Pengabdi Istri (The Series)

By Indomie2Bungkus

127K 13.3K 3.3K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... More

1. Tukeran Kado
2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
13. Bertemu Gavin
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
18. Botram
19. Gengster Squad
20. Drama Puasa
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
31. Agustusan Nih
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
42. Ayo, cepet bangun ayah!
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi
59. Sisi Menyebalkan Narendra

39. Rencana - A

1.1K 135 21
By Indomie2Bungkus

***

***

Chapter ini mostly pembahasan Narendra doang ya guys. Buat yang nyari cast lain, bisa tunggu di next chapter.

Ada 15000 words, jadi aku bagi 3 chapter. Semoga kalian gak bosen hohoho

Happy reading❣️

***

Sedikit kilas balik saat Sri Ningsih dan suami nya yang di tangkap KPK satu tahun lalu karena dugaan tindak korupsi yang di lakukan mereka berdua atas pengadaan alat tulis untuk rapat rutin para anggota DPRD yang dimana suami dari Sri Ningsih ini adalah ketua DPRD di kota ini.

Sri Ningsih yang menjabat sebagai Dekan di Fakultas Psikologi pun tidak luput dari pemeriksaan dan ternyata terbukti ada tindak penyelewengan kekuasaan dan penggelapan dana fakultas untuk pengadaan buku di perpustakaan tempat ia bertugas.

Dan Sunan, menjadi salah satu saksi yang di periksa karena terdapat bukti aliran dana yang di kirimkan melalui rekening Sri Ningsih kepada Sunan dengan jumlah yang tidak wajar.

Tapi yang tidak habis pikir menurut Narendra adalah Sunan dan Sri Ningsih bisa di bebaskan tanpa dakwaan apapun. Padahal Sunan pun terlibat dengan tindak korupsi ini. Apalagi Sunan menerima gratifikasi dari seorang pengusaha atas lolos nya tender renovasi dan pengadaan alat dan buku perpustakaan di kampus mereka mengajar. Di tambah keluarga Arsenio melayangkan laporan atas kekerasan yang di lakukan Sri Ningsih dan Sunan (meskipun Sunan tidak melakukan kekerasan secara fisik, tapi Sunan lah yang memprovokasi beberapa dosen untuk bertindak kasar pada Yasmine) kepada menantu mereka. Yasmine.

Karena bukti yang di berikan Narendra selaku saksi dan juga suami korban itu sangat memberatkan Sri Ningsih. Alhasil Sri Ningsih hanya di jatuhi hukuman 8 bulan penjara namun karena perilaku Sri Ningsih yang kooperatif dan sopan maka ada keringanan hukuman menjadi hanya 2 bulan kurungan atas tuntutan kekerasan yang di lakukan nya pada Yasmine. Tapi sayang tidak dengan tindak penyelewengan dana yang mencapai kerugian hingga 2 Triliun rupiah. Sri Ningsih ini bisa menjadi contoh salah satu orang yang kebal dengan hukum.

Narendra yang terus memantau kasus ini pun hanya bisa geleng-geleng kepala, betapa hukum di negara ini begitu tidak adil dalam artian hukum di negeri ini tumpul ke atas tapi sangat tajam ke bawah.

Melihat Sunan yang bebas membuat Narendra ketar-ketir karena bisa saja Sunan masih berkeliaran di sekitar nya. Dan bisa jadi saat ini Sunan sedang bersembunyi lalu kembali muncul dengan melakukan balas dendam kepada nya.

Menghindari hal itu Narendra diam-diam menyewa agen mata-mata yang langsung ia sewa dari Jerman. Abelard Reinhard pria berdarah Indo-Jerman yang menjadi detektif swasta di negara asal ayah nya. Meski berwarga negara Jerman pria itu mengikuti bahasa yang di gunakan oleh Ibu nya yang asli Indonesia. Abelard juga seorang muslim minoritas di negara nya.

Narendra berkenalan dengan Abelard atau di sapa Abe di acara volunteer kemanusiaan di timur tengah beberapa tahun lalu. (Tepatnya setelah Narendra resmi bercerai dengan Yasmine, pria itu memutuskan berangkat ke tanah suci Mekah dan Madinah untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Lalu di waktu yang bersamaan ada pengumuman acara kemanusiaan yang di ikuti oleh seluruh rumah sakit se-Asia Tenggara. Mendengar berita itu Narendra menawarkan diri untuk menjadi volunteer di bagian kesehatan dalam aksi perdamaian tersebut).

Diantara kebanyakan peserta volunteer dari Indonesia yang lebih dominan berbicara berbahasa Inggris justru Narendra menjadi salah satu anggota volunteer yang juga fasih berbahasa Arab sehingga lebih memudahkan pria itu berinteraksi dengan warga sipil.

Selain bahasa Arab, Narendra juga fasih berbahasa Jerman. Apalagi saat Narendra tau kalau Abelard adalah seorang Germany tanpa ragu Narendra mengajaknya berbicara dengan bahasa Jerman yang menurut Abelard sendiri cara berbicara Narendra sangat fasih untuk ukuran WNI dan sangat mudah di pahami. Tapi setelah kedua nya menjadi akrab, Abelard meminta untuk berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia saja. Selain untuk memperlancar dalam kemampuan percakapan berbahasa Indonesia nya, Abelard juga sangat mencintai Indonesia karena Indonesia adalah tanah kelahiran ibu nya. Ia sangat menghormati bahasa Indonesia seperti bahasa Jerman yang menjadi bahasa utama nya sejak ia lahir.

Ya walaupun sebenarnya Abelard berbicara dengan sang ibu menggunakan bahasa Indonesia. Tapi Abelard ingin berbicara bahasa Indonesia selain dengan ibu nya dan juga kakak adik nya di Jerman dan kini ia memiliki teman baru yaitu Narendra yang banyak mengajarkan bahasa gaul Indonesia.

Sesuai permintaan Narendra untuk memata-matai Sunan, Abelard pun langsung terbang ke Indonesia bahkan semua keperluan Abelard di tanggung oleh Narendra. Rumah, transportasi, bahkan supir. Dan diantara para sahabatnya, entah mengapa Narendra lebih mempercayakan pada Danindra tentang rahasia ini. Alhasil Danindra juga banyak di libatkan tentang projek mata-mata ini. Nah peran Danindra ini juga yang akan menjadi guru 'mengumpat' dalam bahasa Indonesia dan Sunda kepada Abelard.

"Woah makasih banget bang. Gue terharu. Jujur dari kecil gue punya cita-cita jadi detektif upin dan ipin. Thanks banget, berkat lo cita-cita leluhur gue jadi tercapai." Seru Danindra senang saat Narendra mengenalkan nya pada Abelard di rumah sewaan Narendra. Yang lokasi nya lumayan jauh dari kawasan rumah mereka. Ya inti nya Danindra dan Narendra sepakat, untuk tidak membahas hal ini di area rumah nya. Kecuali bisik-bisik.

Satu minggu setelah mempelajari area Kota Bandung dan sekitarnya, Abelard memulai misi penyelidikan nya dengan menjadi penyusup. Selain itu, Narendra terus memantau dan beberapa kali memberikan saran kepada Abelard langkah apa yang harus pria itu ambil, dan betapa cerdas nya Narendra saat berhasil menempatkan Abelard sebagai penyusup di rumah besar keluarga Atmaja. Yakni menjadi guru les bahasa Jerman untuk cucu dari Sri Ningsih.

Di bulan pertama menyamar Abelard menginfokan bahwa memang benar Sunan ada niat untuk melakukan balas dendam terhadap Narendra dan keluarga. Bahkan Sri Ningsih pun ikut terlibat di dalam nya.

Melalui Abelard juga, Narendra jadi mengetahui kalau Sunan beberapa kali mengadakan dinner bersama dengan Winda setiap kali gadis itu berkunjung rumah kedua orang tua nya di Bandung.

Apalagi saat Abelard memberikan fakta baru yang kalau kata Danindra itu info yang 'sangat membagongkan' adalah bukti perselingkuhan Winda dengan rekan sesama model nya. Jadi di malam yang sama setelah Winda melakukan dinner bersama Sunan, gadis itu melanjutkan malam nya panas nya bersama Tommy, di dalam sebuah hotel mewah di pusat Kota Bandung. Yang baru di ketahui kalau pembayaran hotel itu menggunakan kartu sakti milik Ajisaka. Adik nya yang super polos itu.

Saat keluarga mereka heboh karena Safira dan Pradana memergoki Winda yang sering keluar masuk hotel dengan pria lain di waktu yang berbeda. Menurut Narendra info itu bukan hal yang baru, jauh sebelum itu ia bahkan sudah tau list pria mana saja yang mengencani Winda di dalam kamar hotel. Hanya saja Narendra terlalu cerdas dalam mengendalikan dirinya. Sehingga banyak orang yang terkecoh termasuk istri nya sendiri.

"Gue gak sangka deh, niatnya gue mau mancing satu ikan, tapi gue dapet lima ikan sekaligus. Gila ya. Hidup itu selalu banyak hal yang gak bisa di duga. Banyak kejutan nya. Gue yakin ini adalah takdir Allah, Allah sayang sama keluarga gue, supaya kita bisa lebih hati-hati menghadapi orang jahat." Ucap Narendra di suatu sore saat berkunjung ke rumah Abelard bersama Danindra. Dan ucapan itu berhasil membuat Danindra merinding sendiri, karena siapa pun lawan nya, dan sebesar apapun lawan nya. Narendra selalu memiliki keyakinan pada tuhan kalau kebenaran akan selalu menang, dan strategi andalan nya adalah menggunakan siasat psikologi untuk melawan musuh nya. Termasuk Sri Ningsih, Sunan dan Winda. Danindra juga mengakui bahwa ia tidak bisa sehebat Narendra dalam menyusun rencana menjebak Sunan dan kawan-kawan nya masuk ke dalam umpan mereka.

Danindra rasa Sunan telah salah memilih musuh. Ia tau betapa bengis nya seorang Narendra dalam mempermainkan lawan, tidak peduli kalau nyawa nya sendiri yang pria itu harus taruhkan. Bahkan keluarga Regan yang mana itu adalah kerabat terdekat nya, di miskinkan oleh Narendra. Dan hingga detik ini keluarga Arsrnio masih tidak tahu bahwa Narendra lah dalang di balik semua kejadian itu. Dendam Narendra atas kandas nya pernikahan pertama nya bersama Yasmine.

***

-Malam saat Aji mengumumkan kepada keluarga nya, bahwa pria itu sudah melamar Winda.-

Di suatu malam tepatnya 3 minggu sebelum pernikahan di langsungkan. Danindra yang baru pulang ngedate bersama Clarissa mengembalikan mobil milik Narendra kepada pemilik nya yang kebetulan pria itu sedang duduk di depan teras rumah sambil menghisap rokok sambil terbatuk-batuk.

"Bang tumbenan amat ngerokok."

Narendra terkekeh tapi tidak lama langsung terbatuk-batuk lagi. "Gegayaan sih kagak ngerokok segala ngerokok." Dengus Danindra menghampiri pria itu.

"Nih martabak asin kesukaan bini lo, yang manis juga ada martabak matcha kedoyanan bini lo juga." Danindra memberikan satu plastik jinjingan pada Narendra.

Melihat martabak itu membuat Narendra menatap pria itu tajam. "Lo ada maksud apa ngasih makanan buat bini gue?"

"Waduh jangan salah paham bang. Bini lo tadi ngechat, nitip ini." Balas Danindra kaku, sedikit takut dengan tatapan pria di hadapan nya itu. Serem.

"Lo gak ada maksud apa-apa sama bini gue kan Ndra? Serius ini mah gue nanya." Narendra meyimpan rokok yang bara nya sudah mati itu di asbak.

"Maksud lo apaan sih bang? Ga jelas lo ah."

"Yasmine bini gue Ndra. Oke, dulu gue emang brengsek. Tapi lo tau kan gue cinta mati sama dia? Lo gak mungkin nikung gue kan?"

"Hah?" Danindra semakin bingung.

"Lo ga naksir bini gue kan, Ndra?"

"Astaghfirullah. Nyebut bang, gila apa ya, gue ini baru balik ngedate sama Rissa yang mana dia itu sepupuan sama bini lo. Ya kali bang, maruk amat gue." Danindra mendengus kesal.

"Sampe detik ini gue masih gak percaya persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Bini gue sama Bian contoh nya."

"Enak aja, bukti nya ada gue sama bini lo. Btw nih gue balikin juga lexus kesayangan lo. Thanks ya."

"Loh mobil lo udah balik bengkel emang?"

"Besok baru gue ambil."

"Oh, tapi kalau masih di bengkel mah pake aja."

"Santai lah gampang, eh bang kok bau-bau nye di dalem rumah lo keadaan nya tegang amat dah."

"Yang keras Ndra" bisik Narendra di telinga Danindra.

"Hah? Gapapa emang?"

"Gapapa sengaja biar denger malah." Balas Narendra yang langsung di acungi jempol oleh Danindra sambil terkekeh.

"Emang. Panas banget malah. males gue di dalem soalnya lagi pada debat tuh. Makanya gue disini milih ngerokok. Tapi kaga bisa euy, gue gak ada bakat ngerokok. Dari tadi batuk-batuk mulu, lama-lama bengek gue." Lanjut Narendra memulai skenario dadakan nya.

"Lagian gegayaan ngerokok sih. Emang pada debat kenapa sih? Kasih teh dong" Pancing Danindra yang sebenarnya sudah tahu, tapi sengaja ia bertanya dengan kencang agar terdengar ke dalam rumah Narendra

"Itu si Aji udah lamar Winda." Balas Narendra yang mengikuti skenario Danindra barusan.

"Bukan nya Winda ketauan staycation sama talent di agensi nya kan? Penah kepergok Om Pradana bahkan sebelumnya kepergok Teh Fira juga kan? Tapi si Aji tetep bebal dan gila nya tu anak masih maju? Wahhh kaga bisa berword-word gue bang." balas Danindra lagi berpura-pura tidak mengetahui kalau Aji juga mendengar percakapan antara dirinya dan Narendra dari dalam rumah.

"Masih lah. Makanya ayah sama bunda gue marah banget. Tapi tu anak susah banget di bilangin nya"

"Sayang..." panggil Narendra kepada istri nya yang berada di ruang tamu bersama Safira. Tapi sebelumnya pria itu sudah membuang rokok miliknya dan memastikan udara sekitar nya aman dari asap rokok dengan mengipas-ngipas asap nya di udara. "Sini bentar."

"Apa?" Tanya Yasmine di ambang pintu.

"Minta tolong ambilin baju dong, di lemari kamar kita, tapi kamu gak usah naik yang, di kamar bawah ada beberapa baju yang udah Aa pindahin. Biar ga bau rokok. Hehehe. Tolong ya sayang, makasih banyak..."

Yasmine menatap suami nya dengan tatapan menyipit "Udah selesai belajar ngerokok nya? Berhasil gak?"

"Gagal yang hehehe. Dari tadi batuk-batuk mulu. Udah paling bener ngemilin gula merah aja. Atau ciumin bibir kamu kan jauh lebih enak."

"Ish gak usah macem-macem! Kata aku juga apa, kalau emang gak suka dan gak bisa mending gausah lah belajar kayak gitu. Mentang-mentang ada dokter senior yang bilang kamu cemen terus langsung belajar ngerokok di rumah. Menurut Aa itu keren di mata aku? Gak sama sekali. Yaudah bentar, aku ambil dulu baju nya." Ketus Yasmine yang berbalik memasuki rumah nya.

"Kayaknya bini lo bete bang." Bisik Danindra di telinga Narendra yang terkekeh melihat istrinya yang merajuk.

"Iya pas gue bilang mau belajar rokok, dia rada ngambek gitu. Dia paling gak suka kalau gue ngerokok apalagi minum-minum. Lagian kaga doyan juga sih sebenernya. Cuma gue penasaran aja gimana rasanya ngerokok lagi. Walaupun waktu SMA pernah ngerokok sih dan langsung ketauan bunda gue sampe di marahin abis-abisan."

"Makanya Yasmine paling ga mau lo main sama Bang Gavin berdua ya hahaha."

"Dia cerita sama lo?" Tanya Narendra penasaran.

Danindra mengangguk sambil terkekeh "Iyalah. Lagian ngada-ngada banget. Gara-gara apa sih? Jangan mentang-mentang lo dokter terus ada si mey mey yang bakal jadi dokter lo nanti kalau kenapa-kenapa ya..."

"Bukan gitu anjir. Itu loh kemarin kan di rumah sakit tempat gue kerja ada kumpul sesama dokter bedah makan-makan lah di suatu resto buat ngerayain salah satu dokter kita beres kuliah sub spesialis nya. Nah diantara mereka cuma gue yang gak ngerokok terus gue di sindir lah kata nya gue cemen bahkan cupu. Awal nya gue biasa aja, tapi panas juga di cengcengin sampe ke tempat kerja."

"Bukan nya pas cere lo ngevape ya bang?" Tanya Danindra kepo.

"Sekali doang itu, bahkan gue minjem punya Bian. Udah nya masuk rumah sakit gue, inget gak?"

Danindra mengangguk, "Iya inget, beberapa hari lo di opname. Eh iya Bang Bian ngerokok juga ya? Gue pernah liat doi lagi ngudud di balkon rumah nya."

"Ya biarin aja kan udah gede."

"Kaga gitu bang. Maksud gue heran aja kalian kan dokter nih, pas kuliah pasti belajar tentang paru-paru dan bahaya asap rokok kan? Tapi aja masih aja pada ngerokok. Aneh." Balas Danindra keheranan.

"Nah yang bukan dokter aja paham, ini yang dokter malah pengen belajar ngerokok. Heran banget." Sindir Yasmine membawa satu baskom berisi air hangat dan satu buah kaus tanpa lengan untuk suaminya. "Buka baju nya."

Mendengar nada ketus istri nya membuat Narendra langsung membuka kaus yang ia pakai dan pasrah saja saat sang istri menyeka tubuh nya dengan air hangat. Supaya bau-bau rokok di tubuh suami nya hilang.

"Eh Yas, itu di dalem kayaknya tegang amat. Bahas apa sih?" Pancing Danindra saat diam-diam Narendra mencolek lengan nya untuk kembali membangunkan suasana. Yasmine bete itu bukan perpaduan yang baik.

"Aa emang belum cerita? Kan dari tadi kalian ngobrol."

"Cuma bilang Aji mau nikahin Winda. Tapi kok pada tegang gitu sih? Masih ga mau nurut tu bocah?." Tanya Danindra pelan lalu menatap Narendra yang terdiam. "Ini juga abang nya malah di luar. Kasian ngudud nya gagal, mau keren malah bengek."

"Ayah Pradana sama Bunda Yuna gak ikhlas kalau Aji nekat nikahin Winda. Tapi Aji nya kekeh pengen nikahin Winda. Tadi sempet ngancem mau kawin lari."

"Bang, mending adek lo kasih paham dah. Gila gak sih udah tidur sama laki-laki lain masih aja mau di nikahin." Timpal Danindra dengan suara kerasnya. Sebenarnya sengaja agar yang di dalam mendengar suara nya.

Diam-diam Narendra tersenyum puas saat Danindra kembali melancarkan aksi nya. "Aji lebih percaya Winda, katanya gak sekasur. Winda masih perawan. Bahkan kalau pun udah gak perawan dia bilang dia ga peduli Ndra, kata nya pembuktian cinta. Tapi nama nya cinta, pasti terima apapun kekurangan pasangan kita." Balas Yasmine yang kinu sudah duduk di samping suami nya.

"Tapi menurut gue tolol sih.." Danindra menepuk pundak Narendra sembari terkekeh "Persis lo suami lo Yas. No wonder. Hehehe"

***

H-1 pernikahan Aji, di rumah besar Yuna dan Pradana.

"Semua udah di siapin, tapi bunda gak mau hadir. Bunda gak suka sama ibu nya Winda." Yuna menatap seserahan pernikahan Aji dengan tatapan sebal. Rasanya ingin ia buang satu persatu. Dia masih gak ikhlas kalau anak nya harus nikah sama Winda.

Alih-alih menenangkan amarah ibu nya, Narendra justru menatap usil ayah nya yang terduduk di sofa."Kayaknya Bu Anita naksir ayah deh bun.."

"Jangan kompor Ah bang!"

"Naren gak kompor yah, tapi aneh aja pas kita pertemuan minggu lalu dia nyapanya ayah doang. Kaya ada rasa rindu yang belum tersampaikan dari dia. Pas kita mau salaman malah di cuekin. Lah kita gaib gitu disana?"

Seperti umpan yang masuk tepat sasaran, Yuna pun terpancing dengan ucapan Narendra. Hingga tanpa sadar membuka luka masa lalu Yuna kepada wanita bernama Anita itu. "Iyalah dulu mereka pernah pacaran tau bang, bahkan pernah nih ayah sama bunda ngedate dari pagi sampe sore, tapi kan tanggung ya masa sampe sore doang ngedate nya. Tapi ayah kamu beralasan katanya capek mau tidur karena seminggu lembur terus. Eh tau nya mereka berdua dinner di hotel mewah, bang. Menurut abang wajar gak kalau waktu itu bunda minta putus?"

"Wah serius Yah? Kok ayah diem aja selama ini? Tega banget ayah sama bunda. Pasti sampe sekarang bunda masih sakit hati tuh sama kelakuan ayah dulu." Sahut Safira yang terkejut dengan fakta baru tersebut. "Gak salah. Kelakuan Naren dulu ke Yasmine ada bakat turunan dari ayah."

"Ayah gak pernah pacaran sama ibu nya Winda. Enak aja. Bunda kalian tuh suka nuduh sembarangan." Pradana yang sudah terpojok hanya bisa memijat dahi nya yang sedari tadi pening. Malah semakin pening.

"Halah bukti nya temen ku liat kamu lagi dinner sama dia. Dulu sih gak ada sosmed, kalau ada viral deh ayah kalian. Bahkan waktu bunda udah tunangan temen-temen bunda nyuruh bunda mundur. Karena rata-rata di kampus lebih dukung ayah sama perempuan itu."

"Aku kan udah bilang, aku dulu di jodohin sama dia. Formalitas doang kok makan malam nya. Salah sendiri pas tau ayah di jodohin bunda kalian minta putus terus, ya sebagai anak muda yang masih mencari jati diri, ayah turutin aja kemauan orang tua. Eh pas tau ayah jalan sama orang lain, tantrum deh tuh bunda kalian. Menurut abang, ayah gak salah kan?"

"Jangan tanya Naren yah, dia soal cinta remed banget. Di bawah KKM." Sahut Safira sambil terbahak menatap adiknya yang mendengus sebal.

"Dih sekarang udah jago tuh. Perut istri ku jadi bukti nya Teh. Udah lah gak usah denial. Aku sama Bang Tama sama-sama minus soal cinta. Ya kan? Ngaku aja bang."

Tama yang sedang memakan mie instan langsung terbatuk-batuk, kaget boss karena dengan santainya Narendra membuka luka lama mereka di depan mertua nya yang galak itu. "Ih kamu makan nya pelan-pelan dong yang. Gak lucu tau kalau kamu masuk rumah sakit gara-gara keselek mie." Dengus Safira yang langsung memberikan air minum pada sang suami.

"Wah nanya nya jangan langsung tembak gitu dong, Ren."

Narendra terkekeh menatap Tama yang kikuk di depan ayah nya. "Kenapa gak siap ya, bang? Masih takut aja lo sama ayah. Di kasih lagu Rhona Irama pasti cepet akrab deh."

"Udah ah kalian berdua bahasanya jangan kemana-mana. Pembahasan ini jangan di terusin lagi!" Putus Safira tanpa membela adik atau suami nya.

"Tau suka nya tunjuk-tunjuk. Heran deh. Padahal satu spesies kalian." Sinis Isyana pada adik dan ipar nya yang malah ribut. "Jadi gimana bun? Masa ibu mempelai pria gak hadir. Apa kata orang nanti?"

Yuna hanya bisa menghela napas nya sedih. "Demi Tuhan bunda gak ikhlas Teh. Ya Allah Aji kok sampe tega ngebangkang orang tua demi perempuan itu, sih? Bunda tuh takut doain Aji yang jelek-jelek. Bunda mau anak bunda bahagia, tapi gimana bisa bahagia kalau Winda nya aja tukang selingkuh?"

"Perusahaan juga udah lama di tinggal Aji. Dia ngambek pas ayah ngancem kalau perusahaan di kasih ke kamu bang." Lanjut Yuna menatap putra nya.

"Semua aja kasih ke Naren. Kemarin Teh Ana ngambek, sekarang Aji. Teh Fira gak sekalian ngambek sama aku juga?"

"Ih ngapain? GCM (Golden City Mall (salah satu mall di bawah naungan anak perusahaan Arsenio Group)) aman-aman aja tuh. Ayah kan udah amanahin aku, jadi aku di bantu suami ku menjalankan amanah nya sebaik mungkin. Ngapain rebutan harta, ga bisa di bawa mati." Balas Safira santai, bahkan kini perempuan itu malah gelendotan manja di lengan suaminya.

"Dih siapa juga yang ngambek."

"Hidih gak ngaku dia. Pas bunda minta aku yang nerusin rumah sakit, siapa yang mogok ngomong 2 minggu? Pas aku lepas baru baik-baikin lagi. Sebel banget" Sindir Narendra dengan nada yang menyebalkan.

"Lagian kamu kan nanti yang pegang induk nya. Aku juga kan pengen bantu ayah bunda, biar berguna jadi anak."

"Aman teh. Yang penting saling support aja, perusahaan kan bukan punya Naren, punya kita bersama. Lagian Naren kan gak rakus harta teh"

"Halah rakus juga, kamu kekepin Yasmine mulu." Balas Safira.

"Oh itu mah lain cerita. Nama kita berdua sudah tertulis di lauhul mahfuz. Naren cuma menjaga istri cantik ku dari laki-laki idung belang. Dia kan punya Naren."

"Halah gaya."

"Iri bilang aja. Suami nya gak bisa romantis ya.. kasian deh..." ledek Narendra dengan tengil yang di balas pelototan kesal dari Isyana. "Tapi Yah, kalau terus di tinggal apa investor gak bakal lari?"

"Saham nya sempet turun bang kemarin. Untung ada adek tingkat kamu, si Firman yang bantu di pusat. Jadi ayah bisa fokus di tempat Aji."

"Firman siapa?" Tanya Isyana.

"Adek tingkat kuliah teh."

"Dokter juga?"

"Bukan, pas Naren S1 bisnis. Ya atuh lah Teh gak mungkin kedokteran kalau jadi orang kantoran mah. Salah alamat."

"Oh iya kamu pernah S1 bisnis ya. Saking duluan lulus nya jadi lupa kita"

"Ya namanya kelas eksekutif jadi weekend doang kelasnya. Jadi gak keliatan tuh kuliahnya."

"Kapan kuliahnya Ren?" Tanya Savian penasaran.

"Barengan sebenernya bang. S1 dokter sama manajemen sekaligus. Tapi lulusnya duluan manajemen. Jadi gak keliatan deh kuliah dua jurusan nya. Kaya lo s1 hukum sama manajemen sekaligus kan bang?"

Savian mengangguk santai. "Iya sama gue juga dulu, gitu."

"Tama, kamu pasti kenal talent kamu yang jadi selingkuhan Winda kan?" Tanya Pradana sambil mengetikan sesuatu melalui ponsel nya.

"Kenal Yah. Dia beberapa kali ada ketemu sama saya di kantor."

"Kamu tau mereka ada affair?"

Tama menggelengkan kepala nya. "Awalnya saya gak tau Yah. Saya malah tau nya dari Safira pas kita lagi staycation sama anak-anak di hotel deket bundaran HI. Tapi pas saya tanya-tanya ke beberapa staff bagian talent katanya emang udah lama mereka ada affair. Bahkan beberapa kali mereka sering check in di hotel deket agensi."

"Terus si selingkuhan nya gimana nasibnya sekarang.l?"

"Sementara saya non aktif kan dulu yah. Belum saya pecat, soalnya biar dia gak kabur. Jadi gaji dia masih saya tahan 70%."

Mendengar penjelasan Tama barusan membuat Pradana mengangguk puas. "Bagus, biar kita pantau terus mereka berdua. Siapa tau affair nya masih berlanjut."

"Tapi Yah..."

"Kenapa?" Pradana menatap Tama dengan was-was.

"Salah satu mata-mata saya bilang kalau selingkuhan nya Winda bukan cuma yang sesama talent aja. Ada beberapa orang lain, tapi saya belum yakin dan harus memastikan sambil cari bukti. Secepatnya saya kirim info ke email ayah."

"Siapa? Salah satu nya kamu tau?"

"Seseorang di kantor saya juga Yah. Dia punya jabatan dan kebetulan beliau dekat dengan papa saya. Saya harus hati-hati, soalnya takutnya fitnah. Karena belum ada bukti."

"Aish kalian tuh kebiasaan deh malah jadi ngobrol kemana-mana. Kita ngobrol disini tuh pokoknya bunda gak mau hadir besok! Titik!" Yuna melipat kedua tangan nya dada.

Pradana merangkul pundak istrinya yang kukuh tidak mau hadir di acara besok. "Suka gak suka bunda harus hadir, sayang. Kamu ibu nya Aji. Ayolah, jangan sampe Aji berpikir kamu pilih kasih. Dulu kamu hadir di pernikahan pertama Abang walaupun kamu benci nya setengah mati sama Yasmine. Nah sekarang juga kamu harus jadi ibu yang adil dong. Dia anak bungsu kita bun."

"Tapi Yasmine anak baik. Beda sama perempuan medusa itu."

"Dulu kamu gak berpikir Yasmine baik tuh. Malah kamu udah dzolim sama mantu kamu. Lama-lama malu sendiri kan sampe akhir nya luluh, gimana baik nya dia sama kamu. Padahal menantu lain mah mana mau beresin muntahan kamu. Bantuin bunda bab juga kan selama bunda sakit dulu? Tanya deh empat anak bunda ada yang kaya gitu je mertua nya gak? Ayah jamin gak ada."

"Ish ayah jangan ngungkit itu terus ah. Yasmine nya aja udah maafin bunda. Pokoknya dia mantu kesayangan bunda. Maaf ya Vian, Tama bunda juga sayang sama kalian. Tapi Yasmine nomor satu di hati dan jiwa bunda!"

"Harap maklum ya bang, hormon neli-neli mah gini. Kaya abg, meledak-ledak." Kekeh Narendra menatap para iparnya yang tersenyum maklum.

***

Pulang dari pernikahan Aji.

"Sumpah Teteh muak banget tadi harus pura-pura ramah sama Winda. Kalau bukan karena ngehargain Aji. Males banget aku." Ujar Isyana sembari mengipas-ngipasi wajah nya dengan kipas tangan yang sengaja ia bawa dari rumah nya.

"Mana muka nya sok polos. Gak inget apa dia pas aku pergokin di hotel sengak nya kaya apa. Masih dendam banget aku teh sama dia."

Isyana menatap Safira dengan serius. "Teteh kaya dejavu tau dek. Pas Naren nikah aku seemosi ini sama kaya bunda. Tapi waktu itu mah adik kita yang gak bener. Ini cewek nya yang gak bener."

"Tapi kita tadi bisa juga ya acting nya. Padahal gondok parah sama tu perempuan." Lanjut Isyana yang langsung di angguki oleh Safira.

"Itu nama nya muka dua wahai ibu-ibu." Timpal Narendra yang tertawa geli saat baru sampai di rumah besar Arsenio. Bersama istri cantik nya dan si jagoan yang pakaian nya masih lengkap.

"Ayah, baju gatel na lepas ya? Ajen gatel ayah lehel na." Jendra bergelayut manja di lengan ayah nya. Berharap kali ini sang ayah akan memberi keringanan untuk membuka seluruh belenggu yang menempel sempurna di tubuh montok nya. Jendra memang sebenci itu dengan baju yang berkerah.

"Iya sayang, yaudah buka dulu baju nya. Bunda udah bawa baju ganti buat Ajen."

Jendra menggeleng heboh pada ayah nya. "Ndak! Kaos sama cancut aja. Ajen mau pamel sama Opa, Ajen dapet cancut balu dali Papa Idan. Hihihi"

"Wah gambar apa tuh Jen cangcut nya?" Tanya Safira kegemasan, entah mengapa bocah enam tahun itu selalu menggemaskan di mata nya.

"Gambal elsa dong sama olap sama ana sama klistop juga." Balas Jendra dengan ceria sambil baju nya di bukakan oleh sang Ayah. "Kemalen Ajen bilang sama papa Idan ajen dapet bintang lima dali bu gulu. Telus Papa Idan kasih hadiah. Ajen syeneng syekali."

"Dari anty mau hadiah apa Jen?" Tanya Isyana yang tidak mau kalah memberikan keponakan nya hadiah.

Jendra tampak berpikir, entah mengapa setiap di tanya ingin hadiah apa, yang selalu ada di benak nya adalah cancut. Tapi ia selalu ingat kata ayah nya, cancutnya sudah terlalu banyak bahkan ada yang belum di pakai sama sekali menurut Narendra celana dalam milik Jendra bisa menjadi stock untuk adik-adik nya nanti saking banyak nya. Jadi pasangan suami istri itu selalu kebingungan bakal simpan nya dimana celana dalam lain nya. "Hmmm apa yah? Ajen binung Anty..."

"Bingung sayang, bukan binung." Koreksi Yasmine sembari pengelus pipi gembul Jendra.

"Gak papa, boleh minta apa aja. Kan keponakan Anty hebat dapat bintang lima dari bu guru."

"Boleh ayah?" Tanya Jendra pada ayah nya.

Narendra tersenyum "Boleh, tapi jangan minta cangcut mulu dong, sayang. Kalau Anty Ana sama Anty Fira minta nya yang mahal aja. Mereka uang nya banyak."

"Belalti uang ayah sedikit ya?"

Narendra mengangguk sembari terkekeh apalagi saat Yasmine mencolek lengan nya agar tidak semakin ngaco. "Apa sih bunda colek-colek? Lagi mau ya? Yuk ah ke kamar."

"Ya Allah, kenapa malah kesana sih? Maksud aku jangan ajarin anaknya macem-macem." Yasmine mendengus kesal sedangkan Narendra malah semakin gencar untuk mengajaknya berduaan di kamar.

"Dia yang udah ga tahan sebenarnya, Yas." Sahut Safira.

"Tau aja si Teteh, bentar lagi bulan puasa nih. Puas-puasin lah sama istri. Habis lebaran kan lahiran, kapan lagi?"

Merass pembahasan semakin ngaco membuat Isyana kesal lalu melemparkan kulit kacang ke wajah sang adik "Yaudah jadi Ajen mau apa sayang? Nanti Anty Ana sama Anty Fira pasti beliin."
Tanya Isyana pada keponakan nya yang terlihat kebingungan dengan candaan ayah dan anty nya.

Isyana melotot menatap Safira yang masih ingin meledek Narendra. "Gak ada bercanda kaya gitu di depan anak-anak!" Kalau bisa obrolan itu jangan kembali di teruskan karena masih ada Jendra di tengah-tengah mereka.

Berpikir cukup lama, sampai akhirnya Jendra membayangkan sesuatu yang sangat marsterpiece di otak nya. "Ajen mau lego boleh anty? Yang ada toko cancut nya tapi ya?"

"Hah emang ada ya, Jen?" Safira menatap bingung keponakan nya yang benar-benar penyembah cangcut garis keras.

"Yaudah nanti anty cariin ya? Kalau gak ada toko lain boleh kan?" Tanya Isyana lembut yang di balas anggukan antusias oleh bocah montok itu.

"Thank you anty hihihi.."

Narendra mengecup pipi gembul bocah itu dengan gemas. "Yaudah, sana main. Hati-hati ya.. tapi pesan ayah tidak lari-lari naik turun tangga ya sayang."

"Okie dokie, nanti jatuh ya telus kepalana copot?"

"Ya gak copot juga. Nanti kepala nya sakit, terus berdarah. Ajen gak mau kan buat ayah sama bunda sedih?"

Jendra menggelengkan kepala nya "Ndak! Ajen pasti nulut. Bye bye ayah bye bye bunda."

"Hati-hati main nya ya sayang. Jagain kakak-kakak sama adik-adiknya."

"Syiap bunda cantik di dunia!!!" Selanjutnya bocah itu berlari ke dalam.

"Dek, katanya tadi pagi ada investor yang lepas ya? Di ganti sama yang baru?" Tanya Isyana setelah Jendra menghapiri sepupu nya di ruang TV.

"Enggak tuh. Kata Firman aman."

"Bukan yang di pegang dia. Yang di pegang ayah sekarang. Kantor nya Aji."

"Saham sempet turun drastis ya, Ren?" Tanya Savian yang baru bergabung bersama Tama di ruang tamu.

"Kalau harga saham turun iya bang. Kemarin gue cuti dua hari buat ke perusahaan. Ada beberapa investor yang mau jual saham karena valuasi perusahaan emang  turun beberapa tahun ini, terus ada indikasi penyelewengan dana juga. Tadi nya mau gue beli bang, tapi kata ayah jangan dulu."

"Iya gue juga udah nawarin diri, tapi sama ayah di tolak juga. Eh btw yang bule kemarin sama lo siapa? Gak pernah gue liat sebelumnya. Tapi kalian akrab banget."

"Oh nama nya Abe. Temen gue waktu volunteer ke midle east beberapa tahun lalu. Kebetulan dia pengusaha, mau gue tawarin saham ke dia. Seenggak nya gak di beli orang lain lah, soalnya saham ayah di A Land termasuk kecil bang padahal kan perusahaan nya sendiri." Balas Narendra yang tidak meyangka kalau kakak ipar nya melihat ia pergi ke perusahaan bersama Abe walaupun sebenarnya ada juga Danindra saat itu, untuk merundingkan sesuatu disana.

"Tapi yang lagi goyang A Land aja kan? Yang lain aman."

Isyana mengangguk pada suami nya "Rumah sakit di 7 cabang aman sih alhamdulillah."

"Sama bagian ku aman semua." Timpal Safira.

"So far emang bagian Aji yang lagi goyang tiga tahun ini. Puncak nya semenjak Pak Anton akuisisi gede-gedean saham di A Land awal tahun ini. Tapi setiap rups dia gak pernah hadir kan aneh."

"Iya tapi lebih aneh Naren sih."

"Lah? So sudden? Aneh kenapa sih Teh?" Heran Narendra pada Safira yang menatap nya curiga.

"Dek kamu kan susah akrab sama orang lain. Tumben amat kamu bisa akrab sama dia. Hati-hati loh bisa jadi dia agen mata-mata. Bisa aja dia di sewa lawan bisnis kamu atau ayah buat jatuhin kamu dan ayah. Hati-hati dek."

Narendra mengangguk paham. Lebih tepatnya kembali memainkan peran nya, seolah tidak ada apa-apa. Karena belum saat nya ia membongkar hasil pencarian nya bersama Abelard dan Danindra. "Iya Teh, aman aman. Lagian kita temenan akrab kok, gak mungkin lah dia jahat ke Naren."

"We never know, dek." Safira mengedikan bahu nya.

"Iya bener kata Teh Fira sama Teh Ana, yang penting Aa hati-hati aja. Kalau mau berbuat sesuatu, inget yang di rumah. Jangan gegabah." Ucap Yasmine sembari mengusap lembut pipi suami nya yang tampak berisi.

Narendra yang di perlakukan lembut oleh istri nya pun tidak mau kalah dan langsung mengecup pipi sang istri mesra. "Iya sayang, Aa selalu hati-hati kok. Seperti jaga hati kamu dimana pun Aa berada. Selalu ingat kamu."

"Najeeess, najeeessss Ya Allah merinding gue." Tama bergidik ngeri melihat adik ipar nya yang selalu keluar konteks.

Sedangkan Narendra mendengus kesal "Ah rusak moment lo bang!"

***

Continue Reading

You'll Also Like

21.1M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
136K 17.9K 42
"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)
142K 13.9K 101
keseharian keluarga kim manoban
11.5K 3.2K 68
Sejalan, tak searah. Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma masa lalu. Tentang kehilangan orang-orang...