Pengabdi Istri (The Series)

Av Indomie2Bungkus

126K 13.2K 3.2K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... Mer

1. Tukeran Kado
2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
13. Bertemu Gavin
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
18. Botram
19. Gengster Squad
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
31. Agustusan Nih
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - A
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
42. Ayo, cepet bangun ayah!
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi

20. Drama Puasa

2K 223 35
Av Indomie2Bungkus

***


***

Zidan melirik istrinya yang sedari tadi sibuk menulis list liburan di samping nya, kedua nya akan berkeliling keluar negeri setelah lebaran dalam rangka proyek membuat anak, yang di sponsori langsung oleh Dimas dan Narendra.

Keberangkatan mereka akan dimulai setelah lebaran nanti. Karena Zidan dan Gia sudah mengambil cuti di tempat kerja masing-masing.

Hubungan Tania dengan anak tengah dan anak bungsu nya masih terasa panas. Begitu pun juga dengan Bima yang ikut perang dingin dengan istri nya.

Alhasil tahun ini tidak ada buka bersama dengan keluarga Bimantara Widjaya alias kepala suku kesayangan Jendra.

"Jangan cemberut terus dong, Dan. Gia aja gak masalah tuh kalau papa ikut. Pelit banget sih."

Zidan mendengus di balik kemudi nya. "Papa kan kalau ketemu keluarga Gia selalu umbar aib Idan. Males ah. Hobi banget nistain anak nya."

"Papa kan bercanda, Dan." Bela Gia pada mertua nya.

"Lagian Papi nya Gia kan senior papa dulu di tempat kuliah. Kita itu bestie-an. Sama kayak Bung Pradana Ayah nya Naren juga bestie-an sama papa. Apalagi kita gengster geng motor."

"Halah gengster motor apa nya. Mana ada gengster motor sunmori nya pake alphard?"

"Ck! Itu tuh inovasi tau! Masa kamu gitu aja gak tau?" Balas Bima yang tidak mau kalah dengan anak nya itu. "Oh iya kalian udah nentuin rute nya? Start dari mana?"

"Kita berangkat ke Jepang dulu, Pa. Terus ke Korea, habis itu ke Hongkong, Qatar, Dubai, Turki, Austria, Swiss, dan Norwegia."

"Papa boleh ikut gak?"

Gia dengan polos nya mengangguk sambil menoleh ke belakang, menatap Bima dengan senyum antusias nya. "Bo—"

"Gak usah macem-macem deh, Pa. Katanya mau cucu dari Idan. Masa bulan madu aja di recokin sih?" Potong Zidan yang sudah pusing dengan kelakuan papa nya.

"Ih gak papa padahal, biar seru." Balas Gia pada suami nya.

Zidan mendengus sebal. "Gak ada, gak ada! Jangan aneh-aneh deh."

"Ck! Iya iya papa kan bercanda doang." Balas Bima dengan nada nya yang tengil.

Tidak lama dari percakapan itu sampailah mereka di kediaman orang tua Gia. Dan di sambut langsung oleh Kavi dan Kalista.

"Assalamualaikum bro Kavi!"

Kavi menyambut besan nya itu dengan pelukan hangat. "Waalaikumsalam besan. Selamat datang di gubuk kami."

"Halah, merendah untuk meroket nih. Tapi Terima kasih ya udah mengundang kami." Balas Bima yang masih memeluk Kavi dengan erat.

Sedangkan Zidan mendengus sebal di belakang tubuh Bima. "Mana ada mengundang. Orang tau-tau ada di dalam mobil." Ucap Zidan pelan, dan hanya Gia yang mendengar nya.

"Gak papa dong, Dan. Masa gitu aja ngambek sih." Balas Gia sambil mengusap lengan suami nya.

Zidan hanya bisa menghela napas nya pelan.

"Gimana kabar nya bro? Sehat? Kalista juga sehat?"

"Alhamdulillah sehat" balas Kalista dengan ramah.

Lalu Zidan pun ikut menyalami kedua mertua nya. "Assalamualaikum, Pi, Mi."

"Waalaikumsalam, mantu." Balas Kavi yang memeluk menantu nya.

"Gimana kabar nya Mi, Pi?"

Kalista menatap menantu nya dengan ramah. "Mami sehat, Papi kamu tuh keliatan nya sehat. Tapi semalem habis encok gara-gara main tenis. Nanti tolong temuin sama dokter langganan Papi ya Dan. Biar kapok"

Zidan mengangguk. "Siap Mi. Lusa Idan jadwalin ya."

"Makasih ya ganteng. Nanti chat nya ke mami aja. Jangan ke papi, yang ada bakal di skip. Yuk masuk.." ajak Kalista agar segera masuk ke dalam rumah besar keluarga Kavi.

Setelah berbuka, makan malam dan tarawih bersama akhirnya Zidan diantarkan oleh Kavi untuk masuk ke dalam kamar Gia yang masih sibuk di dengan kakak-kakak nya. Dan juga Bima yang mendadak pulang duluan karena cucu kesayangan nya menelpon untuk aki nya segera pulang.

Ini adalah pertama kali Zidan memasuki kamar Gia setelah pernikahan mereka setahun lalu. Tapi hal yang membuat pria itu mencelos adalah di dalam kamar Gia, sama sekali tidak ada foto nya. Bahkan foto nikah mereka pun tidak ada.

Di dalam kamar itu terdapat foto Gia bersama mantan nya. Jauzan. Mantan terindah Gia saat SMA hingga kuliah. Foto yang masih eksis di dompet istrinya.

All pic credit Pinterest

"Ternyata masih sama. Gue masih jadi sad boy. Meskipun udah gue nikahin." Tawa Miris Zidan menguar di kamar besar itu.

Lalu tidak lama dari itu Gia masuk kamar dengan raut wajah yang super panik. Berharap Zidan belum lihat semua nya. Tapi terlambat Zidan sudah liat semua nya. Termasuk foto-foto yang terpajang.

"Dan...." panggil Gia dengan hati-hati.

Zidan bergeming, tidak menoleh menatap istri nya. Tapi pria itu bisa melihat raut panik Gia dari pantulan cermin. "Gak papa..." balas Zidan dengan serak.

Lalu tanpa di duga Zidan meraih lengan Gia ke tempat tidur. "Tidur yuk? Besok kan kita janjian sama anak-anak mau buka bersama di rumah. Tapi kita harus beli perlengkapan nya dulu kan? Jangan tidur kemalaman. Biar sahur nya gak kesiangan." Ajak Zidan dengan lembut sambil menyelimuti istri nya.

"Dan... aku bisa jelasin, kamu salah pa—"

"Enggak, jangan jelasin. Aku paham, pernikahan kita terlalu tiba-tiba, kamu yang lagi berusaha move on dari Jauzan harus nikah sama aku karena ke ciduk papa ku. Harus nya aku yang minta maaf, kamu harus nikah sama suami kaya aku. Yang semua orang lain tau, aku gak pernah pantes bersanding sama kamu."

"Dan. Plis... jangan ngomong gitu. Kamu salah paham."

Zidan menatap istri nya lamat-lamat. Jelas sekali terlihat wajah panik istri nya. Tapi Satu hal yang baru Zidan sadari, di mata itu tidak ada binaran cinta untuk nya.

"Yaudah tidur yuk?" Zidan mengusap pipi istrinya dengan sayang sesekali pria itu mengecup dahi istrinya juga. Tanpa di duga lagi setelah nya Zidan tidur memunggungi Gia. Membuat Gia semakin merasa bersalah.

"Dan...."

"Hmmm?"

"Aku tau kamu belum tidur."

"Emang.."

"Aku mau jelasin, jangan tidur dulu."

Zidan menghela napas nya pelan. Hati nya benar-benar merasakan sesak. Bagaimana bisa Zidan sebodoh itu memaksakan Gia agar menikah dengan nya. Padahal bisa saja saat keciduk, Zidan berdalih pada papa nya. Kasihan Gia harus tertahan karena nya.

Apalagi sebuah frasa terkenal 'seumur hidup itu terlalu lama' memang benar ada nya. Zidan bisa bertahan dengan rumah tangga ini jelas karena dari awal Zidan memang mencintai Gia sejak mereka bertemu di sekolah akselerasi. Tapi bagaimana dengan Gia? Bukan kah itu terlalu lama?

"Dan... plis.... kamu salah paham. Aku gak ada maksud buat nyakitin kamu. Aku cuma—"

"Cuma apa? Aku masih sangat mentolerir kalau kontak dia masih kamu pin dan kamu kasih nama 'love' meskipun hanya sebuah emoticon. Apalagi waktu mantan kamu nikah beberapa bulan lalu, kamu galau setengah mampus, aku masih bisa tolerir. Aku gapapa, jangan pikirin aku. Aku benar-benar gapapa."

Zidan berbalik menatap Gia yang sudah bersimbah air mata. "Kenapa nangis sih Gia sayang? Aku gak papa kok. Aku sadar diri. Aku gak sekeren Naren, Bian dan Ravi. Maafin aku ya, aku belum berhasil buat kamu jatuh cinta sama aku." Ucap Zidan sembari mengusap air mata istrinya dengan lembut.

Gia menggeleng "Dan.... aku yang salah... aku minta maaf......"

"Iya di maafin. Kita tidur sekarang ya? Nanti kesiangan loh. Malu kita lagi di rumah orang tua kamu."

Gia mengangguk pelan "Tapi peluk." Ucap Gia dengan suara yang sengau.

"Iya sayang, iya." Balas Zidan sambil memeluk tubuh istri nya.

Terus terang Zidan sangat kecewa pada malam ini. Tapi di satu sisi Zidan juga merasa lega, akhir nya ia tau bagaimana besar rasa cinta istri nya terhadap Jauzan. Agar pria itu tau batasan untuk tidak membahas pria lain di dalam rumah tangga nya.

Hati Zidan sangat mencelos, kalau istri nya bilang ini adalah salah paham,  Di sebelah mana letak kesalahpaham nya?

Kalau soal foto, rasa nya Gia sering pulang ke rumah orang tua nya bahkan menginap. Dan sudah pasti Gia tidur di kamar nya, lalu membiarkan foto seribu kenangan itu di pajang sebebas nya di kamar istri nya.

Pantas saja semalam apapun Gia dan Zidan berkunjung ke rumah Kavi, pasti Gia memaksanya untuk pulang. Ternyata inilah rahasia nya mengapa Gia selalu enggan tidur bersama nya di kamar Gia masa kecil.

"Maafin aku, Gi.. kamu harus nikah sama aku." Bisik Zidan sambil mengecup pipi Gia yang masih basah bekas air mata.

***

"Udah sayang?" Tanya Yasmine sambil tertawa geli menatap suami nya yang memakan indomie nya dengan lahap.

Narendra membalas senyum manis nya pada sang istri. "Hehehe belum sayang, Aa lagi menikmati banget ini." Ucap pria itu yang memakan mie nya sedikit demi sedikit.

"Kenapa di awet-awet sih makan nya? Megar loh itu mie nya."

"Biarin ah. Jarang-jarang kan Aa di izinin sama kamu makan mie gini. Ini aja Aa harus pundung dulu semaleman sama kamu biar bisa makan mie."

Yasmine tersenyum geli sembari mengelus perut besar nya. "Iya semalem Aa munggungin aku, tapi tengah malem malah peluk aku dari belakang. Lagian aku kenal Aa udah lebih dari setengah umur aku. Jadi aku tau persis after Aa makan mie tuh pasti gerd nya langsung kambuh. Aku kan sayang sama suami aku, ngelarang-ngelarang bukan karna aku gak sayang. Tapi Aa kan gak pernah mau dengerin omongan istrinya."

"Ih iya iya maaf sayang. Tapi sumpah deh Yang, Aa udah nahan ini dari sebelum kamu pendarahan beberapa bulan lalu. Dan kemarin udah gak ke tahan banget. Maafin Aa ya sayang?"

Yasmine mengangguk pelan. "Iya gak papa Ayah, lain kali jangan di tahan-tahan lagi ya? Kalau Aa mau, Aa jujur aja. Toh aku gak akan larang. Tapi jangan banyak-banyak"

"Tapi ini asli kan kamu ikhlas izinin Aa makan mie?"

"Iya gapapa, asal jangan keseringan aja." Ucap Yasmine sembari mengusap pipi suami nya yang selalu rusuh setiap kali menyeruput mie nya.

"Sayang, habis ini kelonan ya? Aa kangen banget sama kamu. Pengen di pukpukin sama kamu.  Belakangan ini Aa sibuk banget di rumah sakit sama kantor. Maafin Aa ya cantik, Aa sibuk terus, soalnya biar minggu depan bisa ambil cuti, biar bisa fokus nemenin kamu lahiran."

"Gak papa kok, aku paham. Kamu kan harus kerja, inget! biaya sekolah Ajen sama biaya lahiran aku mahal loh." Ledek Yasmine sambil berdiri dari duduknya.

Narendra terkekeh geli dengan ledekan istrinya. "Iya nih. Padahal baru mau dua anaknya, tapi tetep aja kadang Aa kelabakan sama pengeluaran bulanan rumah ini yang masya Allah banget. Ngandelin kerja di rumah sakit aja gak bakal bisa nutupin biaya nya. Apalagi Aa ada niat mau buat 3 anak lagi. Makanya sayang sabar dulu sebentar ya. Sampe salah satu anak kita ada yang gantiin Aa di perusahaan ayah, Aa janji kita bakal keliling dunia. Seperti keinginan kamu dulu waktu masih SMP."

"Ini yang kedua aja belum lahir Aa sayang. Masa udah punya misi bikin aku hamil lagi sih. Lagian aku gak pernah kan protes kalau Aa sibuk? Aku malah yang minta maaf, aku sama Ajen sering habisin uang Aa. Apalagi abang aku suka nya mintain Aa terus. Aku jadi gak enak kan."

Narendra bangun dari duduknya sembari membawa mangkuk mie nya yang sudah kosong ke tempat cuci piring. "Kamu dan Jendra itu tanggung jawab Aa sebagai kepala rumah tangga. Lagian Aa mah ngasih ke Idan bukan sebagai ipar kok. Aa ngasih ya seperti Aa ngasih ke sahabat Aa aja, sama kaya Bian atau Rapi. Malah kadang Aa suka lupa kalau Aa iparan sama Idan." Sahut Narendra sembari mencuci mangkuk dan gelas bekas ia makan tadi. Sedangkan Yasmine berdiri menunggu suami nya yang nampak masih membersihkan sisa-sisa sabun di tempat cuci piring.

"Kamar apa sofa?" Tanya Yasmine saat suaminya mengeluarkan setoples popcorn berukuran besar yang sudah pria itu siapkan setiap kali ingin menontom film bersama istri tercinta.

"Ke ruang multimedia yuk? Kita tidur disana. Mumpung Ajen lagi di bawa bunda sama ayah. Kita Quality time sampe dua hari kedepan. Sebelum kita sibuk sama anak bayi kita ini" Narendra mengusap perut besar istrinya dan tidak lupa memberikan kecupan sayang pada calon anaknya itu.

Yasmine tersenyum dengan ide suami nya, lalu wanita hamil itu mengangguk semangat. "Aku harus siapin selimut sama bantal ya.."

"Engga sayang, biar Aa yang siapin. Kamu tinggal terima beres aja. Oke?"

Yasmine menggeleng keras. "Enggak. Aa kan punggung nya sakit habis main kuda-kudaan sama Ajen. Aku telpon Mba Ami dulu ya.. biar Mba Ami yang siapin semua nya. Aa terima beres aja oke suamik?"

Narendra mendengus geli sembari mencium gemas pipi chubby milik Yasmine. "Malah ngebalikin nih bunda cantik, gemes banget sih!" Diciumi berkali-kali oleh suami nya membuat Yasmine tertawa renyah. Sudah sebulan ini memang suami nya ini mendadak super sibuk, pagi sampai siang di rumah sakit, lalu siang sampe pukul 8 malam di perusahaan pusat milik Pradana. Alhasil kedua nya tidak memiliki banyak waktu untuk quality time bersama putra mereka.

Semenjak kehamilan nya yang semakin membesar secara tidak sadar jam tidur Yasmine banyak mengalami perubahan. Biasanya ia akan tidur jam sepuluh malam. Tapi kini setelah adzan isya berkumandang dan melaksanakan tarawih sendirian di rumah, sudah di pastikan ibu hamil cantik itu sudah tertidur pulas. Narendra yang selalu mendapati istrinya tertidur pun selalu memanggil istrinya 'sleeping beauty'.

"Sayang" Panggil Narendra di pelukan Yasmine yang begitu menenangkan. Setelah berbagai macam perdebatan akhirnya kedua sejoli itu berhasil rebahan di ruang multimedia. Film pun sudah terputar dihadapan mereka.

"Hmm?"

"Asi kamu udah mulai keluar ya?"

Yasmine mengangguk tapi matanya masih fokus pada layar besar di ruangan itu.

"Ngerembes tau sayang ke baju kamu. Ganti baju ya? Nanti masuk angin loh."

"Ini udah baju yang ke tiga loh Aa, capek ah ganti baju terus. Kasian mbak Ami nyuci baju aku nya banyak. Nanti capek."

"Mereka kan kita gaji buat itu. Gimana sih bunda nih.. Aa ambilin dulu baju ganti nya. Apa mau di lepas aja? Aa sih lebih suka kamu gak pake apa-apa sih lebih hot soalnya."

"Ish ayah Ajen mesum banget!" Seru Yasmine saat suaminya keluar menuju kamar mereka. Terdengar jelas tawa suami nya yang menyebalkan. "Untung sayang" lanjut wanita cantik itu saat bayangan suamu nya perlahan menghilang.

Tidak lama Narendra kembali masuk dan membawa daster bermotif teddy bear berwarna biru dan bra untuk istrinya. "Buka dulu baju kamu sama bra nya. Kalau di diemin terus nanti iritasi, Yang. Besok Aa beliin pumping ya, lumayan buat stok adik nanti kalau udah lahir." Ucap Narendra saat membantu menggantikan bra istrinya.

Yasmine tersenyum sembari mengusap pipi suaminya. "Makasih ya suami ku, ganteng ku."

"Gantengan mana sama Harsa?"

"Harsa mana?"

Narendra berdecak keras "Itu temen kuliah mu. Yang kemarin main sama Indra. Kan kemarin asik tuh kamu ikut ngobrol."

"Ya Allah Aa masih cemburu sama Harsa?"

"Menurut ngana? Dia kan pernah naksir kamu."

"Tapi aku kan cinta nya sama Aa. Makanya nikah nya sama Aa. Ini bukti nya di perut aku ada anak nya Aa juga. Ada Ajen juga. Heran deh aku, Aa cemburu nya udah gak ketolong lagi."

"Cemburu itu tanda cinta tau. Aa kan gak mau kehilangan kamu. Cukup empat tahun lalu Aa kehilangan kamu. Sekarang mah bodo amat lah dibilang alay juga. Orang kenyataan kok Aa punya trauma besar, takut ditinggal kamu."

Yasmine mengusap pipi suami nya lembut. "Aku gak akan kemana-mana sayang. Kan seperti janji kita sebelum rujuk, aku akan selalu mendampingi Aa dalam kondisi apapun. Kita besar kan anak-anak kita sampai mereka sukses, terus kita bakal keliling dunia berdua. Sekarang doa nya mudah-mudahan umur kita berdua, dan anak-anak panjang dan sehat selalu." Ucap Yasmine yang membuat mata Narendra berkaca-kaca.

"Kamu tau? Sampai detik ini Aa selalu nyesel, Aa melewati semua momen baik di rumah tangga kita. Kita gak pernah bulan madu, Aa nyalahin kehamilan kamu, bahkan Aa lewatin perkembangan Ajen di perut kamu karena ego yang tinggi. Kamu pendarahan Aa malah maki-maki kamu, bahkan pipi ini pernah Aa tampar sampai ujung bibir kamu berdarah." Ucap Narendra sambil membelai pipi chubby Yasmine dengan suara yang bergetar. "Kamu selalu lindungi aib Aa, makasih ya sayang kamu selalu menjaga kehormatan suami. Walaupun suami kamu jahat banget sama kamu. Aa terlalu menutup mata dengan penderitaan-penderitaan kamu."

"Itu kan dulu, aku paham dulu Aa panik karna aku hamil, pas banget sama momen nya Aa mau apply S2 Aa di Harvard, kampus impian Aa kan? Harus nya Aku sama Ajen yang minta ma-"

Narendra menggelengkan kepalanya tegas dan mengintrupsi ucapan istri nya. "Enggak sayang. Jangan sekali-kali kamu minta maaf sama Aa. Kamu gak pernah salah. Kita suami istri dan sudah pasti kita berhubungan badan. Itu sangat wajar kalau jadinya kamu hamil."

Yasmine balas tersenyum pada pria manis di hadapan nya. "Tapi sejak Ajen lahir kan Aa yang selalu bantuin aku jagain Ajen kan kalau aku ketiduran? Aa udah sangat menyayangi Ajen. Walaupun waktu itu Aa punya rasa gengsi yang besar, tapi Aa mau gantiin popok Ajen, ajak main Ajen ditengah kesibukan Aa sekolah spesialis. Makasih ya Ayah.."

"Itu kewajiban Aa, yang. Tapi tetep aja banyak momen yang gak Aa saksikan tentang tumbuh kembang Ajen. Makanya Aa terus banyakin Quality time sama Ajen dan si princess ini" ucap Narendra yang mengusap perut istrinya. Lalu Narendra menatap wajah Yasmine dengan decakan kagum. "Ya Allah bun, kamu kenapa cantik banget sih? Sebel banget deh kalau inget banyak yang naksir kamu, padahal perut kamu udah gede. Apalagi kemarin ada duda gatel di sekolah anak kita nanyain kamu kenapa gak jemput Ajen, kok malah Aa yang jemput. Hak Aa dong! Kamu sama Ajen kan milik Aa. Denger ya sayang, kalau anaknya satu sekolah lagi sama anak kita, kamu jangan ngobrol sama dia ya, Aa gak suka"

"Duda gatel siapa?"

"Ck! Itu loh Papa nya Ardi. Dia nanyain kamu terus setiap Aa jemput Ajen."

Yasmine mengangguk santai "Oh.."

"Kok oh doang?"

"Ya aku harus apa Aa? Jangan mulai deh!"

"Kamu pernah deket sama dia ya? Kok dia tau banget tentang kamu?" Narendra menatap istrinya sambil merajuk. Udah tau cemburuan, masih aja berusaha menggali hubungan istri nya dengan pria lain. Nyari penyakit emang.

"Tau tentang apa?"

"Ya katanya kamu ada niat untuk berangkat liburan ke Ausy, tapi gak jadi karna Ajen sakit. Yang Aa bingungin kenapa dia tau? Itu kan wacana jauh sebelum kita akur sejak cerai?"

Lagi-lagi wanita hamil itu mengangguk santai sembari mengunyah popcorn nya. "Oh itu. Dia ngajak dinner tapi aku tolak. Alasanya karna mau liburan ke Ausy sekeluarga. Tapi kan gak jadi."

"Terus kenapa dia tau anak kita sakit?"

"Itu aku gak sengaja ketemu beliau di loby rumah sakit waktu gantian kita cari makan. Dia nanya katanya mau liburan kok malah di rumah sakit? Terus ya aku jawab aja seadanya, kalau Ajen diare. Jadi dibatalin pergi nya."

"Kalian sedeket itu emang nya?" Tanya Narendra dengan wajah yang sudah memerah akibat kobaran api cemburu.

"Engga juga, dia pernah sih ngajak aku pacaran tapi aku tolak karna aku gak mau pacaran, eh dia malah lamar aku."

"Terus kamu terima?"

Yasmine menatap nyalang suami nya yang mendadak menjadi wartawan, mood menonton nya rusak akibat kekepoan suami nya. "Menurut Aa aja deh! Kamu mah pertanyaan nya suka gak masuk akal. Jelas-jelas kita suami istri lagi sekarang. Apalagi ada adik di perut aku, perlu ku perjelas lagi?" Lalu Yasmine membelakangi suami nya di karenakan aksi merajuknya.

"Loh kok kamu marah?"

"Aa nyebelin sih! Aku sebel! Aku paham Aa cemburu. Tapi ya jangan sampe ngegali fakta-fakta lain yang ujung-ujung nya Aa kepikiran terus malah sakit!"

Narendra pun tersenyum, sembari mendekatkan tubuhnya pada sang istri tercinta. "Iya bunda, terimakasih sudah menerima Aa lagi sebagai suami kamu. I love you sayang ku"

***

"HALO SEMUA NYA DIPAGI CERAH INI KENALIN SAYA BIMA SEBAGAI PANGLIMA GENSTER SQUAD MENGAJAK ANDA ANDA SEMUA UNTUK SENAM PAGI. WALAUPUN PUASA TIDAK SERTA MERTA MEMBUAT KITA LEMAS. AYO KUMPUL SEMUA DISINI!!!" Seru Bima di speaker toa yang ia sampirkan ke bahu nya. "IDAN BANGUN IDAN!! GAK BANGUN WARISAN PAPA KASIIN SEMUA NYA BUAT AJEN!!"

"Bro, kalau ibu-ibu gang sebelah gabung gimana? Ajak gak?" Tanya Darma pada Bima yang masih asik berteriak di halaman rumah anaknya.

"Ajak aja lah mayan, biar banyak orang. Nanti kan kalau rame impian kita nambah geng motor bakal terwujud." Balas Bima dengan anggukkan semangat.

"NAREN AYO REN JANGAN LOYO! KALAU KAMU LOYO NANTI PAPA KASIH OBAT KUAT!"

Narendra yang baru keluar dengan muka bantal nya mendengus. Di samping nya ada sang istri yang sedang ia rangkul. Sama-sama baru bangun tidur setelah subuh tadi.

"Jangan dengerin papa, A." Ucap Yasmine saat Narendra terlihat malu dengan ledekan mertua nya.

"Iyalah, habis kamu lahiran dan beres nifas siap-siap aja kamu layanin Aa. Bakal Aa buktiin kalau Aa gak loyo. Semalem aja kamu minta nambah kan 2 kali? Lagi hamil gede loh padahal"

"Ck! Mulai mesum nya deh! Aa ih lagi puasa juga."

Mendengar decakan sebal istri nya membuat Narendra terkekeh geli dan langsung mencium pipi istrinya yang gembul. "Maaf sayang. Aa gemesh banget sama kamu abisnya!"

"NAREN LAGI PUASA JANGAN NYOSOR-NYOSORIN ANAK PAPA TERUS!"

"Udah sana aku duduk di kursi aja liatin kalian. Aa samperin papa, gapapa sekali-sekali senam pagi biar sehat."

"Iya duduk sini ya! Jangan kemana-mana. Liatin Aa dari sini aja ok?" Ucap Narendra saat mendudukan istrinya di kursi depan teras rumah nya. "Sini kiss dulu, Aa gampang kangen soalnya."

"NAREN AYAH BEDIL PALA KAMU! LAGI PUASA JUGA BISA BISA NYA PAMER MESRA MULU! SINI BURUAN!!!!!!" Pekik Pradana dengan merebut toa di tangan besan nya.

Dengan wajah yang merengut Narendra pun menghampiri kedua aki-aki yang sedari tadi meneriaki nya. "Apa sih ayah? Lagian baru Naren doang yang datang. Ravi, Bian, Idan juga gak ada!"

"REN!!" Panggil seseorang yang suara nya sangat pria itu hapal lalu saat menoleh tatapan Narendra menjadi terbelalak kaget.

"Bang! Kapan ke sini nya anjir?!" Seru Narendra sembari menghampiri Gavin yang terkekeh melihat keterkejutan pria itu.

"Gimana sehat?" Tanya balik Gavin pada Narendra saat pria itu tepat berada di hadapan nya. Bukan nya menjawab tanpa babibu lagi Narendra langsung memeluk tubuh Gavin dengan erat. Rindu yang amat sangat kepada sahabat nya ini.

"Gue seneng, rumah tangga lo gak sampe harus ngalamin kaya gue. Cukup gue aja bang. Kalian jangan!"

"Hahaha tau dari mana lo gue balik sama Zizi?"

"Lo balik ke rumah ini. Dan gue liat Teh Zizi di belakang lo sambil senyum-senyum. Gue happy banget bang sumpah!" Ucap Narendra yang masih memeluk Gavin dengan erat.

"Pinter banget analisa nya Lo!"

"Udah dong, jangan di peluk terus laki gue nya. Dia mau ikutan senam tuh. Lo juga sana gabung sama para tetua, di teriakin pake toa juga dari tadi." Sahut Zizi melewati Gavin dan Naren yang masih berpelakukan.

"Teh, gue seneng banget rumah tangga lo balik lagi. Gue happy lo berdua gak harus ngalamin kaya gue." Ucap Narendra saat melepas pelukan nya pada Gavin.

Zizi tersenyum sembari mengangguk. "Gue yang makasih. Selama masa sulit gue, lo sama Yasmine selalu ada buat gue! Semoga tuhan balas kebaikan lo ya Ren. Btw ayok lah itu bini lo ngeliatin terus tuh! Vin aku duluan ke Yasmine ya?"

"Oke Hon.." balas Gavin dengan senyuman manisnya. Senyum yang jarang terlihat, seperti senyum penuh kelegaan.

"BANG GAVIN ANJIRRRRRR!!!" teriak Danindra yang heboh saat keluar rumah Ravi melihat Narendra yang sedang asik berbicara dengan Gavin.

Gavin terkekeh geli "Halo adik kecil!"

"Ih asli lah Bang Gapin masih idup! Bang kemana aja si lo? Jahat banget sih gak berkabar sama gue! Gue pikir lo udah di kokop ikan hiu!" Rengek Danindra yang bergelayut manja di lengan Gavin.

"Lebay anjir! Sama gue aja lo gak sampe segitu nya!" Sambung Ravi di belakang tubuh adiknya yang memeluk Gavin.

"Ck! Diem deh mey mey!" Decak Danindra sebal.

Ravi mengedikkan bahu nya tidak merespon adiknya lagi. "Bang sehat? Gila lo kurus banget sih anjir! Kemana aja sih?"

Gavin terkekeh membalas pelukan singkat Ravi "Alhamdulillah sehat Pi, badan kurus maklum lah galau di tinggal istri. Kaya lo dulu di tinggal Nina langsung sakit parah kan?" Goda Gavin pada pria yang memiliki sumbu pendek itu.

"Lah tau dari mana lo?"

"Siapa lagi sumber info gue" Tunjuk Gavin pada Narendra yang terkekeh.

Ravi menepuk pundak sahabatnya sedikit keras"Sialan emang selama ini si Naren pura-pura gak tau. Padahal dia tau banget."

"Sorry, namanya juga rahasia. Ya bukan rahasia dong kalau gue sebarin. Gimana sih?"

"HEH ANAK ANAK DISANA!!! BARIS CEPETAN!!!" Lagi dan Lagi teriakan toa membahana Bima yang melengking kembali terdengar.

Bak anak TK yang nurut para bapak-bapak muda berbaris memanjang sesuai arahan Bima. Begitu juga dengan Fabian, Aji dan Zidan yang baru keluar rumah mereka dengan muka bantal nya. Bahkan Fabian mata nya masih sangat rapat sehingga tidak menyadari kehadiran Gavin di tengah-tengah mereka.

"OKE ANAK-ANAK KITA PEMANASAN!!! SATU.. DUA.. TIGA.."

"IDAN SAMA BIAN ITU KENAPA GERAKAN NYA KAKU BANGET SIH? AYO DONG YANG LUWES KALAU KAYA GITU JATUH NYA BUKAN SENAM TAPI KALIAN MIRIP VAMPIR CINA!!!! AYO DONG YANG SEMANGAT!!!"

"Ck! Ini kan gara-gara Papa sok-sokan ngajak senam pagi-pagi di bulan puasa!! Idan kan lagi mode hemat!!! Lama-lama ini komplek malah jadi perguruan kungfu!"

"Ya bagus dong nanti kita undang guest star nya jago-jago beladiri! Kaya Jetli, kungfu panda, jacky chan, wong fei hung, kim jong un" Balas Bima di samping anaknya yang sedang berkeliling memantau para peserta senam. Di depan sana ada Pradana, Darma dan Liam yang memimpin senam aerobic.

"Sejak kapan Kim Jong un tukang kungfu?" Tanya Ravi yang kebingungan, karena setahu dia Kim Jong Un adalah pemimpin Korea Utara. Bukan tukang kungfu.

"Sejak Om lahir dong Pi." Balas Bima yang mendenger gumaman Ravi. "Gerakan nya yang semangat dong, Pi. Jangan mau kalah sama Si Liam."

Ravi hanya mengehela napas pasrah, tidak Bima tidak juga Zidan yang memang sangat menyebalkan. Lihat saja Bima sedari tadi hanya memberikan semangat saja tanpa mengikuti gerakan senam.

***

Jendra terduduk di teras rumah nya sendirian. Bocah itu sedang lemas karena kehausan. Bocah yang akan genap berusia enam tahun itu sedang di latih berpuasa oleh ayah dan bunda nya. Puasa setengah hari sih, tapi di sambung lagi sampe magrib.

Awal nya Jendra menolak, tapi ayah nya memberikan sebuah janji kalau dirinya bisa berpuasa sampai duhur dan di lanjut sampai magrib. Ia akan di berikan tas bergambar ikan hiu berwarna kuning.

Penawaran yang sangat menarik untuk Jendra, apalagi Jendra berniat akan menakut-nakuti Zidan dengan tas baru nya itu.

"Huuuhhhh panassss. Gelah...." ucap bocah itu dengan lesu. Apalagi sedari tadi mata nya menatap keran air. Ingin sekali bocah itu meminum nya. Tapi ia ingat dengan ucapan bunda nya kalau air keran itu kotor, dan bisa membuat perut nya sakit.

Lalu tidak sengaja bocah itu menoleh kearah rumah sobat kentel nya yang sedang asik memakan es krim di siang hari ini. Bibir Jendra mengerucut sebal. "Gala-gala Papa Idan, Ajen halus puasa kan. Huh." Dengus Jendra sembari melipat kedua tangan nya di dada. "Tapi Ajen kan mau mamam es kim. Huhuhu"

Narendra yang kebetulan tengah mencari putra sulung nya pun di kejutkan dengan suara tangisan Jendra. Meski tidak keras, tapi tetap terdengar di telinga Narendra.

"Sayang nya ayah kenapa? Kok nangis?" Tanya Narendra sembari duduk di samping putra nya.

Jendra menatap ayah nya lalu bocah itu langsung meminta gendong. "Huhuhu Ayah... Ajen sedih..."

"Loh sedih kenapa sayang?" Tanya Narendra sambil mengecup pipi putra nya yang tembam.

Jendra menggeleng lesu. "Ndak deh. Ndak papa."

"Gak apa-apa. Ayah janji, ayah gak akan marah. Bilang aja sayang."

"Ajen sedih liat Iel maman es kim. Ajen mau Ayah. Tapi Ajen udah janji sama ayah kalau Ajen mau beli tas ikan hiu walna kuning, Ajen halus puasa."

Narendra tersenyum gemas. Senakal-nakal nya Jendra, tapi bocah itu sudah paham dengan arti sebuah janji. Didikan istri nya benar-benar hebat. "Sabar ya sayang? Sekarang udah jam empat. Tunggu 2 jam lagi ya?  Nanti ayah beliin es krim buat Ajen."

"Belapa?"

"Ajen mau nya berapa?"

Jendra menatap ayah nya sambil berpikir. "Hmmmm kalau mau beli sepuluh boleh ndak?"

"Boleh. Tapi jangan makan sekaligus ya? Satu-satu aja. Nanti perut Ajen sakit, kalau sakit nanti ayah sedih."

Jendra mengangguk sembari mengusap kepala ayah nya. Tapi tidak lama kemudian muncul Fabian membawa sebuah mangkuk yang entah apa isi nya.

"Assalamualaikum, paket..."

Jendra dan Narendra kompak menoleh. "Halo papi! Papi puasa ndak?"

"Sayang, kalau ada salam sebaik nya apa?" Sahut Narendra pelan sembari berdiri dan menggendong Jendra.

Jendra pun langsung menepuk dahi nya. "Eh! Iya ayah, Ajen lupa! Aduh maapin Ajen papi. Papi bisa ulang lagi ndak?"

"Ma-maksud nya?" Tanya Fabian menatap Narendra dengan wajah kebingungan.

Narendra pun terkekeh geli. "Salam nya ulangi lagi."

Fabian pun mengangguk paham sambil tersenyum gemas. "Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam Papi!"

"Waalaikumsalam."

"Papi, papi puasa ndak? Ajen puasa dong! Hebat kan?" Adu Jendra pada papi nya.

"Wah anak papi hebat banget. Mau dapet hadiah apa dari papi kalau puasa nya berhasil?"

Mendengar tawaran Fabian yang menggiurkan Jendra langsung menatap wajah Ayah nya. "Ajen boleh minta hadiah sama papi ndak?"

Narendra mengangguk. "Boleh..."

"Asyiikkkk! Hmmmm, Ajen mau cancut papi. Tapi cancut ikan hiu walna kuning."

Fabian berbisik pada Narendra "Baru denger gue ikan hiu warna kuning. Ide dari mana lagi?"

"Dari aki nya" balas Narendra pelan sembari terkekeh.

"Oalah pantes..."

Fabian mengangguk pada Jendra yang meminta jawaban pasti dari papi nya. "Boleh.. tapi puasa nya harus berhasil ya sayang?"

Jendra mengangguk semangat. "Oke papi! Dua puluh ya papi?"

"Siap" Fabian mengangguk dan memberikan jari kelingking nya pada bocah lucu itu. "Eh iya lupa kan.. ini buat kalian buka. Vania bikin buko pandan banyak. Tapi pengen ngasih Yasmine dulu. Kalau approve dari Yasmine, baru deh Vania pede ngasih buat yang lain."

"Banyak amat."

"Gak papa lah! Mami nya Ardhan kalau gak di turutin, malah munggungin gue semaleman."

"Kan... kata gue juga apa...."

"Hah? Maksud nya?"

"Gak enak kan di punggungin istri semaleman? Makanya jangan ngetawain. Biasa tidur ada yang peluk, kosong banget rasanya pas di punggungin mah. "

Fabian terkekeh malu. "Iya anjir sedih banget pokoknya mah. Baru di punggungin doang aja udah galau banget apalagi di tinggalin sampe di cere-in ya.."

Narendra kontan melotot "Gak usah di ingetin—"

"Haloooo, assalamualaikum~" Seru Ravi bersama dengan putra nya yang setelan nya sama seperti ketua suku nya, kaus kutang dan celana dalam saja.

"Ajen jawab ya Ayah?"

Narendra mengangguk "Iya sayang..."

"Haiiii, waalaikumsalam papa! Apa! Papa sama Apa puasa ndak? Ajen puasa dong!"

"Papa puasa dong! Kalau Rafa kan masih kecil, jadi belum bisa puasa."

"Kenapa?"

"Kan Rafa masih kecil sayang nya ayah. Waktu Ajen seumuran Rafa, Ajen juga belum puasa. Sekarang belajar puasa gak papa ya nak?"

Jendra mengangguk "Hu'um! Tapi nanti beli es kim ayah."

"Iya nanti ya agak sorean kita cari es krim. Oh iya, ayah minta tolong dong, tolong panggilin Mbak Ami. Boleh?"

Jendra mengangguk dan turun dari gendongan ayah nya. "Hu'um boleh ayah. Apa, kita main yuk?" Ajak Jendra pada Rafa yang masih terdiam akibat baru bangun tidur.

"Mau main sama abang?" Tanya Ravi pada putra nya. Rafa pun langsung mengangguk lucu dan turun dari gendongan papa nya.

"Setelan nya adek kakak banget ya. Beda motif sempak nya aja." Sahut Fabian yang terkekeh geli melihat Jendra dan Rafa yang bergandengan masuk ke dalam kamar main.

Begitu juga dengan Ravi dan Narendra yang terkekeh gemas dengan dua anak itu. "Nanti Ardhan sama anak kedua lo, Ren."

"Lah kan anak nya cewek!"

"Oh iya juga. Bukan berarti."

Lalu Ravi, Bian dan Narendra masuk kedalam ruang tamu Rumah Narendra setelah meminta tolong Mbak Ami menyimpan mangkuk besar Buko Pandan dari Vania.

"Eh eh eh  Bang Gavin akhir nya damai ya sama Teh Zizi? Kok bisa? Kaget gue tiba-tiba pas senam ada Bang Gavin, udah mesra-mesraan lagi mereka berdua." Tanya Fabian.

"Ya nama nya juga cinta. Kaya Yasmine aja ngasih kesempatan kedua buat Abang Kulkas kita ini.." Sahut Ravi sambil terkekeh.

Narendra mendengus. "Gue lagiiiiii..."

"Dosa lo di masa lalu banyak banget abis nya."

Narendra mengangguk lesu. "Iya Pi, iya memang. Tapi alhamdulillah punya istri yang baik nya masya Allah. Masih mau maafin suami nya."

"Yasmine nya terlalu bucin sama Naren Pi..." sahut Fabian.

"Pipipipi" suara bayi enam bulan terdengar di pintu masuk ke ruang tamu kediaman Narendra.

Fabian yang hapal dengan suara anak nya pun kontan berdiri mencari suara itu. Dan ternyata sudah ada Vania yang sedang menggendong anak mereka. "Kamu di tungguin pulang malah mampir gosip disini."

Fabian tersenyum malu. "Ya maap yang. Sini Ardhan sama aku aja. Tumben kamu kesini"

"Aku udah janjian sama Yasmine mau masak bareng buat buka. Jagain Ardhan ya, awas kalau anak aku di masukin ke toples lagi."

"Sama banget tuh kaya suami ku, masa masukin anak ku ke dalam dus. Aku udah panik eh ayah sama anak nya malah ketawa-ketawa. Nyebelin banget kan ya..." Yasmine muncul dari pintu dapur sambil mendengus tatkala mata nya bertatapan langsung dengan sang suami.

"Kan Aa udah minta maaf sayang. Udah di punggungin juga kan. Lagian anak nya happy aja tuh. Malah minta lagi."

Yasmine menghela napas nya pasrah, suami nya itu memang sedang terjangkit penyakit usil. Begitu pun dengan putra nya yang menikmati keusilan ayah nya dengan suka cita. Tidak salah, kalau Jendra adalah fans nomor 1 Narendra.

"Iya iya, yaudah kita mulai masak yuk? Sekalian aja buka disini. Nina barusan ngechat katanya otw kesini."

"Emang Idan kemana Yas?" Tanya Ravi yang penasaran, biasanya Zidan itu sangat semangat kalau ada makan-makan.

"Lagi buka sama keluarga Kak Gia, bang."

"Oalah pantesan... biasa nya yang paling berisik."

"Ajak aja Bang Gavin sama Aji"

"Kak Zizi bilang kalau mereka ada acara buka bersama sama temen nya Bang Gavin. Kalau Aji juga ada bukber sama keluarga nya Winda." Balas Yasmine sambil mengelus perut besar nya.

"Assalamualaikum..." Panggil seseorang yang suara nya sangat familiar. Siapa lagi kalau bukan Karenina, istri kesayangan Bapak Raviandra.

"Waalaikumsalam, sini masuk Nin. Kita mulai aja kali ya? Udah jam empat soalnya." Ajak Yasmine pada ibu-ibu untuk segera ke dapur.

Yasmine menoleh pada suami nya. "Aa aku ke dapur dulu ya. Mau minta tolong juga, di cek anak nya. Biasanya kalau gak ada suara nya suka mainan yang aneh-aneh. Takut nya Macbook Aa di mandiin lagi."

Narendra mengangguk sembari terkekeh "Iya bunda sayang. Udah sana, tapi kamu jangan capek-capek ya? Soal Ajen mah aman. Habis ini Aa bakal cek ke kamar main nya."

***

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

18.2K 2.5K 46
Bagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya. Up suka suka
2.2K 261 8
"ga lagi - lagi gue bikin tweet-an halu gitu." - Kang Sol Short Story of Kang Sol A and Han Joonhwi. Kang Sol yang iseng update tweet halu, malah be...
21.1M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
242K 8.2K 106
[COMPLETE] [Romanization] 데이식스 으으으으 ✨ Welcome to this book, yang berisi Kumpulan lirik lagu dan biodata serta fakta dari para member DAY6✨