Pengabdi Istri (The Series)

By Indomie2Bungkus

126K 13.2K 3.2K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... More

1. Tukeran Kado
2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
13. Bertemu Gavin
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
19. Gengster Squad
20. Drama Puasa
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
31. Agustusan Nih
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - A
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
42. Ayo, cepet bangun ayah!
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi

18. Botram

2.3K 220 23
By Indomie2Bungkus


***


Belajarlah dari Martabak, yang spesial aja bisa dikacangin.

***

Botram adalah istilah kata sunda yang merujuk pada tradisi makan bersama. Acara makan ini biasa dilakukan bersama-sama di sembarang tempat, bisa di kebun, sawah, pelataran rumah atau di tempat lain dengan tujuan kebersamaan dan mengikat tali persaudaraan.

Siang kali ini botram diadakan di rumah Narendra karena rumah yang paling besar. Dan juga sesuai kesepakatan awal untuk masing-masing kepala keluarga membawa lauk nya. Kecuali Danindra yang belum memiliki keluarga diberikan keringanan, sebagai penghiburan saudara Danindra yang sedang menggalau. Jadi semua yang dibeli oleh Danindra akan diganti 100% oleh Narendra.

"Bunda, Ajen makan na udahan dulu ya." Ucap Jendra sambil memberikan mangkuk cerealnya yang masih ada setengah.

Yasmine mengusap kepala sang anak yang berkeringat dengan lembut "Kok gak abis sayang?"

"Ajen mau ikut makan-makan. Kata papa Idan kita bakalan ada makan-makan. Ayah juga ikutan kok" balas Jendra sembari loncat-loncat di lantai.

"Apa nih bawa-bawa ayah?" Sahut sang ayah dari arah pintu yang sudah membawa beberapa plastik dan salah satu nya berisikan sate maranggi makanan favorit sang istri.

Mendengar suara ayah nya membuat Jendra menoleh ke arah pintu "AYAHH!! KEMANA AJA SIH? AJEN KAN SEDIH DI TINGGAL-TINGGAL" Seru Jendra yang merupakan  fans berat ayah nya. Kemudian Sang anak pun mendekati ayah nya untuk ia peluk. Aduh Cil padahal tadi pagi kalian juga masih peluk-pelukan.

"Etetet... tunggu ya sayang. Ayah simpen dulu sate nya terus mau cuci tangan dan ganti baju. Ayah habis dari luar soalnya." Tahan Narendra pada Jendra dan pria itu pun langsung melesat kearah dapur untuk menyimpan makanan nya. Dan kemudian masuk ke dalam kamar sementara mereka di lantai bawah.

Melihat ayahnya yang menjauhi nya otomatis membuat Jendra mengerucutkan bibir nya gemas. "Ih ayah Ajen kan kaneng"

Yasmine yang melihat itu tak kuasa menahan gemas pada sang putra. "Kangen sayang. Yaudah Ajen sini, bunda juga kangen Ajen, pengen di peluk."

Jendra menoleh kebelakang kearah  bunda nya yang tersenyum kearah nya. "Hihihihi sayang bundaaaaaaa banyak banyak" Jendra pun mendekati sang bunda dan memeluknya erat. Ditengah asiknya pelukan antara ibu dan anak bocah kecil itu merasakan elusan di kepala nya yang membuatnya langsung menoleh. "AYAH!!"

Naren terkekeh "Waduh batrenya masih full ya ternyata"  Rupanya Narendra sudah duduk tepat disamping sang istri yang terlihat lemas namun tidak menghilangkan wajah cantik dan manis nya secara bersamaan.

"Kamu banget gak sih, A. "

Naren mengernyitkan dahi "Lah Aa kenapa?"

"Jendra persis sama kamu. Kalau batrenya full aktif banget. Kalau batre nya mulai lowbat kayak ga ada semangat hidup berasa punya utang negara"

Pria itu terkekeh "Ya Aa kan ayah nya bunda sayang" Balas Naren dengan cengiran nya.

"Ayah peluuuukk" rengek Jendra sembari merentangkan tangan nya di hadapan sang ayah.

"Sini sayang"  lalu Narendra memangku sembari mendekap  erat daksa sang anak dengan penuh kasih sayang.

Kemudian tatapan nya berpindah kepada sang istri "Besok gak usah puasa ya bun?" Ucap Narendra yang juga merangkul Yasmine. Memeluk dua dunia nya dalam satu dekapan membuat hatinya  benar-benar merasa sangat utuh dan damai. Dalam hati ia bertaruh atas nama hidup nya ia tidak ingin kehangatan ini hilang, ia akan menjaga kehangatan ini sampai ia mati.

"Loh kok gitu? Gak mau ah masa bunda gak puasa sih" Yasmine mencebikkan bibir nya sebal.

"Bunda lagi hamil gede, ayah gak mau bunda kenapa-kenapa."

"Waktu hamil Ajen bunda juga lagi hamil gede tapi puasa kok"

"Ih bunda gak tau aja, ayah ketar ketir banget liatnya. Sampe Vania dan Bian ayah ganggu terus biar pantau terus kondisi kamu." Jawab Narendra sambil mengerucutkan bibirnyaa gemas.

Melihat itu Yasmine menjadi terkekeh geli "Lagian si bapak nih gengsi nya tinggi banget"

Naren pun cengengesan "Itu kan dulu, sekarang mah bucin banget bun. I lop you poreper pokona mah."

Yasmine mengusap pipi suami nya lembut "Hahaha apaan sih ayah kaya abg aja. Udah ah bunda mau izin ke rumah sebelah boleh gak?"

"Ngapain?"

"Bantuin Kak Vania buat rendang. Katanya gak pede. Padahal masakan nya enak banget loh!"

Narendra mengangguk dan melepaskan rangkulan nya pada tubuh sang istri. "Yaudah boleh, tapi jangan pergi jauh-jauh ya, ayah gampang kangen soalnya."

Yasmine pun balas tersenyum  menggoda pada suami nya, dan mengabaikan wajah putra mereka yang terlihat melongo melihat interaksi kedua orang tua nya yang seperti abg "Ayah jangan kangen dong"

"Loh kenapa?"

"Nanti keterusan loh."

"Gak papa, bablasin aja bun, ayah gak akan ngerem kok, ayah udah teryasmine-yasmine soalnya." 

Belum sempat membalas gombalan sang suami, tiba-tiba si bocil mengintrupsi keduanya karena merasa terabaikan.

"Ayah.. " Panggil putra nya seraya menjauhkan tubuh kecil nya dari pelukan sang ayah hal itu Narendra menatap anaknya dengan tatapan lembut.

"Hmm"

"Panggil sayang na mana?"

Narendra terkekeh gemas pada putra nya yang selalu ingin di panggil sayang oleh dirinya dan sang istri. "Apa sayang ku?"

"Ayo ke lumah om Aji.."

Sedangkan Yasmine masih berusaha menetralisir jantung nya yang berdegup kencang akibat gombalan receh suami nya, lalu wanita itu  mengusap kepala putranya "Ajen kangen sama Om Aji?" Tanya Yasmine yang langsung dijawab gelengan gemas oleh Jendra.

"Terus kenapa?" Tanya Narendra tapi wajah nya melirik sang istri dengan lirikan menggoda, karena berhasil membuat istrinya mendadak salting.

"Ajen mau minta makan sama Om Aji"

"Loh tadi udah makan cereal juga"

Jendra meringis lucu sembari menggelengkan kepala nya "Itu ndak bikin kenang bunda"

"Ayah banget sih kamu. Belum makan nasi ya belum makan." Usap Yasmine dengan gemas pada kepala putra nya yang merengek ingin minta makan ke rumah pengantin baru.

***

"Gi, lusa anter aku cukur rambut dong. Udah panjang nih"  Ucap Zidan sambil menatap pantulan wajah nya di cermin.

"Boleh, kamu beres praktik jam berapa?" Tanya Gia sembari membereskan baju kotor suami nya yang tergeletak begitu saja di lantai.

"Aku praktik sih cuma sampai jam 12. Tapi aku harus operasi jam 1. Paling sore deh.. sambil buka diluar aja" Balas Zidan yang sedang guling-guling di kasur mirip sekali dengan Jendra tatkala bocah lanang itu menunggu bunda nya berdandan. 

"Oke, aku nyusulin kamu ke rumah sakit atau kita ketemuan di tempat?"

"Kamu ke rumah sakit aja dulu, nanti aku minta Mang Usep jemput kamu dari sini ke rumah sakit"

"Emang gak lagi jemput mama papa?"

"Engga kok. Mama papa masih di rumah Bang Dimas."

"Mama belum baikan sama Yasmine Dan?"

"Sebenernya sih gak berantem ya, cuma jadi lost contact aja lagian Yasmine sama Naren sih udah slow. Malah udah ikhlas banget sama kasus yang kemarin. Cuma aku sama Bang Dimas belum percaya sama mama euy. Aku takut Yasmine drop lagi gara-gara ucapan si mama yang suka kelewat batas. Apalagi kamu jadi lebih pendiam semenjak mama tekan kamu soal momongan. Aku gak mau istri dan adik ku drop lagi karna mama."

Gia mengangguk paham, lagi pula di hati kecilnya pun menyetujui pemikiran suami nya tentang sang ibu mertua. Dan dengan dilarang nya Tania ke rumah Yasmine sudah di pastikan Gia juga tidak akan bertemu dengan beliau untuk sementara waktu. Sedikit banyak nya Gia juga  memiliki trauma besar karena sikap ibu mertua nya yang selalu keluar dari batasan sebagai mertua pada menantu. "Aku fine kok. Yang penting kamu selalu ada buat aku."

"Oh ya jelas dong. Kamu kan termasuk spesies langka, karena yang mau sama aku kan ya cuma kamu. Kamu gak usah khawatir, aku selalu ada buat kamu kok. Walaupun aku gak sekeren mantan-mantan kamu, tapi suami kamu ini sayang nya gak telungan sama kamu. Aku mau ngabisin sisa umur aku cuma sama kamu dan anak-anak kita nanti. Sabar ya? Akan ada masa nya kita punya anak. Ini cuma soal waktu aja."

"Makasih ya Dan kamu selalu baik sama aku. Selalu berhasil tenangin hati aku yang kaya abg galau. Oh iya... Btw sekarang kamu mau ngapain dulu sebelum pergi?" Tanya sang istri yang keheranan melihat suami nya yang masih asik rebahan di kasur.

"Hah?" Balas Zidan bingung lalu bangun dari acara rebahan nya, pria itu menatap istrinya yang terduduk di lantai dengan keranjang pakaian yang sudah di setrika.

"Kok hah sih?"

"Tadi kamu tanya sekarang ngapain apa nya?"

"Ck, Idan... kamu lupa? Dateng-dateng tadi kamu bilang mau beli ayam bakar gimana sih?"

Zidan langsung menepuk dahi nya. "Astagfirullah" seakan ia baru teringat akan janji nya untuk membeli salah satu lauk untuk digunakan makan-makan nanti.

"Kok papa Idan malah istighfar sih? Lupa ya?" Goda Gia pada suami nya yang belakangan sudah memasuki fase pelupa akut.

Zidan mendelik kearah istrinya yang sedang bolak balik membereskan baju yang sudah di setrika ke lemari pakaian"Kamu jangan panggil aku papa dong, Gi. Geliiiiiiii."

"Loh kenapa? Kan kamu emang  dipanggil papa sama Ajen, aku aja dipanggil mama sama Ajen biasa aja. Kamu harus belajar dari sekarang kalau nanti kita punya anak, aku pasti bakal panggil kamu papa." Demi tuhan dari mereka bersahabat hingga partner enak-enak di ranjang dan sampai akhirnya menikah istrinya ini kalau merajuk selalu saja terlihat menggemaskan. Bawaan nya jadi pengen gabruk di kasur sambil enak-enak (lagi).

Zidan terkekeh geli melihat sang istri mengerucutkan wajahnya persis seperti Jendra saat sedang merajuk meminta es krim pada bunda nya.

"Kamu panggil aku papa. Aku nya yang mleyot sayang."

"Ish jangan panggil sayang!! Geliiiiii Idan....." ringis Gia dan gantian merasakan bulu kuduk nya berdiri.

"Dih ini serius sayang ku. Kamu itu istri aku, harus di biasain dong aku panggil kamu sayang. Kamu mau aku panggil sayang nya ke orang lain?"

"MAU BIKIN PERKARA EMANG?"

Mendengar pekikan istrinya membuat Zidan kelabakan bukan main,  bukan tanpa alasan ia tidak mau membuat Gia murka sebab menurut nya Gia adalah Aset yang tak ternilai harganya, apalagi hanya Gia lah yang mampu menerima 1001 kekurangan nya selama Zidan hidup di dunia fana ini.  "Waduuu Mama Gia jangan marah dong. Aku cuma bercanda sumpah! Maafin aku ya, hmm..."

Gia menghela napas nya pasrah tapi tak urung ia pun mengangguk lalu menatap suami nya "Udah sana jam berapa ini? Nanti ayam nya keburu habis. Apalagi besok udah puasa. Aku tadi liat Naren sama Ravi udah pergi. Kamu doang nih yang masih santai-santai"

"Iya iya maaf aku kan lupa, aku berangkat ya sayang?"

Gia pun pasrah menghampiri sang suami yang sedang memakai jaket nya di ruang tamu dan tak lupa salim dengan takzim kepada suami yang sudah menikahi nya setahun lalu.

Lalu saat Gia berniat kembali ke dalam kamar untuk membereskan kamar mereka yang  berantakan akibat ulah sang suami tiba-tiba tangan nya masih tertahan oleh kungkungan Zidan "Aihh tunggu dong mama Gia mentang-mentang udah salim main pergi aja"

"Apa lagi Idan?"

Cup

"Sun dulu sayang"

"Ishhh kebiasaaaaaannn jangan cium sambil bilang sayang, aku nya beneran mleyot ini!!!" rengek sang istri yang wajah nya memerah sampai telinga.

"Kamu tuh biasain dong, dari awal kita jadi partner in crime sampe kita nikah kan ciuman udah jadi habbit. Gimana sih?"

"Kasih aba-aba dulu dong maka nya" dengus Gia yang masih berusaha lepas dari kungkungan Zidan.

"Ck mana enak" balas Zidan yang semakin jadi bahkan sampai menggigit telinga sang istri saking gemasnya. 

"APA SIIHH SANA PERGIIIII!!!!"

***

"OM AJIIII~~~~" Teriak Jendra di depan rumah nya dengan hanya menggunakan kaus dalam dan celana dalam.

"Om Aji main yuk!" kali ini Gavriel yang memanggil sambil tertawa geli. Entah apa yang lucu. Menurutnya apapun yang ada di dunia ini selalu terlihat lucu dimatanya. Receh sekali. Anak nya Gavin banget.

"Hihihi Om Aji kemana sih?"

Jendra menoleh kearah sahabat persepopokan nya "Iya nih apa kita kulang kenceng panggilin na?"

"Bareng-bareng aja teriaknya Ajen"

Jendra mengangguk lucu "Oke satu.. dua.. "

"OM AJIIIII MAIN YUUUUUKK!!!!!"

Dan benar saja akhirnya sang pemilik rumah keluar dengan kaus yang terbalik dan rambut acak-acakan. Terlihat mencurigakan untuk pengantin baru di siang bolong ini.

"Apa sih?  YA ALLAH AJEN SAMA IEL NGAPAIN KOK GAK PAKE BAJU SIH??? Mana sebadan-badan bedak semua. Ya Allah gusti nu agung. Kalian mandi bedak apa gimana? Bunda tau gak?" Aji terkaget-kaget melihat kedua keponakan nya yang sudah cosplay menjadi tuyul seperti biasa. Keduanya sangat kompak memakai kaus dalam berwarna putih dan celana dalam Jendra bermotif Shaun the Sheep sedangkan Gavriel bermotif Ultraman. Tidak lupa dua bocah itu rambut nya sama-sama di ikat dua, kiri dan kanan.

"Ayah Naren kemana? Kalian gak dicariin?" Tanya Aji lagi

"Hihihi kita kabul om. Soalna kan Ajen udah lapel belum makan. Telus kata ayah kita mau makan-makan, tapi Ajen mau minta makan duluan sama Om Aji"

Aji menghela nafas nya pelan "Hhhh kenapa minta makanan kesini sih cil? Ganggu aja. Yaudah masuk masuk." Aji pun dengan pasrah mempersilahkan kedua tuyul itu masuk kedalam rumahnya yang langsung disambut ceria oleh Winda istri dari Aji.

"Hahahaha Ya Allah kalian kenapa sih? Kok lucu banget" seru Winda seraya mencubit pipi kedua keponakan nya yang masih nyegir kuda.

"Haloo tante kita kesini karna kita laper. Kapan makan-makan nya?" Tanya Gavriel sambil memegang perut gembul nya yang membuat Winda reflek melihat jam yang tertempel di dinding rumahnya.

"Ehm.. nanti jam 1 sayang. Sekarang kan baru jam 12 kurang. Nanti kita sama-sama ke rumah Ajen ya?"

"Belalti masih berapa tahun lagi tante?" Tanya Jendra yang ikutan melihat jam dinding di rumah Aji. Padahal bocah itu tidak mengerti apa-apa soal jam.

"Buset lama amat Cil. Bukan tahun tapi jam Jen" Jawab Aji yang melipir kearah dapur.

"Kalian mau makan kentang goreng gak?" Teriak Aji yang berada di dapur.

Kedua bocil yang sedang berdiri diatas sofa pun mengangguk berjamaah. "Pake nasi ya Om!" Seru Jendra dengan semangat.

Winda pun terkekeh melihat kedua keponakan nya yang sangat lucu dan menggemaskan ini bertamu di rumah baru nya sedangkan Aji saat ini tengah berada di dapur menyiapkan kentang goreng untuk bocil-bocil kematian yang sedang lompat-lompat di sofa baru nya. "Yaudah tante gorengin dulu ya" Winda pun berjalan menuju dapur menghampiri suaminya.

"Kak, udah sana kamu mandi dulu. Sekalian yah beli rainbow cake, sama donat buat bayi-bayi"

"Kamu mau nitip apa?"

"Itu tadi rainbow cake aja sama jco. Kalau donat beli nya jangan 3 lusin doang lebihin soalnya nanti malam ayah sama bunda mau kesini kan?"

Aji mengangguk "Oke, oh iya sebelum keluar aku pinjem hairdyer kamu dong yang, malu aku siang-siang keramasan"

"Di meja rias ku ada kotak warna pink. Ambil aja disana lagian sih salah sendiri siang-siang malah ngajak gitu"

"Gitu gimana?" Tanya Aji menggoda sang istri dengan wajah yang sangat menyebalkan di mata Winda.

"Tau ah sana mandi dulu" usir istrinya sambil mendorong Aji menjauh dari hadapan nya.

Maklum gengs masih pengantin baru, masih hangat-hangatnya. Lirik dikit bawaan nya masuk ke kamar terus, seperti itulah kira-kira.

"Iya iya" ucap Aji kemudian berlalu  ke kamar nya yang berada di lantai atas.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 14.55 lima keluarga ditambah Danindra dan Gavriel ini sedang berkumpul di ruang tengah di kediaman Narendra. Bapak-bapak terlihat berbincang-bincang di depan tv sambil bermain ps. Sedang anak-anak yang lain sudah tertidur akibat kekenyangan setelah makan bersama.

Jika bapak-bapak asik bermain ps, maka ibu-ibu tidak mau kalah, karena saat ini mereka tengah berbincang di area dapur besar Yasmine sambil membuat cemilan bersama.

"Yang, bawa hape gak?" Tanya Fabian yang sedang melongokan kepala nya kearah dapur dimana ia mencari keberadaan sang istri.

"Bawa, mau ngapain?" Vania menghampiri suami nya.

"Mau gofood. Pengen banget beli kopi mumpung bocil-bocil semua nya pada tidur"

"Emang pada gak kenyang bapak-bapak nya?"

"Cuma pengen yang seger-seger aja sayang" Jawab Fabian sambil tersenyum.

"Seger-seger kok kopi sih" gerutu Vania tapi tetap memberikan ponsel nya kepada sang suami. Kemudian pria itu kembali kedepan untuk bertanya apa yang ingin mereka pesan.

"Bro mau pesen apa?" Tanya Fabian ada semua bapak-bapak dihadapan nya. Ada Danindra dan Zidan yang sedang berduel ps, lalu Aji yang menjadi tim hore Danindra, sedang kan Ravi yang menjadi mendukung Zidan. Kalau Narendra bersama Fabian hanya nyemilin ciki anak nya sembari menonton kehebohan bapak-bapak di hadapan nya.

"Jangan lo yang pesen Bi. Biar gue aja" balas Narendra yang langsung membuka ponsel nya, seperti mengetikan sesuatu.

"Gak enak anjir masa kopi lo beliin terus sih. Kali ini gue aja yang bayar Ren."

"Kaga usah." Keukeuh Narendra yang membuat Fabian pasrah menyimpan ponsel istrinya di meja. Susah memang kalau melawan orang kaya tuh.

"Mau apa pi?" Tanya Narendra sembari mengetikan ponsel nya.

"Kaya biasa deh pengen yang pait-pait" jawab Ravi yang sedang asik menjadi tim hore Zidan di game bola nya.

"Dingin?" Tanya Narendra.

"Iyaa" 

"Terus yang lain?"

"Samain aja" jawab bapak-bapak lain yang seperti nya tidak bisa di ganggu.

"Gue latte bang!" pinta Danindra yang masih asik  bermain ps.

"Venti?"

"Yoi"

"Yang lain? Samain?"

Dan keempat nya kembali mengangguk bersamaan. Kemudian Fabian memanggil sang istri "Yaaaaanggggg ibu ibu mau pesen apaaa?" 

Sang istri pun datang yang masih memakai celemek bermotif renda milik Yasmine. "Ibu ibu mau chatime aja. Kalau kopi kasian Yasmine gak bisa ikut beli nanti."

Mendengar nama istrinya disebut membuat atensi Naren yang sedang mengetikkan pesan di ponselnya menjadi kearah pasutri di depannya ini.

"Aduh makasih banget Van. Lo emang ngertiin banget. Kalau gue yang tegur suka nangis terus dia."

"Beda banget ya waktu hamil Jendra sampe hyperemesis gitu kan perasaan?" Tanya Vania yang sambil mengelap keringat Fabian di dahinya.

Naren mengangguk, "Iya cuma sekarang kalau ditegur dikit langsung nangis apalagi sejak pendarahan kemarin mood nya swing banget. Gue kadang gak tega liat dia nangis. Lebih sensitif aja sih sebenernya apalagi menjelang HPL mati-matian gue jaga mood dia biar bagus terus."

"Noh pelajaran buat lu bedua cil, kan lagi nunggu hamil bini nya nih. Persiapkan supaya jadi ayah yang baik. Masa terberat itu awal dan trimester ke 3 kehamilan buat bapak-bapak tuh" Nasihat Ravi yang ternyata menyimak obrolan antara Fabian, Vania dan Naren sedari tadi. Kemudian Vania kembali kedapur untuk menanyakan pesanan minuman untuk ibu-ibu.

"Enak aja gue disebut bocil" dengus Zidan yang kini sudah rebahan di karpet.

Naren menoleh kearah kakak ipar nya. "Lahhh tumben udahan main nya cil."

"Iya sekarang gue berniat tidur sebelum para bocil terutama Ajen dan Iel pasti ngajak kuda-kudaan padahal babeh nya juga ada. Nasib banget gue jadi babu anak lo"

Narendra tertawa pelan sembari menepuk pundak ipar nya. "Sorry ya, padahal gue udah sering banget ngingetin buat gak gitu lagi ke lo. Tapi katanya seneng main sama lo, anggap aja lah latihan kalau punya anak beneran."

"Yaelah santai, tapi sabi lah kembaran sepatu baru Nike Jordan yang kemarin beli." Balas Zidan dengan tatapan penuh harap pada adik ipar nya. Membuat Fabian, dan Ravi berdecak sebal. Kebiasaan banget Zidan selalu memiliki celah dalam morotin iparnya.

Tapi berbeda dengan Narendra yang langsung menyanggupi. "Oke, warna nya bedain ya. Biar gak ketuker."

"Wiihhh mantap banget emang ipar gue ini." Lalu tawa Zidan keluar dengan lepas.

"Duit lo juga banyak bangsat, beli sendiri juga sanggup." dengus Fabian menatap Zidan yang nampak bahagia.

Lalu Zidan menatap Fabian sinis. "Iri ya bos? Kasian deh gak di beliin sama ipar nya. Eh kan gak akur ya? Aduh keceplosan" balas Zidan yang membuat Fabian memelototi nya sebal.

"Besok mau puasa Dan. Jangan bikin perkara baru deh. Tahun lalu lo berdua kan ribut gede gara-gara si Bian makanin cemilan lo. Sekarang jangan usik-usik yang aneh-aneh deh." Ravi benar-benar dibuat pusing dengan kedua oknum bernama Zidan dan Fabian yang tidak pernah berubah. Selalu mencari ribut.

"Jangan terlalu sebel Bi, bisa jadi udah gede nanti anak lo malah jodoh sama anak nya Idan." Kini Narendra yang ikut berkomentar karena merasa tergelitik dengan hubungan Zidan dengan Fabian yang saling benci tapi kalau salah satu absen pasti mereka saling mencari. Drama komedi memang.

"Idih enak aja kalau ngomong. Kagak bakalan gue restuin nanti anak gue di jadiin korban buaya rawa sama anaknya Bian." Dengus Zidan

"Gue bukan lo yang player ya bangsat. Lo kan icon pergaulan bebas, yang ada nanti anak lo bakal menel sama anak gue. Secara anak gue bibit unggul." Balas Fabian tidak mau kalah.

Melihat perdebatan tidak penting itu membuat Narendra menepuk jidat nya. Lalu menatap Ravi yang masih penasaran dengan keributan mereka akan sampai mana. Tapi Narendra nampak nya tidak mau ambil pusing, dan meminta nya untuk memisahkan oknum Zidan dan Fabian. Agar kejadian tahun lalu tidak terulang lagi.  "Udah-udah Pi, pisahin aja. Pusing gue ini anak dua ribut mulu. Bener-bener kaya bocah. Gak malu apa kalian anak gue aja akur sama temen nya. Ini yang tua malah ribut mulu. Bertingkah banget."

***

Gavin menatap foto akad nikahnya bersama Zizi enam tahun silam. Sangat jelas terlihat raut wajah mereka sama-sama terlihat menyedihkan. Apalagi Zizi yang mata nya sangat terlihat jelas kesedihan hati nya, meskipun di poles sedemikian rupa dengan   make up tetap saja tidak bisa menutupi wajah kesedihan Zizi di hari pernikahan mereka.

Sudah tiga bulan Gavin menunggu kabar dari istrinya yang tak kunjung menghubunginya. Dibenaknya bertanya-tanya apakah memang ia tidak pantas mendapatkan kesempatan kedua? Apakah ia harus merasakan pahitnya perceraian seperti Narendra empat tahun silam?

Tapi ia takut kalau harus berada di jalur perceraian sudah di pastikan  ia akan benar-benar kehilangan Zizi. Ia takut tidak seberuntung Narendra yang mendapatkan mengampunan dari keluarga Yasmine. Apalagi alasan  pernikahan antara dirinya dan Zizi adalah bukan pernikahan impian setiap insan manusia.

Sebenarnya sudah sejak lama Gavin ingin menghubungi Zizi. Tapi ia tidak mau kalau kehadiran nya kembali memperburuk keadaan. Namun di hati kecilnya mengatakan kalau dirinya sangat pengecut.

Gavin menyalakan korek api nya pada sebatang rokok yang sudah lama tidak ia konsumsi. Tadi sepulang nya dari rumah sakit ia beli di supermarket dekat kontrakan nya. Pria itu sudah tidak bisa menahan keresahan hati nya apalagi kepala nya serasa akan meledak saat itu juga. Biasanya kalau pusing seperti ini ia akan minum di bar seorang diri tapi Gavin sudah berjanji ia tidak akan bertindak bodoh lagi untuk mengkonsumsi minum-minuman seperti itu. Tapi biarlah sebatang rokok ini akan sedikit membantu nya menghilangkan stress di kepalanya dan kegundahan di hatinya.

"Hoiii. DIH GAPIN LO KOK NGEROKOK!! EH ISTIGPAR LO ITU DOKTER SETAN!!" seru Haris tatkala melihat sobat nya merokok sembari termenung.

Gavin mendengus menatap Haris yang heboh dengan gaya nya yang selalu sukses hiperbola. "Lebay anjing!"

Haris mendengus sebal. "Dih si Pe'a gue ngingetin lo ya bajingan. Lo kalau galau cerita aja sama gue jangan ngerokok gitu."

"Dari pada gue minum?"

"Ya itu apalagi telmi! Hadeuh untung Haris ganteng, jadi Haris harus sabar" gerutu Haris pelan. "Sebenernya lo kenapa lagi sih nyet? Kangen ya sama Zizi?"

"Kayaknya gak usah gue jawab lo udah tau jawaban nya deh."

Haris memutar bola mata nya jengah. "Samperin makanya anjing. Lo diem doang disini mana ada hasilnya? Zizi mana tau perjuangan lo biar dapet restu orang tua nya? Tiap lo kesana pasti ada satu bagian yang kena tonjok kan? Lo kalau gak bilang ke dia pasti Zizi bakal mikir lo gak ada usaha nya buat hubungan kalian."

"Gue bingung... gue... gue takut kalau hadir nya gue bakal bikin dia sakit lagi. Gue selalu keinget sama teriakan dia tiga bulan lalu, dia kesakitan karna gue Ris. Apa bisa gue dapet kesempatan kalau gue tiba-tiba muncul dan bilang mau minta baikan."

"Kalau kaya gini bisa aja secara agama lo udah pisah tiga bulan, secara tidak langsung lo udah cerai agama Pin. Serius gue. Eh tapi tanya pak ustad aja deh. Gue kan dulu kalau ngaji bolos terus ke tempat rental PS, jadi gue kaya nya gak masuk pas bahas cerai-ceraian. Tapi menurut gue apa lo mau gitu terus emang nya? Besok udah puasa loh, ada kesempatan buat jadi lebih baik lagi."

Gavin menghela napas nya kasar, mood untuk merokok nya benar-benar sudah hilang Haris memang paling bisa membuat nya tidak berkutik, dengan kasar rokok itu ia banting ke tanah. Lalu kembali menyandarkan tubuh nya ke sadaran kursi sembari memejamkan matanya.

"Harus gimana caranya supaya papa Zizi mau nerima Zizi lagi? Gak bisa gitu ya kisah rumah tangga gue normal-normal aja?" Desis Gavin dengan frustasi.

Haris menatap sobat nya dengan prihatin. Ia pikir saat mengetahui wanita yang ia cintai mati-matian sudah kembali menikahi mantan suami nya adalah kisah yang paling kelam yang pernah ia rasakan selama hidup nya. Ia sempat menyalahkan takdir hidup nya bahkan sampai menyalahkan tuhan atas apa yang menimpa nya. Tapi kini diam-diam ia merasa bersyukur karna rasa sakit nya ini tidak ada apa-apa nya jika di bandingkan dengan kisah hidup sahabat nya yang memiliki jalan hidup sangat berliku.

"Sorry... menurut gue mending lo samperin Zizi dulu deh. Lo jangan jauh-jauh minta ampunan ke mertua lo, tapi hubungan lo sama anaknya aja masih abu-abu. Mending lo perbaiki dulu hubungan lo sama Zizi, lalu setelah itu kalian bisa sama-sama menguatkan dan berjuang bersama buat dapet restu mertua lo dan juga keluarga lo."

Masih di posisi nya yang memejamkan mata Gavin terkekeh miris. "Gue... gue gak bisa kehilangan Zizi, Ris...  Gue udah bener-bener cinta sama dia. Udah tiga tahun ini walaupun kadang gue tiba-tiba di tahan di rumah bonyok, rumah tangga gue baik-baik aja. Gue emang belum bisa ngajak Gavriel sama Zizi main bertiga, tapi cukup kumpul di rumah doang gue ngerasanya utuh aja kebahagiaan gue."

"Gue masih gak abis pikir deh. Lo kan nikah resmi, tapi kesan nya kaya kucing-kucingan gitu ya.. gak abis thinking sumpah, selama 6 tahun lo nikah belum pernah ngerasain lebaran bareng, atau jalan-jalan sekedar ke mall bareng aja gak pernah kan."

"Pernah sih kalau ke mall bertiga, dulu waktu nyari seserahan Zidan terus seserahan Naren. Tapi emang bukan yang memang kita spend time disana. Habis belanja ya kita balik, gue sama Zizi sama-sama gak nyaman kalau lama-lama ada di tempat umum ."

"Alasan nya?"

"Ya karna kita berpikir tuh nanti kalau ketemu sama orang yang kita kenal malah jadi bahan gosip kan banyak yang gak tau dengan pernikahan kita, apalagi kita bawa anak."

"Ini pikiran lo aja apa Zizi juga berpikir begitu?"

"Ya sama Zizi lah. Dia pernah bilang kalau pergi ke tempat umum ngerasa gak nyaman takut ketemu sama orang-orang."

"Terus kenapa setiap lebaran lo pisah?"

"Ya karena gue selalu di tahan di rumah. Papa gue orang nya kalem tapi gak bisa tegas sama keputusan mama gue. Nah mama gue manfaatin itu semua dengan nyewa body guard buat ngawasin gue. Setiap gue mau keluar, dengan paksa gue selalu di tahan di rumah. Pernikahan gue aja gak ada yang tau selain keluarga inti. Nenek gue selalu nyuruh gue nikah, lah orang asli nya gue nikah dan punya anak kan? Mana anak gue plek ketiplek banget sama gue"

"Tapi kenapa lo minta test dna anak lo sama Zizi"

"Waktu itu gue emosi Ris, karna Zizi terus-terusan ngedesak gue buat bikin akta kelahiran Gavriel, sebenernya gue udah buat tapi ketauan mama gue dan langsung di sita, mana gue gak tau simpen nya dimana, gue stress banget waktu itu. Disatu sisi Zizi emosi karna dia pengen anak kita dapet hak nya, tapi disisi lain juga gue stress banget sama tekanan keluarga gue ditambah tekanan Zizi juga. Saking gak kekontrolnya emosi gue, gue sampe bilang buat minta dia test dna buat buktiin dia anak gue. Tapi sumpah demi Allah gue waktu itu cuma emosi aja, emosi nya sama mama tapi gak sengaja malah jadi marahin Zizi. Nyesel banget gue sampe sekarang."

"Coba telpon deh siapa tau di angkat. Kalau di angkat kan lo bisa sekedar nanya kabar ke dia, masa gue harus kesana dulu sih? Gak kasian gue ya lo buat gue harus liat Yasmine lagi mesra-mesraan sama suami nya?!"

"Gue takut gak diangkat Ris.."

"Coba dulu dah buset!"

Lalu Gavin terdiam sembari menatap kontak istrinya dengan nama 'Honey'. Biasanya dengan nomor kontak itu sang istri sering mencoba menghubungi nya tatkala dirinya sedang di  grounded oleh kedua orang tua nya.

"Nunggu apa lagi sih bangsat? Aih gemes banget gue" Haris merebut ponsel Gavin dengan paksa lalu tanpa babibu lagi langsung menghubungi Zizi tapi sampai di ujung panggilan tetap tidak terjawab, dan terlihat jelas Gavin merasa sedikit kecewa dengan kenyataan itu. "Kata gue juga apa? Gak bakal diangkat Ris. Dia gak tau nomor gue yang ini."

Haris menggeleng lalu untuk kedua kalinya pria itu mencoba menghubungi Zizi dan tidak disangka di detik-detik terakhir panggilannya Zizi mengangkatnya. "Halo... Assalamualaikum." Mendengar suara istrinya mata Gavin langsung terbelalak kaget. Tidak lama dari itu Gavin meneteskan air mata rindu nya dihadapan sang sahabat.

Perlahan Haris memberikan ponsel itu pada pemiliknya dan meninggalkan Gavin sendirian di teras kontrakan mereka. Membiarkan Gavin menyelesaikan masalah nya seorang diri bersama Zizi di sebrang sana.

Disisi lain Gavin merasa lidah nya sangat kelu, setelah sekian lama ia kembali mendengar suara yang sangat ia rindukan. Mati-matian ia menahan napas nya supaya suara tangis nya tidak terdengar disebrang sana.

"Halo?" Ulang Zizi di sebrang sana.

Gavin memejamkan mata nya dan berusaha mentralisir jantung nya yang mendadak loncat dari tempatnya.  "Ha-Halo... Hon, i-ini...aku..." 

"Udah tau" jawab Zizi singkat disebrang sana. "Ada apa?"

"A-apa kabar? aku kangen sama kamu Hon."

Lalu hening sejenak hanya terdengar helaan napas panjang Zizi. "Kabar kami baik. Kamu kangen Gavriel? Anak nya lagi tidur tadi habis tarawih kecapean."

Gavin mengepal kan lengan nya seperti tengah menahan sesuatu karena efek rindu yang serindu rindu nya. "Aku emang  kangen Gavriel, itu jelas. Tapi aku juga bilang aku kangen kamu hon..  aku minta maaf sama kamu... aku-"

"Minta maaf atas dasar apa? Atas dasar kamu menghilang apa minta maaf atas perselingkuhan kamu?"

"Demi Allah aku gak pernah selingkuh Hon, waktu itu aku dijebak. Mama ku sendiri yang jebak aku. Aku paham kamu gak bakal percaya, tapi Demi Allah aku gak seperti itu. Aku bener-bener jaga banget pernikahan kita. Soal aku gak jujur kalau cewek itu sekretaris aku, aku minta maaf dan aku sadar 1000 pembelaan pun gak akan membuat kamu percaya, tapi aku bersumpah aku juga gak mau buat kamu sedih dengan kenyataan yang ada. Aku terlalu takut kamu ninggalin aku. Aku cuma punya kamu dan anak kita."

"Tapi Kenyataan nya kamu yang menghilang dan ninggalin kami kan?"

"Maaf.."

"Kamu pikir dengan kamu meninggalkan nomor baru kamu  di rumah dengan hadiah yang banyak aku bakal menghubungi kamu duluan? Kamu salah! Aku bukan Zizi yang ngemis-ngemis hati nurani kamu lagi Vin. Aku bisa menghidupi diri aku sendiri dan Gavriel. Kita gak perlu di kasihani!"

"Hon, aku yakin kamu juga capek sama keadaan ini. Tapi pliss... kita ketemu ya? Kita perlu ngobrol, kita perlu rumbukan buat jalan keluar nya. Tapi tidak dengan cerai! Sampe mati aku gak akan pernah ceraikan kamu. Aku mau tebus semua dosa ku sama kamu sama Gavriel. Pliss sekali aja kasih aku kesempatan buat jelasin sama kamu."

Terdengar helaan napas dan isakan di sebrang sana yang membuat hati Gavin semakin mencelos. "Oke... mau kapan?"

"Lusa weekend, kita ketemu di caffe dekat kantor kamu aja. Sekalian kita buka bersama. Kalau memang gak keberatan ajak Gavriel juga."

"Oke.."

"Maka-" ucapan Gavin terputus karena  Zizi langsung memutus sambungan telepon nya.

Gavin menatap ponsel nya dengan nanar, sembari tertawa sinis disertai dengan mata yang berkaca-kaca. "Bener kata orang, cinta itu penuh pemberian, bukan meminta untuk diberikan. Maafin aku Hon, aku memang sebajingan itu. Maafin aku..."

***

Continue Reading

You'll Also Like

136K 17.9K 42
"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)
163K 20.5K 103
Tentang 14 mahasiswa yang merantau ke ibu kota. Berawal dari asing, menjadi dekat layaknya keluarga. Cinta dan pertemanan ada disini.
KKN 110 By Els

Teen Fiction

106K 10.4K 43
Sebenernya KKN itu apa sih? Kuliah Kerja Nyata? Kenalan Ketemuan Ngilang? Kisah Kasih Nyata? atau Kejebak Kenangan Nih? Menceritakan segala lika-liku...
21.1M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...