Dan dia tidak mencoba sedikit saja minta maaf padaku atau menanyakan kesalahannya atau minimal berusaha untuk membuat dirinya lebih baik di hadapanku?
Reiko makin jadi emosinya merasa tak dipedulikan dan dicuekin.
Enak aja sih dia? Gak punya manner! Bukankah ini semua kesalahannya? Sudah dikatakan kalau harus memanggilku siapa di luar tapi tetap menjadikan ini bahan guyonan!
Minimal Reiko ingin sedikit memberikan pelajaran dan menegur wanita yang terlelap itu. Reiko tak tahu bagaimana menahan emosinya saat tahu ditinggal tidur. Makin jadi kesal dan marahnya.
Apa Dia pikir dia ini majikanku makanya dia bisa melakukan apapun di mobil ini, bahkan seenaknya tidur tak menemaniku mengobrol seperti aku seorang driver?
Reiko bukan orang yang suka ditinggal tidur kalau sedang menyetir apalagi di sampingnya ada seseorang. Dia lebih suka kalau di dalam mobil itu diajak bicara.
Aku tak bisa biarkan!
Makanya Reiko ingin membangunkan Aida dan sudah masuk rest area untuk berhenti dulu sebentar.
Tapi
Kenapa dia seperti kelelahan?
Kesimpulan seperti ini membuat dirinya diam memandangi Aida tanpa satupun ucapan lagi keluar dari bibirnya.
Tangannya dan kakinya masih sakit. Pfffh!
Ini juga yang membuat Reiko menghempaskan napas tiba-tiba rasa hatinya seperti meleleh melihat sisa luka ditangan Aida yang tak di perban.
"Kata dokter dia memang membutuhkan istirahat supaya bisa cepat sembuh, kan?"
Ini yang membuat Reiko mengambil keputusan untuk kembali menstarter mobilnya dan membawanya keluar dari rest area.
Beruntungnya kau, karena tiba-tiba rasa marahku menguap!
Aida tertidur pulas. Dirinya tak berasa apapun dan Reiko baru saja berkomentar sambil menekan pedal gasnya lagi.
Reiko mengendarai mobil nya lebih slow, tak ingin membuat Aida terbangun karena ngebut-ngebutan yang dilakukan olehnya.
Sudahlah! Aku pun juga tidak mengenal pengantar delivery order itu. Dia juga mungkin hanya sepintas lewat dan tidak perlu dipikirkan berlebihan. Dia tidak mungkin membuat gosip apapun di antara kami dan menyebarkannya ke media sosial bukan?
Reiko, sebenarnya hanya khawatir dengan reputasinya dan di saat Aida tidur seperti sekarang dirinya mulai berhasil untuk menenangkan diri setelah hampir dua jam perjalanan Reiko seperti bom waktu yang siap meleduk, tak kuasa dia menahan percikan api dalam dirinya!
Tapi tetap ini bukan berarti aku memaafkanmu! Kita akan bicara tentang hal ini nanti. Aku tidak mau sampai ada yang begini lagi nanti saat aku keluar denganmu dan di hadapan orang banyak.
Walaupun Reiko ingin sekali menggerutu, tapi kesimpulan ini membuat dirinya menahan semua marahnya dan memilih untuk fokus pada perjalanannya menuju satu Villa yang memang lokasinya sudah terhubung dengan GPS di mobilnya.
In two hundred metters turn left!
Suara Mbak Google juga sudah terdengar, dan dari tadi Reiko memang hanya mengikuti itu.
Bahkan dia tidak mendengarnya dan masih tetap fokus pada tidurnya. Reiko hanya geleng-geleng kepala saja dan kini bahkan sudah terlihat senyum di bibirnya.
Kenapa ada orang bisa tidur sambil mendengkur? Tapi aku tanya pada Brigita aku tidak pernah tidur seperti itu. Brigita juga sama. Dan dia lucu sekali, mendengkur pelan seperti lelah sekali? Padahal aku yang paling lelah diantara kami.
Jujur Reiko masih mau marah pada Aida hanya saja suara dengkuran halus dan terlihat kalau Aida kecapean ini malah membuat dirinya menahan nahan tawa dan geli sendiri. Seperti mood booster.
"Ah Sudahlah biarkan dulu. Tak perlu diperpanjang lagi. Mungkin memang dia tidak tahu dan mungkin dia hanya sekedar ingin menggodaku tanpa berpikir terlalu jauh?"
Pernyataan seperti inilah yang membuat hati Reiko lebih tenang dan tidak berpikir macam-macam ketika dia keluar dari tol gadog, dan menuju terus ke atas.
Reiko tak lagi marah meskipun dirinya harus menyetir sendirian.
Mobil itu bergerak sangat smooth sekali dan kalaupun harus melewati sedikit kemacetan dia tidak menginjak rem terlalu dalam dan membuat kondisi seseorang yang tidur benar-benar terjaga.
Hingga
In a hundred metres, turn right!
Mbak Google juga sudah memberitahukan lagi ancer-ancer tempat yang akan didatangi Reiko.
Ah, dekat kebun teh! Reiko berpikir sambil dia melajukan mobilnya menyeberang karena dia ada di posisi kiri! Setelah memberikan sedikit rupiah pada polisi cepek dirinya pun melanjutkan melalui jalan yang lebih kecil daripada jalan raya tadi.
Terlihat biasa saja dari luar tapi di dalam sini bisa terlihat mewahnya, bisik hati Reiko yang kini sudah masuk ke dalam satu pelataran Villa yang luas dan nyaman.
"Astagfirullah aku ketiduran!"
Akhirnya dia bangun juga! Tapi aku sama sekali tidak ingin mengganggunya tidur tadi! bisik hati Reiko yang memang sudah merubah rencananya dan ingin membiarkan Aida tidur sampai wanita itu terbangun sendiri.
Gerakan mobil yang sedang parkir itu yang membangunkan Aida.
Dia marah nggak ya aku tidur? Dia masih cuek gak ya? Apa aku lebih baik bertanya padanya lebih dulu kah? Atau aku biarkan saja seperti ini keadaannya dulu?
Aida berbisik dalam hatinya dan dia belum tahu harus berkata apa di saat pria itu sudah menginjak rem dan otomatis, karena mobil berhenti maka rem tangan pun ikut aktif. Tapi mesin mobil masih dalam kondisi menyala.
"Aku akan masuk ke dalam sebentar." Reiko sudah mulai bicara lagi tapi dia tidak menatap Aida.
"Aku akan tetap menyalakan AC-nya dan tidak mematikan mesin mobilnya. Kamu bisa nyaman berdiam di dalam sini. Buka sedikit jendelanya untuk pergantian udara dan kalau mau tiduran sebaiknya sandarannya di kebelakangin. Lebih nyaman."
Dari dia bicara padaku sepertinya emosinya sudah mereda! Tapi tadi apa yang dia bilang ya? Aida mencoba fokus dan mengulang apa Yang diingat di dalam benaknya.
"Sudah jelaskan?"
"Bapak mau tetap pasang ac-nya?" Aida justru menggelengkan kepalanya ketika dia melihat anggukan Reiko yang sedang meliriknya.
Waduh, aku gak maulah! Boros! Lagian ini puncak kan? Ada dulu aku lihat berita orang meninggal karena keracunan AC.
tetiba Aida berpikir terlalu jauh.
"Eh nggak usah dipasang Pak!" dan tanpa memperhatikan wajah Reiko yang tampak kelelahan setelah perjalanan mereka ini Aida kembali menolak.
"Ini bisa dibuka kok jendelanya. Kalau jendelanya dibuka lebar tentu saja ada angin dari luar dan tidak perlu buang-buang uang untuk pakai AC."
Aida yakin apa yang ditentukan ini adalah yang terbaik.
"Tidak bisakah kamu mendengarkan aku dulu sebentar? Kalau aku sudah menentukan sesuatu apakah sulit untuk mengikuti apa yang aku sudah kukatakan?"
Jelas saja ini mengundang emosi Reiko kembali.
"Bu, bukan begitu!" Dengan cepat Aida menggerakkan tangannya untuk membuka jendela di sampingnya.
"Saya hanya ingin menunjukkan bahwa angin dari sini itu lebih baik Pak, lebih segar! Saya juga bisa mengeluarkan kepala saya seperti ini. Lagi pula ini lebih menyenangkan."
"Kamu....!" Reiko jujur saja kehilangan ketenangannya dan dia begitu marah.
"Cepat masukkan kepalamu!"
Dia belum bisa menjelaskan apapun.
Tapi
"Pak, saya rasa ndak usah pakai AC dan ndak usah buang-buang uang!"
"Aku memang menyuruhmu membuang uangmu?"
Baru juga dia berhenti sudah Aida membuatnya gusar lagi dan pening.
"Singkirkan tanganmu awas! Dan sekarang masukkan kepalamu jangan seperti itu!" pekik Reiko emosi.
Sudah tahu kan bagaimana tabiat Reiko? dia bukan orang yang suka kalau apa yang sudah diinginkannya ditentang oleh orang lain. Itu yang membuat dirinya menggerakkan tangan kanannya untuk menutup jendela di samping Aida.
Tapi
"Singkirkan tanganmu dan masukkan kepalamu sudah kukatakan padamu!"
Aida tadi menekan tangan kirinya di pintu saat dirinya sudah melepaskan sabuk pengaman dan ingin membuktikan pada Reiko bisa mengeluarkan kepalanya dan udara sejuk.
"Gak Pak!"
Makannya, ketika Reiko ingin menutup jendelanya wanita itu malah tetap membiarkan kepalanya berada di sana menolak Reiko.
"Bensinnya sayang Pak! Kalau Bapak nyalain terus mobilnya nanti kan bensinnya mubazir! Tapi kalau dimatiin ya hemat dan saya rasa saya masih bisa hidup kok dengan udara di sini!"
'Kamu tuh! Saya mau tutup jendelanya kar...."
"Gak Pak, saya mau pakai angin dari luar aja!" Entah apa yang terjadi pada Aida tapi dia memang tidak mau dan langsung memotong omongan Reiko sebab ketakutannya.
Aku kan mengatakan yang benar kalau ini pembohong-bohong dan pemborosan? Kenapa juga harus pakai jendelanya ditutup sih? Orang ini memang kaya tapi aku tidak mau membuang uang! bisik Aida di hatinya.
"Kamu tuh....?" tentu saja ini membuat Reiko makin emosi tapi belum sempat dia melanjutkan ucapannya hatinya kejut-kejut dan tangannnya mengepal penuh emosi.
"Kamu bener-bener ingin menghancurkan reputasiku?" Suara itu tertekan sambil mengalihkan pandangannya dari Aida, dan Reiko hanya menatap setir.
"Eeh...." dan Aida kebingungan
di saat sura lirih Reiko bicara lagi.
"Lihat mobil di sebelahmu itu!" Mobil hitam yang baru datang dan parkir di sisi mobilnya.
"Aku harus menjelaskan apa pada mereka tentang keberadaanmu di sini dan luka kakimu? Kenapa sulit sekali menurut untuk tutup jendela saja?"