SIAP BACA PART 40 ? INI PART TERAKHIR ZAYYAN SEMOGA KALIAN SUKA DENGAN ENDINGNYA.
SELAMAT MEMBACA SAYANG- SAYANGKU 💚
40. Kembali Untukmu
Selesai, hidup Sadewa berakhir menggenaskan di selimuti darah segar terus mengalir tiada hentinya. Zayyan menghembuskan napasnya kasar sembari memegang bahu nya menahan sakit. Sebab, tusukan pisau belati milik Sadewa membuat bahu nya sedikit robek.
Tubuh Zayyan merosot lemah, posisi saatnya ini tidak tahu harus berbuat apa. Apa yang akan ia terjadi jika Zayyan di tuduh sebagai pembunuh.
"Sshh…" Zayyan merintih menahan perih, "Arghhhh!!!" Air matanya seketika jatuh bersamaan menggadahkan kepalanya melihat langit yang sebentar lagi akan terbit dari arah timur.
Brak!! Pintu terbuka dengan kasar, Zayyan menoleh ke sumber suara mendapati dua sahabatnya menatapnya terkejut.
"Gue harus bagaimana?" Zayyan menunduk lemas, sekuat tenaga ia tahan agar tubuhnya tidak ambruk. "Ini salah gue, salah—" Gibran dan Varel berlari kecil mendekati Zayyan memeluknya erat.
"Ini bukan salah lo, Zayyan." Gibran menepuk punggung nya pelan, sahabatnya pasti masih sangat shock kejadian tadi. Sementara Varel mengambil alih menahan tubuh Zayyan yang semakin melemas.
"Gue pembun—"
Gibran berdesis di sertai pelototan tajam. "Jangan salahin lo, ini bukan saatnya lo nyalahin siapa yang salah. Lo harus kita antar kerumah sakit sekarang!" Tegurnya tegas.
Zayyan menghela napas lelah, ia lebih memilih diam dari pada banyak bicara dalam keadaan sakit seperti ini. Biarkan Zayyan menuruti kemauan sahabatnya kali ini.
•••
Kota Bandung memang memiliki berjuta cerita di setiap harinya. Seiring berjalannya waktu, hampir semua penduduk kota Bandung memiki ceritanya sendiri termasuk dua pasangan remaja yang di takdirkan bersatu banyak rintangan di lalui entah itu ringan ataupun berat proses selesainya terbilang cukup rumit. Namun, suatu pasangan harus menyelesaikan nya secara tuntas bukan, kalau tidak masalah tersebut semakin memperumit keadaan.
Siang ini SMA Garuda mengabarkan berita duka atas kematian murid anak keluarga Darko Prakasa yakni Sadewa Prakasa ditemukan dengan kondisi sudah tak bernyawa lagi di sebuah gedung kosong yang sudah tak terhuni lagi. Berita tersebut menyebar luas keseluruh dunia perihal kejadian masalalu Sadewa yang membuli Erza bersama tiga sekawannya—Afgar, Xavier dan Fadli. Ketiga orang itu di tangkap polisi berserta orang tua mereka karena melakukan tindakan pidana korupsi.
Di kantin, Zayyan dan teman-temannya makan bersama sekian lama tak pernah lagi ngumpul bareng sembari menonton acara berita.
Permasalahan soal Zayyan yang di tuduh melakukan menghamili Joddy kini telah bebas dari semua tuduhan. Zayyan masih tidak bisa habis pikir sahabat pacarnya melakukan itu hanya sebuah dendam. Bicara soal sahabat pacarnya. Zayyan belum mengabari Vanila makan, pasti pacar gemasnya tuh lupa lagi, keseringan belajar bikin lupa waktu.
"Habis lulus dari sekolah ini kalian mau ngelanjutin kuliah dimana?" Tanya Gara tiba-tiba usai menghabiskan semangkuk bakso tinggal piring-sendok nya saja sisanya.
Zayyan, Gibran dan Varel menopang dagunya seraya mengetukan jarinya ke meja.
"ITB kayaknya," Ucap Varel dengan enteng menjawab. Ekspresi nya nampak tenang.
"Apa ya? Kalo nggak di terima UI sesuai kemauan gue mungkin gue bakal ke ITB ngambil jurusan Fakultas seni rupa dan desain. Nggak tahu kenapa gue akhir-akhir ini suka banget bikin karya nge desain gambar." Terang Gibran penuh antusias.
"Pasti gara-gara sahabat cewek lo ya?" Tebak Gara asal tuduh.
Bukannya membantah, Gibran nyengir sambil menggaruk kepalanya tidak gatal.
"Iya sih, gara-gara dia gue jadi ada bakat di bidang seni mangkanya gue pengen masuk jurusan itu. Kalau misalnya gue udah sukses, nanti gue undang kalian ke acara galeri gue." Manik mata Gibran beralih ke arah Zayyan. "Lo mau kuliah di mana habis lulus?"
"Gue?" Zayyan Menunjuk dirinya sendiri. "Apa ya…? Tetap UI keknya, impian gue dari dulu emang pengen kesana. Gue pengen jadi Pengacara yang hanya bisa membela kebenaran." Tangannya seraya mengaduk mie bakso saking tak berselera lagi dimakan.
Gibran menepuk bahu Zayyan.
"Kembangkan niat lo, gue salut sama lo yang selalu kuat dan sabar ngehadapin cobaan berat dalam hidup. Lo tenang aja, lo nggak pernah sendiri, ada kita-kita yang selalu ada disisi lo!"
Gara menimpali di sertai hentikan jarinya. "Betul kata Gibran, kita selalu ada buat lo. Jadi jangan sungkan minta bantuan sama kita, kita pasti nolongin kok hehehe asal bayaran nya aja sih!"
"Itu sih mau lo!" Seru Gibran melempar kulit kacang tepat sasaran ke wajah Gara. Sedangkan Gara nunjukin dua jari.
Empat anak remaja tertawa bersamaan. Murid-murid di kantin yang berlalu lalang justru terkejut melihat pemandangan hari ini. Jarang sekali pokoknya.
"Ngomong-ngomong si Joddy katanya mengundurkan diri dari sekolah ya? Kasihan juga sih dia di manfaatin doang sama si Sadewa. Dia kehilangan segalanya dari orang terdekatnya." Gara mengganti topik pembicaraan.
"Gue harap dia bertobat." Zayyan menyahut ucapan Gara. Seketika ponselnya berdenting di saku seragamnya.
Vanila My Boo ❤️
Kamu dimana aku nyari kamu tahu :(
Aku lagi di kantin bareng anak-anak.
Kamu sudah makan?
Hehe aku belum makan
Tuh kan…
Udah aku bilang jangan telat makan.
Maaf Zayyan :(
Kamu sekarang dimana?
Masih di perpustakaan
Aku kesana sekarang
Btw mau pesan apa?
Hmm boleh nggak nih?
Iya sayangku
Pengen batagor pedesnya setengah ya
Terus tambahin sama minumannya es teh eh tapi terserah kamu aja sih kan gratis xixixi
Siap sayang otw ya!
"Bro, gue cabut ya!" Pamit Zayyan tak lupa satu-persatu adu tos telapak tangan lalu melenggang pergi untuk menemui Vanila.
Hadeuhh bucin satu ini!
•••
Keadaan perpustakaan sekolah cukup sepi, hanya tertinggal satu penghuni masih berkutat mencatat materi rangkuman sejarah di sana. Vanila melenguh pelan seraya merenggangkan kedua tangannya pegal sebab tiga jam ia habiskan di perpus. sesekali Vanila mengucek matanya ngantuk berat, menoleh sekilas ke arah jam dinding yang sudah menunjukan jarum jam dua tiga puluh menit.
"Ngantuk banget, tidur dulu kali ya?"
Vanila meletakan kepalanya di atas tumpuan kedua tangannya lalu matanya perlahan terpejam. Biarkan ia istirahat sejenak habis itu ia bakalan lanjutin lagi demi tugas yang menumpuk.
•••
Zayyan masuk ke dalam ruangan perpus. Benar saja dugaan nya, Vanila pasti ketiduran. Mungkin efek kecapean sampai kekasihnya tertidur pulas. Penuh hati-hati ia menghampiri Vanila, cowok itu pun langsung menjatuhkan bokongnya di sebelah Vanila.
Cowok itu terkekeh pelan melihat helaian rambut Vanila yang tertiup angin sehingga terlihat berantakan. Zayyan merapihkan rambut Vanila, bibirnya melengkung bertanda ia terpukau dengan sosok wajah cantik Vanila ketika tidur. Apa perlu ia cium Vanila sekarang juga, jangan! Jangan! Ia tak berani tanpa seizin Vanila.
Merasakan sentuhan tangan mendarat ke wajahnya. Ia bisa ngerasain Zayyan berada di sampingnya. Jantung Vanila berdebar kencang tak karuan. Zayyan memang bikin sering anak orang salah tingkah, perlakuan Zayyan padanya sangat membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi selain cowok terbaiknya.
"Aku tahu kamu pura-pura tidur, kamu sengaja kan biar aku elus-elus rambut kamu?" ucap Zayyan sembari membelai rambut Vanila halus.
Ketahuan, Vanila pura-pura celengukan. "Kamu udah disini?" Tanyanya.
"Menurut kamu?"
Vanila berdecak kesal. "Iya tahu, Oh ya, Pesananku mana? Aku udah hampir mati kelaparan gara-gara nunggu kamu!"
"Maafin hehe, tadi habis nongkrong dulu sama anak-anak yang lain." Zayyan menyodorkan plastik hitam yang berisi batagor dan es teh botol kepada Vanila. Cewek itupun mengambil alih plastik tersebut, senyum Vanila terukir sempurna, lantaran Zayyan selalu sabar ngehadapin Vanila yang kadang kayak bocil.
"Makasih ya, kamu baik banget sama aku selama ini." Katanya tulus. "Kamu selalu sabar ngehadapin aku yang kanak-kanakan. Aku selalu bikin kamu khawatir dan aku sering bikin kamu terluka." Pelupuk matanya mulai menggenang, Zayyan dengan sigap menarik tubuh Vanila mendekap kedalam pelukan hangatnya.
"Bukan salah kamu, Van. Udah takdirnya aku untuk selalu ngelindungin kamu. Aku cuman punya kamu. kamu penyemangat ku semangat hidup, Van. Jadi aku mohon, lo jangan tinggalin aku ya?"
"Iya Zayyan, I Love you!"
"I love you more, Vanila Tjanna Chellina."
Vanila mengeratkan pelukannya lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Zayyan melepaskan tangisnya penuh penyesalan. Ia baru menyadari, selama ini ia terlalu bodoh melepaskan Zayyan. Kini mulai saatnya ia tak gegabah mengambil keputusan meskipun cobaannya berat, Vanila akan bertahan bersamanya.
°°° END °°°
SEPERTI BIASA AKU BAKAL UP EPILOG NYA JUGA HEHE.. GIMANA ENDING NYA SEMOGA KALIAN SUKA YA DENGAN ENDING YANG AKU KASIH. SEBELUMNYA AKU INGIN MINTA MAAF JIKA AKU SERING ADA SALAH, SERING LAMA UPDATE JUGA. SALAHIN AKU YANG SERING MAGERAN WKWK.. TAPI ALHAMDULILLAH CERITA INI TAMAT SAMPAI SELESAI. KAYAK LEGA BANGET TAPI GAK RELA CERITA INI TAMAT HUUU..
SAMPAI JUGA DI EPILOG NANTI
RAMAIKAN LAPAK CERITAKU SEMAKIN BANYAK YANG BACA SEMAKIN SEMANGAT AKU MENULIS
Bye bye semua :( salam sayang adeknya Jeno