HAPPY READING
______________________
brummm....
bisingnya kendaraan memasuki area Cazerose School membuat seantero sekolah langsung melirik.
Sabiru and the geng, setelah kejadian dimana malam promnight itu benar-benar membuat mereka tidak bisa berkata-kata.
di dalam mobil Sabiru menoleh ke arah Venzi. pria itu menggunakan style an kantoran.
"ingat jangan mendekati cowo mana pun, saya ada urusan kerjaan di kantor." ucap Venzi datar
"hem" dehem Sabiru
gadis itu membuka seatbelt dan hendak turun, namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh Venzi.
Sabiru menoleh dan mendapati Venzi dengan wajah tengilnya.
cup
Sabiru membelalakkan matanya kala Venzi mencium bibirnya tanpa izin. Menatap tajam sang pelaku Sabiru langsung memukul lengan Venzi.
plak!
Venzi meringis "why babe?"
"ga sopan!" ketus Sabiru
"sama kamu saja tidak dengan yang lain" jawab Venzi santai
Sabiru memutar bola matanya malas
"serah deh Al"
tangan Venzi terulur merapikan rambut Sabiru yang sedikit berantakan.
pletak!
"shh Alta!" kesal Sabiru memegangi jidatnya yang disentil Venzi
Venzi terkekeh pelan sembari mengusap-usap jidat Sabiru lembut.
"maaf sayang"
Sabiru menghela nafas "gue keluar."
"pulang nanti saya jemput, tunggu saya jangan kemana-mana." peringat Venzi
Sabiru menggeram sebelum akhirnya tersenyum paksa.
"iyaa sayang aku tunggu" ucap Sabiru pura-pura manis
Sabiru langsung keluar dari mobil kekasihnya saat Venzi akan menerkamnya.
sudut bibir nya terangkat menahan kedutan, Sabiru benar-benar membuatnya gila.
"nah ini nih orangnya, lama bener di dalem mobil ngapain aja si?!" heran Cindi
"biasalah ditahan dulu sama pawangnya" sahut Charissa
"cabut" dingin Sabiru
Sabiru berjalan mendahului di tengah-tengah murid-murid yang membuka jalan untuknya, disusuli yang lain dibelakangnya.
saat Sabiru lewat mendadak yang tadinya bising-bising seketika senyap. Aura dingin yang dikeluarkan Sabiru benar-benar terasa pengap.
apalagi setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi benar-benar membuat murid-murid CS takut.
"stay calm, lo diem ga bakal berurusan sama gue." ucap Sabiru meninggikan suaranya di sela-sela langkahnya
gila kece banget Sabiru woy!!
gabakal ada yang berani inimah, keturunan keluarga Grizelle sama Laundis gile!!!
gausah bacot, Sabiru ni geng!!
Raffa ganteng banget helpp
Kaiz I love you!!
semuanya ayo jadi pacarku!!!
halu halu
buka mata, lihat dirimu~~~
"duluan, gue mau ke toilet." dingin Sabiru
"mau gue temenin?" tawar Vanka
Sabiru menggeleng singkat.
"hati-hati jangan sampe nyasar" canda Raffa
Sabiru mendengus dan pergi dengan arah yang berbeda dengan teman-temannya menuju toilet.
hampir 5 menit di dalam toilet akhirnya Sabiru keluar, namun saat keluar tiba-tiba ada yang menarik lengannya.
brukk
"akh!" ringis Sabiru
Sabiru mendongak melihat siapa yang menariknya.
"lo?!"
"hai baby" ucap Ares dengan senyuman jahilnya
Ares memojokkan tubuh Sabiru yang lebih kecil darinya ke dinding, dan meletakkan satu tangannya di dinding.
jarak keduanya sangat dekat hingga Ares dapat mencium aroma lavender dari tubuh gadis di depannya.
"minggir." dingin Sabiru
Ares terkekeh pelan "why baby? lo udah sembuh, hm?"
Sabiru terdiam.
tangan Ares terulur menyentuh surai Sabiru, menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Sabiru.
"don't touch." dingin Sabiru berusaha menghindar
"what are you doing?" lanjut Sabiru
Ares tampak berfikir "I think, I miss you baby"
Sabiru berdecih "geli gue dengernya"
Ares mengangguk-angguk lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Sabiru.
"kalo gue bilang... gue suka sama lo, gimana?" bisik Ares
BUGH!
"ngapain lo bangsat!" umpat Farel
Ares berbalik badan dan menatap dingin seseorang yang memukulnya.
Sabiru bersandar ke dinding santai menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"gausah macem-macem lo tai!" ketus Farel
Ares tertawa "lo siapa? gausah berisik."
"anjing lo!" Farel hendak melayangkan pukulannya namun langsung ditahan oleh Ares
Ares memutar tangan Farel kebelakang dan menghempaskan pria itu. Tubuh Farel sedikit oleng namun masih bisa ia seimbangkan, Farel berbalik badan dan menatap tajam Ares.
"urusan gue bukan sama lo" dingin Ares
Ares beralih menatap Sabiru yang terlihat santai, sebuah senyuman miring terbit di bibirnya.
"gue pergi dulu, see you baby" ucap Ares mengedipkan sebelah matanya
sebelum benar-benar pergi Ares mendengar suara yang dibisikkan oleh Sabiru kepadanya.
"gausah betingkah, cowo gue galak."
puk! puk!
Sabiru menepuk kedua pundak Ares dari belakang, sebelum akhirnya pergi dari sana.
Ares terdiam sebelum akhirnya tertawa dan melihat kepergian Sabiru yang mulai menjauh.
alih-alih beranjak pergi, Ares malah melirik Farel yang menatapnya sinis.
"you're so stupid" desis Ares
"gue peringatin sama lo buat jauhin Sabiru." ucap Farel datar
Ares tersenyum miring "If I don't want?"
"gue habisin lo!" sentak Farel dan berlalu pergi
Ares berdecih "gue yang bunuh lo."
***
kring....
"Sabiru!" panggil Farel
langkah Sabiru terhenti, gadis berdecak pelan lalu berbalik badan.
"to the point" dingin Sabiru
Farel melangkah mendekati Sabiru hingga keduanya saling berhadapan.
"malam itu.."
"ya gue, kenapa?" sinis Sabiru
Farel tersenyum miring "gue udah feeling, dan ternyata beneran."
Sabiru mengangkat sebelah alisnya menatap Farel santai.
"so?"
"gue makin tertarik sama lo" jawab Farel santai
Sabiru berdecih "urusan lo bukan sama gue, tapi cowo gue sendiri."
Sabiru berbalik badan dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, meninggalkan Farel sendirian dengan tatapan tertarik pada Sabiru.
"she's crazy man" ucap Farel tanpa sadar
dengan perasaan dongkol Sabiru terus melangkahkan kakinya menaiki setiap anak tangga, hingga kini ia sampai pada pintu masuk roftoop.
Sabiru langsung pergi ke roftoop dengan kesal karna pagi ini dirinya harus diganggu oleh dua manusia gila.
ingin pergi ke kelas tapi bel masuk sudah berbunyi, alhasil Sabiru melarikan diri ke atas roftoop.
duduk di bangku panjang menikmati angin sepoi-sepoi yang menerbangi rambut panjangnya.
Sabiru merogoh tas sekolahnya dan mengeluarkan airpods, lalu menyumpal ke telinganya.
Sabiru mendengar kan lagu
Obsessed - Mariah Carey sembari mendongakkan kepalanya ke atas dan terpejam dengan kedua tangan melipat ke dada.
mendengarkan musik berusaha untuk terlelap namun Sabiru merasakan ada yang duduk disebelahnya.
sontak Sabiru membuka mata dan mencabut satu airpods yang terpasang di telinganya.
"Nanda?"
Nanda hanya diam menatap Sabiru dengan tatapan yang sulit diartikan.
Sabiru mencabut sebelah lagi airpods nya dan menatap Nanda datar.
"apa?" dingin Sabiru
"kenapa?" tanya Nanda balik
Sabiru mengernyitkan dahinya "maksud lo?"
Nanda menggeleng "ah engga gapapa"
Nanda beralih menghadap kedepan menghindari kontak mata dengan Sabiru.
"kenapa? kaget?" tebak Sabiru
Nanda menunduk "gimana bisa?..."
suara Nanda terdengar lirih dan samar tapi masih dapat Sabiru dengar.
"kalo takdir berkata, kenapa engga?" santai Sabiru menyilang kakinya
Nanda mendengus "lo bolos."
"lo sendiri? kocak ni orang"
"gue ketos jadi keliling dulu ngejaga-jaga, taunya ada lo bolos kesini" malas Nanda
entahlah Nanda tidak merasa takut dengan Sabiru setelah mengetahui identitas asli gadis itu. Tujuannya pun tidak aneh-aneh, hanya ingin berteman.
"terus?"
"karna gue baik, jadi gue lepasin lo hari ini" ucap Nanda
Sabiru mengangguk-angguk "ga lo lepasin juga gue gabakal dihukum."
Nanda terdiam setelah mendengar ucapan Sabiru barusan.
lah iya? orang dia pemilik sekolahnya!
"beberapa hari ini gue udah ga ada liat Kila lagi di sekolah, tapi bagus deh" celetuk Nanda
"udah mati." dingin Sabiru
"maksud lo?" bingung Nanda
Sabiru menghela nafas "Kila udah gue bunuh."
"what the?" ucap Nanda tak percaya
"lo pikun apa gimana? udah tau gue siapa malah kaget" malas Sabiru
"terus gimana kepsek tua itu?" tanya Nanda
"udah diurus ama Kean" jawab Sabiru datar
Nanda mengangguk-angguk mengerti. Nanda menatap Sabiru yang ditatap pun menyahut.
"apa?"
"setelah ini-" ucapan Nanda terpotong
"boleh, lo udah masuk circle gue." jawab Sabiru santai seakan-akan tau apa yang mau Nanda ucapkan
sontak senyum Nanda mengembang, hampir saja ia reflek memeluk Sabiru namun langsung dipelototi oleh gadis itu.
"hehe sorry kelewat seneng gue" cengir Nanda
"kenapa dah?"
"ya gue kira lo males bergaul sama orang yang kasta nya dibawah lo"
"gue engga." dingin Sabiru
Nanda lagi-lagi tersenyum manis di depan Sabiru, jika ada orang lain yang melihat maka mereka akan terpesona dan kaget.
sebab jarang-jarang Nanda pak ketos bersikap manis seperti itu.
"lo itu aneh ya" sahut Sabiru
"kenapa lagi gue?"
"kata anak-anak lo itu galak sama cuek, kok sama gue dan temen gue yang lain lo jadi minta di lempar ke laut" heran Sabiru
Nanda mengedikkan bahunya acuh memilih menatap kedepan.
"itu image gue aja di publik, tapi kalo gue ngerasa udah akrab si bakal keluar sifat asli gue" jawab Nanda
"sok cool" cibir Sabiru
"lo juga makin kesini udah banyak bicara, biasanya gue serasa ngomong sama tembok" ucap Nanda
Sabiru terdiam lalu mengangguk membenarkan.
"mungkin Sabiru asli masih nempel disini" ucap Sabiru asal
Nanda bergidik ngeri "lo tau ga? gue ngeri banget sama Sabiru dulu"
"kenapa?"
"tu anak nyeremin dulu, apalagi waktu ngebully"
"lo gatau aja alasannya gitu kenapa." ucap Sabiru datar
Nanda mengangguk.
"kalo lo mau tau, nanti juga bakal tau" ucap Sabiru
"kampret!"
***
"dicariin malah disini asik makan" ucap Charissa yang baru datang duduk di sebelah Sabiru
Sabiru tidak menghiraukan dan memilih melanjutkan memakan mie ayam.
"gila tu buk Ida ngasih catatan, ampe pegel tangan gue" kesal Aliesha meletakkan nampan ke atas meja sedikit kasar
"tu guru emang gila anjir, gue sumpahin cepet pensiun tu guru" timpal Cindi lalu menyeruput teh es nya
dikantin tidak terlalu ramai walaupun sekarang sudah jam istirahat.
"lo bolos ga ngajak-ngajak" sahut Vanka
"tau gitu gue ikut nemenin lo ke toilet yang berakhir bolos" ucap Vanka
Sabiru mengedikkan bahunya acuh tidak peduli. Kantin yang semulanya sepi mendadak menjadi ramai dengan teriakan histeris mereka.
rupanya sang most wanted CS datang ke kantin tak lupa satu perempuan yang berada di samping ketuanya, Garta dkk.
"good luck Gar" ucap Galen sebelum pergi dengan temannya yang lain menuju meja kosong pojok belakang
Garta mengangguk lalu menoleh menatap Sania. Menggenggam jemari mungil Sania, berjalan menghampiri Sabiru dkk.
"lah ngapain tu si Gartanjing kesini" ucap Cindi menyadari
"lah iya, wah harus waspada ini" timpal Vanka
"permisi"
suara yang lembut masuk ke indra pendengaran mereka.
"ngapain lo kesini?!" ucap Cindi ngegas
sepertinya Cindi masih begitu dendam dengan Garta, mengingat bagaimana perlakuan Garta kepada Sabiru dulu.
"aku mau pinjem Sabiru nya sebentar boleh?" tanya Sania hati-hati
ting!
Sabiru meletak garpu nya kasar hingga berbunyi cukup keras membuat perhatian tertuju hanya padanya seorang.
"S-sar?" ucap Vanka cemas
Sabiru berdiri dan berbalik badan lalu pergi begitu saja melewati Garta dan Sania.
Garta memejamkan matanya sejenak menahan emosi yang tiba-tiba saja.
"Sabiru" panggil Garta
menghiraukan Sabiru tetap melanjutkan langkahnya.
"Roftoop" sahut Sabiru yang sudah keluar dari kantin
"kita permisi" ucap Sania sopan
"pergi tinggal pergi njing" kesal Cindi
"Cindi!" sentak Garta
Cindi memutar bola matanya malas "iye dah"
Garta membawa Sania pergi keluar kantin menyusuli Sabiru, mendengar jawaban Sabiru tadi sudah dipastikan gadis itu ingin bicara di Roftoop saja.
Dan disinilah ketiganya berada di Roftoop sekolah. Sabiru mendudukkan bokongnya di kursi panjang disana.
"to the point." dingin Sabiru
"gue mau minta maaf." ucap Garta
"for what?"
"atas sikap gue dulu."
Sabiru terkekeh "telat, orangnya udah mati"
Garta terdiam dengan perasaan bersalah pada dirinya. Pria itu melirik Sania dan gadis itu mengangguk seolah setuju.
Garta melangkah mendekati Sabiru dan duduk di sebelah gadis itu dengan jarak yang tidak jauh-jauh amat.
"gue tau lo cintanya sama Sania, juga bukan bermaksud berbuat kasar sama Sabiru waktu itu." ucap Sabiru menatap lurus kedepan
Garta mengangguk "hati gue udah jatuh ke Sania, buat nerima Sabiru gabakal bisa... gue gasuka apa yang udah jadi milik gue di sentuh apalagi dilukai. Gue main tangan karna emosi Sar..."
"gue tau, tapi ga seharusnya lo main tangan. Sabiru itu cewe, mau sekesal atau sebenci apapun lo sama dia tetap aja lo ga berhak main tangan." ucap Sabiru terkesan datar
Garta menunduk "andai waktu dapat terulang lagi, gue pasti bakal ngomong baik-baik dan minta pengertian sama dia.."
"mau lo balik bumi juga gabisa ngebuat Sabiru hidup lagi." dingin Sabiru
Sabiru beralih menatap Sania yang berdiri di ujung.
"sini lo." dingin Sabiru
Sani berjalan mendekati hingga tepat di hadapan Sabiru.
"gue perwakilan dari Sabiru asli mau minta maaf sama lo, lain kali jadi orang jangan lemah." ucap Sabiru datar
"Sar" peringat Garta
"iya gue becanda."
Sania tersenyum kaku "gaperlu minta maaf, aku juga tau gimana sakitnya ngeliat orang yang dicintai tapi udah jadian sama orang lain"
"lo berdua cocok." dingin Sabiru
Garta dan Sania hanya terdiam tanpa berniat membalas ucapan Sabiru.
"Sar.... soal malam itu-"
"iya gue Zaise. santai aja, lo ga berulah gabakal berurusan sama gue" ucap Sabiru datar
Garta lagi-lagi terdiam ada perasaan bersalah dalam hatinya.
"gue udah telat ya buat minta maaf?" ucap Garta
"orangnya udah maafin lo." dingin Sabiru
Garta mengernyitkan dahinya "lo... serius?"
Sabiru mengangguk singkat.
"dan bilangin sama salah satu anggota lo si Farel itu, buat ga usah ganggu gue." lanjut Sabiru
Sabiru berdiri dan berjalan keluar Roftoop meninggalkan kedua pasangan itu.
sepergian Sabiru, Garta menunduk dengan perkataan Sabiru yang terngiang-ngiang di kepalanya.
Sania duduk disebelah Garta, menggenggam tangan kekasihnya.
"kamu harus cegah Farel Gar, jangan sampai dia menjadi target. Kamu tau Sabiru bukan orang sembarangan" ucap Sania
Garta mengangguk "aku bakal ngomongin ini sama yang lain, dan ngebuat Farel sadar"
***
"buset muram amat tu muka, kenapa?" heran Raffa
"diem lo" dingin Sabiru
Raffa mendengus "ngapain lo nyuruh gue kesini? tumben amat ke perpus, masih kurang ilmu di otak lo?"
Sabiru menoleh "lo diem atau gue tusuk tu mulut"
"tega amat"
Sabiru menghembus nafas berat meletakkan kepalanya di atas meja mengarahkan pandangan pada Raffa.
"Raf" panggil Sabiru
"apaan?"
"gue males sama Ares" ucap Sabiru lesuh
Raffa melotot "kenapa? dia gangguin lo?!"
mengenai Ares sudah Raffa ketahui, jadi ia tidak bingung lagi mendengar Nama "Ares".
Sabiru mengangguk singkat.
"itu si Farel juga, lama-lama muak gue" kesal Sabiru
"ga habis fikri gue"
Sabiru kembali mengangkat kepalanya dan membuka ponselnya.
"ngajak gue kesini cuma begini doang, tau begitu gue nongki di Roftoop" kesal Raffa
"ssttt berisik, temenin gue." ucap Sabiru datar
Raffa berdecak "iya terserah lo!"
Sabiru mengacungkan jempolnya tepat di depan wajah Raffa.
"bentar lagi juga udah mau bel pulang, gamau langsung turun aja?" tanya Raffa
"bentar lagi." dingin Sabiru
hampir sejam keduanya berada disini dengan Raffa yang ketiduran dengan buku yang menutupi wajahnya.
sebenarnya bel pulang sudah dari tadi berbunyi, tapi Sabiru malas membangunkan Raffa dan memilih melanjutkan membaca novel yang begenre action.
ting!
atensi Sabiru teralihkan pada notif di ponselnya, gadis itu melihat dan ternyata ada chat masuk dari Venzi.
Altaa
|dmn?
bntr gw turun.|
read.
Sabiru menutup bukunya dan menoleh ke arah Raffa, tanpa basa-basi Sabiru langsung membuka buku yang menutupi wajah kakak lelakinya itu dan menampar pipi Raffa cukup kuat.
plak!
sontak Raffa terkaget dan terbangun ia mengerjapkan matanya berulang kali.
"bangun lo, pulang." dingin Sabiru yang sudah berdiri
Raffa mengucek-ngucek matanya dan menguap pelan.
"harus banget nampar gue?!" ucap Raffa sedikit kesal
Sabiru memutar bola matanya malas dan berjalan pergi meninggalkan Raffa.
"tungguin bangsat!"
Raffa mengejar Sabiru yang seenak jidat meninggalkan dirinya, menyesuaikan langkah Raffa mengatur nafas.
"bisa ga jangan main pergi gitu aja?!" ketus Raffa
"lamban." dingin Sabiru
Raffa mendengus dan memilih diam tidak berbicara lagi. Sabiru pergi ke kelas dulu mengambil tas dan kembali menghampiri Raffa yang menunggu di jalan menuju tangga turun.
namun dari kejauhan Sabiru melihat Raffa dengan seorang gadis yang ia kenali, namun keduanya tampak saling kesal satu sama lain.
"badan lo ngalangin jalan gue!"
"lo nya aja yang kecil!" ucap Raffa tak terima
Manda melotot "sembarangan!"
plak!
"shh sakit bego! main pukul ae" ringis Raffa mengusap pergelangan tangannya
"minggir lo, gue mau lewat!" ketus Manda
"nyenyenye" ejek Raffa
Manda menatap tajam Raffa lalu mendengus pergi. Gadis itu terus mendumel hingga melewati Sabiru.
"kenapa lo?" tanya Sabiru
"tuh cewe ngeselin banget" kesal Raffa
Sabiru menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai menuruni tangga.
"turun"
***
"bangsat! kalo tau lo di jemput sama si kampret ni, mending gue langsung pulang tadi!" ucap Raffa menatap sinis Venzi
"yaudah pulang" cuek Sabiru
Raffa mendengus berjalan mendekati motornya dan naik, tak lupa memakai helm full face.
Raffa melirik Venzi tajam yang dibalas tatapan mengejek oleh pria itu.
"gue sumpahin masuk got lo berdua!" teriak Raffa
brummm....
Venzi dan Sabiru menatap kepergian Raffa dengan motornya yang sudah keluar dari area sekolahan.
"cemburu" cibir Venzi
"diem lo, pulang." dingin Sabiru yang sudah masuk kedalam mobil
Venzi mendengus tak urung ikut masuk ke bagian pengemudi. Masih dengan style an kantoran Venzi mengendarai motornya tidak cepat namun tidak juga lamban.
Venzi menoleh melihat Sabiru yang hanya fokus memandang kedepan dengan mimik datar.
"dia menghampiri kamu?" celetuk Venzi datar
Sabiru tersentak lalu menoleh menatap Venzi dengan kening yang berkerut.
"lo ngawasin gue?!" ucap Sabiru menatap tajam Venzi
Venzi berdecih "kamu tau saya seperti apa."
"anjing lo."
Venzi langsung memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, menatap Sabiru tajam.
"ngomong apa kamu barusan?." dingin Venzi
"lo... anjing" desis Sabiru
brukk
tubuh Sabiru langsung membentur kaca mobil kala Venzi mendorongnya dan mengunci pergerakan Sabiru.
"sudah lama saya tidak memberi kamu pelajaran, sekarang makin berani hm?" ucap Venzi rendah
Sabiru menatap wajah Venzi yang kini terlihat sangat dekat, hembusan nafas berat pria itu begitu terasa.
Sabiru tetap terlihat tenang walaupun sebenarnya ia merutuki diri sendiri di dalam hati.
"minggir." dingin Sabiru
Venzi hanya diam tidak menanggapi, melainkan menatap Sabiru dingin.
"mingg-"
tak!
kepala belakang Sabiru sedikit terbentur karna Venzi menyentaknya, Venzi mencengkram pergelangan tangan Sabiru kuat.
"dengar baik-baik, saya tidak suka dibantah" bisik Venzi di depan wajah Sabiru
Sabiru memejamkan mata kala mata tajam Venzi terasa menusuk matanya.
"dengar?" ulang Venzi
Sabiru diam.
"denger ga lo?!" sentak Venzi
"fine! terserah kamu!" jawab Sabiru cepat
Venzi tersenyum kecil mengatuk-atuk dahi Sabiru, barulah pria itu menjauhkan tubuhnya dari Sabiru.
Venzi menghela nafas panjang dan memejamkan matanya sejenak sebelum kembali menjalankan mobil.
emosinya naik turun sedari tau bahwa Ares menghampiri Sabiru dan mereka sedekat itu. belum lagi Farel anggota geng yang Venzi anggap cupu itu juga ikut-ikutan.
sampai kapan pun itu Sabiru ah ralat Zaise hanya miliknya. Katakan lah bahwa sebenarnya yang paling obsessed adalah Venzi sendiri.
pria itu cinta sekaligus terobsesi dengan kekasihnya sendiri, Zaise. Siapapun yang ingin mengambil gadis itu darinya, tidak akan pernah Venzi biarkan.
Zaise. adalah segalanya.
Sabiru menatap Venzi sekilas sebelum akhirnya berdecak kecil dan mengalihkan pandangan ke jendela mobil, menghiraukan jantungnya yang berpacu cepat. Tak dipungkiri Venzi sebenarnya memang benar-benar semengerikan itu.
hanya ia seorang yang mampu membuat Sabiru tak bisa berkutik, sepertinya Sabiru melakukan kesalahan hari ini.
ada banyak hal yang tidak semua orang ketahui tentang Venzi, bagaimana gilanya pria itu. Jika ada kesempatan kalian harus tau bagaimana sisi lain dari Venzi, sewaktu masa lalu.
***
⚠️🔞
brakk!
Venzi menendang pintu kamar apartemennya kasar lalu menghempaskan pergelangan tangan Sabiru.
Venzi kembali menutup pintu tak lupa untuk menguncinya.
"Alta!" sentak Sabiru
"apa?!"
Sabiru mendengus "gausah kasar!"
Venzi berdecih "lo yang minta dikasarin."
Venzi melepaskan jas nya dan melempar asal, lalu ia melonggarkan dasinya.
Sabiru yang melihat itu merasa prustasi, tolong jangan sampai Venzi berbuat hal nekat.
"ngomong apa aja lo sama dia?" dingin Venzi
"gu-"
"ngomong apa?!" ucap Venzi meninggikan suara
Sabiru menjambak rambutnya prustasi, tak habis pikir.
"gue udah hindari dia Al." ucap Sabiru berusaha tenang
Venzi tersenyum miring lalu ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya, dan melempar nya ke arah Sabiru.
"sampe sedekat itu ya? menghindar hm?" ucap Venzi remeh
disana terdapat beberapa foto dimana Ares yang mengunci pergerakan Sabiru, dan keduanya yang begitu dekat.
"bukan gue Al!" ucap Sabiru membela diri sendiri
Venzi menghampiri Sabiru yang sudah mentok di dinding, Venzi mengunci pergerakan Sabiru lalu mengangkat dagu gadisnya.
"bilang sama gue dia ngomong apa aja." ucap Venzi rendah dengan mencengkram dagu Sabiru
"Al..." ucap Sabiru lirih
"bilang." dingin Venzi
Sabiru menghela nafas
"he said he missed me, and he called me baby."
cup
Venzi menyambar bibir Sabiru kasar dan melumatnya penuh emosi. Sabiru terkejut dan sedikit kewalahan tak bisa mengimbangi ciuman Venzi, ia berusaha bergerak mendorong dada bidang Venzi agar berhenti. Namun hanya sia-sia karna tenaga pria itu lebih besar dibanding dirinya.
Venzi bak kesetanan melumat bibir Sabiru dan sesekali menggigitnya, nafas Sabiru tersengal ia butuh pasokan udara sekarang.
sedangkan Venzi tak memberinya jeda untuk bernafas, Venzi tersenyum miring di sela-sela ciuman nya. Tangannya tak tinggal diam, Venzi sudah membuka kancing seragam Sabiru.
sesaat ciuman keduanya terlepas kala Venzi mendorong Sabiru ke kasur. Venzi menindih tubuh mungil Sabiru dan kembali mencumbu bibir gadisnya.
Sabiru menggeleng menatap mata sayu Venzi, mengode pria itu untuk "jangan lakukan hal lebih".
seolah-olah tidak peduli Venzi semakin liar dalam aksinya, tangannya tak tinggal diam.
ia melempar seragam Sabiru yang sudah berhasil ia lepaskan, hingga sekarang menampilkan bra hitam yang menutupi dada gadisnya.
Venzi melepas pengait bra Sabiru lalu melemparnya asal, Venzi langsung meremas payudara Sabiru.
Sabiru memejamkan matanya kala tangan Venzi benar-benar sudah berada di dadanya.
"A-al emhh l-lepas" ucap Sabiru tertahan
Venzi lagi-lagi tidak peduli tangannya terus bermain pada area dada Sabiru, memainkannya dengan gemas.
(😭😭😭😭)
Venzi melepas pagutannya dan langsung menciumi leher Sabiru dan menghisapnya. Membuat beberapa tanda kepemilikan disana, membiarkan Sabiru yang memohon berhenti.
"shh V-venzi u-udah" mohon Sabiru
tidak menghiraukan ciuman Venzi mulai turun hingga tepat pada kedua gunung kembar Sabiru. tanpa basa-basi Venzi langsung melahap payudara Sabiru yang tidak kecil tapi juga tidak besar, dan menyusu seperti anak bayi.
Sabiru menjambak rambut Venzi kuat, terus berusaha mendorong pria itu. Tidak boleh! jangan sampai hal lebih terjadi.
Sabiru mengulum bibir lantas ia memeluk Venzi, mengalungkan kedua tangannya di leher Venzi memeluknya erat.
"Alta plise.." bisik Sabiru lirih
kegiatan Venzi terhenti ia berdecak pelan lalu mendongakkan wajahnya menatap dingin Sabiru.
"apa?." dingin Venzi
Sabiru menggeleng lemah tenaganya cukup terkuras, dan nafasnya tersenggal-senggal.
"aku beneran ga ngapa-ngapain sama dia Al.." ucap Sabiru pelan
"sama sekali engga, aku udah coba menghindar tapi dianya yang kekeuh" lanjut Sabiru
Sabiru memejamkan mata dengan kening yang berkerut.
"jangan lanjut... aku mohon.."
Venzi menghela nafas panjang ia beralih berbaring disamping Sabiru dengan masih pelukan.
keadaan Sabiru sedikit acak-acakan dan matanya mulai terlihat redup. Venzi meraih selimut dan menutupi tubuh Sabiru hingga leher.
"saya kelepasan." dingin Venzi
Sabiru hanya diam tidak menyahut, ia kelelahan dan tidak bisa mencerna perbuatan Venzi barusan. Lagi dan lagi Venzi berbuat semaunya.
"babe i'm so sorry" ucap Venzi dengan suara beratnya
"aku cape Al" jawab Sabiru dengan suara yang pelan
"alright, go to sleep babe. i'm here" ucap Venzi mendekap tubuh gadisnya yang terbungkus selimut
Sabiru hanya diam tak membalas ataupun menolak, ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Venzi dan mulai terlelap.
Venzi mengelus surai gadisnya lembut menatap Sabiru dalam. jakunnya naik turun, karna sungguh ia masih dalam kendali nafsu.
namun tak ingin menyakiti gadisnya dengan berbuat hal yang jauh, Venzi lebih memilih menahan sampai waktunya tiba nanti.
tapi Venzi tetaplah Venzi yang anaknya tempramen, bisa saja dirinya lepas kendali.
"istirahat lah sayang, saya minta maaf atas kejadian tadi." bisik Venzi tepat di telinga Sabiru
sebenarnya Venzi tau Sabiru tidak macam-macam, hanya saja ia selalu emosi bila ada yang mencoba mendekati gadisnya.
ia terlalu emosi tadi sehingga secara tak langsung ia hampir saja melecehkan kekasihnya yang statusnya saja belum suami istri.
berbeda dengan dulu yang membuat Venzi lebih leluasa karna Sabiru sudah terikat dengannya, karna gadis itu yang sudah menjadi istrinya.
menetralkan detak jantungnya Venzi mengecup lama kening Sabiru, dan ikut memejamkan mata.
***
BUGH!
"sadar anjing!" bentak Garta
Farel mengusap sudut bibir nya yang berdarah, menatap Garta dengan tatapan tajam.
"mau lo apa bangsat!" sentak Farel
"HAPUS PERASAAN LO TOLOL!"
Farel menggeleng pelan "ga akan! sampe kapan pun Sabiru cuma milik gue! sekalipun jiwa dalam tubuhnya beda orang"
BUGH!
BUGH!
sekarang Gazril yang menonjok wajah Farel, ia memegang kerah baju Farel dan menatap sahabatnya itu dengan tatapan membunuh.
"apa yang lo harapin bego?! kalo lo terus begini ga yakin gue hidup lo bakalan lama" ucap Gazril tak habis pikir
BUGH!
kini beralih Farel yang memukul Gazril, ia menindih pria itu dan kembali menonjok rahang Gazril.
BUGH!
"gausah sok nasehatin gue! urus perasaan lo sendiri, bocah tolol yang suka sama adek sendiri!" ucap Farel menusuk
"gue udah sadar bangsat! gue akui perasaan gue belum hilang sepenuhnya. tapi gue ga tolol kaya lo yang kerasa kepala! gue mencoba menerima apa yang selama ini terjadi!" marah Gazril
Farel tertawa sinis "yakin lo bisa sadar? setelah apa yang udah lo perbuat selama ini? lo ga lupa kan?"
Gazril terdiam.
Farel berdiri dan menatap temannya yang lain datar, Farel tau apa yang seharusnya ia perbuat. Mungkin selama ini Farel hanya diam, tidak pernah bertindak mendekati Sabiru. Namun tau kah kalian maksud dari balik semua itu? hanya Farel dan tiga orang yang lain tau itu semua.
"gue tau apa yang harus gue lakuin. gausah sok nasehatin gue, urus aja diri lo sendiri" sinis Farel dan pergi keluar dari Markas meninggalkan semua orang yang terdiam dengan fikiran masing-masing
"apa maksud Farel?" ucap Juna tak mengerti
***
"apa kamu yakin Mas? aku takut dia tidak mau mendengar penjelasan kita" ucap Clayrin sedih
Frans menatap istrinya dan helaan nafas terdengar dari mulut pria itu, ia merangkul istrinya dan mengusap surai Clayrin lembut.
"kita akan selesaikan semua kesalah pahaman ini sayang" ucap Frans menenangkan istrinya
"aku benar-benar merindukannya, namun aku juga kecewa Frans." ucap Clayrin menatap Frans
Frans mengangguk mengerti ia mengelus punggung tangan Clayrin.
"I know Honey, but everything has happened" ucap Frans
"Alright, aku percaya padamu"
Frans memeluk Clayrin yang lebih pendek darinya, ia meletakkan dagunya di atas kepala Clayrin menatap lurus kedepan.
_______
TBC...
hehe 😁😁
apakabar men?
sorry ya men udah lama ga up TM, lagi ada kendala di rl soalnya.
buat yang udah nungguin terimakasih sekali, dan maaf buat kalian nunggu.
endingnya enakan Happy or sad?
next?
lanjut?
vote sayang!!!!!!
see u