LEORA ZARIN [END]

By Hamidaaa_11

645K 23.6K 604

PART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cast
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Epilog
Ada yang mau cek?
Extra Part

62

10.3K 298 23
By Hamidaaa_11

Follow sebelum membaca!!!

Apresiasikan dengan cara vote cerita ini!
Gak rugi, asli!

Baca jam berapa?

Tolong pelan-pelan aja bacanya‼️

Enjoooyyy

"Kamu beneran gapapa aku tinggal?" Zevan berjalan menuju pintu apartemen. Dirinya sudah rapi dengan setelan jas kantor yang membuat nya terlihat lebih gagah.

"Iya gapapa, Ayas. Kamu gak usah khawatir." Zarin tersenyum tipis, mengikuti Zevan menghentikan langkahnya saat sudah berada diambang pintu.

Zevan menilisik wajah istrinya yang kini terlihat pucat. Sejak pulang dari rumah orangtuanya kemarin, Zarin terserang demam. Zevan sempat panik karena ini pertama kalinya setelah menikah Zarin jatuh sakit. Jika saja hari ini tidak ada rapat penting dengan para pemegang saham, Zevan pasti akan lebih memilih dirumah saja merawat istrinya.

"Muka kamu masih pucet banget, Raa." Zevan menatap mata sayu yang kini menatapnya.

"Pucet doang, tapi aku udah gak demam, gak pusing juga." Ucap Zarin berusaha meyakinkan suaminya. Ia tidak mau jika Zevan kembali absen hari ini. Mau bagaimana pun Zevan adalah pemimpin perusahaan. Ia harua bisa bersikap profesional.

Sekali lagi Zevan menyentuh dahi istrinya dengan punggung tangan. Memang benar suhu badan Zarin sudah menurun dibandingkan dengan kemarin.

"Maaf banget gak bisa nemenin kamu hari ini," Lirih Zevan dengan mimik sedih.

Zarin tersenyum, "Gapapa kok, siangan juga aku sembuh."

Zevan mengecup kening istrinya, "Iya, kamu jangan dulu cape-cape. Banyakin istirahat dan jangan lupa minum obat nya ya."

"Iya bawel banget, kamu udah ngomong kayak gitu dari bangun tidur." Gerutu Zarin.

Zevan terkekeh, mencubit gemas hidung sang istri. "Aku bawel karena aku khawatir, sayang."

"Iya, iya." Zarin membawa tangan Zevan menuju bibirnya dan menciumnya lembut. "Kamu hati-hati dijalan, jangan khawatirin aku terus."

Zevan mengangguk, "Kalo ada apa-apa langsung hubungin aku, oke?"

"Iya, Ayas."

"Bye," Zevan mencium bibir pucat istrinya singkat. "Amunisi pagi," Ucapnya disusul oleh kekehan.

Zarin memutar bola matanya, "Modus!"

"Udah sana berangkat nanti kamu telat,"

"Iya cantiknya aku,"

Cup

Lagi. Zevan mencuri ciuman dibibir manis istrinya.

"Ini mau berangkat atau mau mod-"

Cup

"Bye, aku berangkat dulu. Love you!" Potong Zevan secepat kilat.

Zarin menggeram pelan. Menyebalkan sekali suaminya itu. Pipinya kan jadi panas kalo gini caranya. Sepersekian detik seulas senyum terbit dibibirnya. Memandang dimana suaminya menghilang bersamaan dengan pintu lift yang tertutup.

"Love you too, Ayas."

Tidak menunggu lagi, Zarin menutup pintu apartemen lalu kembali berjalan menuju kamar. Sejujurnya dirinya masih merasa pusing. Namun,ia berusaha terlihat baik-baik saja didepan Zevan karena tidak ingin suaminya itu khawatir.

Zarin kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Menarik selimut dan meringkuk didalamnya. Kepalanya terasa semakin pening, entah mengapa. Zarin memijat pelan kepalanya yang semakin terasa berat.

"Ini tumbenan sakit banget," Zarin memejamkan matanya merasakan pening dikepalanya.

Matanya terbuka perlahan saat mendengar dering ponsel. Zarin meraba nakas yang berada disamping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menelpon ia pun mengangkat telepon itu, mendekatkannya pada telinganya.

"Zariiiinn?!!"

Zarin menjauhkan handphonenya saat mendengar teriakan yang membuat telinganya sakit.

"Halo? Rin?"

Zarin kembali mendekatkan handphonenya pada telinga saat mendengar suara yang kembali memanggilnya. Ia baru sadar jika Elea-lah yang menelpon.

"Iya halo, El."

"Ihh lo pulang dari honeymoon kenapa gak kabarin gue?" Elea terdengat mengomel dari sana.

Zarin terkekeh pelan masih dengan memijat kepalanya pelan. "Kenapa lo? Kangen sama gue?"

"Heh emang nya lo gak kangen apa?"

"Engga, buat apa kangen sama lo?!"

"Jahat banget lo! Eh iya gimana honeymoon lo disana?" Tanya Elea, tingkat kepo wanita itu ternyata masih melekat sampai sekarang.

"Lo masih kepo aja ternyata!" Zarin mengubah posisinya menjadi duduk bersandar dikepala ranjang.

"Ck! gue itu gak kepo, tapi lagi menambah wawasan aja." Ujar Elea beralasan. "Jadi gimana? lancar kan bikin Ayara disana?" Tanyanya.

"Lo pikir buat apa honeymoon kalo bukan Ayara yang jadi tujuan utama!"

Terdengar tawa diseberang sana. "Bener juga lo! btw, lo masih hidup kan diserang sama Zevan?"

Zarin memutar bola matanya malas, "Kalo gue mati, berarti sekarang lo telepon sama arwah gue gitu?!"

"Hish jangan jadi arwah dulu lah, Ayara belom jadi. Gue kan pengen jadi aunty!"

"Serah lo dah!" Zarin mengernyit merasakan sakit dikepalanya kembali menyerang.

Elea terkekeh, "Eh iya, gue telepon lo pengen ngundang lo diacara peresmian cabang ke 4 cafe gue,"

"Serius lo udah cabang ke 4?" Tanya Zarin tak percaya.

"Kalo gak serius gue gak mungkin ngundang lo!" Gerutu Elea.

Zarin terkekeh pelan, "Congrats, El. Lo hebat sumpah! Gue do'ain semoga bisnis cafe lo semakin lancar!"

"Amiinn, Thanks Rin. Lo jangan lupa datang oke? Ajak Zevan juga."

"Acaranya kapan?"

"Tanggal 7 minggu ini,"

"Oke, gue usahain bakal datang."

"Gue tunggu kedatangan lo. Yaudah gue tutup dulu ya, gue masih ada urusan."

"Oke, Bye."

"Bye, Rin."

Zarin menyimpan ponselnya kembali dinakas. Ia kembali memejamkan mata merasakan kini sakit kepalanya semakin kentara.

Tiba-tiba suhu tubuhnya kembali naik, Zarin juga merasakan tubuhnya semakin lemas. Bibirnya terlihat semakin pucat juga bergetar. Keringat dingin bercucuran membasahi pelipisnya. Zarin menarik selimutnya sampai sebatas leher. Meringkuk memeluk dirinya saat hawa panas dingin ia rasakan.

Zarin memilih memejamkan mata berharap akan menyelami alam mimpi agar ia tidak terlalu merasakan sakit. Menghubungi Zevan bukan waktu yang tepat sekarang. Zarin tahu jika suaminya itu pasti tengah sibuk.

☁️☁️☁️☁️☁️

Jam terus berputar menunjukkan waktu begitu cepat. Pukul 3 sore Zevan baru bisa menghubungi Zarin. Rasa khawatir yang ia rasakan semenjak diruang meeting tidak mereda sampai sekarang. Pikirannya tidak fokus karena cemas terhadao istrinya itu.

Sudah dering ke 5 namun Zarin tidak kunjung mengangkat telepon nya. Berkali-kali Zevan menghembuskan nafas kasar saat istrinya lagu-lagi tidak menjawab. Rasa khawatir kian menjadi membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang.

Zevan menoleh saat mendengar suara pintu ruangannya terbuka. Menampilkan asisten pribadinya, Sean. Ditangannya terdapat sebuah tablet yabg berisi semua jadwalnya.

"Apa jadwal saya berikutnya?" Tanya Zevan to the point.

Sean melihat tablet ditangannya sebelum berucap, "Seharusnya 10 menit dari sekarang ada pertemuan dengan Pak Haris untuk membahas proyek yang ada di Bali. Tapi, barusaja asisten beliau menghubungi saya jika mereka memundurkan jadwal dikarenakan Pak Haris ada kepentingan yang lain." Jelas Sean dengan nada sopan.

"Baguslah, saya bisa pulang sekarang." Ucapnya seraya membereskan berkas yang berserakan dimejanya.

"Tapi, Tuan,"

Zevan melirik Sean, "Apa?"

"Jam 4 nanti masih ada rapat dengan para kepala direksi yang sempat tertunda kemarin."

Zevan terdiam sejenak, "Handle terlebih dahulu, istri saya lebih penting sekarang."

Sean bergeming, ingin membantah namun tak kuasa. Membiarkan Zevan keluar ruangan, Sean menghela nafas kasar. Resiko menjadi asisten bos yaaa begitu.

☁️☁️☁️☁️☁️

Zevan memilih mengendarai mobilnya sendiri. Perasaanya mengatakan ada yang tidak beres pada istrinya itu. Zevan merasa Zarin tidak baik-baik saja mengingat terakhir ia melihat wajah Zarin yang seperti mayat hidup.

Tak tanggung-tanggung Zevan berkali-kali menyalip mobil yang menghalangi laju kendaraannya. Mengabaikan keselamatan dirinya sendiri. Dalam pikirannya sekarang adalah, ingin cepat melihat keadaan istrinya.

Hanya butuh waktu 15 menit Zevan sampai di basement apartemen yang ia tinggali. Melangkah dengan kaki lebar, tergesa juga tidak sabaran. Zevan mengetuk-ngetukkan sepatunya pada lantai lift saat menurutnya lift bekerja sangat lambat.

Terburu ia keluar saat pintu lift belum terbuka sepenuhnya. Berjalan menuju pintu apartemen dan memasukkan sandi. Hal yang pertama ia jumpai adalah keheningan. Zevan melangkah menuju kamarnya. Kecemasannya kian menjadi saat melihat Zarin yang tengah meringkuk dengan tubuh bergetar.

"Raa?"

Zevan mendekat pada ranjang. Hal yang pertama ia lakukan adalah mengecek suhu tubuh istrinya.

Zevan melebarkan matanya saat merasakan panas dipunggung tangannya. "Sayang?! Kamu panas banget!"

Ekspresi wajah Zevan berubah drastis.

"Raa?" Zevan menepuk pipi Zarin pelan.

"Raa? kamu jangan bikin aku takut. Plis bangun dan liat aku." Zevan panik saat tidak mendapat respon dan Zarin.

Mata sayu istrinya terbuka lemah, sendu sekali Zevan dapatkan saat Zarin menatapnya. "A-ayas,"

"Iya ini aku sayang, apa yang kamu rasain? aku telepon dokter dulu ya," Zarin tak menjawab, ia kembali memejamkan matanya.

Zevan mencari nomor telepon dokter pribadinya, begitu menemukannya langsung saja ia memanggilnya. Tatapannya beralih pada wajah pucat istrinya. Zevan merutuki dirinya sendiri kenapa ia meninggalkan Zarin tadi pagi. Jika tau begini, ia akan memprioritaskan istrinya apapun yang terjadi.

"Ayas..." Cicit Zarin, ia berusaha bangun.

Refleks Zevan langsung membantu Zarin untuk duduk. "Apa yang kamu rasain?"

"Kepala aku sakit banget, badan juga sakit semua." Lirih Zarin,

"Kamu kenapa gak telpon aku?" Zevan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Zarin.

"Aku gak mau ganggu kamu, aku tau kamu lagi sibuk."

Zevan berdecak, tidak terima dengan jawaban Zarin. "Sesibuk apapun, kamu tetap jadi prioritas aku Raa."

"Aku gak mau, Ayas. Apa nanti kata karyawan-karyawan kamu dikantor."

"Persetan dengan mereka! Gak usah peduliin apa kata orang Raa. Aku gak suka kamu mikir kayak gitu. Aku juga gak mau kamu kayak gini. Kamu adalah hidup aku, Raa. Gak rela banget liat kamu sakit kayak gini." Jelas Zevan panjang lebar,

Zarin merasakan hatinya menghangat, Zevan benar-benar menyayanginya. "Aku-"

Ting tong

"Itu pasti Dokter Rangga. Aku buka dulu," Zevan beranjak membukakan pintu.

Tak berselang lama Zevan muncul kembali dengan seorang pria paruh baya yang berjas putih dibelakangnya. Dokter itu tersenyum pada Zarin yang dibalas oleh wanita itu.

"Selamat sore, Ibu Zarin."

"Sore, Dok."

"Bisa kita mulai pemeriksaan nya?" Tanya Dokter Rangga dengan sopan.

Zarin mengangguk lemah, mempersilahkan Dokter itu untuk memeriksa dirinya. Zevan berdiri tidak jauh darisana, memperhatikan setiap detail yang Dokter periksa.

☁️☁️☁️☁️☁️

"Serius, Dok?"

Zevan begitu antusias mendengar penjelasan dari Dokter Rangga. Matanya berbinar, senyum bahagia terpatri jelas dibibirnya. Begitu juga dengan Zarin yang sama halnya dengan Zevan. Meskipun keadaannya lemah, namun ia juga tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Dokter Rangga mengangguk, "Usianya baru 7 minggu."

Zevan duduk disebelah istrinya seraya mendekap tubuh wanita itu.

"Kehamilan diusia ini sangatlah rentan. Biasanya sang ibu akan mudah terkena demam seperti ini, atau juga bisa mual, muntah, sampai tidak menyukai bau-bau tertentu. Namun itu semua tidak dirasakan oleh semua ibu hamil karena perbawa sang bayi berbeda-beda."

Kedua suami istri itu hanya diam mendengarkan, "Bisa jadi ibu Zarin sekarang terkena demam karena kelelahan sehabis pulang honeymoon. Saya sarankan jangan terlalu kecapean ya Bu, jangan angkat yang berat-berat. Makan juga harus teratur, karena si bayi perlu nutrisi yang cukup."

Zarin mengangguk-angguk memahami penjelasan Dokter.

"Oh iya untuk Pak Zevan, Saya sarankan Bapak harus puasa dulu ya,"

Zevan mengernyit, "Puasa Dok?"

Dokter itu terkekeh sebelum berucapa "Iya puasa meminta jatah pada istri,"

Zevan menatap Dokter Rangga tidak percaya. "Serius Dok saya harus puasa?"

Sedangkan Zarin menunduk sedikit malu.

"Iya, seperti yang saya katakan, diusia kehamilan ini sangatlah rentan. Nanti kalo udah 4 atau 5 bulan jatah bapak bisa lancar kembali."

Zevan masih tidak percaya. Apa katanya? ia harus puasa minta jatah? Jatah yang kemarin saja gagal karena Zarin tiba-tiba sakit dan ini ditambah harus menahannya sampai 4 bulan nanti?

Gak lucu udah nikah main solo!

"Penjelasan saya sudah dapat dipahami Pak, Bu?"

Suami istri itu sontak mengangguk kompak.

"Yasudah saya resepkan dulu obat buat Bu Zarin ya, saya juga kasih vitamin biar janin nya kuat dan Ibu tidak lemas."

"Oke, makasih Dok."

Dokter Rangga mengagguk. "Saya pamit, Selamat sore."

☁️☁️☁️☁️☁️

Zarin merunduk menatap perutnya yang masih rata. Tangannya bergerak mengelusnya lembut. Rasa haru juga bahagia ia rasakan. Terukir senyum dibibirnya tanpa diminta. Sakit yang dirasanya mendadak hilang. Tak apa pikirnya jika itu memang untuk malaikat kecil yang sedang tumbuh didalam sana.

"Ternyata ada malaikat kecil Mima ya didalem sini?"

Zarin menoleh saat Zevan kembali masuk kedalam kamar mereka. Senyuman lebar yang pertama kali Zarin dapat dari suaminya. Tak menunggu lama, Zevan langsung memeluk dirinya begitu sampai didekat istrinya.

"Bahagia banget rasanya, Raa." Gumam Zevan disela-sela pelukan mereka.

"Akhirnya yang aku tunggu tumbuh juga dirahim kamu." Zevan melerai pelukannya. Menatap penuh pada Zarin yang kini sudah berkaca-kaca.

Zevan mencium kening Zarin lama. Perasaan haru yang tidak digambarkan membuat air mata nya jatuh tanpa sadar.

"Aku juga bahagia, Ayas." Zarin menyeka air matanya yang sudah membasahi pipi.

Zevan turun kebawah dan berhenti tepat dihadapan perut istrinya yang masih rata.

"Halo jagoan kecil Papi?" Zevan mengusap lembut perut Zarin.

"Tumbuh yang sehat ya didalam sana. Jadi anak yang kuat. Papi dan Mima sayaaangg banget sama kamu."

Zarin tersenyum melihat Zevan yang tengah berbicara dengan calon anaknya. Itu sungguh pemandangan yang membahagiakan baginya.

Zevan mendongak saat sadar tubuh Zarin bergetar juha terdengar isakan. Ia melihat istrinya menangis sontak saja ia membawa Zarin pada dada bidangnya.

"Ssstt kamu kenapa malah nangis, hm?" Tanya Zevan mengusap surai istrinya yang tergerai

"Aku bahagia, Ayas. Aku juga gak nyangka didalam sana ada malaikat kecil yang akan melengkapi hidup kita."

Zevan tersenyum. Tak bisa bohong ia pun ikut meneteskan air mata. Terharu juga bahagia yang tak terkira saat mengetahui didalam rahim orang yang ia cintai terdapat sosok malaikat kecil yang tumbuh menjadi darah dagingnya.

"Proyek Ayara aku berhasil, kan?" Zarin menggeplak suaminya lemah,

"Kamu sangka pabrik segala dibilang proyek!" Zarin cemberut  dengan hidung nya yang memerah karena habis menangis.

Zevan menyengir. "Iya proyek mau pabrik juga boleh. Aku kan mau buat banyak!" Celetuknya yang kini mendapat cubitan dari istrinya.

"Banyak apanya?! ini satu aja belum lahir!"

"Kalau udah lahir, lagi ya?" Pintanya tanpa dosa.

"Ayas!"

Zevan terkekeh gemas melihat istrinya kesal yang menurutnya terlihat lucu.

Cup

Zevab mengecup bibir Zarin singkat. "Mama, Papa, Bunda, pasti seneng dapat kabar ini."

"Gak sabaf banget kasih mereka kabar bahagia ini," Timpal Zarin, tangan mereka kompak mengelus perut dimana calon anak mereka tumbuh.

"Papi seneng banget kamu hadir didalam sini, Nak."

"Mima udah gak sabar gendong kamu, Sayang."

Kompak keduanya tersenyum seraya saling menatap. Zevan mendekatkan wajahnya, menyatukan dahinya dengan dahi Zarin. Menggesek-gesekkan hidungnya yang bersentuhan dengan hidung istrinya. Zevan juga Zarin menutup matanya dengan tangan yang masih setia mengusap diatas perut.

Seperkian menit mereka diposisi itu, saling menyalurkan rasa bahagia satu sama lain.

"Makasih, Raa...." Ada jeda sedikit, Zevan membuka matanya.

"...Makasih karena kamu udah mau mengandung darah daging aku, makasih karena kamu udah mau jadi ibu untuk anak-anakku dan berada disamping aku sampai saat ini." lanjutnya.

Zarin membuka mata, melihat Zevan yang ternyata sudah berkaca-kaca.

"Aku akan selalu berada didekat kamu untuk menjadi pendamping hidup kamu, menjadi ibu dari anak-anak kita..."

"...Aku akan berusaha menjadi ibu juga istri yang terbaik buat keluarga kita. Terimakasih karena kamu sudah menaburkan kebahagiaan ini. Kamu berhasil, Ayas. Kamu berhasil membuat aku menjadi satu-satunya wanita yang paling bahagia didunia ini."

Zevan mengecup bibir istrinya lama. Hanya kecupan namun bermakna dalam.

"Aku janji, aku akan selalu membuat kamu bahagia bersama anak-anak kita nanti."

"Cinta ini tidak akan pernah habis walau dimakan usia sekalipun, Kisah rumit yang kita jalani adalah hal yang membuat aku belajar untuk lebih menghargai kehadiran kamu. Cukup dahulu aku menyia-nyiakan wanita sespecial kamu."

"Terus bersamaku dan anak-anak kita. Akan ku berikan seribu kebahagiaan yang tak lekang oleh waktu, akan ku berikan cinta sebesar samudra yang airnya tidak pernah habis. Kamu adalah angkasa dengan beribu bintang indah bertabur, dengan kekuasaan Tuhan hanya aku yang dapat memilikimu, menjadi cintamu..."

Zevan mengecup kening lalu turun pada kedua pipi istrinya, terkahir pada bibir manis favoritnya.

"I will always love you now and forever, Mima-nya Ayara"

"I love you too, Papi-nya Ayara."

Zevan merunduk mencium perut istrinya lembut.

"I love you, Ayara-nya Papi dan Mima."

☁️☁️☁️☁️☁️





END

😭😭😭

Huaaaaaaaaaaaaa😭
Gak nyangka dong akhirnya LEORA ZARIN tamaaaaatttt!!!!
terharu banget cerita pertama aku selesai juga huhuhu

Walaupun yang vote dan baca belum banyak tpi aku seneeengg banget🥹

Makasih banget buat kalian yang udah setia nungguin Eorayas update, makasih juga udah apresiasi cerita ini dengan memberi vote🥰

Walaupun aku tahu, cerita ini gak sebagus cerita author yang lainnya, tapi setidaknya ini bukan hasil nyontek orang lain

Maaf banget kalo Ending nya gak sesuai ekspetasi kalian yaa 😔

Sekali lagi terimakasih buat semuanya🥰🤗
Sayang banget sama kalian huhu

Tolong share cerita ini sama temen-temen kalian yaaaa

NANTIKAN EXTRA PART CERITA INI!!!!

Lovyu badag💋

Silahkan pamit dulu sama mereka 🥹🥰

AYASHAKA ZEVANO WILLIAM

LEORA AZARIN GINTARA

GERRY LOVANDRES

ELEANDRA ZAYANA PURBA

DELEANO ANDREAS

NAZZELA VINKA WILLIAM

ALDEN SYAFFEN

LAURA SHEVAYA

ARKANA SYAHPUTRA

HANA AYUDYA GINTARA

WILLIAM GAVANO

SENJANA DEWI WILLIAM

Continue Reading

You'll Also Like

562K 20.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.9M 227K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
5.5M 236K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
5.3M 366K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...