The Sorcery : Little Magacal...

By PrythaLize

4.3M 300K 24.7K

[REPOST]--Wattpad Version Tersedia sampai part 31. Kalau kalian menemukan cerita ini menarik, go grab it fas... More

[REPOST]
PROLOG
The Mystery Of Disappear People *1
Middle Class *3
Who's The Wings Maker? *4
Wings Maker and Changes Power *5
The Explaination *6
The Fog Forest *7
After The Fog Forest Action*8
The Double Trouble *9
Library Accident*10
The Hidden Book*11
Power Down (I)*12
Power Down(II)*13
Power Down (III) *14
Painful Reality*15
The Mess Secret*16
Fear *17
War Preparing (Beginning) *18
Insomnia *19
Egoist *20
Revertatur*21
Returned*22
Changed *23
Special *24
Second Lie *25
Cross *26
Herself *27
ICE *28
Out Of Blue*29
Unexpected Terror *30
Lost *31
Protected*32
One Of Those Pieces*33
Shaped Heart *34
Re-Life*35
BUSTED!*36
Ostioluman*37
Domesticus Secret*38
Mission (I)*39
Mission (II)*40
Mission (III)*41
BLAZE *42
Exigency*43
Oblivious *44
Wrong Step*45
Leader's Visit*46
He Knows *47
Awakening Anger*48
Being Accepted *49
Amare & Odione [Flashback]*50
Looking for A Past Viewer *51
When Two Different Elements, Forced To Be One*52
Heart of Ice *53
Last Mission *54
Last Mission : Failed*55
Failure or Success? *56
After War*57 [LAST]
EPILOG
HALLOWEEN : Trick or Treat
[Informasi & Fanart] ✔
[Polling Cover] ✔
[Exclusive Pre-Order] ✔
[Pre-Order|Finished] ✔
[Announcement]
Extra Part - Shinozaki Kayato
PRE-ORDER 2021!!!!!

Where Am I? *2

121K 7.8K 396
By PrythaLize

"Selamat datang di dunia sihir." Memang kata-katanya terdengar menyambut, tapi percayalah nada suaranya itu begitu dingin. Bahkan lelaki itu tidak repot-repot memperlihatkan wajahnya ke arahku.

Aku melihat langit yang cerah. Terlihat banyak sekali yang terbang di atas sana, saat memincingkan mataku, aku menyadari bahwa itu adalah orang yang terbang! Mereka terbang menggunakan sapu, mirip seperti cerita yang kubaca dulu.

Dan bukankah malam baru datang beberapa saat yang lalu? Kepalaku jadi sakit memikirkan apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Ada tebing, bukit kecil, pohon-pohon yang bentuknya belum pernah kulihat sampai hari ini. Tidak ada bangunan tinggi pencakar langit seperti di Tokyo. Tempat ini begitu tenang dan indah.

Lelaki itu akhirnya menoleh ke arahku, dengan tatapan datar dan tanpa lekukan senyum sedikitpun di wajahnya. Menurutku wajahnya cukup tampan atau entahlah, aku jarang bertemu lelaki di lingkunganku. Aku menoleh heran pada lelaki itu ketika dia memberiku sebuah sapu. Aku meraih sapu itu dan ada tulisan 'Piya' di batangnya. Aku menoleh heran lagi kearahnya.

"Kau menyuruhku menyapu?"

"Selamat datang, Piya." sambut lelaki itu tanpa mempedulikan pertanyaanku.

"Namaku bukan-"

"Di dunia ini, namamu Piya. Sapu ini milikmu." Potongnya. "Karena suatu hal, kita tidak menggunakan nama asli kita di dunia ini."

"Pi-ya?"

"Iya. Perkenalkan, namaku Tazu. Aku datang di dunia ini tiga minggu yang lalu." Kata lelaki itu sambil menoleh kembali ke arah langit. Langit biru itu tampak indah dihiasi awan dan benda-benda yang berterbangan itu

Aku hanya terdiam, pikiranku kosong, "Ini dimana?" tanyaku

"Di dunia lain, bukan di bumi. Semua orang yang hilang ada disini."

"Hah?"

"Rumor yang dunia nyata kita ributkan," jelasnya singkat tetapi berhasil membuat kepalaku mengangguk-angguk.

"Berarti..., aku menghilang?" tanyaku.

"Benar."

Aku terdiam cukup lama, sampai akhirnya Tazu memecahkan keheningan.

"Kenapa?"

"Ucapan nenek sihir itu terwujud." gumamku refleks. Aku bahkan tidak sadar aku telah mengepalkan tanganku geram.

Memang permintaanku terkabul, saat aku mengatakan bahwa aku ingin menghilang, itu tak sepenuhnya salah. Dengan menghilang, berarti aku bebas dari kehidupanku, dengan menghilang berarti aku bisa bertemu dengan Mamaku. Mamaku juga menghilang dua tahun yang lalu, dan kuharap aku menemukannya.

Aku hanya sedikit kesal karena belum sempat membalas apapun perlakukan nenek sihir itu.

"Nenek sihir?"

"Ah-tidak, lupakan." sahutku salah tingkah, dan akhirnya Tazu bangkit dan tatapannya seolah memintanya mengikutinya.

"Ayo, kita ke sekolah sihir. Sepertinya masih keburu."

"Sekolah?" tanyaku memperlihatkan wajah malas. Baru aja mau kegirangan bebas dari sekolah kutukan itu, eh-eh, ada lagi rupanya sekolah sihir.

"Benar. Sekolah dimana kekuatan dikembangkan." Jelasnya.

"Kekuatan?" tanyaku mulai penasaran.

"Ya, masing-masing mempunyai kekuatan yang berbeda." Jelasnya

Dia menyuruhku naik sapu terbang, tapi aku sama sekali nggak bisa. Dia bahkan menyuruhku melafalkan satu mantra yang tak kumengerti artinya, tapi tetap saja aku gagal menaikinya. Sapuku bahkan tidak mampu mengangkatku semili pun.

"Tidak bisa?" tanya Tazu menaikan alisnya, yang membuatku menatapnya galak. "Ya sudah, sini." Pintanya sambil menepuk-nepuk tongkat belakangnya.

Baru saja aku hendak memprotes, Tazu kembali memotong.

"Sudahlah, naik saja." Tazu menatapku sinis.

Dasar jahat!

Mau tak mau, aku harus naik di sapunya. Karena aku sama sekali belum bisa mengendalikan sapu terbang.

Aku tidak tahu berapa kali aku menpermalukan diriku karena aku menarik lengan bajunya agar aku tidak terjatuh. Aku tahu Tazu tidak terbang dengan kecepatan tinggi, sebab banyak penyihir yang melewati kami sambil sesekali menyapa Tazu. Tapi lelaki arogan ini sama sekali tidak mempedulikan mereka.

"Eh, Tazu datang!" sorak para kaum hawa membuatku risih. aku tidak menduga bahwa lelaki sinis dan dingin di depanku ini sangat populer.

Semua kaum hawa yang dilewatinya bersorak gembira seperti baru saja mendapat berkah besar.

"Tapi kok ..., hari ini dia membawa perempuan?" tanya mereka terdengar protes. Mereka terang-terangan menunjukku tanpa mempedulikan aku yang salah tingkah menjadi pusat perhatian saat ini.

"Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya."

Begitu Tazu mendaratkan sapunya di sebuah tebing, aku langsung turun dari sapunya tanpa berkata apa-apa. Aku malu sekali, ini pertama kalinya aku dibonceng oleh lelaki. Eh, tunggu. Apa ini termasuk membonceng?

Tazu pun sepertinya tak begitu peduli dengan hal yang kulakukan. Matanya menatap ke atas tebing di depan kami. Kemudian, seorang lelaki lain meloncat turun dari atas sana, membuatku kaget bukan main. Saat melihatnya mendarat tanpa kesulitan, aku diam-diam menghela nafas lega.

Lelaki itu memakai jubah berwarna hitam. Kuperhatikan dari sekian banyaknya orang yang kulihat tadi, tidak ada seorangpun yang memakai jubah. Pasti lelaki di depanku ini adalah orang penting di sini.

"Pendatang baru ya? Siapa namamu?"

"Pi--ya." Aku menahan nafas, hampir saja aku menyebutkan nama asliku.

"Namaku Vampix." Balas Vampix singkat. "Tazu, antarkan dia ke Newbie, oke? Aku sedang ada kepentingan."

Tazu hanya berdeham, sementara aku menghela nafas meratapi jubah hitam yang kini menjauhi tempat kami.

"Ayo," Pada akhirnya Tazu mengatakan itu, dan berjalan mendahuluiku.

Begitu aku membuka pintu kelas ini, aku langsung melihat keberadaan Kayato-Senpai dan Itou Ryuko. Kalau dunia ini benar-benar menyimpan orang yang menghilang dari bumi, itu berarti ..., aku bisa menemukan Mama kandungku.

Belum lagi aku melangkah masuk, semua gadis-gadis di dalam sana bersorak keras, membuat Tazu langsung melangkah mundur agar tak memperlihatkan dirinya. Tapi tetap saja mereka bersorak kegirangan.

"Sudah dulu." Tazu langsung menjauh dari kelas Newbie tanpa ragu.

Aku pun berjalan masuk ke kelas Newbie dan langsung mengambil tempat duduk disamping Kayato-Senpai. Di kelas ini, aku hanya mengenal Kayato-Senpai saja. Dia adalah Kakak dari Kayaka, sekaligus tetangga rumahku di bumi. Kami sudah saling mengenal sejak sangat belia.

"Rin? Kau juga menghilang?" Kayato-Senpai mengerutkan keningnya, lalu mengusap wajahnya kasar. "Ah, aku tidak tahu bagaimana reaksi Kayaka sekarang."

Aku tertegun. Kayato-Senpai masih memikirkan keadaan adiknya meskipun mereka sudah berbeda dunia. Saat itulah aku ikut membayangkan bagaimana keadaan Kayaka. Pasti tidak baik.

"Piya?" Kayato-Senpai membaca nama yang terukir di sapuku. "Nama penyihirku, Kato. Diingat-ingat saja biar tidak bingung."

Aku menganggukan kepalaku, disaat bersamaan, aku merasakan seseorang berdiri di samping mejaku. Aku tak pernah menduga bahwa Itou Ryuko yang datang.

"Tsuyirika?"

"Piya." Ralatku dengan sedikit canggung. "Namamu?"

"Ryoka," Jawabnya. Di sekolah yang dulu, dia sangat kalem dan pendiam, berbicara saat memang perlu saja dan Itou Ryuko memiliki teman yang banyak.

Seorang guru masuk, menyuruhku dan tiga anak lainnya memperkenalkan diri ke depan. Aku jadi merasa seperti masuk ke sekolah baru. Aku gugup, tapi aku berusaha membuat diriku terlihat biasa saja.

Piya dan kehidupan barunya.

.

.

.

Saat tengah kesulitan menemukan kamarku, tanpa diduga aku bertemu kembali dengan Tazu. Langsung saja aku bertanya padanya, "Tazu, ini dimana yah?"

Tazu membaca sejenak kertas yang berikan oleh guru di Newbie tadi, Flya. Lalu menunjuk ke arah kanan dengan telunjuknya.

Aku ber-oh ria. "Ngomong-ngomong, daritadi aku penasaran. Bagaimana caranya mengembangkan kekuatan?"

"Naik sapu dan kau lulus dari Newbie." Dia membalas dengan nada sedikit meledek.

Aku memincingkan mataku. "Lalu setelah itu?"

"Kau masuk Middle." Jawabnya malas.

"Bagaimana caranya agar bisa keluar dari Middle?" tanyaku lagi

"Meracik ramuan."

"Lalu setelah itu? Aku bakal masuk kelas apalagi?"

"Junior. Sudahlah, Newbie aja kau belum lewat."

Aku hampir saja melempar sapuku ke wajahnya kalau saja dia tidak langsung pergi tadi. Tapi untunglah aku tidak melakukannya. Setelah itu, aku berjalan ke arah yang ditunjukan oleh Tazu tadi.

*

Saat masuk Flya-sensei, guru Newbie, aku diajari memegang sapu yang benar-untuk terbang, bukan untuk menyapu. Aku yang bertekad kuat untuk segera masuk ke kelas lain pun mengikuti pelajaran dengan serius. Hanya perlu memperkuat niat dan melafalkan mantra, aku sudah melayang sekitar semeter dari atas lantai kelas. Aku memekik senang saat menyadari itu. Dari dulu aku punya keinginan untuk terbang bebas dan menjelajahi ujung langit.

Aku sangat senang saat Flya-Sensei memberikanku surat tanda sudah selesai dari Newbie. Yang aku ingat, aku dan Ryoka sama-sama mendapat surat itu.

"Hanya dua hari kau sudah bisa menggunakan sapu? Kau memang hebat. Aku yakin kau akan cepat mendapat kekuatanmu." Sahut Ryoka sungguh-sungguh.

"Erm, tapi aku kurang bisa meracik ramuan. Pas fisika, ingat tidak aku bikin bahan peledak?" tanyaku pucat sambil mengingat masa suram itu. Memoriku berputar kembali ke kejadian dua bulan yang lalu. Dimana kami sekelas sedang mencampurkan senyawa-senyawa dan akhirnya aku membuat keributan setelah asap menebal yang muncul dari pencampuran senyawaku.

Ryoka hanya bisa tersenyum kecil menanggapi ucapanku. Apa itu lucu? Kukira itu sangat ..., memalukan.

Kami memasuki ruang Middle bersama-sama. Kelas kali ini , lebih ramai daripada kelas newbie. Sekitar 3 kali lipat dari newbie, jumlah orangnya.

Begitu kami sampai di depan pintu Middle, disaat yang bersamaan seorang gadis lain juga hendak keluar dari ruangan itu. Untung saja aku dan Ryoka tidak menabraknya. Tangannya terlihat memegang kertas putih, mirip dengan surat tanda pass.

"Ah, maaf." Sahut gadis itu sambil tersenyum, yang membuatku entah bagaimana bisa merasa tidak asing dengannya. Sepertinya aku pernah melihatnya.

"Kami juga minta maaf."

"Tidak, tidak. Aku yang seharusnya minta maaf. Aku terlalu bergegas sampai tak melihat orang yang masuk." Sahut gadis itu. "Oh, namaku Rainna."

"Aku Ryoka, dan dia Piya."

"Semoga beruntung di kelas Middle. Kalau kalian menyelesaikannya dengan cepat, mungkin kita bisa bertemu lagi di kelas Junior." Ujar Rainna tanpa menghilangkan senyuman manisnya. "Oh ya, aku duluan yah. Kalian berdua hati-hati. Jangan sampai ditangkap pasukan BlackMix." Pesannya sebelum dia berlalu, yang membuatku dan Ryoka saling berpandangan penuh tanda tanya.

Kami berdua memasuki kelas Middle setelah punggung Rainna tak lagi nampak, baru saja kami duduk sebentar dan berbincang sedikit, tiba-tiba saja seisi kelas terasa bergetar. Semua murid Middle berlari ke sebuah pintu putih yang terletak di sudut ruangan. Sebelum masuk dengan kecepatan kilat, aku sempat melihat tulisan di pintu.

S.O.S

"Ada apa ini?" Aku dan Ryoka bertanya-tanya kepada mereka yang nampak panik, tapi tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaan kami.

BRAK!

BRAK!

BOOM!

"Dia pasti ada di sini."

"Ayo, kita hancurkan saja tempat ini."

"Sial! Wings Maker sudah masuk di dunia ini!"

"Ayo kita bunuh semua yang ada di sini, jadi Wings Maker tidak akan sempat menghancurkan rencana kita."

Terdengar suara lelaki-lelaki yang membuat suasana dalam ruangan itu semakin panik. Aku dan Ryoka masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Tapi larut wajah mereka tak menunjukan kebohongan.

Kami semua pasti sedang dalam bahaya.

***

Publish : 11 Juni 2015
Revisi : 29 April 2016

a/n

Kuharap nggak ada yang ngerasa terPHP karena notifikasi LMP hanya menunjukan hasil revisi. Maaf ya. Untuk kedepannya, (3-20) akan saya unpublish dan revisi pelan-pelan.

Salam, Cindyana H

Continue Reading

You'll Also Like

186K 587 4
pak bima yang tadinya setia berubah menjadi pencinta wanita
3.7M 363K 96
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
280K 24K 22
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
144K 13.4K 37
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...