Rembulan Yang Sirna

By Elmuro11

1.7M 120K 35.7K

Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55

Chapter 28

31.2K 2.5K 1.5K
By Elmuro11

Hallo semuanya..

Gak nyangka bakalan tembus target😭 Makasih loh dukungannya

Btw, kalian tau Rembulan Yang Sirna dari mana?

Gimana nih, udah siap belum baca Chapter in?

Komen di setiap paragraf ya..

Target 950 vote + 1,2 Komen

Yuk bisa yuk!



"Hati perempuan itu, mudah sekali terluka. Menasihati, tapi tidak dengan nada tinggi. Menasehati tapi tidak menyakiti hati."

~Zafran Athaillah Al-Kafy~

Hari ini, pagi-pagi sekali keluarga Zafran sudah pergi ke pelatihan berkuda dan panahan atau Archery milik ayahnya, Hasyim Al-Kafy. Yang kerap di panggil dengan Abi.

Wajah Zafran terlihat sangat bahagia. Tepatnya di hari ini, ia akan datang ke rumah Zalfa bersama orang tuanya. Namun lamunan Zafran buyar, ketika lengannya di senggol oleh adik bungsunya.

"Ih.. Abang, kenapa senyum-senyum begitu?" Tanya Zoya, adik bungsu Zafran.

"Terserah Abang dong, bocil diem aja!" ucap Zafran dengan mencubit hidung Zoya.

Zoya berdecak sebal, menatap sinis ke arah Zafran. "Aku udah umur 20 tahun loh, buka bocil!" Kesal Zoya, dengan melipat tangannya di dada.

"Tapi tetep aja kamu tuh bocil di mata kami," sambar Syamil.

"Bener gak?" Tanya Syamil.

"Yoi bro," jawab Syarif, adik kembar Syamil.

"Tau ah," kesal Zoya, menatap ke arah kaca jendela.

"I-ya I-ya adek bukan bocil lagi, maafin Abang ya," bujuk Zafran, namun tidak ada jawaban sama sekali dari Zoya.

Sedangkan Syamil dan Syarif tidak merasa bersalah. Mereka fokus ke jalanan, karena sudah masuk ke area tempat berkuda.

Tak lama kemudian, sudah sampai di tempat parkir. Keluarga Al-Kafy langsung saja masuk ke area pelatihan berkuda. Zafran dan adik-adiknya sudah lebih dulu ke peternakan kuda untuk memilih kuda yang akan mereka naiki. Termasuk memakai pengaman ketika berkuda.

"Maa Syaa Allah ya mi, sekarang anak-anak udah besar," ucap Abi Zafran.

"I-ya bi, apalagi Abang bentar lagi mau nikah" jawab ummi Zafran dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya mi, bentar lagi kita bakal gendong cucu," ucap Abi Zafran dengan merangkul istrinya.

"Kira-kira siapa ya bi perempuannya? Ummi gak sabar deh pengen ketemu," ucap ummi Zafran, melihat ke arah Zafran yang sedang ngobrol sama mang Udin, penjaga kuda.

"Sabar mi, kita tinggal nunggu beberapa jam lagi,"

Ke-3 adik Zafran, sudah menaiki kuda pilihan mereka dan di awasi oleh pelatih. Sedangkan Zafran masih memohon agar di izinkan untuk menaiki kuda yang aedari tadi menarik perhatiannya.

"Mang Udin, masa gak bisa sih saya naik kuda yang ini?" Tanya Zafran memelas.

"Gak bisa ang, ini kuda kesayangan neng Jamilah," ucap mang Udin, dengan mengelus kuda yang ada di sampingnya.

"Jamilah?" Tanya Zafran, menaikkan sebelah alisnya.

"Iya ang, neng Jamilah itu yang suka latihan kuda di sini," jawab mang Udin.

"Yaudah deh, saya pilih kuda kesayangan saya aja," ucap Zafran, penuh penekanan di kata kesayangan.

"Jadi ang Zafran marah nih sama mang Udin?" Goda mang Udin.

"Enggaklah mang, saya heran aja ternyata mang Udin milih Jamilah daripada saya," ucap Zafran dengan membawa kuda berwarna putih kesayangannya.

Ummi Zafran dan abinya tersenyum melihat interaksi mang Udin dan putra sulungnya.

"Ada-ada aja Abang ini," ucap ummi Zafran terkekeh.

***

Adzan Dzuhur sudah berkumandang dari 15 menit yang lalu. Semakin mendekati sore , raut wajah Zalfa semakin gelisah. Karena setelah asar nanti akan kedatangan tamu spesial, siapa lagi kalau bukan Zafran dan kedua orang tuanya.

Senyuman terukir di wajah Zalfa, ketika mengingat Zafran yang kemarin melamarnya. Untuk pertama kalinya, Zalfa di lamar oleh laki-laki yang benar-benar siap membimbingnya.

"Kok aku jadi gini sih," ucap Zalfa menutup wajahnya dengan kedua kalinya.

"Astagfirullah Zalfa, inget dia belum halal buat kamu!"

"Hwaaa..." Teriak Zalfa dengan menutup wajahnya.

Tiba-tiba handphone Zalfa berbunyi, ada telepon dari sahabatnya sekaligus rekan kerjanya.

"Assalamualaikum Zalfa,"

"Wa'alaikumussalaam Zia,"

"Kok kamu pulang gak ngabarin aku sih, jahat banget! "

"Maaf-maaf soalnya aku ada urusan dulu kemaren-kemaren. Jadi lupa mau ngabarin, "

"Bentar-bentar, kamu tau aku pulang dari mana?"

"Gak sengaja tadi aku ketemu bang Fathan, yaudah deh sekalian aku tanya kedia kapan kamu pulang. Terus katanya, kamu udah pulang,"

"Oh gitu,"

"Kalo kamu udah gak sibuk, kamu ke kantor ya. Aku kangen banget sama kamu,"

"In Syaa Allah, yaudah aku tutup dulu ya teleponnya,"

"Ok,"

Tut Tut Tut

Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 03.00 sore. Itu tandanya, detik-detik Zafran dan kedua orang tuanya akan segera datang ke rumah Zalfa. Di ruang tamu, Zalfa sedang beres-beres, raut wajahnya terlihat tegang. Sedangkan Amma Maryam sedang menyiapkan makanannya.

Kalau Fathan, ia sedang menyelesaikan pekerjaannya di ruangan kerjanya yang ada di rumah. Rumah Amma Maryam, terlihat rapih. Zalfa tersenyum, menatap kursi yang kosong.

"Aku gak nyangka, bakal sejauh ini hubungan aku sama kak Zafran,"

"Astagfirullah Zalfa!"

"Dek, udah selesai?" Tanya Amma Maryam.

"Udah Amma," Jawab Zalfa, melihat ke sekelilingnya yang sudah bersih.

"Ya sudah, kamu siap-siap gih, sebentar lagi asar dan keluarga nak Zafran sedang menuju kesini," ucap Amma Maryam, memegang pundak Zalfa.

Deg

"Tenang, gak usah tegang," goda Amma Maryam dengan mencolek hidung Zalfa.

"Ih Ammaa," rengek Zalfa. "Ma-lu," ucap Zalfa sebelum pergi meninggalkan Amma Maryam.

***

Di perjalanan menuju rumah Zalfa, banyak sekali nasihat-nasihat yang Abi Zafran berikan. Perihal rumah tangga bahkan perihal bagaimana memperlakukan wanita. Senyuman terukir di wajah Zafran, mengingat abinya yang begitu memuliakan umminya.

"Memang benar, pernikahan itu adalah ibadah yang paling lama. Dan saya berharap, pernikahan kita sampai kakek nenek," batin Zafran, memandang lurus kedepan.

"Abang, ingat pesan Abi. Jika istri Abang melakukan kesalahan, jangan sampai Abang membentaknya bahkan membuatnya menangis," ucap Abi Zafran.

"I-ya Abi,"

Allahu Akbar Allaahu Akbar

"Alhamdulillah udah asar," ucap ummi Zafran.

"I-ya, kita shalat di mesjid depan aja ya," jawab Abi Zafran.

"Semoga cincin ini cocok di jari manis kamu," batin Zafran, memperhatikan cincin yang ada di tangannya.

20 menit berlalu, akhirnya keluarga Zafran sudah sampai di rumah Zalfa. Tepatnya di depan pintu rumah Zalfa. Tangan Zafran mulai mengeluarkan keringat dingin. Tapi, ia berusaha menghilangkan kegugupannya.

Pintu pun sudah terbuka, Fathan yang membukanya. Jika menanyakan Zalfa ada di mana, ia sedang menetralkan detak jantungnya yang sudah sedari tadi disko. Keluarga Zafran di sambut hangat oleh Amma Maryam dan juga Fathan.

Mereka pun duduk di ruang tamu, menunggu pemeran utama perempuan yang sudah 5 menit tidak keluar dari kamar.

"Maa Syaa Allah, deg-degan banget," ucap Zalfa menatap ke arah cermin.

"Tenang Zalfa, bismillah,"

"Kamu pasti bisa!" setelah mengucapkan itu, Zalfa berjalan ke ruang tamu.

Ketika Zalfa sudah sampai di ruang tamu, semuanya tersenyum melihat ke arah Zalfa. Wajahnya sangat cantik,apalagi wajah Zalfa di polesi makeup walaupun natural tapi terlihat cantik.

Berbeda dengan Ummi Zafran, ia melihat Zalfa dengan tatapan kaget. Sampai-sampai ia berdiri, perlahan berjalan ke arah Zalfa.

"Neng Zalfa," panggil ummi Zafran dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Sedangkan yang lainnya kaget dengan pemandangan yang mereka lihat saat ini. Termasuk Zafran, sebelumnya ia tidak pernah menyebutkan perempuan yang akan ia lamar kepada umminya. Namun umminya menyebut nama Zalfa sebelum Zafran memberitahunya.

"Um-mi Rahma," ucap Zalfa tak percaya. Ya, ternyata ummi Rahma adalah umminya Zafran. Perempuan yang nyaris menabraknya waktu di depan cafe. Dan sekarang? Perempuan itu akan menjadi ibu mertuanya.

"Neng Zalfa masih ingat ummi nak?" Tanya ummi Rahma, memegang pundak Zalfa. Yang di tanya mengangguk dengan tersenyum tipis.

Ummi Rahma tersenyum dan memeluk Zalfa erat. "Maa Syaa Allah, ummi gak nyangka kalau kamu adalah perempuan yang akan jadi menantu ummi," bisik ummi Rahma, sebelum melepaskan pelukannya.

Tak lama setelah itu, keduanya duduk dengan posisi Ummi Rahma berhadapan dengan Zalfa sedangkan Zafran berhadapan dengan Fathan. Suasana di ruang tamu sangat hangat, mereka saling memperkenalkan diri untuk saling mengenal. Bahkan ummi Rahma menceritakan pertemuan pertamanya dengan Zalfa. Pertemuan yang sangat indah.

Kini saatnya, hal yang menegangkan bagi Zalfa. Saat ummi Rahma yang akan memakaikan cincin untuknya. Posisi ummi Rahma dan Zalfa berhadapan, Zafran tersenyum ketika umminya akan memakaikan cincin untuk calon istrinya.

"Maa Syaa Allah, semoga ummi selalu menerima calon istri saya," batin Zafran.

"Jangan terlalu gugup neng," goda ummi Rahma, memegang tangan kiri Zalfa.

"Astagfirullah, nih tangan gak bisa di ajak kompromi,"

"Gemetaran banget!" Teriak Zalfa.

"Alhamdulillah," ucap semuanya bersamaan, ketika cincin itu sudah tersematkan di jari manis Zalfa.

"Alhamdulillah, akhirnya Zalfa sudah resmi jadi calon istrinya Abang, putra sulung saya," ucap Abi Zafran.

"Silahkan bang, sekarang Abang yang bicara mengenai keseriusan Abang selanjutnya," lanjut Abi Zafran, menepuk bahu Zafran.

"Terima kasih sebelumnya untuk Zalfa yang sudah menerima lamaran saya. Seperti yang kamu tahu, saya tidak lebih dari 8 hari lagi di sini, apakah kamu siap untuk menikah dengan saya dekat-dekat ini?" Tanya Zafran hati-hati.

"In Syaa Allah, sa-ya si-ap kak," jawab Zalfa gugup.

"Saya ingin kita menikah 3 hari lagi, apa kamu siap?"

Deg

"Kenapa cepet banget?"

"Saya tahu mungkin ini terlalu buru-buru tapi-"

"In Syaa Allah saya siap kak, ka-rena saya tahu tidak baik juga menunda pernikahan setelah adanya lamaran," potong Zalfa.

Zafran tersenyum mendengar jawaban Zalfa. Termasuk orang yang menyaksikannya, yang tak lain keluarga Zalfa dan Zafran.

Fathan yang melihatnya pun berkaca-kaca, adik yang paling ia sayang sebentar lagi akan menjadi seorang istri. Begitu pun Amma Maryam, yang menatap Zalfa dalam. Anak perempuannya yang pasti membutuhkan wali nikah. Namun sampai saat ini, keberadaan pak Nizam masih belum bisa di temukan. Bahkan sekretarisnya pun sulit untuk di hubungi.

"Kamu mau mahar apa dari saya?" Tanya Zafran.

"Sa-ya-"

"Sa-ya terserah kamu aja kak,"

"Kalau saya hanya memberikan kamu seperangkat alat sholat saja gimana ?" Tanya Zafran, ia sengaja ingin memancing Zalfa agar mengutarakan keinginannya.

"Sa-ya terserah kakak aja tapi-"

"A-da hal yang saya minta dari ka-kak," ucap Zalfa ragu.

"Apa?" Tanya Zafran, menaikkam sebelah alisnya.

"Saya ingin konsepnya memakai adat Mesir termasuk ba-ju pengantinnya," jawab Zalfa dengan memainkan ujung jemarinya.

"In Syaa Allah, tapi saya akan memilihkan bajunya sesuai syari'at Islam. Hijab yang mmenutup dada dan baju yang tidak terlihat lekuk tubuhnya. Tapi, untuk adatnya seperti berjoget ria antara laki-laki dan perempuan, saya tidak bisa mengabulkan keinginan itu," ucap Zafran.

"Kenapa begitu?" Tanya Zalfa cepat, menatap ke arah Zafran.

"Kan adat Mesir juga ada yang hijabnya menutup dada dan kalau adatnya, jogetnya juga gak terlalu heboh,"

"Tenang Fran tenang!"

"Hati perempuan itu, mudah sekali terluka. Menasihati, tapi tidak dengan nada tinggi. Menasehati, tapi tidak menyakiti hati." Batin Zafran, menghela nafasnya panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

"Bukankah lebih baik tidak ada acara berjoget? Apalagi perempuan, saya tidak mau di acara pernikahan saya nanti, banyak laki-laki yang keluar syahwatnya hanya karena melihat lekuk tubuh perempuan,"

"Cuma sehari aja kok kak,"

"Walaupun satu hari, tetap tidak bisa, lebih baik di ganti dengan rangkaian acara yang lain" tegas Zafran, namun suaranya masih teedengar lembut.

Zalfa mengerecutkan bibirnya dengan menundukkan kepalanya.

"Aku cuma pengen pernikahannya seperti adat Mesir, apa susahnya sih,"

"In Syaa Allah, ada acara yang menggantikan adat itu," ucap Zafran tiba-tiba, membuat Zalfa mendongakkan kepalanya. Menatap ke arah Zafran dengan senyum sumringah.

"Apa kak?" Tanya Zalfa antusias.

"Ra-hasia," jawab Zafran, membuat semua yang melihatnya tersenyum. Apalagi melihat ekspresi Zalfa yang langsung datar.

"Maa Syaa Allah, saking sukanya dia sama Mesir sampe-sampe pengen adat seperti Mesir,"

"Calon Humairah saya, ada-ada saja," batin Zafran.

***

Persiapan pernikahan Zalfa dan Zafran sangat mendadak. Tetapi, itu adalah hal yang mudah bagi keluarga Al-kafy. Karena, keluarga Al-Kafy adalah keluarga yang terpandang. Banyak orang yang ikut memeriahkan  pernikahan Zafran, lebih tepatnya yang memegang tahta tertinggi di keluarga Al-Kafy. Anak pertama, cucu pertama, penerus pertama di keluarga Al-Kafy.

2 hari lagi, acara pernikahan Zafran dan Zalfa akan di laksanakan. Berita pernikahan Zalfa dan Zafran sudah sampai ke telinga Zia. Bahkan Zia adalah orang yang pertama yang datang ke rumah Zalfa.

Saat ini perasaan Zalfa sangat tidak karuan. Ia tidak pernah menyangka, kalau lelaki yang menabraknya di bandara cairo, adalah laki-laki yang akan menjadi suaminya.

"Hwaaa..." Teriak Zalfa, membuat Zia yang ada di sampingnya kaget.

"Ekhemm," dekhem Zia.

"Calon pengantin, bawaannya salting mulu ya," ledek Zia.

"Apa sih Zi," ketus Zalfa.

"Kalau mau senyum jangan di tahan kali, calon suamimu berhak melihat senyummu, Zalfa Anindira," goda Zia, membuat Zalfa memukul lengannya.

Plak

Zia semakin gencar melancarkan aksinya menggoda Zalfa. "Ciee.. salting,"

"Pipinya kok merah neng?"

"Kek kepiting rebus, "

Zia sangat tertawa lepas, ketika melihat ekspresi Zalfa yang sangat menggemaskan menurutnya.

"Jadi penasaran sama calonnya Zalfa," batin Zia.

Di tempat lain, Farhan sedang berdiam diri di pantai. Menikmati udara dingin, setelah mendengar kabar pernikahan Zalfa dan Zafran. Membuat Farhan banyak melamun, hatinya terasa sakit. Bahkan saat ini, hatinya campur aduk. Ada rasa bahagia tetapi di campur dengan luka.

Perempuan yang sangat ia idamkan, akan menikah dengan sahabatnya. Orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Ternyata sesakit ini ya, kalo berharap kepada manusia," lirih Farhan.

"Gue selalu kalah Fran, bersaing sama lo. Dan ini, kedua kalinya gue kalah dari lo! "

"Sedih banget ya gue, tadinya ke Indonesia mau lamar cewek eh taunya jadi Sad boy," ucap Farhan terkekeh.

Beberapa menit kemudian, handpone Farhan berdering. Tertera nama Zafran yang ada di layar handphone nya.

"Assalamualaikum Fran,"

"Wa'alaikumussalaam Han,"

"Lo dimana? Kok gak nyampe-nyampe sih?"

"Gu-e, gue otw sana Fran. 30 menit lagi gue nyampe!"

"Ok, gue tunggu ya di tempat latihan berkuda,"

"Sebelah mana,"

"Tempat biasa,"

"Ok,"

Tut Tut Tut

Farhan menutup teleponnya secara sepihak. Ia langsung bergegas ke parkiran, untuk melanjutkan perjalanan ke tempat sahabatnya.

"Bismillah," ucap Farhan sebelum menjalankan mobilnya.

Setelah sampai di tempat tujuan, Farhan langsung berjalan ke tempat biasa yang Zafran maksud. Baru 3 langkah, Farhan di kagetkan oleh kuda yang tiba-tiba berlari ke arahnya. Namun, kuda itu di naiki oleh perempuan.

"A-wasssss kak,"

Brukkkkk

Awwwww

Zafran yang melihat kejadian itu, langsung berlari ke arah Farhan dan perempuan yang sangat ia kenali.

Ketika perempuan itu melihat ke arah Farhan, matanya berbinar. Tersenyum kagum ke arah Farhan tanpa beranjak dari posisi jatuhnya.

"Maa Syaa Allah, ini pangeran dari ufuk mana?"

"Astagfirullah, inget! dia belum mahram!"

"Dek," panggil Zafran. Ya, perempuan itu adalah Zoya. Yang tak lain adalah adik bungsu Zafran.

Mendengar seseorang yang memanggil namanya, Zoya langsung beranjak dari posisi jatuhnya, melihat ke arah Zafran yang sudah berada di samping nya. Memperlihatkan gigi rapihnya dengan ekspresi wajah yang terlihat malu.

"Kamu gak papa?" Panik Zafran, memegang tangan Zoya. Memastikan bahwa adiknya tidak terluka.

"Gak papa bang," ucap Zoya, melepaskan tangan Zafran yang memegang tangannya.

"Di-a kan-" batin Farhan.

"Abang, adek duluan ya," ucap Zoya, menuntun kudanya berjalan ke arah tempat asalnya.

"Hati-hati ya," ucap Zafran, melihat ke arah Zoya yang sudah mulai menjauh. Lalu, ia beralih melihat ke arah Farhan yang menunduk.

"Han, kita ngobrol di tempat biasa aja yuk," ajak Zafran.

"O-oh.. yuk Fran,"

"Gue kira, kalo gue ketemu Zafran. Rasa sakitnya bakal hilang, ternyata semakin sakit,"

"Saya yang pertama menemui keluargamu, namun sahabat saya yang mendapatkan hatimu,"

"Zalfa Anindira El-Malik," batin Farhan, mengikuti langkah Zafran dari belakang.

~Bersambung~

***

Assalamualaikum semuanya..

Gimana nih? Baper gak? Atau syeddih?

Apakabar jantungnya, aman?

Mana nih, pendukung Double Z👉

Pesan buat Author👉

Pesan buat Zalfa👉

Satu kata buat bang Zafran👉

Kasih semangat buat Farhan👉

Spam NEXT👉

Chapter 29 bakal lebih SERU lagi..

Target 950 vote dan 1,2 komen

_________________________

Kamis, 20 April 2023

Continue Reading

You'll Also Like

81.8K 3.7K 73
๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ # Rank 1-third 21 mei 2020 Silahkan baca sendiri yyyyy...... kalau mau tau kelanjutannya๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚ #cerita ini Dinyatakan selesai finist..ja...
1.4K 784 22
[Ringankan untuk follow sebelum baca yaw-!] Bagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kali...
165K 1.9K 3
FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit nakal dan usil. Memiliki masa lalu yang menyeramkan. Tentu setiap orang memp...
728 274 29
"Aku suka tantangan, namun jika tantangannya adalah mengambilmu dari tuhanmu maka aku tidak akan sanggup"-aletta aufira Caroline. " Cintailah manusi...