Pengabdi Istri (The Series)

By Indomie2Bungkus

126K 13.2K 3.2K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... More

1. Tukeran Kado
2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
13. Bertemu Gavin
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
18. Botram
19. Gengster Squad
20. Drama Puasa
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - A
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
42. Ayo, cepet bangun ayah!
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi

31. Agustusan Nih

1.8K 194 59
By Indomie2Bungkus

***

***

Seperti keinginan Bima  yang ingin ada perhelatan perlombaan bersama keluarga tapi sayangnya harus di tentang habis - habisan oleh ketiga anaknya, meski begitu Bima tidak habis akal untuk membujuk yang lain nya sampai akhirnya Bima berhasil mengumpulkan para pasukan berbatang untuk merayakan kemerdekaan Indonesia bersama di lapangan cluster B1 dimana tempat anak-anaknya tinggal. Komplek bergaya hometown ini memang di sediakan oleh developer komplek perumahan berupa lapangan sebesar lapangan badminton yang memang hanya di peruntukan untuk para penghuni cluster B1. Tipe paling tinggi di komplek perumahan disana.

Apalagi cluster B1 ini hanya di huni oleh Gavin dan perintilan nya saja. Mumpung ada lapangan nganggur kenapa enggak dimanfaatkan saja fasilitas yang sudah lama tidak terurus karena penghuni nya rata-rata orang sibuk semua, betul tidak?

Sesuai rencana yang di sepakati ada beberapa orang yang di libatkan dalam perhelatan lomba kemerdekaan tanggal 17 agustus ini. Meliputi :

1. Danindra di mandat sebagai ketua panitia meliputi mc dadakan untuk mengatur keberlangsungan acara mereka supaya tertib. Sebab tidak jarang mereka para bapak-bapak ketika bersikap kompetitif pasti menjadi anarkis, maka posisi Danindra sebagai rocker sangat di butuhkan yakni jeritan nya, supaya menghalau hal-hal yang tidak di inginkan.

2. Clarissa menjadi calon istri yang suportif yaitu membantu Danindra mengawasi para peserta lomba, dalam kata lain Clarissa menjadi wasit kalau-kalau di tengah perlombaam terjadi kecurangan yang tak terelekan. (Biasanya sih Bima, Zidan bahkan Dimas pelaku nya). Apalagi hadiah yang di sponsori bapak Pradana si paling kaya ini konon katanya akan memberikan hadiah yang tidak kaleng-kaleng. Tahun lalu saja pemenang utama nya sepeda motor, siapa tau tahun ini bisa mobil baru. Ehe.

3. Mbak Ami -yang sebenarnya sudah berusia 63 tahun tapi masih sehat dan selalu setia mengabdi di keluarga Arsenio sampai kini di usia senja nya-, di mandat menjaga para bocil  ketika orang tua mereka sibuk lomba -yang kalau di satuin banyak uga, bisa jadi satu kelas playgroup.

4. Haris (Pria yang tiga minggu lagi akan menikah hasil perjodohan  orang tua nya alias (masih) menjadi sadboy nya Yasmine) di import langsung dari Bekasi oleh Gavin  supaya membantu Danindra saat menjadi MC nanti. Dan Haris juga yang akan membantu Clarissa untuk mencatat skor tiap lawan.

5. Ariska (calon istri Haris) dan Thalita (istri dari Harsa), membantu Mbak Ami menjaga bocil. Kan kasihan Mbak Ami yang sudah tua harus seorang diri mengurusi para bocil tidak bisa diam. Apalagi ada 3 bokem disana (Jendra, Gavriel, Rafa) yang sedang aktif-aktif nya. Untung nya anak dari Zeva dan Nayshila (kakak Ravi) sedang menginap di rumah orang tua Nayshila. Berkurang lah beban mereka.

6. Peserta yang mengikuti lomba adalah Bima, Pradana, Damar, Liam, Kavi, Tama, Savian, Januar, Gavin, Ravi, Fabian, Zidan,  dan Narendra beserta para permaisuri nya.

7. Harsa yang tidak mengikuti lomba tapi di tugaskan menjadi dokumenter dadakan oleh panitia. Karena tidak ada yang memiliki kamera yang proper kecuali Narendra alhasil bapak beranak dua manusia dan satu anak berduri itu terpaksa harus meminjamkan kamera kesayangan nya pada mantan saingan nya.

"Lho kok tumben pada ngumpul ada apa?" Tanya Tania yang keheranan melihat banyak orang yang masuk ke dalam rumah Narendra. Apalagi anak sulung nya juga turut hadir disana dengan cengiran nya. "Loh Bang kamu ada disini juga?" 

Dimas mengangguk sambil menggendong putri bungsu nya sambil menyalami sang mama  yang tengah kebingungan. "Iya nih ma... mau nginep sampe weekend, Dimas udah ambil cuti 1 hari."

"Hai mam, apakabar? Sehat kan?" Tanya Salma sembari menyalami mertua nya.

Ekspresi Tania langsung sumringah pada menantu nya dan lantas memeluk sang menantu  itu dengan sayang. "Hai sayang, alhamdulillah sehat. Kamu dan anak-anak sehat juga kan? Eh ini ada apa sih Sal? Mama bingung kenapa banyak orang gini disini?"

Salma yang berada di pelukan Tania pun mengedikkan kepala nya tanda tak tahu. "Engga tau ma, Dimas semalem bilang mau main ke Bandung. Gak tau kalau bakal serame ini."

"Loh Salma juga datang! Hai Sal, apa kabar? Kita sama-sama tinggal di Jakarta, tapi malah ketemu nya di Bandung." Seru Safira saat akan memasuki rumah adik nya.

"Halo Kak Fira! Alhamdulillah sehat. Kakak apa kabar? Kangeeennnn" Salma memeluk Safira dengan erat.

"Makanya jangan sibuk terus dong. Nanti kita playdate sama anak-anak."

Salma tersenyum sembari mengangguk. "Iya nih next time kita jadwalin ya hangout di Jakarta nanti. Kakak kabarin aja, aku udah resign dari kantor soalnya. Jadi waktu nya lebih banyak free nya."

"Ih ini ada apa sih? Kok rame banget?" Tanya si pemilik rumah yang juga bingung saat banyak tamu yang datang sembari membawa Baby Luna ke ruang tamu bersama suami nya.

Salma tersenyum sembari menghampiri iparnya. "Haii Yas... gimana kabarnya cantik? Ih kok pipi nya Luna gemoy banget, gemesh...."

"Loh Kakak datang juga?" Yasmine terkejut menatap ikedua parnya yang juga tiba-tiba hadir di rumahnya.

Safira mengambil alih si bayi lucu yang masih tertidur. "Hehehe iya nih Yas, tiba-tiba semalem suami ku bilang pagi-kita kita harus ke bandung."

"Ren ada apa sih? Ini kok rame-rame?" Tania nampak nya masih penasaran lantas lansgung memberondong pertanyaan pada menantu nya yang juga baru keluar kamar sembari menggendong Jendra yang baru mandi.

"Mau agustusan ma, kan papa yang bikin ide nya."

"Loh papa ga ada bilang apa-apa sama mama Ren."

Narendra terkekeh "Sengaja mungkin ma, biar gak di larang sama ibu-ibu kata nya."

"Ish si papa itu yah! Makin tua makin jadi aja kelakuan nya. Kalian aja kan laki-laki yang lomba?"

Narendra meringis takut sembari menggeleng kan kepala nya. "Hehehe ibu-ibu juga ikutan. Katanya lomba berpasangan. Tapi Naren juga gak tau lomba apa aja ma. Soalnya Indra yang jadi ketua panitia nya."

"Ish berarti aku ikutan dong. Engga ah males..." dengus Safira sebal, 

"Iya Kak Fir, lagian siapa juga yang bakal jaga anak-anak. Aku nonton aja deh." Balas Yasmine sembari menatap suami nya penuh selidik, sedangkan yang di tatap memilih buang muka ke sembarang arah dari pada kena semprot. Lebih bahaya.

"Tenang buibu, ada Thalita, sama Ariska calon nya Haris sama Mbak Ami yang jagain bocil-bocil. Pokok nya kalau gak ikutan kena denda 100 juta."  Sahut Zidan yang Tiba-tiba datang dengan wajah tengilnya di tengah huru-hara para buibu yang pada clueless.

Tania reflek menepuk pundak putra tengah nya sedikit kencang membuat Zidah mengaduh. "Kamu pasti antek-antek papa kan? Ngaku kamu! Kamu pasti ikut ngide kan?"

"Awuuhhh sakit! Engga ma, si papa murni yang ngide. Idan kan anak yang berbakti, papa merintah Idan nurut. Mama jangan sembarang pukul-pukul Idan dong. Istri Idan lagi hamil tau."

"Hubungan nya apa hah?" Tantang Tania sembari menjewer telinga Zidan keras-keras.

"Aduh ma, ampun ma. Jangan jewer-jewer dong, nanti anak Idan lahirnya jadi bully-able kalau pas Gia hamil, bapaknya malah di siksa gini sama enin nya."

"Kata siapa hah? Teori dari mana?"

"Kata Idan barusan."

Makin sebal dengan jawaban asal putra nya Tania semakin menarik telinga putra nya itu lebih keras. "Awww ampun ma! Ampun! Iya iya lepas dong ma. Sumpah sakit banget."

"Makana tong bedegong ka kolot teh!" Dengus Tania sembari melepas jeweran nya pada telinga sang putra yang masih kesakitan.

"Sayang... liat kuping aku di tarik sama nenek gayung. Sakit banget..." rengek Zidan pada saat melihat istrinya yang juga datang ke depan rumah Narendra.

"Hah nenek gayung? Siapa?" Tanya Gia yang tidak tahu apa-apa.

"Tuh.." tunjuk Zidan pada mama nya yang masih nampak murka, tapi di tahan oleh Yasmine.

Saat Gia melihat ternyata mertua nya lah yang di maksud sang suami, reflek Gia menepuk lengan suami nya. "Gak sopan ih kamu! Mama Tania, mama kamu tau! Mau kamu di kutuk jadi temen nya Bagong?" Balas Gia sembari menjauhi suami nya yang pasti semakin merengek manja.

"Sukurin! Istri kamu di pihak mama!" Tania tersenyum puas sembari merangkul pundak menantu tengah nya.

Bibir Zidan mencebik manja, "Ish mama Gia kok gitu sama papa Idan! Cedih nih..."

Safira yang sejak tadi melihat drama keluarga di hadapan nya pun tertawa geli. "Sumpah Dan. Geli banget, kirain teteh cuma Naren aja yang kaya gitu, ternyata kamu lebih parah hahahaha."

Zidan mencebik kesal "Ish si Teteh mah, kan Idan menghayati sebagai bapak hamil. Waktu Naren gitu aja gak ada yang protes tuh!"

"Hadah gue lagi yang kena." Celetuk Narendra yang langsung di senggol oleh istrinya.

"Wah cucu - cucu Aki udah cantik dan ganteng semua, siap 17 agustus an dong?" Seru Bima yang datang dengan ekspresi ceria nya tapi pria paru baya itu terus menghindari  tatapan maut sang istri yang siap melahap nya sekarang juga.

Jendra yang berada di gendongan Narendra pun lantas menatap ayah nya serius. "17 agustus-an itu apa ayah?"

"Hari kemerdekaan Indonesia sayang."

"Kemeldekaan itu apa?"

"Kemerdekaan itu hari dimana negara kita sudah tidak di jajah lagi sama penjajah." 

"Penjajah itu apa?" 

Narendra menggaruk kepala nya yang mendadak gatal, bingung juga harus menjawab apa yang sekira nya bisa di terima oleh otak kecil Jendra. Tapi menurut buku yang pernah ia baca bersama istrinya tentang parenting, yang ia tangkap kalau anak bertanya apapun sebagai orang tua jangan asal jawab, ya walaupun ribet bagaimana cara menjelaskan hal-hal yang pasti nya tidak akan mudah di pahami putranya, terlebih putra nya ini terlalu pintar mengolah informasi, kalau jawaban nya nyeleneh semakin nyeleneh lah pemikiran anaknya itu. seperti contoh  setiap Jendra melihat stasiun tv indosiar di TV, papa mertua nya selalu mendoktrin Jendra kalau dulu stasiun tv itu dibuat dari ikan hiu, alhasil setiap Jendra melihat logo tv itu walaupun tidak ada gambar ikan nya lagi , sudah pasti bocah itu bilang  kalau stasiun Tv itu adalah tv ikan hiu. dan satu contoh lagi, Jendra selalu kena mental setiap melihat kolam renang yang besar, sebab kata Jendra di dalam kolam nya ada ikan hiu yang warna nya kuning tapi seram dan akan memakan hantu, ya siapa lagi kalau bukan ajaran Danindra dan Bima kakek nya sendiri. 

"Nanti ayah ceritain sama bunda juga ya..." balas Narendra sembari menatap istrinya, yang langsung di jawab dengan anggukan pelan dari ibu dua anak itu. 

"Belalti nanti malem ndak pake majalah bobo lagi dong ayah?"

Narendra mengecup pelipis putra nya gemas "iya besok di sambung lagi pake majalah bobo nya ya..."

"Okie Dokie ayah!!!!" Jendra bersorak senang di gendongan ayah nya. 

"Lomba nya apa aja Om? Makan kerupuk? atau lomba apa?" Tanya Safira menatap Bima.

"Hehehehe lom-"

"BAPAK- BAPAK DAN IBU-IBU SEMUA NYA BARIS YOK! EH TAPI KHUSUS KAK GIA SAMBIL DUDUK JUGA GAK PAPA!!" Seruan Danindra dari toa yang pria itu bawa di pundak nya.

"Dih ngatur!" dengus Zidan yang masih tidak terima kalau Danindra yang menjadi mc nya. harus nya kan dia...

"Bacot! Buruan baris!" 

"Kaga mau enak aja gue diatur-atur. harusnya gue yang mc nya tau! Malah si In- Anying jangan tarik gue Sarbian!" Zidan memberontak kala tubuh nya di tarik paksa oleh Fabian yang nampak gemas dengan sikap bapak hamil ini namun sayang nya tenaga Zidan kalah besar dengan tenaga Fabian. "Apaan sih lo! gue bukan barang ya!"

Fabian mendelik sebal sembari memegang pundak Zidan kencang. "Baris gak?! gak usah banyak tingkah deh!"  

"Wah KDRT lo sama gue! gue laporin komnas perlindungan anak tau rasa lo! biarin di marahin kak seto tau rasa!"

"Idan..." Panggil Gia kalem. 

"Iya sayang?"

"Baris yang bener..."

"... iya sayang. ini udah bener."

Fabian menggelengkan kepala nya heran "Emang kudu pawang nya yang turun tangan."

"BANG TAMA YANG TERTIB DONG JANGAN LEMPAR-LEMPARAN BATU TERUS SAMA BANG DIMAS! ITU JUGA BANG JANUAR JANGAN MALAH LESEHAN DIBAWAH ASTAGA. NYURUH KALIAN BARIS SUSAH BANGET DAH ASLI!!!!" Pekik Danindra yang nampak nya belum apa-apa sudah frustasi, menurutnya mengatur baris anak TK lebih mudah di bandingkan mengatur para orang dewasa di hadapan nya, sebab kelakuan nya lebih kekanak-kanankan. 

"Lanjut Ndra!" Pradana berseru keras saat para peserta sudah mulai tertib berbaris. 

"Oke Thank you bestie!" Danindra memberikan jempol nya pada Pradana sambil tersenyum. "JADI BAKAL ADA TIGA LOMBA HARI INI. PERTAMA LOMBA FASHION SHOW PARA SUAMI YANG TENTUNYA PENENTUAN NILAI NYA SELAIN DARI PAKAIAN JUGA DARI MAKE UP JUGA YA BUIBU... DAN BIAR LEBIH SERU LAGI BUIBU MAKE UP-IN NYA SAMBIL DI TUTUP MATA NYA. EITS GAK ADA PROTES POKOKNYA!" Seru Danindra saat melihat Zidan yang akan mengacungkan tangan nya. 

"YANG KEDUA ADA LOMBA FUTSAL JADI SETELAH INI DEMI KEBERLANGSUNGAN DAN KELANCARAN LOMBA TUJUH BELAS AGUSTUS HARI INI KALIAN BAKAL DIBAGI JADI DUA KELOMPOK NYA--"

"INTERUPSI!!!" Zidan mengangkat tangan nya. "GAK MAU AH NANTI SI NAREN SAMA SI BIAN DI SATUIN GAK ADILLLL!!!!!! Mereka pasti menang!!!" Pekik Zidan yang sudah punya feeling kalau Narendra dan Fabian di satukan pasti mereka akan menang, mengingat kedua nya sangat di jagokan dalam hal berolahraga. 

"KALEM BANG, KELOMPOKNYA BAKAL ADIL KOK!!!!"

"INTERUPSI!!!!" Kali ini Tama mengangkat tangan nya dengan semangat. 

"Kenapa Bang?" 

"Tapi Kita ganjil kayaknya, gimana dong?"

Kemudian Ravi mengangkat tangan nya, sok-sok mengalah padahal memang mager. "Gue aja yang mundur, gue gak keberatan kok!" 

"KAGAK BISA!!!!" Zidan gak terima dan langsung ngegas. "KALAU RAPI KAGA IKUT GUE JUGA GAK IKUT!"

"Apaan si anjir!"

Zidan mendengus menatap Ravi dengan sengak "Gue gak akan membiarkan lo adem-adem di dalem dan kita disini panas-panasan. pokoknya kalau lo gak ikut, gue juga!!!" 

"KAGA BISA GITU DONG! YAUDAH GUE JUGA GAK IKUTAN AH!" Naren yang sudah kesal dengan perdramaan yang ada pun ikut ngegas.

"NAREN KAGA GUE JUGA KAGA!!!"

Danindra pun semakin frustasi dibuat nya, lalu memekik kencang saat melihat Narendra, Fabian, Ravi dan Zidan lekas membubarkan diri. "SETTTOOOOOPPPPPP!!!! ALLAHU AKBAR, MULAI AJA BELOM UDAH KENA MENTAL GUE!!! Tenang pembagian nya sesuai pokoknya. kirim di group berbatang ya! Sa, Kirim sekarang Sa"

Harsa yang sedang sibuk di balik kamera pun mengangguk dan tidak lama ponsel masing-masing berbunyi notifikasi sebuah gambar yang di bagikan oleh Harsa melalui ponsel Danindra.

"Pembagian nya juga pake aplikasi di google ya! ini udah adil banget, satu kali pembagian, tanpa di rekayasa, saksinya Harsa, Bang Haris dan Rissa sebelum acara!" 

"INTERUPSI!!!!!" 

"Apa lagi Bang?" Danindra menatap lelah abang tengah nya.

"Naren sama Bian sekelompok, gak adil ah! puter lagi kelompok nya, gak mau tau!" Seru Ravi yang kini gondok bukan main apalagi melihat ekspresi Zidan yang nampak puas. padahal beberapa menit yang lalu pria itu lah yang banyak protes. 

"Tapi kelompok Bang Bian sama Bang Naren kan lebih dikit, imbang jadi nya. pokoknya kalau ada yang interupsi lagi denda 100 juta! PUSING GUE DI INTERUPSI MULU!" 

"Iya gak adil ah. kalian kan enak bertujuh tapi badan nya gede-gede. lah kita? berdelapan sih, tapi kan yang satu itungan nya setengah." Balas Dimas yang nampak tidak setuju dengan pembagian kelompoknya. 

"MAKSUD LO GUE SETENGAH HAH BANG? MINI-MINI GINI GUE JAGO LOH DIAJAK BERANTEM!!!" Ravi menghadap Dimas sambil bergaya kuda-kuda seolah-olah akan berduel. 

"Gue gak ngomongin lo ya! kalau lo yang ngerasa bukan dosa gue" Balas Dimas santai, sedangkan Ravi sudah mengap-mengap menahan emosi.

"Ya di bandingin Naren sama Bian sih iya Pi, sekali senggol lo kan nyungsep waktu di rumah sakit dulu.." Ringis Zidan sambil terkekeh. 

"Bacot!!!" 

Kemudian Danindra kembali memberikan instuksi mengenai peraturan permainan, saking lelah nya Danindra mengabaikan para bapak-bapak yang masih chaos di dalam barisan, Pria itu juga mengultimatum akan memberikan sanksi bila peserta berbuat curang. tak main-main, 100 juta pun yang menjadi sanksi terberat nya. 

***

"Mama aku  sama bunda kamu bakal diapain sih Bestie?" Tanya Gavriel pada Jendra yang berdiri di depan bale-bale sambil memperhatikan Orang tua mereka yang duduk saling berhadapan dengan mata yang di tutup kain hitam.

Jendra menggeleng lemah, sebenarnya bocah itu nampak sangat penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kedua orangtua nya tapi ia urungkan karena Opa nya berjanji akan membelikan cancut bergambar power ranger pink banyak-banyak jika Jendra tetap duduk di bale - bale  dan menurut tidak nakal.

"Ajen ndak tau Iel." Jendra langsung menatap Mbak Ami yang sedang menggendong adik nya. "Mbak Ami, itu bunda Ajen mata na kenapa di tutup-tutup?" 

"Bunda lagi mau dandanin ayah nya Mas Ajen, biar cakep toh."

"Tapi ayah Ajen udah cakep, ndak usah di apa-apain, Mbak Ami..." 

"Oh berarti kalau papa di dandanin mama bakal jadi lebih ganteng ya Mbak Ami?" Tanya Namira putri sulung Dimas yang juga berdiri di samping Jendra sambil memperhatikan orang tua mereka yang sedang siap-siap berlomba. 

"Iya dong, Mbak Namira. Biar makin ganteng."

"Alhamdulillah akhirnya..."

"Loh kenapa toh Mbak Namira?" Tanya Mbak Ami geli kepada keponakan majikan nya. 

Namira nyengir kuda menatap Mbak Ami "Akhirnya Papa aku bisa ganteng, biasanya papa aku kan buluk Mbak ami. kolor aja warna nya pink, tapi bolong-bolong. Miskin dia mah."

"Tapi ayah Ajen ganteng tuh."

Namira mengangguk setuju. "emang, Om Naren mah ganteng. gak kayak papa aku sama Om Idan, mereka mah buluk, bulu ketek nya banyak banget hiiiiii, mana bau lagi." 

"Tapi papa-papa emang bakalan cantik ya kalau di dandanin? Harusnya kan perempuan yang di dandanin" Tanya Shienna Putri Sulung Isyana. 

"Tuh kan papa aku pasti ketawa-ketawa nanti. Papa aku mah aneh, gak lucu juga pasti ketawa. kalau kata Om Indra, papa aku kaya orang gila yang kabur dari dokter" Sahut Gavriel yang nampak geleng-geleng melihat papa nya tertawa bersama sang mama. 

Diva anak sulung Safira dan Tama mendengus sebal setiap mengingat kelakukan papa nya yang manja "Ih liat coba papa aku! Papa aku mah kebiasaan malah gelendotan terus sama mama aku. Aku suka syebel kalau lihat papa aku malah manja ke mama aku. padahal dia syudah besar ya... tapi malem-malem syuka minum syusyu di dada mama aku, padahal Tika aja udah gak minum syusyu." ucapan frontal Diva barusan sukses membuat Mbak Ami, Thalita dan Ariska mendadak ngefreeze. 

"Tapi papa aku gak pernah gitu tuh..." Balas Namira dengan ekspresi bingung. 

"Ih Serius Kakak Ira, Papa aku sama mama aku waktu itu gak pake baju coba, aneh kan padahal udah malem. nanti kalau sak-"

"Anak-anak, tante punya coklat nih... ada yang mau?!" Seru Thalita sembari menggendong anak nya yang tertidur, sedikit panik dengan pembahasan bocil-bocil yang tanpa sadar saling membuka aib kedua orang tua mereka. 

"AKU AKU AKU MAU TANTE!!!" Seru bocil -bocil yang akhirnya berhasil terdikstrak dan kini mereka malah berebutan agar mendapatkan coklat secepat mungkin. 

"Sabar sayang, semua nya pasti kebagian kok..." Balas Thalita dengan lembut.

"Tante, Adik Luna dapet cokat ndak?"

Thalita tersenyum sembari mencubit pipi Jendra dengan gemas "Dapet dong sayangku..."

"Asa! belalti Ajen dapet dua ya Tante, soalna Adik belum bisa mamam cokat, jadi sama Ajen di mamam na... oke tante?"

Ariska tertawa gemas, "Aduh pinter banget sayang, cerita nya mau mewakili adik makan coklat ya sayang? Makan nya jangan lupa sikat gigi ya sayang... nanti gigi nya sakit."

"Yah aku juga mau dua, tapi aku gak punya adik." Gavriel menatap Jendra iri.

"Iel bilang aja sama Om Gapin, suluh bikin adik sama mama na Iel..." 

"Emang Bisa?" Gavriel menatap Jendra ragu. 

Tapi Diva lah yang mengangguk yakin, "Bisa kok, kamu ikutan bikin aja sama mama papa kamu."

"Oke bestie nanti Aku mau minta sama papa. Aku juga mau liat cara bikin adik nya. biar aku cepet-cepet punya Adik." Gavriel tersenyum sembari duduk manis di samping Jendra yang sedang asik memakan coklat. 

"Terima kasih tante coklat nya..." Ucap Shienna kearah Ariska dan Thalita yang wajah nya memerah setelah mendengar ucapan Gavriel barusan.

"Sama-sama sayang... jangan lupa sikat gigi ya .." Balas Thalita lembut, sedangkan Ariska hanya tersenyum sambil mengusap rambut Jendra. 

***

Perlombaan pun di mulai. 

Perlombaan dibagi menjadi dua babak, babak pertama di lakukan oleh Tim 1. 

Danindra sejak tadi sudah bergerilya mengawasi para pasutri yang sedang fokus dengan alat makeup masing-masing. 

Sedangkan Tim 2 seluruh peserta nya di bagian mata di tutupi kain supaya tidak mengganggu jalan nya perlombaan. 

Selain Zeva, Januar dan Savian yang nampak pasrah dengan apa yang dilakukan istri nya, berbanding terbalik dengan peserta lain, apalagi Bima dan Dimas. nampaknya bapak dan anak itu yang selalu heboh setiap istrinya memakaikan make up di  wajahnya. 

"Ma atuh lah itu yang encer-encer nya jangan banyak-banyak, nanti kalau papa keputihan gimana?" Keluh Bima yang tidak mau diam alhasil fondation yang sedang diberikan oleh Tania ke wajah suami nya menjadi meleber kemana-mana bahkan sampai ketelinga. 

"Berisik ih si papa, mama lagi konsen nih."

Bima terbahak melihat ekspresi istri nya yang clueless dengan mata yang tertutup kain. "Bikin yang cantik ya, papa gak mau kalah pokoknya."

"Iya berisik  banget allahu akbar. kalau papa berisik lagi, mama ga tanggung jawab kalau si Iteung jadi bebek betutu besok!!" 

"Ish belagu mentang-mentang punya kucing baru jadi belagu sama Iteung."

"Pa..." Desis Tania dengan kesal. 

"Oke papa diem" 

Sedangkan sisi kiri, adapun Dimas yang tidak kalah heboh, saat istrinya memakaikan aye shadow di atas alisnya. "Yang, ya kali alis warna nya pink. warna hitam dong ah, kan perjanjian nya mau jadi natural..." ucap Dimas yang mengarahkan tangan istri nya ke pallet berwarna hitam. 

"Ih Aku kan nanya warna pink buat eye shadow papa... tadi briefeing nya aku jelasin warna nya." 

"Emang eye shadow itu buat alis ya? "

"Buat kelopak mata lah, ya kali warna item. emang kamu mau halloween?" 

"Ya kamu kenapa diarahin ke alis sih? Atuhlah yang, aku makin jelek ini." 

"Aku kan mata nya di tutup. mana tau kalau itu alis..."

"WAKTU NYA TINGGAL LIMA MENIT LAGI!!!" Seru Danindra dengan toa nya. 

"kamu sih banyak protes jadi kan belum apa-apa kita" Sembur Salma pada suami nya yang kini pasrah saja, dari pada kena omel lagi. 

Berbeda dengan Bima dan Adimas yang banyak protes lain hal nya juga dengan Pradana yang sedari tadi lebih banyak tertawa kegelian saat di pakaikan eye shadow di mata nya. "Bun sumpah geli banget hahahahaha"

"Ayah ih diem dulu bisa gak! susah kalau kamu gak bisa diem gini." 

"Hahaha geli tapi. eh bun, bunda tau gak? kenapa pelangi cuma setengah lingkaran?"

Yuna yang sedang memakaikan blush on di pipi suami nya pun tertawa geli masih sempat-sempatnya menggombal. "Apa ayah?" 

"Karena setengah nya ada di hati bunda, eaaaa~~~"

"TIGA MENIT LAGI!!" Lagi-lagi Danindra mengingatkan waktu nya akan habis. 

"Ayah udah ah jangan gombal terus." 

"Tapi bales dulu dong bunda sayang."

"Engga ah... malu ayah, udah tua. mending kamu diem aja."

Pradana menggeleng sembari mengganggu istri nya yang kini sedang memakaikan lipstik di bibirnya. 

"Ayah diem ah! bibir kamu nanti kaya joker loh"

"Bales dulu makanya." Ucap Pradana setengah memaksa.

"Apa?" 

"Gombalan ayah tadi bun.."

Yuna terkekeh geli membayangkan wajah suami nya yang ketengilan. "Ck, Ayah itu kaya warteg buat bunda."

"dih apa an sih bunda? emang muka ayah mirip oreg tempe apa?"

"Ish bukan.."

"Apa dong?" tanya Pradana dengan nada manja, 

"Sederhana, tapi berkualitas...."

"EAAAAAA YUNA NU AING YEUUHHH"

"Mohon maaf Om, tolong jangan ngereog dulu. lagi lomba soalnya, tolong di maksimalin 30 detik lagi bagian bagian Tim 2 dimulai." Sahut Danindra yang terkekeh geli melihat Pradana yang kini juga banyak tingkah, uget-uget mulu kaya pensil inul. 

"Siap bestie!" Balas Pradana sembari memberikan jempolnya. 

"OKE 3, 2, 1. TIM SATU SELESAI,  SILAHKAN  BAPAK-BAPAK NYA TIM 1 TUTUP MATA NYA PAKAI KAIN. DAN TIM DUA BAPAK-BAPAK NYA SILAHKAN BUKA TUTUP MATA NYA, DAN UNTUK IBU-IBU NYA TOLONG SEBELUM MULAI BRIEFING SUAMI NYA DULU YA KAYA TIM SATU TADI. KITA KASIH WAKTU TIGA MENIT. DAN SETELAH TIGA MENIT PELUIT BUNYI, ITU BERARTI LOMBA NYA SUDAH MULAI, 10 MENIT YA GUYS!!!"

"SIAPPPPP!!!!" seru para peserta dengan kompak.

"OKE TIGA MENIT DARI SEKARANG!!!"

"Sayang, jangan tebel-tebel ya nanti make up nya. warnya nya juga jangan yang terlalu ngejreng..." Narendra menggenggam jemari Yasmine dengan lembut.

"Iya Ayah tenang aja, tolong ambilin beauty blender nya dong."

"Hah? Buat apa? kamu mau masak yang?"

"bukan buat make up lah ayah."

Seketika Narendra langsung panik menatap istri nya dengan tidak percaya "Muka Aa mau kamu blender? Sayang, kalau emang di masa lalu kamu belum sepenuhnya maafin A-" 

"Beauty blender ayah sayang, yang kaya spons gitu. tadi aku bawa kalau gak salah warna nya coklat."Balas Yasmine lembut. 

Narendra pun mencari-cari barang yang di maksud istri nya dan memang hanya ada satu barang yang berbahan spons tapi dahi nya mengernyit ketika bentuk nya seperti telur. 

"Oh... yang bentuk nya kaya telur?" 

"Nah, itu maksudnya ayah sayang. lagian siapa juga yang mau blender Aa.." kekeh Yasmine.

"Kan takut yang. Tapi Kamu sayang sama Aa kan?" Narendra meraih jemari Yasmine lembut. 

Yasmine pun membalas genggaman tangan suami nya  "Iya sayang banget sama Aa.."

"Hihi Aa lebih lebih lebih sayang kamu."

Zidan geleng-geleng menatap ipar dan adiknya yang membucin terus. "Cih bucin. Lomba woy!"

"Dih gak ngaca? dari tadi lo gelendotan mulu sama Gia, gue gak ada protes tuh! sirik bilang!" Dengus Narendra pada ipar nya yang kebetulan duduk berdampingan. 

"Tapi gue kalau mau cipokan tau tempat, gak kaya lo berdua udah ada buntut dua, cipokan nya jalan terus, mending di kamar, lah lo berdua kan di dapur, di ruang tamu, dimana pun."

"Gi, tuh kode, si Idan mau cipokan di semua tempat juga Gi." Balas Narendra asal.

Zidan melotot "Gak gitu maksud gue babi!!"

"Terus mau lo apa Anjing?"

"Aa, udah ya... jangan ribut terus kalian tuh. abang juga nih semua orang di ajak ribut mulu."

"Tau Yas... sekarang aja berantem, padahal baru aja semalem suami ku sama suami kamu malah peluk-pelukan di ruang tamu. mana sambil nangis dua-dua nya."

"Iya Teh, sebenernya saling sayang. tapi gengsi nya gede banget. apalagi waktu teteh lagi di rumah orang tua teteh, suami ku nih yang selalu mastiin Bang Idan ga sedih terus. biarin aja teh, nanti juga tau-tau pelukan lagi, biasa nya bareng Bang Bian juga. Klop banget mereka."

"Hahahaha bener Yas... mereka mah sok-sok gapeduli, padahal mah peduli banget. next time kita cerita-cerita lagi ya, gibah nya gak enak mata di tutup gini." Seru Gia sembari terkekeh geli.

"Siap Kak!" 

"Heleh gosip aja lancar bener buibu mah..."

"NGACA!!!" Seru Yasmine dan Gia bersamaan.

Seruan Yasmine dan Gia tadi menutup waktu briefing tiga menit sesuai penjelasan Danindra di awal. Lalu setelahnya perlombaan pun di mulai yang kali ini peserta nya lebih teratur dan tertib. Apalagi Gia sudah mengancam kalau suami nya heboh, sudah dipastikan Gia akan kembali minggat dari rumah, dan akan bertemu lagi setelah melahirkan nanti. 

Sepuluh menit berlalu, Tim 2 pun selesai make up, lalu kemudian Danindra meminta para bapak-bapak kembali di tutup matanya, sedangkan para ibu-ibu mempersiapkan kostum yang akan di gunakan fashion show yang nanti nya akan di lakukan di garasi besar rumah Narendra. 

"Yang kenapa tete aku di sumpel-sumpel sih? Geli tau..." Rajuk Fabian saat Vania memasangkan gumpalan kaus kaki ke dada Fabian.

"Ketawa mah ketawa aja yang. Gak usah di tahan gitu..." lanjut Fabian saat mendengar suara istrinya yang sepertinya tengah mati-matian menahan tawa yang siap pecah.

"....siapa yang ketawa?"

Fabian mendengus sebal "Aku suami kamu dan aku hapal gimana receh nya kamu."

"Percaya sama aku, kalau kamu menang uang nya buat kamu papi. Aku gak akan minta bagian kok."

"Iya gak akan minta bagian, tapi kamu kan lagi pengen tas. Halah udah kebaca yang...."

Vania terbahak di buat nya sembari mengecup pipi suami nya dengan sayang "Hahaha tau aja si papi!"

Tidak jauh beda dengan Zidan yang misuh-misuh. "Hadeuh demi seratus juta buat lahiran hedon akan aku lakukan apapun demi kau dan si buah hati.." ucap Zidan dengan penuh penghayatan, sedangkan Gia hanya bisa mendengus geli sembari terus membantu suami nya memakai gaun bling-bling berwarna ungu miliknya.

"Gi, nanti kalau menang uang nya buat kamu lahiran ya, dan kita sewa rumah sakit nya selantai.. biar gak kalah sama Rafi Ahmad."

"Halah beli cilok aja kadang lo ngutang, nanti ujung-ujung nya 'Naren yang bayar ya mang, dia ipar saya soalnya.' Gegayaan mau nyewa rumah sakit satu lantai. Kaya sanggup aja." 

Zidan mendecih saat mendengar sambaran Ravi "Dih sanggup gue! Walaupun gak sekaya Om Pradana, bokap gue juga kaya ya... sawah nya luas di Garut, punya sapi, kerbau, kambing, belut, pohon mangga bonus kuntilanak nya juga ada, sans lah nanti dijualin buat flexing di rumah sakit. Bila perlu gue jual juga papa gue buat nambah-nambah."

"Wah gue bilangin Om Bima kena jewer mampus lo!"

"Emang ada yang mau beli papa? Istilah mesin mah papa udah turun mesin. Gak laku." Balas Dimas yang juga tidak sengaja mendengar percakapan Zidan dan Ravi dan secara kebetulan mereka berbaris berdekatan.

"Bisa, jual aja di rumah sakit jiwa. Lumayan buat jadi badut disana." Balas Zidan santai.

"PERHATIAN !!! UNTUK MEMPERSINGKAT WAKTU PARA ISTRI SILAHKAN BERDIRI DI HADAPAN SUAMI MASING-MASING!!! DALAM HITUNGAN KETIGA BUKA TUTUP MATA SUAMI NYA. 1, 2, 3 SILAHKAN BUKA TUTUP MATA NYA!!!"

Dan sesuai prediksi, saat penutup mata mereka terbuka, seketika tawa keras pecah apalagi para peserta melihat penampilan mereka satu persatu. Terutama para istri yang sejak tadi menahan tawa kini akhirnya pecah juga menertawakan wajah suami mereka yang belepotan apalagi saat memberikan warna pada lipstik dan eye shadow yang bukan pada tempatnya.

"YA ALLAH HAHAHHHAHA PAPI BIBIR KAMU KENALA WARNA KUNING SIH!!!" Seru Fany yang tidak kuat melihat tampilan suami nya karena ayah dari Fabian itu tampak lucu di mata nya. Persis banci mampang yang mangkal.

"Ih mami kenapa papi pake baju warna ijo sih? Kaya lemper tau..." protes Damar saat melihat pentulan tubuhnya di kaca jendela.

"AYO SEMUA BAPAK-BAPAK BARIS  YA!!! KALIAN POKOK NYA JALAN LAYAKNYA MODEL YANG LAGI CATWALK DAN AKAN ADA JURI YAITU SAYA, RISSA, BANG HARIS, HARSA. OH IYA SATU LAGI,      TOLONG DI MAKSIMALKAN KARENA SKOR NYA 50% DISINI." Intruksi Danindra di depan para peserta yang mendadak demam panggung bingung harus bergaya seperti apa.

Berbeda dengan yang lain sibuk persiapan, Fabian justru misuh-misuh duluan sebab sumpelan tete nya jatuh terus. Kan gak lucu kalau tete nya gede sebelah.

"Ren kok sumpelan tete lo gak jatoh sih?"

Narendra menoleh menatap Fabian "Gue di pakein bh sama Yasmine."

"Ih kok gue enggak sih? Tete gue merosot mulu anjir. Kalau bukan demi seratus juta gue juga ogah ikutan."

"Gue mah bukan perkara duit, liat bini gue excited dan ketawa lepas kaya tadi aja udah hadiah buat gue." Balas Narendra sembari membenarkan posisi bh nya lagi.

"Halah bucin lo mah." Dengus Fabian yang masih struggle dengan sumpelan kaus kaki di dada nya.

Sedangkan Narendra yang sejak tadi sudah pasrah hanya mengedikkan bahu nya santai. "Rela gue jadi badut seumur hidup demi liat bini happy."

Sedangkan tidak jauh dari sana ada Ravi yang nampak kesal, "Mas Ravi duduknya jangan ngangkang dong. Itu paha nya kemana-mana" tegur Karenina saat melihat suami yang duduk dengan gaya yang tidak senonoh.

"Suruh siapa pilihin baju buat Mas yang kurang bahan gini. Mulai sekarang, baju kamu yang kaya gini gak usah di pake keluar laah.. pake di depan mas aja."

"Terus bini lo pake apa? Gamis?" Tanya Januar kakak ipar Fabian.

Ravi mengangguk. "Gak papa bang malah bagus."

"Posesif amat." Balas Zeva yang sejak tadi hanya diam.

"Nama nya juga sayang istri." jawab Ravi ngegas. 

Kemudian Danindra bertepuk tangan heboh diikuti oleh Haris dan Harsa "Kita mulai Acara Danindra Fashion week guys!!!."

"Ingat ya guys setelah dipanggil kalian jalan sambil harus berpose. Kalian halu aja kaya  catwalk di acara Fashion terkenal." Danindra kembali mengulang penjelasan seraya menatap satu-persatu  model di hadapan nya.

"Dih masa Papa juga harus jalan kaya model. Nyesel banget ngide lomba begini." Dengus Bima sembari mengomel.

"Pah nanti jalan nya jangan ngangkang. Harus anggunly pokoknya."

"Iya iya" balas Bima dengan pasrah.

***
Zeva

.

Nayshila

.

Clarissa

.

Thalita

.

Ariska

.

Selvya

.

Januar

Continue Reading

You'll Also Like

140K 13.8K 101
keseharian keluarga kim manoban
423K 47K 92
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...
136K 17.9K 42
"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)
67K 6.4K 32
đ—Ļ𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗔đ—Ļđ—Ļ𝗔𝗟𝗔𝗠𝗨'𝗔𝗟𝗔𝗜𝗞𝗨𝗠 𝗞𝗘𝗞𝗔đ—Ļ𝗜𝗛 𝗜𝗠đ—Ŗ𝗜𝗔𝗡𝗞𝗨 SELESAI [PART MASIH LENGKAP] [đ—Ļđ—Ŋđ—ļđ—ŋđ—ļ𝘁𝘂𝗮𝗹-đ—Ĩđ—ŧđ—ē𝗮đ—ģ𝗰𝗲] 𝗙đ—ŧ𝗹īŋŊ...