๐Œ๐ฒ ๐…๐š๐ญ๐ž ๐ข๐ฌ ๐˜๐จ๐ฎ ||...

By biancacchi

15K 2.1K 275

ยป ๐๐ž๐ซ๐ข๐ฌ๐ข ๐ญ๐ž๐ง๐ญ๐š๐ง๐  ๐ค๐ข๐ฌ๐š๐ก๐ฆ๐ฎ ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐€๐ฏ๐š๐ญ๐š๐ซ ๐จ๐Ÿ ๐๐ซ๐ข๐๐ž, ๐‹๐ฎ๐œ๐ข๐Ÿ๐ž๐ซ. ยซ ๐ฌ๏ฟฝ... More

[1] โ†ณ๐–  ๐–ก๐–พ๐—€๐—‚๐—‡๐—‡๐—‚๐—‡๐—€ ๐—ˆ๐–ฟ ๐–บ ๐–ญ๐–พ๐— ๐–ซ๐–พ๐–บ๐–ฟโœง
[2] โ†ณ๐–ข๐—Ž๐—‹๐—‚๐—ˆ๐—Œ๐—‚๐—๐—’ ๐– ๐—‹๐—‚๐—Œ๐–พ๐—Œโœง
[3] โ†ณ๐–ง๐–พ๐—…๐—‰ ๐–ฟ๐—‹๐—ˆ๐—† ๐–ณ๐—๐–พ ๐– ๐—๐–บ๐—๐–บ๐—‹ ๐—ˆ๐–ฟ ๐–ฆ๐—‹๐–พ๐–พ๐–ฝโœง
[4] โ†ณ๐–ซ๐–พ๐—๐—‚๐–บ๐—๐—๐–บ๐—‡, ๐–ณ๐—๐–พ ๐– ๐—๐–บ๐—๐–บ๐—‹ ๐—ˆ๐–ฟ ๐–ค๐—‡๐—๐—’โœง
[5] โ†ณ๐–ณ๐—๐–พ ๐–ณ๐–บ๐—…๐–พ ๐—ˆ๐–ฟ ๐–ฒ๐–พ๐—๐–พ๐—‡ ๐–ซ๐—ˆ๐—‹๐–ฝ๐—Œโœง
[6] โ†ณ๐– ๐—‡ ๐–จ๐—‡๐—๐—‚๐—๐–บ๐—๐—‚๐—ˆ๐—‡ ๐—๐—ˆ ๐–ข๐—ˆ๐—†๐—‰๐–พ๐—๐–พโœง
[7] โ†ณ๐–ณ๐—๐–พ ๐–ข๐—ˆ๐—†๐—‰๐–พ๐—๐—‚๐—๐—‚๐—ˆ๐—‡ ๐–ณ๐—Ž๐—‹๐—‡๐—Œ ๐–จ๐—‡๐—๐—ˆ ๐–ข๐—๐–บ๐—ˆ๐—Œ!โœง
[8] โ†ณ๐–  ๐–ฏ๐–บ๐–ผ๐— ๐—๐—‚๐—๐— ๐–ซ๐–พ๐—๐—‚๐–บ๐—๐—๐–บ๐—‡โœง
[9] โ†ณ๐–ฆ๐—ˆ๐–พ๐—Œ ๐—๐—ˆ ๐—๐—๐–พ ๐– ๐—๐—๐—‚๐–ผโœง
[10] โ†ณ๐– ๐—‡ ๐–จ๐—‡๐—๐—‚๐—†๐—‚๐–ฝ๐–บ๐—๐—‚๐—‡๐—€ ๐– ๐—Ž๐—‹๐–บ ๐–ฟ๐—‹๐—ˆ๐—† ๐–ซ๐—Ž๐–ผ๐—‚๐–ฟ๐–พ๐—‹โœง
[11] โ†ณ๐–ก๐–พ๐–พ๐—…๐—“๐–พ๐–ป๐—Ž๐–ป, ๐–ณ๐—๐–พ ๐– ๐—๐–บ๐—๐–บ๐—‹ ๐—ˆ๐–ฟ ๐–ฆ๐—…๐—Ž๐—๐—๐—ˆ๐—‡๐—’โœง
[12] โ†ณ๐–  ๐–ณ๐—‹๐—Ž๐—๐— ๐–ฑ๐–พ๐—๐–พ๐–บ๐—…๐–พ๐–ฝโœง
[13] โ†ณ๐– ๐—†๐—ˆ๐—‡๐—€ ๐–ณ๐—๐–พ ๐–ค๐—…๐–ฝ๐–พ๐—Œ๐— ๐–ก๐—‹๐—ˆ๐—๐—๐–พ๐—‹ ๐—ˆ๐—‹ ๐–ณ๐—๐—‚๐—‡๐—Œโœง
[14] โ†ณ๐–ง๐—‚๐–ฝ๐—‚๐—‡๐—€ ๐–บ ๐–ซ๐—‚๐—๐—๐—…๐–พ ๐– ๐—‡๐—€๐–พ๐—…โœง
[15] โ†ณ๐–ฒ๐—Ž๐—‹๐—‰๐—‹๐—‚๐—Œ๐–พ ๐–จ๐—‡๐—Œ๐—‰๐–พ๐–ผ๐—๐—‚๐—ˆ๐—‡โœง
[16] โ†ณ๐–ฒ๐–พ๐–บ๐—‹๐–ผ๐—๐—‚๐—‡๐—€ ๐–ฟ๐—ˆ๐—‹ ๐–ซ๐—Ž๐—„๐–พโœง
[17] โ†ณ๐–ฏ๐–บ๐—Œ๐— ๐–ฌ๐–พ๐—†๐—ˆ๐—‹๐—‚๐–พ๐—Œ ๐–บ๐—‡๐–ฝ ๐–ฒ๐—Ž๐—‹๐—‰๐—‹๐—‚๐—Œ๐–พ ๐– ๐—๐—๐–บ๐–ผ๐—„๐—Œโœง
[18] โ†ณ๐–  ๐–ฏ๐–บ๐–ผ๐— ๐—๐—‚๐—๐— ๐–ก๐–พ๐–พ๐—…๐—“๐–พ๐–ป๐—Ž๐–ปโœง
[19] โ†ณ๐–ฑ๐–พ๐—๐—‹๐–พ๐–บ๐— ๐–ฆ๐—‹๐—ˆ๐—Ž๐—‰โœง
[20] โ†ณ๐– ๐—‰๐—ˆ๐—…๐—ˆ๐—€๐—‚๐–พ๐—Œ ๐–ฟ๐—‹๐—ˆ๐—† ๐–ซ๐—Ž๐—„๐–พโœง
[21] โ†ณ๐–  ๐–ฃ๐–พ๐—†๐—ˆ๐—‡, ๐–บ๐—‡ ๐– ๐—‡๐—€๐–พ๐—… ๐–บ๐—‡๐–ฝ ๐–บ ๐–ง๐—Ž๐—†๐–บ๐—‡ ๐—‚๐—‡ ๐–บ ๐–ฑ๐—ˆ๐—ˆ๐—†โœง
[22] โ†ณ๐–ฃ๐–พ๐—๐—‚๐—…๐–ฝ๐—ˆ๐—†'๐—Œ ๐–ซ๐—‚๐—๐—๐—…๐–พ ๐–ก๐—…๐–บ๐–ผ๐—„ ๐–ข๐—‹๐–พ๐–บ๐—๐—Ž๐—‹๐–พโœง
[23] โ†ณ๐–ก๐–พ๐—‚๐—‡๐—€ ๐–ฒ๐—Ž๐–ผ๐—„๐–พ๐–ฝ ๐—‚๐—‡๐—๐—ˆ ๐–ฏ๐–บ๐—‚๐—‡๐—๐—‚๐—‡๐—€๐—Œโœง
[24] โ†ณ๐–ฆ๐–พ๐—๐—๐—‚๐—‡๐—€ ๐–ซ๐—ˆ๐—Œ๐— ๐—‚๐—‡ ๐–บ ๐–ซ๐–บ๐–ป๐—’๐—‹๐—‚๐—‡๐—๐—โœง
Oแดœส€ ส™ษชส€แด›สœแด…แด€ส!
[26] โ†ณ๐–ณ๐—๐–พ ๐–ค๐—‡๐–ฝ ๐—ˆ๐–ฟ ๐–ณ๐—๐–พ ๐–ฅ๐—‚๐—‹๐—Œ๐— ๐–ฃ๐–บ๐—’โœง
[27] โ†ณ๐–ฑ๐–พ๐—๐—‹๐–พ๐–บ๐— ๐–ฃ๐–บ๐—’ ๐–ณ๐—๐—ˆโœง

[25] โ†ณ๐–ค๐—Œ๐–ผ๐–บ๐—‰๐–พ ๐–ฟ๐—‹๐—ˆ๐—† ๐–ง๐–พ๐—‡๐—‹๐—’ ๐—๐—๐–พ ๐–ฒ๐—‡๐–บ๐—„๐–พโœง

155 16 3
By biancacchi

"Dia itu Henry 1.0, dan berhentilah memanggilnya monster! Dia bukan monster, dia itu peliharaanku!" semua menoleh ke Levi, beberapa detik dalam keheningan sebelum Mammon merespon. "H-Henry? MAKSUDMU HENRY YANG ITU????"

"Yakin itu dia?" Tanya Beel memastikan.

"100% yakin. Aku kenal Henry ketika aku melihatnya. Dan itu adalah Henry 1.0. Aku tidak percaya dari sekian banyaknya tempat di Devildom, aku menemukannya di bawah sini..."

"Kau ini bicara tentang apa? Bukannya Henry itu nama goldfish peliharaanmu, Levi?" Tanyaku dengan bingung.

"Namanya memang Henry, tapi Henry 2.0. Dan ular yang mengejar kita barusan itu adalah Henry 1.0. Aku dulu merawatnya di sebuah wadah kaca, tapi suatu hari ia menghilang. Dan itu sudah berapa tahun ya berlalu..? Padahal semua pintu dan jendela sudah tertutup rapat, namun ia masih bisa menghilang tanpa jejak. Tapi sekarang aku tidak percaya ini! Ia masih hidup, dalam keadaan yang baik— dan juga sangat besar! aku merasa lega sekarang." Levi menjelaskan dengan kelegaan di wajahnya. Namun berbanding terbalik dengan yang ditampilkan semua orang.

"Tapi kami tidak! Ular itu berusaha memakan kita dan kau merasa lega?!" 

Yang diprotes tentu saja tidak terima. "Coba kau bayangkan saja, jika kau kehilangan peliharaan atau barang kesayanganmu dan baru menemukannya setelah beberapa tahun, apa kau tidak merasa senang dan lega?!"

"Yaa kalian berdua tidak salah juga. Tapi jika dia dulu adalah peliharaanmu, kau pasti bisa menenangkannya kan, Levi?" Tanyaku mencoba mencari cara untuk menghentikan ular itu. Tapi jawabannya tidak sesuai harapanku. "Aku tidak bisa melakukannya. Kelihatannya dia sudah melupakanku sepenuhnya."

"Yah, soal itu tidak perlu dipertanyakan lagi, sih...mengingat dia telah mencoba memakanmu...iya kan." Asmo menghela napas lelah.

"Pemilik macam apa kau ini? Tidak bisa mengendalikan hewan peliharaanmu sendiri." Ejek Mammon yang membuat Levi seketika naik darah. "Mammon, aku tidak akan segan-segan melemparmu ke mulut Henry 1.0 yang menganga jika aku marah."

"Beraninya kau pada kakakmu sendiri!"

"Jadi bagaimana kita akan menghentikannya? Aku tidak ingin dimakan ular itu, aku masih belum mencoba dessert terbaru yang Luke buat." keluh Beel disertai dengan suara perut yang bergemuruh seperti petir.

Aku mengamati ular raksasa itu dari kejauhan. Ia terlihat sangat marah. Tidak akan mungkin bagi kami untuk melawan ular itu dengan bermain fisik. Satu-satunya jalan adalah...

"Kekerasan bukanlah caranya. Dan sepertinya aku punya satu cara untuk kita agar selamat dari Henry 1.0." Kataku, dan semuanya langsung menoleh kearahku, terutama Levi. "Benarkah ada caranya?!" Aku bisa melihat kelegaan di wajahnya. Solomon juga ikut bicara. "Tunggu, (Name). Apakah kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" 

Aku bertatapan dengan Solomon selama beberapa detik.

Lalu kami mengangkat alis secara bersamaan, dan mengangguk.

Kemudian, kami berdua perlahan menoleh kearah Asmo. Yang ditoleh bertanya-tanya mengapa ia ditoleh seperti itu. "Huh? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Wajah Mammon berbinar-binar setelah menyadari sesuatu. "OH, AKU TAHU AKU TAHU! Kalian pasti berencana untuk membuang Asmo ke mulut ular raksasa itu, kan?! Lalu saat ular itu menelan Asmo, kita semua bisa melarikan diri dari sini, iya kan?! HAHAHAHAHAHA, sudah aku duga aku ini pintar!"

"Bukan itu. Kalau yang itu sih tugasmu, selaku yang paling bodoh disini, dan bukan tugasku..." respon Asmo santai sembari mengendikkan bahu, tanpa mempedulikan Mammon yang sudah emosi. Ditambah lagi dengan Levi yang menyahutinya. "Hah?! Tidak-tidak! Jika Henry 1.0 memakan Mammon, nanti Henry bisa sakit perut gara-gara memakannya."

"Kalian benar-benar kurang ajar, dasar tidak sopan!"

"Jadi, kalian berencana menggunakan Asmo untuk menghipnotis ular itu?" Ketiganya berhenti berdebat, saat Beel menebak niat ku dan Solomon. "Benar sekali! Akhirnya ada jawaban yang benar juga..." jawabku bercanda. Solomon mengangguk menyetujui ucapanku. "Benar. Kita bisa menggunakan pesona Asmodeus untuk menenangkan Henry dan keluar dari sini. Atau yang lebih baik lagi, ia bisa menunjukkan jalan keluarnya pada kita setelah kita menenangkannya."

"Haaa, aku paham. Sepertinya aku bisa melakukan itu. Kalian tahu? Sangat ilegal untuk menjadi sangat menakjubkan dan cantik sampai-sampai bisa menenangkan seekor ular raksasa. Terkadang aku bahkan takut dengan diriku sendiri karena terlalu menarik." ucap Asmo bangga sambil mengibaskan rambutnya, menebar pesona namun tidak tahu tempat.

"Oh, ya ampun..."
"Kenapa? Apa kau tidak merasakan pesonaku, Beel?"
"Bukan kau, Asmo. Maksudku, 'ya ampun', dia menuju kemari..."

"Henry 1.0!" Dan benar saja, Henry melesat kearah kami dengan sangat cepat!

"AHHHHH DIA MENUJU KEMARI! BAGAIMANA INI? BAGAIMANA?!" Mammon berusaha menarikku pergi, tapi aku membuat kakiku kaku sehingga dia tidak bisa menarikku. "(Name), kita harus segera pergi dari sini!" Aku menarik tanganku kembali dengan paksa. "Mammon, jangan panik dulu! Biarkan Solomon menjalankan rencana yang sudah kita susun tadi!"

"Benar." Solomon berusaha tenang, agar tidak membuat keadaan semakin kacau. "Aku akan menggunakan sihirku untuk memperkuat kekuatan Asmodeus. Lalu Asmo akan menenangkan Henry. Itu rencananya. Tapi proses penguatannya membutuhkan sedikit waktu, jadi...Mammon dan (Name), relawan?"

"Baiklah, kami akan melakukannya!" Aku meraih lengan Mammon, dan menariknya bersamaku menuju kearah Henry. "HAH? APA? MELAKUKAN APA? KENAPA KAU MALAH BERJALAN KEARAHNYA, (NAME)?" Mammon berusaha melepaskan lengannya dari genggamanku, tapi tidak bisa. "Kalian berdua akan mengalihkan perhatian Henry selama proses penguatan kekuatan Asmo."

Pelan tapi pasti, aku dan Mammon mulai berjalan kearah Henry yang bergerak kearah kami. Kami kemudian berhenti di tengah jalan. "(Name) aku mohon! Kalau kau ingin mati, mati saja sendiri, jangan bawa aku, aku mohon!" Henry semakin mendekat kearah kami, dan kami tetap diam di tempat. "AHH LUCIFER TOLONGG! GADIS INI AKAN MEMBAWAKU KE NERAKA BERSAMANYA!"

"Ck, tenanglah Mammon! Kita tidak akan terluka sedikitpun, aku janji! Lagipula kita sudah ada di neraka, memangnya kita akan pergi ke neraka mana lagi?" ucapku sedikit kesal dengannya.

"HEYYY KALIAN! APA SUDAH SELESAI? ULAR ITU SEMAKIN MENDEKATT!" 

"Sedikit lagi! Asmo, kau sudah siap?" Aku tidak bisa melihat ke belakang untuk mengetahui bagaimana Solomon memperkuat kekuatan Asmo, karena fokus dengan Henry. "Baiklah, aku sudah siap."

"CEPAT LAKUKAN SEKARANGGG!"

"Denizens of Darkness, awaken! You who are born of shadow, hear me! I am the one called Solomon. I call upon you now to lend your power to Asmodeus, Avatar of Lust!"

"Oh yess, aku sangat suka ini!" 

Ular raksasa itu semakin mendekat. Aku berusaha untuk tetap tenang, disaat Mammon yang tantrum. Tapi tidak peduli seberapa kuatnya aku berusaha untuk tetap tenang, detak jantungku meningkat dan tubuhku bergetar. Sedikit.

/ Author's pov. /

(Name) mengatur napasnya yang bergetar. Merasakan keanehan, Mammon berhenti tantrum dan menoleh kearahnya, matanya membulat kala menyadari kalau (Name) juga takut, disamping fakta bahwa ia yang memberanikan diri untuk maju dan menghadapi Henry. Mammon mengakuinya. (Name) adalah seorang pemberani. Tapi setiap pemberani pun pasti memiliki rasa takut ketika monster yang mungkin bisa jadi ajalnya ada tepat di depan matanya, kan?

Mammon bergerak mengikuti instingnya tanpa berpikir. Ia meraih tangan (Name) yang dingin, menautkan jari-jarinya, dan menggenggamnya dengan erat. (Name) seketika menoleh ketika tangannya dielus, menatap Mammon yang balik menatapnya dengan senyum meyakinkan, dan mengangguk. "Henry pasti akan berhenti." ucapnya meyakinkan. Ia sendiri terkejut dengan aksinya barusan. Wajahnya tetap tersenyum, namun pikirannya sudah panik. Bukan panik karena Henry, tapi karena ulah bodohnya. Bagaimana jika (Name) menarik tangannya dan berpikir kalau Mammon itu orang aneh?

Tapi napas (Name) yang perlahan kembali normal, dan tangannya perlahan berhenti bergertar, membuat Mammon yakin kalau ini adalah langkah yang benar. "Yah... *exhales slowly*...ya. Dia akan berhenti." responnya, napasnya masih sedikit tersendat-sendat. Tanpa sadar tangannya menggenggam tangan Mammon, yang mana membuat pipi sang empunya tangan memerah tipis.

Namun Henry tetap semakin mendekat. Semakin mendekat...semakin mendekat...dan...

"Lihat aku, Henry." Suara Asmodeus yang tenang membuat Henry seketika berhenti di tempatnya, seakan suara itu seperti perintah untuknya. Asmodeus perlahan berjalan, melawati Mammon dan (Name), menatap Henry tepat di mata. Dan ajaibnya ular itu hanya diam, terhipnotis.

"Ya, benar sekali...tatap mataku, Henry."  Asmodeus meraih kepala Henry, mengelusnya pelan. "Good boy...you're such a good boy, Henry." Ular itu semakin mendekatkan kepalanya pada sentuhan Asmodeus, membuatnya lebih terlihat seperti anak anjing dibandingkan dengan seekor ular.

Beelzebub masih berdiri diam, melihat pemandangan di depannya dengan sedikit ekspresi terkejut. "Dia berhenti? Wow, dia benar-benar berhenti..." Leviathan yang melihatnya, merasa sedih, cemberut dan cemburu. Henry menurut pada Asmodeus dan bukan dia. "Henry 1.0..." Solomon yang hanya berjarak satu langkah di belakang Leviathan, menepuk pundaknya. "Dia bukan peliharaanmu lagi, Levi. Dia adalah penghuni labirin ini, jadi sabar ya." Tak lupa dengan senyum andalannya.

Asmodeus mendekatkan telinganya, seakan mendengarkan Henry. "Dia bilang dia akan menunjukkan jalan keluar dari labirinnya!" Dengan itu, semua orang yang ada disana langsung sumringah, lega akhirnya menemukan jalan keluar.

"Kerja bagus, Asmo!"

Tak terkecuali Mammon yang masih menggenggam tangan (Name) dengan erat. Ia bersorak, mengangkat kedua tangannya ke udara dengan tangan (Name) yang masih ia genggam. "YEAYYYYY! ULAR ITU TIDAK AKAN MEMAKANKU!" (Name) mendongak, senyum tipis terbit di wajahnya kala melihat Mammon yang tidak lagi ketakutan. Tangannya masih tetap digenggam erat oleh iblis nomor dua itu. 

Gadis itu mendeham untuk mendapat perhatian Mammon. Dan cara itu berhasil. Mammon seketika diam, menatapnya dengan tanda tanya. (Name) melirik kearah tangan mereka yang masih saling berpegangan, dan Mammon langsung melepas tangannya. "M-maaf, a-aku tidak bermaksud untuk—"

(Name) menggeleng pelan sambil tersenyum. "Tidak, kau tidak perlu minta maaf. Justru aku yang harusnya berterimakasih karena kau sudah menenangkanku tadi, Mammon. Terimakasih, ya?" ucapnya dengan senyum tulus. Awalnya The Avatar of Greed itu terdiam, namun pipinya merona dan menoleh kearah lain guna menyembunyikannya. Ia kemudian tertawa. "*scoffs* Heh, itu yang seharusnya dilakukan seorang gentleman, tahu?" ucapnya percaya diri dengan kedua tangan di pinggangnya. (Name) hanya terkekeh, dan menggeleng melihat kelakuannya.

"Ular panggang..."
________________________________________

Diavolo mengangguk paham dengan cerita Solomon dan (Name). Ia menyentuh dagunya dengan telunjuk dan ibu jarinya. "Hm, aku mengerti. Jadi itulah bagaimana kalian bisa keluar dari labirin itu dengan aman..."

"Hmph, sayang sekali. Jika saja kalian tetap terjebak disana selama 5000 tahun, Devildom pasti akan jadi lebih damai." Lucifer melipat tangannya di depan dada, menghembuskan napasnya dengan kecewa. Tapi tidak serius. Tak dapat dipungkiri, Lucifer sempat merasa khawatir dengan kemungkinan mereka tidak kembali, terutama gadis itu (karena (Name) adalah tanggung jawabnya, tentunya). Namun seperti biasa, ia menutupinya dengan ekspresi yang tenang.

(Name) menatap Lucifer dengan mengerutkan dahi. "Jika kami semua tidak kembali, Lucifer, aku yakin kau yang tidak bisa tenang." Lucifer menggelengkan kepalanya, terkekeh karena ucapan (Name). "Oh, itu tidak akan pernah terjadi, (Name). Sekacau apapun situasinya, aku selalu bisa menemukan diriku dalam ketenangan." Lanjutnya sembari mengambil peralatan makannya.

"Benarkah? Kau benar-benar tenang jika kami tidak ada? Kau ingin mencobanya—"
"Bagaimana keadaanmu?"
"—Aku baik! Eh? Kenapa tiba-tiba mengubah topik seperti itu?!" Lucifer kembali terkekeh. Disamping kecurigaannya terhadap (Name) masih ada, Lucifer menemukan kesenangan tersendiri ketika membuat gadis itu kesal.

"Tapi bagaimanapun juga, sungguh mengerikan kau terjebak dalam situasi ini, Solomon." Simeon menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan Solomon. "Ya, sangat sangat SANGAT mengerikan! Ketika kau harus bekerja sama dengan iblis, hal buruk selalu terjadi! Hal yang BENAR-BENAR buruk!" timpal Luke.

"Shh, Luke." Simeon menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri, menegur ucapan Luke.

Beelzebub melihat kearah malaikat kecil itu, sementara Luke jadi merasa tidak enak sendiri. "Eh...euh...tidak semuanya. Tapi kebanyakan iblis membawa pengaruh buruk."

Solomon hanya mengendikkan bahunya dengan senyum. "Sejujurnya, aku menikmatinya. Memang ini sebuah insiden atau kecelakaan yang tidak disengaja, tapi aku berhasil masuk ke labirin bawah tanah yang banyak dirumorkan itu. Dan itu membuatku merasa puas. Namun, aku masih bingung kenapa ada labirin di bawah kastil, dan bagaimana bisa Henry peliharaan Levi bisa ada disana."

"Kurasa...aku tahu jawabannya—"

"Mmm! Enak sekali...itu juga! Dan itu! Aku mau semuanyaa!" Perkataan Diavolo terpotong dengan Beelzebub yang memakan setiap masakan yang dibuat Barbatos dengan semangat. "Saya tidak bisa menjelaskan betapa bahagianya saya mendengar kau menyukainya, Beelzebub. Saya ingin makan malam hari ini menjadi sesuatu yang spesial."

Ditengah dentingan alat makan, Asmodeus tersenyum sembari memeluk dirinya sendiri, dengan dikelilingi aura berkilauan. "Hm, setelah dipikir-pikir...alasan kita bisa melarikan diri dari Henry adalah betapa menakjubkannya aku~"

"*sigh* Yep. Dan kau juga alasan bagaimana kalian semua bisa berakhir di labirin bawah tanah itu, Asmo." Satan memutar matanya dengan bosan, sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya. (Name) ikut menyantap makanan yang ada di depannya. "Banyak hal diluar dugaan yang terjadi hari ini. Tapi ambil sisi positifnya saja! Hal itu menjadi sebuah kenangan yang luar biasa, kan? Dan juga, kita tidak akan tahu ada labirin di bawah kastil jika kita tidak terlempar kesana."

"Kalian semua sungguh harus berhati-hati di dalam kastil. Ada sejumlah barang yang memiliki sejarah yang mencurigakan, dan aku juga tidak bisa menjamin bahwa tidak ada orang lain di kastil ini yang ingin membalas dendam padamu lagi, Asmodeus."

Asmodeus menghembuskan napasnya dengan kasar. "Hahhh, sangat sulit menjadi makhluk yang sangat cantik dan menakjubkan..."
________________________________________

nyicil dulu yah, dan jangan lupa mampir di buku sebelah ya readerku cayang, ily 3000 (baru nongol udah main promosi aja 😭)

Continue Reading

You'll Also Like

5M 214K 52
On Going โ— Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
159K 24K 61
lookism x female reader pernah membayangkan bagaimana jika tiba tiba kau dibawa secara paksa alias diculik ke negara asing? kabur dan menjadi imigran...
399 107 7
"KOK MALAH DISINI?!?!" Pernahkah kalian membayangkan masuk isekai jalur tronton-kun?? Bukan karena truck-kun atau bajaj-kun bahkan bukan pula motor-k...
10.9K 767 15
Peringatan! Seluruh alur dalam cerita ini murni hasil pemikiran saya meskipun mengunakan latar, karakter dan watak yang ada di cerita utama yaitu One...