Pengabdi Istri (The Series)

By Indomie2Bungkus

136K 14.3K 3.7K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... More

1. Tukeran Kado
2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
18. Botram
19. Gengster Squad
20. Drama Puasa
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
31. Agustusan Nih
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - A
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
42. Ayo, cepet bangun ayah!
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi
59. Sisi Menyebalkan Narendra
60. Bermalam bersama
61. Icon Pergaulan Bebas
62. Sakit

13. Bertemu Gavin

2.1K 229 15
By Indomie2Bungkus

***

Tertawa bisa jadi obat terbaik. Tapi kalau kamu tertawa tanpa alasan yang jelas, mungkin kamu butuh obat.

***

Gavin yang masih mengenakan jas putihnya bergerak gelisah di kursi yang ia duduki sedari tadi bagaimana tidak, pria itu tiba-tiba dihubungi oleh Fatma alias ibu mertua nya sendiri dan meminta nya untuk bertemu dengan dirinya disebuah Caffe yang bernuansa hijau tapi sesuai permintaan Fatma menginginkan ruangan yang privasi.

Tidak lama kemudian masuklah Fatma bersama dengan satu Kowad berpakaian tentara lengkap berpangkat Letnan dua yang berdiri di pintu.

Gavin pun berdiri menyambut kedatangan mertua perempuan nya. Berbeda dengan mertua laki-laki nya yang selalu mengusirnya jika dirinya ingin mememui sang jendral, berbeda dengan Fatma mau menerima uluran tangan Gavin yang ingin menyalami tangan nya.

"Selamat Siang Ibu Fatma" Sapa Gavin sedikit basa-basi untuk menutupi kegugupan nya. Dan untuk pertama kalinya dirinya bisa berhadapan langsung dengan Fatma setelah sekian tahun semenjak kejadian Zizi yang dinyatakan hamil.

"Siang." Balas Fatma singkat sembari duduk di hadapan menantu nya. "Saya liat kamu sudah pesan, kalau gitu tunggu sebentar saya juga mau pesan.."

Gavin pun mengangguk canggung sambil berdiri. Rasanya serba salah untuk sekedar duduk di hadapan ibu mertua nya. Dan hal itu juga membuat Fatma heran dengan pria dihadapan nya yang berdiri tegap. "Kenapa gak duduk?"

Gavin pun tergagap sembari menatap Fatma di hadapan nya. "Ga-gapapa bu?"

"Loh duduk dimana lagi? Kamu mau duduk di lantai? Kita ini si cafee bukan lagi pengajian. Duduk aja" balas Fatma sambil memilih pesanan yang langsung pesankan oleh Aspri nya yang bernama Agni selalu Standby berdiri di dekat nya.

"Ni.. setelah pesan makanan buat saya dan juga untuk kamu, lebih baik kamu cari tempat duduk di luar. Kamu harus tau saya mau berbicara sama mantu saya empat mata. Ini debit nya. Pin nya tanggal lahir saya. Pesanan kamu juga biar saya yang bayarkan. Kalau kamu diam-diam bayar makanan mu sendiri. Saya akan kasih kamu hukuman sikap taubat seharian."

"Siap. Baik bu saya mohon izin untuk keluar."

"Silahkan"

Setelah Aspri nya pergi dari hadapan keduanya lalu menutup pintu ruangan private mereka Fatma pun langsung menatap Gavin yang masih duduk tertunduk.

"Kemarin kamu berusaha nemuin saya sama suami. Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan sama kami?"

Gavin berdeham pelan seraya mengumpulkan niat nya yang sedari awal ingin meminta maaf pada keluarga istrinya dan mudah-mudahan inilah awal mula memperbaiki rumah tangga nya yang kini sudah diujung tanduk "Saya atas nama pribadi mau minta maaf sama sikap saya, dan sikap keluarga saya yang kurang berkenan untuk keluarga ibu. Juga saya minta maaf udah buat masa depan anak ibu jadi hancur, apalagi keluarga saya dengan seenaknya membatalkan pertunangan padahal Zizi lagi hamil anak saya."

Gavin menghela napasnya pelan karna dada nya terasa sangat sesak. "Saya minta maaf saya menikahi Zizi tanpa ada nya restu dari keluarga ibu" Lalu Gavin bangun dari duduknya dan langsung bersujud di kaki Fatma yang membuat Wanita parubaya itu terkejut dengan tindakan Gavin yang tiba-tiba.

"Maafkan saya Ibu, maaf kan saya.. sudah seenaknya menikahi Zizi tanpa restu Ibu dan Bapak. Maafkann saya, memisahkan ibu dengan putri ibu selama bertahun-tahun. Saya terlalu pencundang untuk melawan sikap arogansi kedua orangtua saya. Saya takut kalau Zizi diperlakukan tidak baik oleh suruhan orangtua saya kalau saya tidak menuruti ucapan mereka. Karna ancaman nya adalah keselamatan Zizi dan anak kami."

Gavin mengeluarkan air mata nya "Saya terlalu mencintai Zizi sampai saya tidak sampai hati berterus terang kalau keselamatan Zizi digadaikan hanya karna laki-laki brengsek seperti saya. Saya sangat-sangat mencintai Zizi sampai harus menahan Zizi bertahun-tahun berumah tangga dengan saya yang selalu menyakiti anak Ibu. Saya mohon ampunan atas dosa-dosa saya." Ucap Gavin yang wajahnya sudah sangat basah dengan air mata, sambil membayangkan wajah istrinya yang sangat ia sayangi dan sangat ia rindukan.

Fatma hanya terpaku sambil menatap menantunya yang bersujud di kaki nya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya sudah putrinya alami selama bertahun-tahun ini sampai membuat pria di hadapanya ini bersujud di kakinya.

"Bangun. Tidak pantas kamu seperti itu di kaki saya. Saya bukan tuhan. Bertaubat kamu kepada tuhan. Minta mohon ampun atas dosa-dosa kamu yang sudah menghancurkan keluarga kami! Saya tidak tahu apa yang sudah putri saya alami sampai-sampai dia harus bekerja dan berjauhan dengan anaknya sendiri. Sedangkan anaknya di asuh oleh orang lain. Sedangkan kamu? Kamu hanya bisa meratapi dosa kamu tanpa berniat untuk memperbaiki semuanya. Kalau kamu memang mencintai anak saya, buatlah anak saya bahagia sampai dia lupa bagaimana caranya menangis. Zizi saya lahirkan untuk dikasihi dan diberi kebahagiaan terlebih dia anak perempuan satu-satunya di keluarga kami, bukan seenaknya kamu sakiti, memang nya siapa kamu?"

Gavin mengangguk pelan sangat menyadari atas kesalahan nya tapi tubuh nya masih bertumpu dilantai.

"Bangun! Ditempat ini disediakan kursi fungsinya adalah untuk di duduki. Kamu bisa duduk disana."

Perlahan Gavin duduk di kursi tempatnya tadi.

Fatma menghela napas nya kasar, hatinya tiba-tiba merasa tercabik-cabik dengan nasib putrinya yang ternyata selama ini tidak baik-baik aja. Tapi di sisi lain ia juga turut andil membuat hidup putrinya menderita. Bahkan ia tidak ikut menyaksikan kelahiran cucu nya. Betapa ia juga merasa buruk sebagai ibu.

"Setelah ini kamu mau apa?"

Gavin menatap ibu mertuanya itu dengan tatapan yang kosong. "Saya ingin mempertemukan ibu dengan Zizi. Zizi selalu bilang kalau dia kangen sama ibu. Dia pengen ibu liat anak kami, anak kami dari lahir tidak pernah merasakan kasih sayang kakek nenek nya langsung. Dan juga saya ingin memperbaiki rumah tangga kami. Saya masih sangat-sangat mencintai anak ibu"

"Kamu tau Zizi dimana?"

Gavin mengangguk "Saya tau, tapi saya tidak berani nemuin Zizi langsung. Saya takut dia semakin menderita kalau lihat wajah saya. Setiap weekend Zizi akan tinggal di rumahnya Naren, tante bisa kesana kalau mau ketemu sama Zizi."

Tidak lama ketukan pintu terdengar dari luar. "Permisi Ibu, pesanan nya sudah datang." Ucap seseorang dari balik pintu.

Fatma menoleh "Silahkan masuk" lalu Waiters datang dengan membawakan pesanan Fatma di hadapan wanita parubaya itu. Setelah mengucapkan terimakasih waiters pun kembali keluar dari ruangan itu.

"Saya perhatiin kamu pakai jas dokter, kamu lanjutin profesi kamu itu? Bagaimana perusahaan besar keluarga kalian?" Tanya Fatma mencoba santai sambil memakan steak nya.

Gavin tersenyum miris "Sudah sebulan ini saya mengundurkan diri."

"Kenapa?"

"Saya ingin memperbaiki rumah tangga kami. Saya tidak ingin orang tua saya terus mengintervensi hubungan rumah tangga kami lagi. Saya lebih mencintai istri dan anak saya dibandingkan dengan perusahaan itu." Balas Gavin pelan.

"Kamu tau anak kalian diasuh sama Naren dan istrinya?"

Gavin mengangguk "Saya tau. Saya sering telpon Naren untuk tanya kabar anak dan istri saya selama tinggal sama mereka disana."

"Narendra tau kamu dimana?"

Gavin mengangguk "Istrinya pun tau, sebenarnya beberapa waktu lalu Narendra datang ke kontrakan saya, anak istrinya ikut dan mereka juga ajak Gavriel. Lalu Narendra ajak saya ke salah satu Villa di daerah Puncak. Selama tiga hari dua malam saya bisa merasakan tidur bersama dengan anak saya setelah sekian lama."

"Kenapa Fabian bilang kamu menghilang? Sedang Narendra bisa menemukan kamu dengan mudah?"

Gavin tersenyum "saya minta Naren untuk merahasiakan keberadaan saya. . Soal keberadaan saya Naren pasti akan sangat mudah menemukan saya dimana pun saya berada"

Fatma pun mengangguk meski wajahnya masih sangat datar "Kalau kamu serius dengan ucapan kamu maka pertemukanlah saya dengan Zizi. Bahkan kalau taruhan nya harus cerai dengan Papa nya Zizi, saya rela. Saya rindu sama anak bungsu saya. Tapi saya ingin melalui kamu. Bukan Naren atau yang lain nya"

***

Dua minggu lalu...

Narendra bersama dengan anak dan istrinya dan juga Gavriel pagi-pagi sudah berangkat menuju suatu tempat. Tempat yang membuat Yasmine bingung karna jalan yang di lewatinya sangat asing. Bukan rumah orang tua nya juga bukan rumah mertua nya.

"Ini mau kemana sih, Yah?" Tanya Yasmine yang heran saat suami nya sok-sokan misterius.

Narendra tersenyum sambil tetep fokus menyetir. "Sabar bunda sayang, Ayah gak akan nyulik bunda kok. Kita pergi ke sesuatu tempat yang bakal kaget deh"

"Iya tapi kemana? Ini kok kearah toll?"

Narendra gemas sedari tadi istri cantiknya ini selalu bertanya hingga tak kuasa untuk mencubit pipi istrinya yang tampak berisi sejak hamil. "Emang lewat toll bunda cantik. Udah bunda duduk manis aja ya. Anak-anak aja pada tidur. Ayah jamin bunda suka sama tempatnya."

Yasmine pun mencebik tapi tetap mengangguk patuh pada sang suami. "Aa gak lagi ngerencanain sesuatu yang aneh-aneh lagi kan? Gak akan ke rumah hantu lagi kan?"

"Ya Allah sayang. Serius Aa gak bakal ajak kamu ke rumah hantu lagi. Asli sing demi Aa kapok pisan sayang. Kamu kan diemin Aa sampe seminggu gara-gara itu"

Yasmine mendengus sebal sambil membuang muka nya "Abis Aa usil sih sama aku. Udah tau aku gak bisa ke tempat kaya gitu. Malah ajak aku kesana. Aku tuh masih suka kesel kalau inget itu. Apalagi Aa yang ketawa puas liat aku nangis di rumah hantu"

Narendra meraih lengan istrinya lembut sembari pria itu kecup dengan sayang. "Maafin Aa sayang.. Aa kan udah janji gak bakal ajak kamu kesana lagi. Udah dong marahnya."

"Iya iya awas ya Aa kaya gitu lagi. Kita pisah ranjang!"

"Ih mana ada! Gak mau gak mau! Kamu harus bobo sama Aa! Gak ada tuh istilah pisah ranjang-pisah ranjang segala!" Ucap Narendra sembari bibirnya yang mengerucut.

"Aa itu harus di ancam. Biar gak usilin aku terus! Kemarin juga kamu bilang sampe heboh katanya ada tamu. Aku sampe buru-buru nyuci piring. Eh taunya gak ada siapa-siapa pas aku samperin. Yang ada kamu ketawa keras banget liat aku bengong di ruang tamu!"

Narendra yang mengingat kejadian kemarin sore pun kembali tertawa geli. Mengusili istrinya adalah salah satu hobi baru nya. Apalagi melihat ekspresi Yasmine yang merajuk sangat membuat nya semakin semangat untuk mengusili sang istri.

"Tuh kan ketawa lagi!"

"Ya Allah engga sayang. Aa cuma senyum doang! Kata kamu, senyuman Aa itu manis kan?"

"Bohong! Itu kamu mau ketawa-ketawain aku lagi tapi kamu tahan!" Balas Yasmine yang melihat suaminya yang mati-matian menggigit bibirnya untuk menahan tawanya yang akan pecah.

"Yaudah iya iya maaf sayang ku, cinta ku, Yasmine ku. Aa gemes banget sama kamu, sampe pengen Aa karungin bawa kekamar terus kita berbuat yang enak-enak deh."

"Usilnya ilang, mesum nya datang. Ih Aa kamu semenjak nikah lagi sama aku kenapa sih berubah banget?" Seru Yasmine menatap suaminya yang malah tertawa geli.

Narendra menatap istrinya dengan tatapan mengerling di mata Yasmine sikap tengil suami nya benar-benar menyebalkan. "Ah sayang mah sekarang gitu. Tapi selalu minta lagi setiap beres gituan."

Wajah Yasmine pun memerah sampai telinga "Astagfirullah Aa kamu ngeselin banget serius. Adik liat tuh ayah nya ngeselin banget." Balas Yasmine yang tidak bisa menahan geli sembari mengelus perut nya tatkala si adik menendang perutnya pelan seolah ingin bergabung meledek bunda nya.

Tangan kiri Narendra pun terulur dan mengusap perut buncit Yasmine. "Ayah gak ngeselin tapi ayah itu ngangenin, ya kan sayang nya ayah?" Tanya Narendra lembut sembari mata nya yang tetap fokus kedepan.

Tidak lama setelah Narendra bertanya pada si bayi, langsung terasa tendangan sedikit kencang dari dalam perut istrinya. Hal itu pun Narendra tertawa puas. "Aduh aduh adik bakal jadi anak buahnya abang ya? Sehat-sehat terus ya sayangnya ayah. Nanti malam kalau abang udah bobo, ayah jenguk adik ya? "

"Ish ayah mesum..." balas Yasmine dengan nada seperti anak kecil.

Narendra tersenyum sambil lengan kiri nya tidak lepas dari perut sang istri. "Harus mesum buktinya adik ada di perut bunda.. btw sayang, Aa tuh ajak kamu kesini karna kita mau ketemu seseorang juga."

"Siapa?"

Narendra menunjuk seseorang yang tengah berdiri dipinggir jalan dengan pakaian santai nya. "Itu!"

Yasmine menoleh kearah depan yang ditunjuk sang suami. Dan mata nya terbelalak saat melihat Gavin yang selama ini menghilang seolah ditelan oleh bumi kini ada di depan matanya. "Bang Gavin?"

"Iya sayang ku... Bang Gavin berhasil di temuin. Apalagi sekarang Bang Gavin udah balik jadi dokter."

"APA?"

"Ish ish ish bunda... janan teliak-teliak. Belisik. Ajen kan jadi banun bobo" Ucap Jendra yang mengucek mata nya karena baru bangun tidur.

Yasmine menoleh kebelakang sembari tertawa "Iya maafin bunda ya sayang? "

Mobil Narendra berhenti tepat di hadapan Gavin yang tidak sabar menunggu kedatangan mereka di depan kontrakan nya. Lalu Narendra itu membuka kaca mobil disamping istrinya.

"Bang Gavin kemana aja?!" Serbu Yasmine saat kaca mobil turun, wanita itu sepertinya sangat terkejut dengan tampilan Gavin yang berbeda. Apalagi tubuh nya saat ini sangat kurus, sangat kontras dengan beberapa waktu terakhir sebelum keributan Gavin dengan sang istri.

"Santai Yas. Itu matanya bisa keluar loh kalau melotot gitu" balas Gavin terkekeh melihat Yasmine yang seperti akan menerkamnya.

"Bang parkir mana nih? Apa kita langsung pergi?" Tanya Narendra dari kemudinya.

"Anak-anak tidur?"

Narendra menoleh kebelakang, hanya Gavriel yang tertidur. Sedangkan putranya yang baru saja terbangun sedang asik berhalusinasi dengan action figur ditangan nya.

"Gavriel tidur bang." Balas Narendra.

"Yaudah kita langsung gas aja deh." Ucap Gavin berbalik ke kontrakan nya dan kembali dengan membawa beberapa tas nya yang berisikan baju ganti dirinya selama 3 hari mereka akan berlibur.

Narendra membuka pintu samping dimana putranya duduk anteng di carseat nya. "Sayang, ayah ganggu sebentar boleh?" Tanya Narendra pelan sambil mengusap keringat di dahi putranya.

"Hu-um ada apa ayah?" Jendra menatap ayahnya.

"Ajen duduknya di pangku sama Om Gavin dulu ya? Carseat nya Ajen di cabut dulu. Nanti kalau Iel bangun baru deh tukeran duduk nya. Mau gak sayang?"

"Iel na bobo ayah" balas Jendra sambil menatap sobatnya yang terlelap pulas.

"Iya Ajen di pangku sama Om Gavin dulu." Bujuk Narendra dengan sabar.

"Ndak! Ajen mau pangku-pangku ayah aja."

"Gak bisa sayang, ayah harus nyetir mobil nya. Nanti siapa kalau bukan ayah yang bawa mobilnya? Sama Om Gavin dulu ya? Gak lama kok"

Jendra menatap ayahnya dan Gavriel bergantian tapi tak urung bocah itu mengangguk "Hmmm oke deh! Tapi kalau udah sampe Ajen mau pangku-pangku ayah ya?"

Narendra mengecup pelipis putranya gemas. "Iya siap sayangnya ayah"

"Yang lama lama ya?"

"Iya sayang"

Lalu bocah lima tahun itu langsung di gendong ayahnya. Dan Gavin dengan sigap melepas carseat Jendra yang kemudian di pindahkan ke belakang.

Saat Gavin menyimpan Carseat di bagasi perlahan mata Gavriel terbuka dan bocah itu menguap dengan lebar.

Hal itu pun membuat Yasmine menoleh kebelakang "Udah bangun ya sayang?" Tanya Yasmine pada Gavriel yang masih mengumpulkan nyawa nya.

"Yah, Gavriel bangun" panggil Yasmine pada sang suami yang masih asik bercanda menggendong putranya di samping mobil.

Lalu Narendra membuka pintu mobil tempat duduk Jendra sebelumnya. "Asiiiik Iel udah bangun. Nih liat ada siapa?" Seru Narendra menatap Gavriel yang terbengong-bengong.

Lalu Narendra mempersilahkan Gavin untuk masuk mobil dan duduk di samping Carseat Gavriel sembari menatap putranya yang masih loading. "Halo sayang papa." Ucap Gavin dengan suaranya yang mendadak serak dan mata nya yang memerah.

"Papa..." balas Gavriel manja,  meminta di peluk oleh papanya sampai air mata bocah itu keluar. Saking rindu nya pada sang papa yang menghilang.

"Sini sayang..." Gavin meraih Gavriel ke pangkuan nya.

"Papa kangen banget sama Iel. Iel sehat-sehat aja kan sayang? Maafin papa ya?"

"Hiks... papa jangan hiks... ilang-ilang lagi.... Iel kangen... hiks papa..." ucap Gavriel sembari terbata.

"Iya maafin papa ya sayang? Hari ini bobo bareng ya? Nanti kita peluk-peluk yang lama."

Disisi lain Jendra menatap keheranan pada ayahnya yang ternyata matanya tengah berkaca-kaca sembari menatap Om nya yang menangis sambil memeluk Gavriel dipangkuan nya.

"Ih ayah nanis... BUNDA AYAH NA NANIS NIH BILANG BILANG PAPA IDAN!!!" seru Jendra yang berhasil merusak suasana haru antara Gavriel dan Gavin.

Narendra mengerjapkan mata nya lalu terkekeh geli sembari menciumi pipi gembul putranya. "Usil banget sih sama ayah nya, hmmm"

"Hihihihi ampun ayah!" Seru Jendra yang memberontak kegelian saat sang ayah menggelitikinya.

Lalu Narendra berjalan kepintu sebelah kanan tepat di belakang kursi kemudi ia mendudukan Jendra di Carseat yang tadi di tempati oleh Gavriel. "Ini Kiko nya mau disimpen gak?" Tanya Narendra saat sudah memastikan putranya duduk dengan aman.

"Ajen pegang aja"

***

Dan disinilah Narendra dan keluarga kecilnya beserta Gavin dan Gavriel  liburan sejenak ke puncak yang cukup jauh. Kenapa puncak? Karena ini perjalanan rahasia, kalau mereka ke Villa mereka yang di Lembang atau Ciwidey sudah dipastikan pasti para pekerja Pradana akan cepu, apalagi mereka mengenal langsung Gavin.

Berbeda dengan Villa di Puncak ini ia memang menyewa dari client kantor Pradana yang dulu pernah menawarkan hadiah bulan madu singkat saat Narendra dan Yasmine baru rujuk. Dan sang pemilik Villa nya alias client Prada bersedia untuk menutup mulut nya agar tidak tersebar perjalanan liburan mereka.

"Gimana ceritanya udah jadi dokter lagi?" Tanya Narendra langsung pada poin nya.

Gavin menyesap kopi nya sejenak lalu terkekeh "Santai bro. Basa basi kek, tanya kabar gue dulu napa. Kebiasaan lo ah"

Sadar dengan kesalahan nya Narendra menjadi salah tingkah. "Sorry bang, gue sebenernya pengen banget ngehajar lo. Tapi gue juga bukan orang bener. Dulu bahkan gue pernah lebih brengsek dari lo"

Gavin tersenyum miris "Tapi gue emang pantes di hajar sih.. gue gagal jadi kepala keluarga, gue gagal ngelindungi dan bahagian istri gue, gue juga gagal jadi ayah." Uacp Gavin sembari menghela napas nya kasar, sesak di dada nya selalu muncul tatkala terbayang kesakitan istrinya dan itu adalah ulah dirinya sendiri.

"Gue udah cabut dari rumah. Kalau lo tanya gimana perusahaan? Jelas gue udah ngundurin diri di kantor, gue mau jadi diri gue sendiri. Gue capek di dikte terus, Ren. Padahal perjanjian nya dulu gue mau kerja di perusahaan Papi asal mereka bisa memperlakukan Zizi dan Gavriel dengan baik dan mengakui anak bini gue keluarga mereka juga. Tapi kenyataan nya yang ada di setiap momen mereka selalu ngelarang Zizi dan Gavriel datang diacara mereka. Gue selalu ditahan di rumah, bahkan mami gue ngejodohin gue sama anak temen nya."

"Pemicu mami gue ribut sama Zizi adalah karena perempuan itu selalu manas-manasin mami gue dan jelek-jelekin Zizi. Zizi yang murahan lah, matre lah dan info itu mami gue telen bulat-bulat tanpa di cek langsung."

Narendra diam hanya menatap Gavin di depan nya yang mata nya sedang berkaca-kaca. "Inget kan waktu lo ke Bali nyusulin gue waktu Zizi lahiran? Dan lo marah-marah sama gue di Cottage, karna lo ga mau gue ngikutin jejak lo tapi ujung-ujung nya gue sama lo sama-sama nyakitin istri-istri kita secara sadar. Tapi thanks banget, disitu gue sadar sama posisi gue. Tapi lagi-lagi gue gak bisa ngelawan kuasa bonyok gue, Ren. Yang bisa ngelawan bonyok gue cuma Om Pradana doang"

Narendra terkekeh "Bangsat. Kenapa bokap gue disebut-sebut sih.  ya gak gitu juga bang"

"Serius, Ren. Sejak itulah gue jadi fans berat bokap lo. Gue pengen banget punya bokap kaya Om Pradana. Cara didik anak-anak nya patut di acungi jempol"

Narendra mengangguk kalem. "Gue akui sih didikan kedua orang tua gue emang sangat-sangat baik. Bahkan gue pengen terapin itu juga sama anak-anak gue dari sekarang. Tapi didikan sebaik itu, pun tidak berhasil bikin gue untuk menghargai Yasmine dan menjaga kesakralan pernikahan kita karena secara sadar gue malah nyakitin bini gue dan itu juga sangat menyakiti perasaan bunda gue sampe masuk rumah sakit. Waktu gue cerai, bunda gue nangis-nangis minta maaf sama gue karena ngerasa gagal ngedidik gue, padahal bukan karena mereka gagal ngedidik gue, ini pure salah gue nya aja yang brengsek."

Gavin tertawa miris "Apa lagi gue? Gue merasa gak di didik dengan baik sama mami papi gue, Ren. Dari kecil selalu gue yang dapet pressure yang harus memenuhi ekspektasi mereka. Abang-abang gue? Mereka berhasil jadi pilot, jadi pembalap. Lah gue? Gue ditentang abis-abisan jadi dokter. Tapi akhirnya gue ngalah untuk kuliah dua jurusan. Gue bahkan harus menel sana sini sama cewe lain biar mau bantuin bikin tugas gue di jurusan ekonomi, karena lo ngerasain sendiri kan gimana hectic nya kuliah kedokteran."

Narendra mengangguk, dan sangat menyadari walaupun nasib mereka hampir sama dengan Gavin tapi jalan kisah nya sangat berbeda. Kalau Gavin menjadi brengsek karena tidak punya pilihan lain dengan pressure yang diberikan kedua orang tuanya. Berbeda dengan dirinya menjadi brengsek karena murni kesalahan nya sendiri yang menyia-nyiakan perempuan yang mencintainya dengan tulus. "Gue satu jurusan aja stress banget dulu di tambah masalah gue dulu pas keciduk sama Yasmine."

Mengingat itu Gavin tertawa puas "Iya gue inget banget lo bego sih malah marahin Yasmine, padahal kan Yasmine jelas-jelas di rugi kan. Merawanin anak orang."

Narendra menyesap kopi hitam nya "Gue reflek banget Bang, gue kaget bangun-bangun kita berdua sama-sama gak pake baju. Gue saking ngerasa bersalahnya karna udah ngerusak dia jadi emosional bentak-bentak dia. Dan emang tidak bisa benarkan sikap kasar gue waktu itu. Brengsek banget gue"

"Haris pernah bilang kaya gak nyangka liat lo sekarang segitu bucin nya sama Yasmine. Sampe dia ada kepikiran itu pure cinta atau karena ngerasa bersalah aja. Sorry to say ya Ren, karena gue juga ada di posisi lo."

Narendra mengangguk paham tidak sedikit orang yang menganggapnya kalau perlakuan manis pada sang istri adalah rasa bersalah nya di masa lalu. Termasuk kedua orang tua nya sendiri meragukan rasa cinta nya yang besar pada istrinya. "Gapapa bang. Banyak kok yang bilang gitu. Tapi Yasmine selalu nyemangatin gue kalau dia percaya gue cinta banget sama dia. Gue nikahin dia lagi karena emang gue pengen ngehabisin masa tua gue sama dia. Gue mendedikasikan hidup gue buat dia juga. Bahkan semua aset gue di pindah tangankan atas nama dia. Sebesar apapun nominal uang di bumi ini, rasa cinta gue sama sekali gak terhitung buat Yasmine. Percaya deh bang, setelah ngerasa kehilangan dan lo berhasil di kasih kesempatan lagi  sama tuhan buat sama-sama lagi sama pasangan kita, sumpah lo bakal ngerasain gimana bucin nya kita sama istri kita. Si punggungin aja galau nya setengah mampus."

"I hope so... tapi gue masih malu Ren. Gue takut juga kalau Zizi emang gak mau nerima gue lagi. Karna percuma gue menjelaskan cerita aslinya seperti apa, karna ujung-ujung nya gue nyakitin Zizi lagi dan lagi."

"Tapi sorry banget bang gue mau nanya, kalau selama lo menel sama cewek pernah lo bawa ngamar juga gak?" Tanya Narendra dengan wajah nya yang sungkan.

Gavin terkekeh miris, sahabatnya sendiri pun ada berpikiran seperti itu, apalagi Zizi istrinya. "Kalau gue bilang gue lepas perjaka sama Zizi lo percaya gak?"

Dengan santai Narendra mengangguk "Percaya.. karena kadang apa yang terlihat belum tentu seperti apa yang terjadi."

"Gue gak pernah tidurin anak orang kecuali Zizi. Gue akui kalau gue brengsek bilang ke Zizi kalau gue malu karena temen-temen gue udah pernah ngerasain itu sedang kan gue belum. Diluar ekspektasi Zizi malah nawarin tubuhnya buat gue asal gue gak menel ke cewek lain. Gue emang sering keluar masuk hotel bukan ngelakuin itu. Tapi gue anter cewek-cewek itu ke sana buat nemuin abang-abang senior, lo tau sendiri lah bangsat nya senior-senior kita dulu. Tapi gue juga bangsat juga, zinah secara sadar sama Zizi."

"Tapi lo sering jalan sama mereka?"

"Kalau jalan mah ya sering. Tapi sekedar jalan aja, yang ujung-ujung nya gue minta buatin tugas manajemen tapi gak gratis, gue traktir mereka makan di resto."

"Teh Zizi tau alasan lo ini?"

Gavin menggelengkan kepalanya. "Zizi taunya gue selingkuh aja. Gue tuh dalam satu hari bisa jalan sama cewek yang beda kaya pagi sama siapa dan siang sama siapa, kalau malem pasti sama Zizi. Masalah ini gue ga bisa jelasin sama dia. Karena terlalu rumit untuk paham sama masalah gue dan keluarga gue. Tapi gue nyesel karna gue terlalu pasif gue kehilangan Zizi sekarang."

Narendra menyandarkan tubuhnya di senderan sofa "Tau gak bang? Anak-anak nganggap lo brengsek banget ninggalin anak sendirian. Bian aja pengen banget ngehajar lo. Tapi lalau Zidan sih katanya pengen jambak pala lu aja sampe putus. Tapi gue yakin itu cuma emosi sesaat aja. Mereka gak tau cerita aslinya."

"Gak papa gue di hajar juga, gue pantes kok. Tapi kalau di jambak sampe pala gue putus, ya jangan lah. Gue masih pengen hidup. Pengen memperbaiki hidup gue, dan rumah tangga gue. Tapi kayanya udah terlambat"

"Belum bang. Belum terlambat. Masih ada waktu, tapi itu gimana lo nya aja sih bakal memanfaatkan atau menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Saran gue sih cepet gerak bang. Jangan kaya gue yang harus kehilangan dulu baru sadar. Sumpah rasanya ga enak banget. Lagian Teh Zizi mau bikin akta lahir buat Gavriel dan itu butuh tanda tangan lo."

Gavin menatap lurus Narendra yang juga menatapnya. Lalu Gavin menghela napasnya kasar. "Sebenernya diem-diem gue udah bikin akta waktu Gavriel umur 3 tahun. Tapi lagi-lagi ketauan nyokap jadinya sampe sekarang akta nya di sita."

Mata Narendra pun membola "Oh ya? Alasanya apa sampe mami lo sita?"

"Karna gue selalu nolak perjodohan mami gue. Mami gue nyuruh gue nikah lagi, dan brengsek nya itu cewek dijadiin sekretaris gue di kantor."

"Tapi itu cewek tau lo udah nikah?"

Gavin mengangguk "Tau malah itu cewek siap di madu. Stress gak tuh? Gue selalu nolak di setiap mami gue minta nikahin dia. Lagian itu gue tau kok itu cewek sering tidur sama temen abang gue yang pembalap juga. Ngeri gue sama pergaulan nya. Lagian gue juga cinta sama bini gue Ren. Makanya gue pindah duluan karna gue pengen Zizi lebih lepas sama beban nya di rumah lama. Dia selalu inget ibunya kalau di rumah itu, ujung-ujung nya bini gue sakit."

Gavin menghela napasnya kasar "Udah lebih lima kali gue ke rumah orang tua Zizi, ujung-ujung nya gue di usir sama ajudan nya. Doain gue ya, mudah-mudahan kedepan nya orang tua Zizi mau nerima gue." Lanjut Gavin dengan nada frustasinya.

Narendra mengangguk sambil tersenyum menyemangati sahabatnya yang sedang tertimpa masalah. "Pasti bang. Gue pasti berdoa yang terbaik buat rumah tangga lo."

Tidak lama hening diantara kedua nya, dan keluarlah ibu hamil yang sudah berganti pakaian dengan daster bermotif bunga-bunga memanggil suaminya. "Ayah, gak mau ganti baju dulu?" Tanya Yasmine di daun pintu balkon lantai 2 dimana Narendra dan Gavin berbicara serius.

Narendra menoleh kearah sang istri begitu pun juga dengan Gavin. "Nanti deh, sekalian Aa mau renang dulu udah janji sama Ajen biar mandi nya gak dua kali."

"Tapi anak-anak tidur loh, A."

"Yaudah sayang sini aja kita ngobrol, kan kamu katanya mau bejek-bejek Bang Gavin kalau ketemu? Ini orang ada" Ucap Narendra sambil meledek istrinya yang selalu emosi jika membicarakan Gavin.

Yasmine mengerucutkan bibirnya tapi tetap berjalan mendekati mereka dan duduk di samping sang suami. "Udah gak mood lagi ah, tenaga aku udah habis."

"Tenaga nya sisain buat malam dong yang" ucap Narendra dengan mesum.

"IH! Mesum!"

Gavin pun terkekeh merasa gemas dengan ibu hamil yang semakin hari semakin lucu dan menggemaskan. "Jangan di bejek-bejek dong Yas. Kasihan Gavriel masa papa nya di bejek sama bunda Ajen sampe di rujak."

"Aa mah hiperbola bang. Jangan di dengerin" balas Yasmine yang saat ini bersandar di dada suaminya.

Tidak berbeda dengan Gavin yang merasa gemas dengan ibu hamil ini, Narendra pun yang suami nya juga ikut terkekeh gemas lalu mengecup pipi istrinya yang tembam. "Kamu kenapa sih ngegemesin banget, hmmm?" Gumam Narendra sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang.

"Gak suka ya?"

"Suka dong, suka banget malah. Jadi makin cinta sama kamu."

"Ih Aa bau! Malah gombal" Dengus Yasmine dengan telinga yang memerah.

"Kok gombal sih sayang? Ini murni dari hati Aa kalau Aa semakin hari semakin cinta sama kamu."

Gavin yang melihat kemesraan Narendra dengan Yasmine menjadi terkekeh, tapi di sisi lain hatinya menjadi hampa juga hatinya  merasa sesak karena merindukan sang istri yang sangat ia cintai yang jauh disana.

"Aneh ya Yas?" Tanya Gavin.

Yasmine menatap Gavin di hadapan nya. "Aneh gimana?"

"Dulu Naren kan suka maki-maki kamu, sekarang  malah obral cinta mulu. Bakal nyangka gak ada di posisi sekarang?"

Yasmine tersenyum sembari menatap suaminya yang juga menuntut jawaban atas pertanyaan Gavin barusan. "Kalau sekarang sih semenjak kita nikah lagi perasaan aneh nya udah ilang, paling kaya rasa gak nyangka aja bisa terbalaskan perasaan aku setelah sekian lama. Kalau perasaan aneh sih semenjak cerai, sikap Aa berubah banget, kaya Aa lebih banyak ngabisin waktu sama aku sama Ajen dibandingkan sebelum waktu kita masih nikah pertama. Terus semenjak cerai Aa suka cemburu gak jelas kalau ada laki-laki yang deketin aku."

"Cemburu gimana tuh?" Tanya Gavin penasaran.

"Suka nyindir-nyindir terus kaya bilang 'Inget umur, inget udah punya anak gausah macem-macem segala pacaran-pacaran belum tentu laku' kan ngeselin ya ngomong nya gitu terus tiap ketemu" Balas Yasmine yang membuat Narendra tertawa geli.

"Sebenernya pas nikah pertama kalian, Naren lebih sering cemburu Yas tapi gengsi aja.."

Yasmine pun mengangguk semangat "Iya bang, pelajaran buat abang juga. Jangan gengsi-gengsi jadi suami. Istri itu lebih suka suami nya terbuka apa adanya. Kalau di pendem-pendem sendiri bukan nya hebat, biar di anggap sok kuat padahal itu cupu aslinya. Ujung-ujung nya nyesel kan di tinggal istri? Kalau abang emang sayang sama Kak Zizi, buktiin bang. Soalnya di tempat kerja Kak Zizi ada yang naksir sama Kak Zizi loh, ganteng banget." Ucap Yasmine yang membuat Gavin kalah telak, bahkan jantung nya nyaris copot saat tau kabar istrinya di taksir orang lain.

Narendra pun kembali tertawa melihat perubahan wajah Gavin yang tegang, lalu tanpa permisi pria itu langsung masuk kedalam Villa seperti mencari sesuatu.

"Emang iya gitu sayang? Perasaan ga ada kabar itu deh?"

Yasmine mengangguk santai tatkala sang suami mengusap perut besarnya "Emang. Biarin aja abis Bang Gavin lambat banget sih. Aku kan jadi gemes sendiri. Dia itu kaya Aa, harus ada triger dulu baru bergerak."

Narendra pun kembali tertawa kegelian dengan tingkah lucu sang istri. Pria itu pun menghadapkan wajah istrinya tepat di depan wajahnya, lalu mencium mesra bibir sang istri dan mengulumnya cukup lama hingga nafas mereka sama-sama kehabisan. "Usil banget sih bunda cantik ini. Kasian Bang Gavin nya kelabakan sayang" ucap Narendra sambil memeluk sayang istri yang terlihat nyaman berada di dekapan nya.

***

Maaf ya kepanjangan✌🏻

Continue Reading

You'll Also Like

2K 326 36
"Apaan banget deh! Annoying!" dengusnya tak suka tatkala mendengar orang yang menempati ranking satu bukanlah dirinya lagi, melainkan anak pindahan s...
390K 6K 76
Peringatan keras, INI ADALAH CERITA DEWASA. ANAK DIBAWAH UMUR 18 DILARANG BACA. Kumpulan cerita dewasa misteri ilmu gaib dengan adegan sex dewasa.
16.3K 563 7
Oneshot | bxb | Mpreg | Renjun x NCT. © crayollet
30.5K 1.4K 10
[ END ] Yeonjun yang begitu posesif terhadap adik satu-satunya ternyata tumbuh perasaan lain dihatinya. - Yeontae ft beomtae