya dengan nyerang Teh Yasmine? Gak gitu cara nya Win.."

"Bukan gitu.."

"Bukan gitu gimana? Jelas kok. Kamu gak suka abang ku yang balik lagi sama istri nya kan? Kamu gak pernah tau gimana perjuangan mereka ada di titik sekarang susah nya kaya apa? Abangku berkali-kali coba bunuh diri setelah cerai dari istri nya. Dia bahkan pernah gantung diri, tapi untung nya aku keburu datang dan selamatin dia yang udah sekarat, berkali-kali dia ngehirup briket di dalam ruangan tertutup supaya dia cepet mati. Semua orang gak tau! Teh Yasmine sendiri aja gak tau gimana terpuruk nya abang ku saat itu. Dan dengan kamu curhat di podcast itu, kamu nyaris ngehancurin hubungan mereka tau gak? Jahat banget kamu Win. Gak nyangka aku, perempuan yang setengah mati aku perjuangkan, ternyata hati nya picik." Ucap Aji dengan tajam, tatapan mata nya tidak lagi lembut. Pria itu emosi setengah mati.

"Sekarang aku tanya. Bang Naren tau kelakuan kamu selama ini?"

Winda mengangguk pelan dan itu berhasil membuat Aji mendengus keras. "See, baik nya abang ku. Dia masih baik mau jaga nama baik kamu. Satu kali pun dia gak pernah juga jelek-jelekin kamu di depan keluarga ku. Di pernikahan kedua abang ku pun, dia masih sudi ngundang kamu. Dmei menghargai aku. Ya Walaupun kamu gak hadir, karena kamu pasti patah hati kan?"

"Enggak kak. Aku cinta kamu—"

"Jangan ngelak deh. Mana ada cinta kalau sikap kamu gak mencerminkan kalau kamu cinta sama aku? Kamu pasti sakit hati kan saat abang ku nikah lagi sama Teh Yasmine, sampai buat seribu alasan supaya kamu gak hadir, padahal kamu lagi ngamar di hotel sama cowok lain! Pantesan, kamu selalu gak bisa setiap kali aku ajak ketemu keluarga ku. Ternyata kamu gak bisa liat abang ku sama istri nya ya.."

"Ternyata sesakit ini ya, Win. Aku kira kamu punya perasaan yang sama, selama ini aku kaya orang bego. Cinta sendirian."

Winda menggelengkan kepala nya sedih, "enggak gitu kak. Aku cinta sama kamu. Aku mencintai kamu dengan tulus."

"Ya mungkin. Tapi aku cuma bayang-bayang bang Naren buat kamu. Kamu gak mencintai aku sebagai Aji. Kamu cinta aku karena aku adik Narendra. Kalau kamu mencintai tulus, kamu gak akan sejahat itu Win."

"Ok menurut ku, tentang kita case close. Tujuan ku mau ketemu kamu, aku bicarain tentang perceraian kita, termasuk harta gono gini yang kamu pernah minta." Aji menatap wanita yang sial nya masih sangat ia cintai.  Lalu pria itu memberikan sebuah surat persetujuan mengenai perceraiam kedua nya.

"Baca aja klausul nya. Kalau udah setuju. Langsung tanda tangan aja. Seperti yang kamu mau di awal, kamu minta rumah, aku kasih uang sebesar harga rumah itu. Dan lewat pengacara kamu bisa bicarain lebih lanjut. Dan aku harap ini adalah pertemuan terakhir kita. Setelah nya kita bukan siapa-siapa lagi." Aji menatap jam yang terpasang di pergelangan tangan nya.

"Tiga puluh menit lagi pengacaraku datang. Silahkan kamu minta semua tuntutan kamu. Aku pergi dulu. Semoga setelah ini kamu bisa hidup lebih baik lagi. Selamat tinggal." Ucap Aji sambil memutar kursi roda nya menuju keluar ruangan. Meninggalkan Winda yang mematung.

Aji berharap setelah badai ini selesai, Aji bisa menemukan perempuan yang bisa menerima ia apa ada nya.

***

Di malam pergantian tahun, Yasmine seperti dejavu saat masa-masa ia masih menjadi janda muda. Menjelang pergantian tahun ia hanya termenung di balkon. Beda nya bukan balkon apartemen, melainkan balkon rumah sakit. Sudah sepuluh hari Narendra sang suami masih betah di dalam tidur lelap nya. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda kearah positif bahwa suami nya akan bangun.

Malam demi malam Yasmine dengan sabar menunggu sang suami membuka mata nya. Hingga tiga hari ini Yasmine bisa melewati malam tanpa menangis, tapi entah mengapa sejak kepulangan nya dari polda tadi, wanita itu kembali tidak memiliki kekuatan dan berakhir menangisi penyesalan nya.

Mengingat percakapan bersama Danindra dan Aji tadi benar-benar membuat Yasmine sadar, bahwa sejak awal bukan Narendra yang jahat. Tapi orang di sekitarnya lah yang jahat kepada mereka berdua. Termasuk kakak kandung nya sendiri.

Satu hal yang terus berputar di otak nya adalah cerita awal mula dari masalah besar yang menimpa nya hingga di usir oleh orang tua. Ternyata bukan hanya dirinya yang terpuruk saat terciduk oleh massa di kamar kost Fabian. Narendra pun sama, saat kepulangan mereka dari polda Aji membeberkan banyak hal kepada Yasmine. Begitupula di konfirmasi langsung oleh Danindra yang memang sudah tahu dari Narendra langsung.

"Abang juga di gebukin ayah waktu itu Teh... semenjak itu semua fasilitas abang, di cabut. Satu-satunya uang saku cuma dari bunda." Tukas Aji sambil menatap langit dengan kosong.

"Abang sebenernya di larang buat nikahin Teteh. Tapi abang kekeh mau tanggung jawab, karena waktu itu abang merasa udah membuat teteh terhina. Abang gak mau teteh sendirian. Sampe abang  ribut gede sama bunda untuk pertama kali nya selama abang hidup. Aku gak nyalahin teteh kok, tapi dari sana aja walaupun dia selalu denial, abang tuh emang cinta sama teteh."

"Iya, kalau lo mau tau, setelah pertemuan keluarga dan berakhir lo di usir, Bang Naren menghilang juga tapi Bang Naren tiba-tiba muncul di kost-an lo waktu itu, kan? Jujur itu info dari gue Yas, waktu itu dia mohon-mohon karena khawatir sama kondisi lo. Apalagi lo di hujat satu kampus, bahkan Dosen Dian aja ikut ngebully lo."

"Nah... selama teteh ngekost, yang di bilang Indra kalau abang menghilang tuh sebenernya dia kerja tambahan di sela-sela intership nya buat meyakini Om Bima kalau dia layak nikahin teteh. Karena awal ya Om Bima juga gak setuju Teteh nikah sama abang." Jelas Aji sambil menatap Yasmime.

"Iya. Gue tau banget cerita itu. Bahkan Bang Naren juga setelah kalian nikah, dan juga saat lo hamil Ajen dia kan banyak ngilang, sebenernya karena dia kerja tambahan. Gue minta maaf ya Yas, gue sebenernya tau semua hal yang di alami Bang Naren tapi gue tetep diem. Gue tau perjuangan Bang Naren sekeras apa. Tapi gue malah gak bantu bilang sama lo. Malah kesan nya gue dukung lo cerai." Jelas Danindra sambil terus memberikan keterangan berdasarkan sudut pandang nya.

Lagi sibuk melamun Yasmine di kejutkan dengan pintu ruangan rawat suami nya terbuka lebar. Yasmine terkejut saat melihat semua orang berkumpul di hadapan nya. Lengkap. Ada kedua orang tua nya, kedua mertua nya, ada juga para sahabat dan keluarga seperti Bian, Gavin, Ravi, Danindra, Aji, Zidan, Adimas, Salma, Vania, Zizi, Nina, Clarissa, Safira, Isyana, Savian, Tama bahkan Gia yang sedang mengandung pun turut hadir memakai topi kerucut ulang tahun. Ada juga Luna yang sudah tertidur di stoller nya.

Tidak lama Jendra menghampiri bunda nya sambil membawa kue ulang tahun dengan lilin angka 29. "Hepi beday bunda Ajen yang cantik seduniaaaaa!" Seru Jendra dengan senyum manis nya, senyum yang sangat familiar. Senyum itu seperti senyum lebar milik Narendra. Pria yang masih terbaring di samping nya.

Yasmine berjongkok sambil tersenyum haru. "Kita tiup sama-sama?"

Jendra mengangguk semangat.

"Holeeeeee tiup lilin. Semoga ulang tahun bunda lagi, ayah ikut tiup lilin sama kita ya bunda." Seru Jendra setelah meniup lilin bersama. Lalu bocah itu menatap brangkar, dimana ayah nya tertidur.

"Aamiin sayang..." Yasmine memeluk sebagian tubuh gembul putra nya. "Makasih ya sayang."

Jendra mengangguk "Bunda, bisa tolong pegang kue ulang tahun na? Ajen mau bicala sama ayah."

Yasmine mengusap air mata nya, lalu mengangguk dan mengambil alih kue ulang tahun dari jemari putra nya.

"Ayah, bunda lagi ulang taun loh. Ayah belum mau banun ya. Tapi  Janan lama-lama bobo na ya.. Ajen lindu sekali sama ayah. Bunda juga lindu sama ayah. Adek juga lindu juga loh sama ayah. Ayah supel helo na Ajen, ayo banun ayah. Kita sama-sama lagi main bola. Oh iya Ajen ndak nakal loh, Ajen kan janji selama ayah pelgi, Ajen ndak nakal. Ajen selalu nulut sama bunda. Ayah, sekolah Ajen libul tau, kalau ayah banun pasti kita maen baleng." Ucap Jendra sambil berdiri di bangku pendek agar bisa menyamai tinggi nya pada brangkar sang ayah, bocah itu juga berulang kali mengusap wajah ayah nya dengan lembut.

"Ayah... ayah pasti akan banun lagi kan? Ayah ndak pelgi tinggal-tinggal Ajen kan? Ayah, Ajen lindu... Ajen selalu beldoa, semoga ayah cepat banun. Tapi, tapi Ayah gimana sih, bilang na ayah mau kelja, tapi ayah malah bobo di lumah sakit. Ayah pasti lelah ya? Ayan sih sibuk melulu!"

"Yaudah tapi ndak papa, ayah bobo aja yang nenak ya. Tapi nanti halus banun loh? Oh iya Ajen mau bilang kalau Ajen sayang banak-banak sama ayah. Kata bunda, ayah pasti banun. Ayok cepet banun lagi, telus kita potong kue bunda belsama-sama. Muuuaacchhhh" seru Jendra sambil di akhiri dengan mengecup pipi ayah nya. Dan hal itu berhasil membuat air mata Yasmine semakin deras. Ulang tahun yang sangat menyakitkan menurutnya.

Lalu setelah nya baik keluarga dan para sahabat merayakan singkat ulang tahun Yasmine sembari menghibur nya. Hingga kemudian satu persatu berpamitan sambil menguatkan ibu muda itu untuk tetap semangat. Dan berjanji akan kembali esok hari ke rumah sakit untuk menemani Yasmine menjaga Narendra.

Dan kini Yasmine kembali sendiri di ruang rawat suami nya. Ruangan itu kembali hening.

Tapi Yasmine hanya diam  menatap sebuah kotak yang di berikan Danindra tadi.

"Nih ambil, di dalam kotak itu ada hadiah dari bang Naren buat lo. Sama ini ada file buat lo nonton juga. Bisa pake tab atau laptop."

"Apaan nih?" Yasmine mengernyitkan dahi mya menatap flashdrive berwarna perak dari tangan Danindra.

"Flashdrive"

"Iya gue juga tau ini flashdrive bukan cilok. Maksud gue ini isi nya apa?."

Danindra tersenyum misterius pada sahabat nya itu. "Dari laki lo seminggu sebelum di sekap. Katanya tolong kasih flashdrive ini kalau dia kenapa-kenapa saat lo ulang tahun nanti. Terus berhubung laki lo masih bobo pules, dan lo ultah sekarang, jadi gue kasih deh. Lo liatnya nanti aja. Gue udah siapin ipad di lemari, lo tinggal masukin aja pake konektor usb to c, udah gue sedia-in juga."

Yasmine masih menatap flashdrive yang sejak tadi ia pegang erat-erat. Hati nya masih sedikit ragu untuk melihat isi file di dalam flashdrive yang di berikan Danindra sebelum berpamitan tadi. Kalau ia buka, sudah pasti tangis nya akan semakin pecah, tapi kalau tidak ia sudah tidak kuat untuk menahan rasa penasaran nya.

Yasmine mengecup dahi sang suami sebelum menyalakan ipad yang ternyata milik sang suami . "Lagi bobo juga kamu ganteng terus. Aku heran deh. Kamu gak capek apa ganteng terus? Kayak nya Tuhan waktu ciptain kamu, Tuhan nya lagi bahagia deh. Pantes dari dulu, aku gak bisa berpaling dari kamu." Wanita itu terkekeh geli tapi tidak berlangsung lama. Malah air mata nya malah luruh begitu saja. Sambil mengusap kasar wajah nya Yasmine menatap wajah sang suami. "Tuh liat aku tuh cengeng banget kalau soal kamu. Kamu ada di dekat aku, tapi kita gak bisa sayang-sayangan. Kangen di peluk kamu...."

"Niat banget deh Aa." Kekeh Yasmine saat melihat file video yang di maksud Danindra tadi.

"Hai sayang!" Sapa Narendra di video itu. "Liat ganteng gak Aa pake jas gini? Kamu kan suka kesemsem sama si Han Ji Pyeong. Ngomong-ngomong Aa udah mirip dia belum?" Ucap Narendra sembari terkekeh geli.

"Suatu saat nanti pakaian ini yang bakal selalu Aa pake. Jadi kamu gak boleh puji Han Ji Pyeong ganteng lagi. Aa lebih ganteng tau, lebih realistis juga." Ucap Narendra dengan nada yang merajuk di buat-buat.

"Bentar...." Narendra terlihat mengecek kalender di meja nya. "Sekarang tanggal 6 Desember. Bulan depan kamu ulang tahun. Kalau video ini kamu tonton artinya Aa gak bisa ngucapin ulang tahun sama kamu langsung."

"Mungkin aja ini adalah ucapan terakhir Aa buat kamu... kalau tahun depan udah gak bisa ngucapin ulang tahun, kamu gak boleh sedih ya? Karena selain Aa, banyak yang sayang sama kamu." Ucap Narendra sembari tersenyum di depan kamera.

"Indra kasih kamu kotak gak sayang? Nanti di buka ya setelah nonton video ini.. atau boleh sekarang juga. Bebas aja."

Buru-buru Yasmine membuka kotak berbahan kayu jati berukuran 40x40 yang tadi sore di berikan oleh Danindra.

Sebelum mengambil isi kotak itu, Yasmine kembali mem-play video suami nya.

"Kotak itu Aa kasih nama nya kotak pandora. Isi nya perjalanan kisah kita berdua disana tapi gak semua ada disana karena kotak nya kecil. Lengkap nya ada di lemari rumah lama kita. Kapan-kapan kamu tengok rumah lama kita ya sayang, sengaja gak Aa jual. Buat investasi masa depan. Balik lagi ke kotak tadi kamu cek deh, ada beludru warna biru, di dalam nya ada cincin mas putih yang niat nya mau Aa kasih ke kamu, setelah Aa lulus SMA dulu."


"Sengaja masih Aa simpen. Cincin  itu cantik, ukiran nya salju. Yang menurut Aa itu deskripsiin kamu banget. Kamu tuh kalau di luar dingin sama orang yang gak kenal sama kamu. Tapi kalau kenal kamu dengan baik, kamu itu hangat. Maka nya Aa gak worry kamu bakal berpaling dari Aa. Hahaha. Yasmine kan Naren punya." Ucap Narendra sambil terkikik di tempat nya.

"Tapi Aa justru yang khawatir karena banyak cowok yang suka sama kamu. Pusing emang punya istri yang cantik nya kebangetan. Bidadari aja lewat deh cantik nya." Lanjut Narendra yang membuat Yasmine mendengus sebal.

"Pede banget. Tapi emang bener sih!" 

"Liat deh di dalam cincin itu, ada ukiran tanggal di cincin nya."

01012009-01012011

"Sebenernya ada dua tanggal, tanggal pertama itu tanggal dibuat nya cincin itu. Tanggal yang kedua sebenernya mau Aa pake buat tanggal nembak kamu. Tapi Aa nya bego duluan, tanggal itu malah Aa jadiin hari patah hati kamu, karena Aa ninggalin kamu di balai kota sendirian, hujan-hujan lagi. Dan malah milih datangi perempuan itu, di bandingin dengerin penjelasan kamu. Maaf ya sayang" Ekspresi Narendra mendadak sendu, terlihat sekali wajah nya sarat akan penyesalan yang teramat dalam.

"Kamu tau gak sampe detik ini, Aa nyesel banget. Kenapa Aa gak konfirmasi langsung sama kamu tentang Regan, tentang perempuan itu, dan bahkan tentang perasaan kamu. Aa terlalu larut dengan rasa kecewa Aa. Aa minta maaf sama kamu, sebenernya Aa sengaja deketin perempuan itu demi bisa balas dendam sama kamu, karena Aa merasa udah di tipu sama kamu. Karena Aa pikir kamu suka sama Aa."

"Kan dari awal aku emang suka sama Aa..." lirih Yasmine yang tangan kanan nya masih memegang cincin emas putih yang ia ambil dari beludru itu. Sedangkan kotak nya ia pangku di paha nya.

"Aa juga baru tau, kalau ternyata kamu juga di fitnah. Aa gak bermaksud buat adu domba kamu sama Idan. Tapi berkali-kali kamu selalu tanya sama Aa apa alasan Aa tiba-tiba benci kamu, tapi Aa selalu menghindar pertanyaan itu, karena Aa gak mau kamu kecewa sama semua orang di sekitar kita."

"Tapi Aa harus bilang sama kamu sekarang, Aa takut ga bisa jelasin sama kamu lagi. Jadi waktu Aa udah di tingkat akhir SMA dan kamu di tingkat awal, Idan pernah bilang. Kalau gak salah setelah kamu dan keluarga kamu pulang dari Garut deh. Idan dan kamu kan seminggu gak masuk, dia bilang kalau dia nemuin diary kamu di kamar, dia baca isi diary kamu kalau kamu sebenernya suka sama Regan. Kamu cuma pura-pura suka sama Aa. Dan dari sana Aa kecewa banget sama kamu. Aa merasa di tipu sama kamu. Sampai akhirnya secara sadar Aa nyakitin kamu terus."

"Aa minta maaf sayang, karena kebodohan Aa. Kamu harus nerima imbas nya. Seandai nya nanti Aa masih ada umur, nanti kita bahas sama-sama ya.. kalau engga, Aa mohon supaya kamu ikhlas, dan kamu perlu tau kalau Aa cinta mati sama kamu. Dan Aa melakuan ini semua demi kamu..."

"Terakhir, Aa mau ngucapin selamat ulang tahun sayang nya Aa, sayang nya Naren, terima kasih sudah menjadi istri yang baik. Semoga semakin sayang sama Aa, sama anak-anak. Semakin sholehah, semakin baik lagi, dan sehat selalu. Semua doa baik selalu Aa panjatkan untuk kamu, setiap sholat Aa nama kamu dan anak-anak yang gak pernah Aa lewati. Ada atau tidak nya kehadiran Aa, kamu harus tetap bahagia ya sayang. Aa sayang banget sama kamu dan anak-anak. Salam ya buat Abang dan Adek. Bye sayang..." setelah video itu selesai, Yasmine semakin semangat untuk mengambil hadiah dari suami nya. Dan ternyata di dalam nya ada banyak kotak perhiasan berbahan akrilik transparan. Dan di setiap kotak perhiasan itu selalu ada surat yang lengkap dengan tahun surat itu dibuat. Dari tahun 2012, tahun pertama Yasmine menjadi mahasiswa. Karena di tahun 2011 Yasmine masih menerima kado dari Narendra, ya walaupun Safira sebagai perantara nya.

Lalu Yasmine membuka nya sesuai dengan tahun termuda yang sepertinya memang sudah di siapkan oleh sang suami.

2012

Selamat ulang tahun, Yasmine. Walaupun kamu gak pernah cinta sama aku, dan kamu diam-diam ternyata suka sama Regan. Aku berharap kamu cepet move on sama dia. Dia bukan cowok yang baik. Dia juga udah jadi suami orang. Dan kamu harus belajar cinta sama aku!

.

2013

Selamat ulang tahun, Yasmine. bahagia selalu. Semoga kamu bahagia bersama Bian. Kamu harus tau, aku gak suka kamu deket-deket Bian. Aku tuh cemburu! Peka dong! Maaf hari ini aku kelepasan bentak kamu lagi...

.

2014

Selamat ulang tahun Yasmine, pacarku. Aku doain semoga si Melki jauh-jauh dari kamu. Karena aku cemburu! Kamu harus nya peka dong kalau aku tuh cemburu! Maaf aku gak berani ngucapin langsung. Semoga kamu suka.

.

2015

Selamat ulang tahun, Yasmine. Bentar lagi kita anniversary 1 tahun. Tapi rasanya kamu lebih deket sama Melki dan Indra. Aku minta maaf udah maki-maki kamu kemarin. Aku cuma gak suka kamu ketawa bareng sama Melki!

.

2016

Selamat ulang tahun, Yasmine. Di ulang tahun yang ke-21 ini kamu resmi jadi istri aku. Walaupun dengan cara yang di paksakan. Aku gak pernah menyesali dimana malam itu aku tidur sama kamu. Aku minta maaf sempat bentak-bentak kamu pagi itu. Aku juga minta maaf sempat melarikan diri di resepsi kita, aku terlalu cemburu liat foto kamu sama Harsa. Aku minta maaf... terima kasih sudah menjadi istri yang baik. Aku mau bilang, kamu cantik sekali dengan gaun resepsi itu.

.

2017

Selamat ulang tahun, Yasmine istri ku yang cantik. Semoga kamu bahagia selalu, aku minta maaf masih menjadi sosok suami yang jahat buat kamu. Aku cuma bingung bagaimana aku harus bersikap. Tapi... aku sayang kamu...

.

2018

Selamat ulang tahun, Yasmine istri ku... semoga Allah menjadikan kita jodoh dunia akhirat, semoga kamu sehat selalu, bayi kita  juga sehat. Aku minta maaf di malam tahun baru ini, aku malah sibuk kerja. Tapi ini semua demi kamu dan bayi kita tercukupi gizi nya, tunggu aku di rumah ya...

.

2019

Selamat ulang tahun, Yasmine. Bidadari ku.. bunda dari anak ku. Sehat dan bahagia selalu, lagi-lagi aku harus jadi pengecut karena gak berani kasih hadiah ini buat kamu. Di tahun ini juga aku harus kehilangan kamu, akta cerai udah aku terima. Aku lepasin kamu, bukan berarti kedepan nya aku gak akan usaha buat ambil kamu balik ke pelukan aku. Tunggu aja! Yasmine, aku cinta kamu...

.

2020

Selamat ulang tahun, Yasmine. Wanita ku, Bunda Jendra yang cantik. Semoga bahagia selalu.
*ps. please.... jangan terima lamaran Haris. Biar aku aja yang jadi suami kamu lagi! Aku cinta kamu...

.

2021

Selamat ulang tahun, Yasmine. Satu-satu nya pemilik hati aku, ibu dari anak ku... bahagia selalu, menjadi ibu yang baik. Aku berdoa semoga Allah kasih aku kesempatan buat milikin kamu lagi, dan aku bersumpah aku gak akan sia-sia-in kamu lagi. Jangan terima si Sunan, di bau kaki. Aku cinta kamu...

Selesai membaca surat terakhir Yasmine tersenyum menatap surat itu sambil terkekeh. "Dasar cemburuan! Dari dulu cemburuan ternyata. Kirain aku,  kamu tuh emang hobi aja bentak-bentak aku. Hehehe" Lalu perempuan itu meraih lengan suami nya. "Aku dulu tuh sakit hati banget sama sikap kamu! Tapi aneh nya aku tetep cinta sama kamu. Dasar nyebelin. Masa hadiah ulang tahun nya di tabung gini sih? Pokoknya Aa harus bangun. Dan jelasin ini semua satu persatu. Aku gak mau pake sebelum Aa jelasin arti semua kalung, gelang, cincin dan anting-anting ini."

***

Maaf ya chapter ini flat banget.

Hai, ada yang nyariin aku gak? Hehehe maaf ya lama ga update. Sebulan ini sibuk banget di RL dan malah tumbang. Jadi baru sempet buka wattpad lagi. Kedepan nya insya allah gak bakal ilang-ilangan lagi. Dan Insya Allah bakal publish cerita baru, tapi gak sekarang. Face claim nya masih  whitory..
🐰⭐️
Mohon di tunggu ya...

Continue Reading

You'll Also Like

29.3M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
162K 31.6K 84
[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii...
50.6K 3.2K 22
Dilamar karena saling mencintai ❌ Dilamar karena mendoakan waktu bersin ✅ Seorang gadis bernama Najla Faqihatun Nissa yang baru memulai hijrahnya aki...
150K 9.7K 18
Ola, balita umur 3 th yang hiperaktif, polos, dan menggemaskan. Resmi menjadi beban di kediaman Duke Oxiver dan dinyatakan menjadi 'tawanan' gemoy ya...