Rembulan Yang Sirna

By Elmuro11

1.6M 116K 35.4K

Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55

Chapter 24

26.5K 2.2K 849
By Elmuro11

Hai-Hai semuanya

RYS kembali update, seneng gak nih?

Pada kangen gak nih? Rajin-rajin ya kalian vote + komennya biar Umma semangat updatenya

Target 600 Vote + 700 Komen

Yuk bisa yuk tembus target, biar Chapter 25 segera meluncur



"Bagaimana seorang anak perempuan akan mudah jatuh cinta. Jika cinta pertamanya saja, membuat hatinya terluka."

~Zalfa Anindira El-Malik~

Indonesia, adalah negara tempat Zalfa saat ini. Tepatnya di kota Bandung, Jawa Barat. Semalam, Zalfa baru sampai di rumahnya. Di sambut hangat oleh Amma Maryam, senyuman terukir di wajah Amma Maryam ketika melihat kedua anaknya sampai dengan selamat.

Kini fikiran Zalfa tertuju ke pembicaraan Zafran beberapa hari lalu. Kalau ia akan datang ke rumah Zalfa pekan ini. Ketika di meja makan, Zalfa lebih banyak diam. Sehingga, Amma Maryam yang melihatpun heran dengan sikap Zalfa.

"Dek," panggil Fathan membuyarkan lamunan Zalfa.

"A-bang!" Teriak Zalfa.

"Kok marah sih?" Ucap Fathan, tidak merasa bersalah.

"Udah-udah, yuk sarapan. Keburu dingin loh makanannya," ucap Amma Maryam, menyodorkan piring ke arah Zalfa dan juga Fathan.

Zalfa dan Fathan pun mengambil nasi dan lauk-pauk yang sudah di siapkan oleh Amma Maryam.

"Oh ya dek, in Syaa Allah hari ini ada yang mau datang ke rumah loh," ucap Fathan di sela-sela makannya.

"Oh," jawab Zalfa acuh.

"Kok oh doang sih dek?" Tanya Fathan heran.

"Terus aku harus bilang apa?" Tanya Zalfa menatap Fathan intens.

"Tanya kek, siapa?" Jawab Fathan ketus.

"Siapa sih bang yang mau datang?" Ucap Zalfa dengan nada meledek.

"Zafran,"

Deg

Mendengar jawaban Fathan, Zalfa diam membeku. Sedangkan, Amma Maryam tersenyum ketika mendengar jawaban Fathan.

"In Syaa Allah, hari ini nak Zafran akan datang ke sini. Untuk mengutarakan niat baiknya,," ucap Amma Maryam tersenyum ke arah Zalfa. Namun si empu hanya diam dengan tatapan lurus ke depan.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Bang, tolong bilang ke kak Zafran. Pintu rumah aku masih terkunci," tegas Zalfa dengan menghentikan aktifitas makannya.

"Dek," panggil Fathan dengan nada rendah.

"Abang ngerti adek gak sih? Adek gak mau nikah dulu bang!" Ucap Zalfa dengan penuh penekanan.

"Dek, dia itu lelaki yang baik," ucap Fathan dengan memegang bahu Zalfa. Namun dengan cepat, Zalfa menghentakkan bahunya hingga tangan Fathan terlepas.

"Bang, Abang ngerti gak sih kalau ada di posisi aku? Asal Abang tau, aku di Mesir udah ketemu sama Abba dan keluarga barunya. Dan Abang tau, gimana hati aku sekarang?" Ucap Zalfa dengan sorot mata tajam dan menahan tangisnya.

"Han-cur bang," lanjut Zalfa bersamaan dengan air matanya yang menetes.

"Han-cur," lirih Zalfa dengan suara yang melemah.

Deg

"Sekarang aku tanya sama Abang!" ucap Zalfa dengan menghapus air matanya dengan kasar.

"Bagaimana seorang anak perempuan akan muda jatuh cinta. Jika cinta pertamanya saja, membuat hatinya terluka?"

"Dek, dengerin Abang dulu," ucap Fathan meraih tangan Zalfa. Namun secepat kilat, Zalfa menepisnya dengan kasar.

Mendengar penuturan Zalfa, membuat hati Amma Maryam seperti di tusuk ribuan pedang tajam.

"Dek," panggil Amma Maryam, berjalan ke arah Zalfa yang sudah luruh ke lantai dengan tangisan yang begitu pedih jika di dengar.

"Ma-af Amma," ucap Zalfa di sela-sela tangisnya.

"Enggak sayang, kamu gak salah," ucap Amma Maryam dengan memeluk Zalfa erat.

Fathan hanya terdiam dan mengambil air minum untuk meredamkan amarahnya.

"Astagfirullahal 'adzim, lindungilah 2 perempuan yang hamba sayangi Yaa Rabb. Hamba gak mau Amma dan Zalfa terluka lebih jauh lagi," lirih Fathan dalam hati.

Setelah tenang, Zalfa melepaskan pelukan Amma Maryam. Dan beralih menatap ke arah Fathan yang sedang melamun di kursi meja makan. Zalfa mengambil posisi berdiri, perlahan ia berjalan ke arah Fathan.

"Bang," panggil Zalfa dengan nada takut.

Fathan menoleh, tanpa aba-aba ia menarik Zalfa ke dekapannya.

"Maafin Abang ya dek," lirih Fathan dengan mengusap kepala Zalfa.

Bukan jawaban yang terdengar dari lisan Zalfa, melainkan suara isakan di dalam dekapan Fathan.

"Maafin aku ya bang," ucap Zalfa di sela-sela tangisnya.

Fathan tidak menjawab, ia hanya mengusap kepala Zalfa.

Setelah tidak terdengar isakan Zalfa, Fathan melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata Zalfa.

"Maafin Abang ya," ucap Fathan dengan memegang kepala Zalfa.

"Enggak papa bang,"

"Kalo Zafran adalah laki-laki yang terbaik menurut Allah buat kamu. In Syaa Allah, Allah akan mempermudah jalan kalian," ucap Fathan dengan mengusap kepala Zalfa.

"Aamiinin dong dek,"

"Aamiin,"

"Apaan sih bang," ucap Zalfa ketus.

Sedangkan Amma Maryam yang melihat ke dua anaknya sudah berbaikan hanya tersenyum. Perlahan berjalan ke arah Fathan dan Zalfa yang sedang bersenda gurau.

"Kan sudah baikan nih, mending bantuin Amma yuk,"

"Bantuin apa Amma?" Tanya Fathan.

"Bikin kue buat calon mantu," goda Amma Maryam dengan tersenyum ke arah Zalfa.

"Ammaaa," rengek Zalfa, sedangkan Amma Maryam tersenyum jail dan berjalan ke arah dapur.

***

Setelah 2 jam berkutat di dapur, akhirnya kue brownies yang atasnya di taburi keju dan coklat pun sudah jadi. Senyuman terbit di wajah Zalfa, membuat Amma Maryam yang melihatnya pun menggeleng pelan.

"Gak baik loh, ngelamunin yang bukan mahram," ucap Amma Maryam dengan menyenggol lengan Zalfa.

"Eng-gak kok Amma, a-ku lagi liat kue," gugup Zalfa.

"Halah.. Bohong Amma, pasti adek lagi mikirin singa indo," ledek Fathan.

"Singa indo?"

"Iya Amma singa indo,"

"Abang!" Teriak Zalfa dengan berlari ke arah Fathan.

"Si-nga in-do i-tu-"

Fathan tidak meneruskan ucapannya, karena Zalfa membungkam mulutnya

"Jangan percaya bang Fathan Amma," ucap Zalfa dengan nada panik.

"Itu jul-"

Aww

Fathan meringis kesakitan, ketika kakinya di injak oleh Zalfa.

"Rasain," ucap Zalfa dengan penuh penekanan.

"Udah-udah, mending sekarang adek bantuin Amma beresin dapur,"

"Siap Amma,"

"Dadah Abang," ucap Zalfa dengan melambaikan tangannya.

"Makanya jadi Abang itu, jangan usil," lanjut Zalfa dengan tersenyum menang.

Fathan hanya menggelengkan kepala, mendengar ucapan Zalfa.

"Kamu tuh aneh dek, tadi nangis. Tapi sekarang bisa seceria itu, kek gak ada masalah apa-apa," ucap Fathan, melihat ke arah Zalfa yang sedang mencuci piring.

Setelah selesai membereskan dapur, Zalfa masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Membutuhkan waktu 20 menit, untuk membersihkan diri.

Kini Zalfa sedang duduk di depan meja rias, menatap dirinya di depan cermin. Sorot matanya terlihat sedih, tanpa permisi air matanya menetes begitu saja.

"Kenapa ya, aku kangen banget sama Abba," ucap Zalfa berusaha tersenyum, namun air matanya tetap menetes. Dengan gerakan cepat, Zalfa menghapus air matanya.

"Jangan cengen Zalfa,"

"Ada Allah,"

Setelah mengucapkan itu, Zalfa kembali bergelut dengan fikirannya sendiri.

"Tapi, kenapa ya kok aku ngerasa bersalah sama kak Zafran," ucap Zalfa dengan mengerucutkan bibirnya.

Tiba-tiba Zalfa tersenyum, ketika sebuah ide muncul di fikirannya. Zalfa berlari kecil ke arah meja belajar, mengambil sebuah map berukuran sedang dan mengambil pulpen berwarna pink.

Kata demi kata ia tuliskan dengan penuh makna dan tantangan. Tidak membutuhkan waktu lama, tulisan itu sudah selesai. Zalfa bernafas lega dan segera mengambil kertas yang ia tulis di map binder. Melipatnya dengan rapih, memasukkan kertas itu kedalam amplop surat yang berwarna ungu.

"Selesai," ucap Zalfa, memegang amplop itu dengan tersenyum.

"Aku tidak yakin, kalo kamu akan berjuang lebih jauh," ucap Zalfa dengan tersenyum miring.

Tok Tok Tok

"Dek,"

"Iya Amma bentar,"

Ceklek

"Kamu lagi ngapain?"

"Emm.. la-gi diem aja Amma,"

Amma Maryam mengangguk paham.

"Udah shalat asar?"

"Udah dong Amma,"

"Yaudah, sekarang kamu siap-siap. Kakek sebentar lagi mau kesini," ucap Amma Maryam.

"Bukannya lusa ya Amma?" Tanya Zalfa heran.

"Katanya kakek sekalian ingin memperkenalkan kamu sama anak dari donatur pesantren," ucap Amma Maryam, membuat Zalfa mematung.

10 detik setelah itu, Zalfa membuka suara kembali.

"Amma," panggil Zalfa pelan.

"Iya?"

"Boleh gak, adek menolak perjodohan dari kakek?" Tanya Zalfa dengan menundukkan kepalanya.

"Dek, liat Amma,"

Mendengar perintah itu, Zalfa langsung menatap ke arah Amma Maryam.

"Kakek atau Amma gak memaksa kamu, buat menerima perjodohan ini. Harus adek tahu, pertemuan ini hanya silaturahmi saja tidak lebih,"

"Makasih Amma," ucap Zalfa dengan memeluk Amma Maryam erat.

"Ada acara apa nih, kok peluk-pelukan," ucap Fathan dengan memegang handphone di tangannya.

Mendengar suara Fathan, refleks Zalfa melepaskan pelukannya. Beralih menatap Fathan heran.

"Kenapa bang?" Tanya Amma Maryam.

"Ini Amma, katanya kakek gak jadi sekarang kesini nya. Mungkin malem sekitar jam 8, soalnya harus ngisi pengajian dulu katanya,"

"Oh gitu," ucap Amma Maryam dengan mengangguk paham.

"Tapi, ada kabar gembira Amma,"

"Apa tuh," ucap Zalfa dengan nada meledek.

"Ba'da Maghrib, Zafran ke sini Amma,"

Deg

"Sekarang dia lagi ngisi kajian dulu setelah selesai baru ke sini," lanjut Fathan.

"Oh," jawab Zalfa singkat, lalu masuk ke kamar tanpa menoleh ke arah Amma Maryam dan juga Fathan.

"Orang Salting gitu kali ya," ucap Fathan, melihat ke arah Zalfa yang menutup pintu kamarnya.

"Kok aku jadi deg-degan gini sih,"

***

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Setelah shalat Maghrib, Zalfa diam-diam keluar rumah lewat pintu belakang. Sebelum pergi, ia meletakkan surat di atas nakas yang ia tulis tadi sore.

Entah apa yang ada di fikiran Zalfa, ia memilih mengendarai motor di banding mobil yang biasa ia pakai. Ketika Zalfa sedang mendorong motor, ada sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan rumahnya. Dengan gerakan cepat Zalfa berjongkok di samping motor. Tanpa Zalfa sadari orang itu tersenyum ke arah Zalfa. Orang itu dengan sengaja menyalakan klakson untuk mengagetkan Zalfa.

"Astagfirullah," ucap Zalfa dengan memegang dadanya.

Karena kaget, Zalfa berjalan ke arah mobil itu dengan tatapan marah.

"Tunggu!" Teriak Zalfa, membuat mobil hitam itu berhenti.

"Keluar lo!" Teriak Zalfa.

Tanpa menunggu lama, pengendara mobil itu keluar. Lelaki yang bertubuh tinggi, dengan memakai kemeja abu dan celana hitam. Rambutnya terlihat rapih namun sedikit basah. Zalfa kaget ketika melihat sosok laki-laki yang saat ini ada di depannya.

"Kak Zaf-ran,"

~Bersambung~

***

Hai semuanya..

Huhuy.. akhirnya bisa update juga

Gimana chapter ini? Bahagia gak?

Nyengir kan? Wkwk

Apakah Doble Z akan berlayar? Atau kandas sebelum di mulai?

Mana nih pendukung Zalfa + Zafran👉

Pendukung Farhan + Zalfa 👉

Pesan untuk Author 👉

Spam Next

Spam Komen

Siap-siap Chapter 25, bakal lebih seru lagi😍

Target 600 Vote + 700 Komen

Jangan lupa follow ya..

______________________

Sabtu, 25 Maret 2023

Continue Reading

You'll Also Like

2.7K 601 50
Naifa Hasna Zulaikha gadis cantik yang terlahir dari keluarga paham agama. Meskipun seperti itu tidak membuat Naifa menjalankan kewajibannya sebagai...
DARAYA By Y U E

Teen Fiction

76.2K 6.6K 17
Transmigration || BL AREA!! Alfonso Daraya Rozentine, seorang CEO yang mati saat menyelamatkan anak kembarnya yang di culik oleh musuh bisnisnya. Ia...
3.8K 468 46
Tak pernah Kinara bayangkan ia akan menjadi seorang istri dari orang seaneh Leon sekaligus agen rahasianya. Meski pernikahan mereka hanya berlandask...
334K 35.6K 31
"Ustad, kata Abah kapan nih datang ke rumah?" "Kapan-kapan." "Kapannya itu kapan, Ustad Ayang!!!" "Nanti kalau saya mau nikah, Saya datang ke rumah...