44. Saat-Saat Menyebalkan

1.3K 215 63
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi sekali Aji menerima telpon dari kakak ipar nya yang mengabarkan kalau abang si kesayangan nya telah sadar. Mendegar itu tentu Aji senang sekali, karena berita bahagia itu adalah berita yang sudah lama ia tunggu-tunggu.

Ya bayangkan saja lebih dari dua pekan ayah dua anak itu tertidur panjang, jadi tanpa pikir panjang pria yang statusnya soon to be duda ini berjalan cepat keluar wisma menuju ruang vvip dimana abang nya di rawat.

Di depan ruang rawat Narendra nampak nya sudah banyak orang disana. Apalagi terdengar tangis bunda nya yang terdengar sampai luar.

"Selamat Pak Aji, Kakak nya sudah bangun." Sapa salah satu dokter yang sejujur nya Aji tidak tau siapa beliau, tapi untuk menghargai Aji tersenyum ramah sembari menyambut jabatan tangan si dokter laki-laki itu.

"Terima kasih pak. Terima kasih juga atas bantuan nya." Balas nya ramah, pria itu masih tetap diam di depan pintu. Karena di lihat dari jendela, ada banyak dokter disana.

Mungkin karena ini rumah sakit bunda jadi banyak dokter disini, pikirnya.

"EH! Pak Aji masuk aja. Kita semua udah selesai kok." Ucap salah satu dokter muda yang seperti nya baru keluar dari ruang rawat Narendra.

Aji hanya tersenyum sambil mengangguk tanpa menjawab apapun.

Mau masuk gimana? Itu dokter di dalem bejejer semua. Pengap yang ada. Balas nya dalam hati.

Kemudian pria itu memilih duduk di kursi tunggu depan resepsionis khusus ruang vvip. Namun baru saja duduk, ia langsung di suguhi pemandangan yang aneh, sampai membuat  mata nya mengerjap beberapa kali tatkala menatap sesuatu yang aneh di depan nya. Ya bisa barangkali Aji salah lihat.

Tapi.....

Itu Fabian. Bersama dengan dokter muda, perempuan, cantik dan berhijab.

Mereka berdua tengah bercanda sambil berjalan bersama. Mungkin saking asik nya obrolan mereka,  sampai tidak menyadari keberadaan Aji  yang tengah menatap mereka berdua dan melewati Aji begitu saja.

"Hadeuh si bego bukan nya di fotoin malah di liatin doang! Aji... Aji... kapan pinter nya sih anying? Pantesan di begoin cewek aja gampang banget." Seolah tersadar pria itu malah mengacak-ngacak rambut nya dengan sedikit kasar.

"Tapi itu siapa dah? Deket amat?" Heran Aji mengikuti arah dimana Fabian dan si dokter itu melangkah di ujung lorong sana. Tatapan pria itu masih sangat fokus, bahkan saat di panggil seseorang pun ia tetap aja menatap lorong itu dengan mata yang menyipit.

"Aji!" Isyana menjewer telinga adik nya, yang membuat si pemilik telinga mendesis kesakitan. Pria itu juga sedikit terlonjak. "Ngagetin ih si Teteh"

"Ya Allah kamu ngapain disini sih dek? Bengong lagi, kerasukan tau rasa."

Pengabdi Istri (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang