Pengabdi Istri (The Series)

By Indomie2Bungkus

127K 13.3K 3.2K

Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun b... More

2. Naren Bulol Era
3. Tidak seindah yang terlihat
4. Aku sakit
5. bapak-bapak galau
6. Mulut lancip
7. Suami Sieun Istri
8. Pengeretan vs Sultan
9. Dia datang
10. Rekonsiliasi
11. Bocil Berulah
12. Cemburu seorang istri
13. Bertemu Gavin
14. Huru hara ini
15. Danindra to the rescue
16. Ada yang pundung
17. Curhat dong
18. Botram
19. Gengster Squad
20. Drama Puasa
Special Chapter
Special Chapter 2
22. Lepaskan?
23. Galau part kesekian
24. Lebar-an (1)
25. Lebar-an (2)
26. Baby Girl
27. Kenyataan yang sebenarnya
28. Rayuan Maut Danindra
29. Jendra pelindung ayah!
30. Kehebohan Zidan
31. Agustusan Nih
32. Agustusan Nih (2)
33. Buy 1 get 1
34. Skandal Baru
35. The Arsenio's
36. Comeback Aji dan Indra
37. Siapa yang bodoh?
38. Ternyata....
39. Rencana - A
39. Rencana - B
39. Rencana - C
40. After
41. Fakta Baru
Special Chapter (3)
Special Chapter (4)
42. Ayo, cepet bangun ayah!
43. Obrolan tak berfaedah
44. Saat-Saat Menyebalkan
45. Nikmatnya Bergosip
46. Sayang Istri
47. Pengrusuh
49. Fabian vs Narendra
48. Lanjut Nikahan
50. Hilang
51. Katakan Peta
52. Ember Bocor
53. Keciduk
54. Tantrum
55. Ronda Core
56. Nama anak
57. Takdir yang Rumit
58. Keciduk Lagi
59. Sisi Menyebalkan Narendra

1. Tukeran Kado

8.1K 374 66
By Indomie2Bungkus


***

Kejujuran adalah kunci dalam suatu hubungan. Kalau kamu bisa memalsukannya, berarti aman.


***

Pagi-pagi sekali Zidan menyapu halaman depan rumah baru nya diiringi dengan gerutuan untuk mama nya yang sejak malam memilih menginap di rumah barunya, padahal di sebrang ada rumah adiknya yang dua kali lipat besar.

Niat awal Tania memang ingin menginap di rumah putri bungsu nya bahkan tas travel nya sudah ia bawa ke rumah Yasmine. Tapi saat semalam setelah hujan Tania berkunjung sebentar bertujuan untuk memberikan makanan untuk Zidan dan istrinya. Apalagi Zidan baru dua hari yang lalu pindahan rumah. Jadi Tania ingin mengecek sudah serapi apa rumah baru anaknya di sebrang.

Tapi hal yang tak terduga adalah saat Tania memasuki rumah anak tengahnya sang anak sedang asik bermain PS sedangkan istrinya sedang mengangkut galon dengan kesusahan. Melihat itu Tania tentu  murka, benar-benar titisan Bima sekali! Main PS lebih penting daripada membantu istrinya.

Akhirnya Tania menelpon menantu laki-laki satu-satunya untuk membawakan tas travel ke rumah Zidan. Dan Tania yang awalnya berniat hanya menginap selama dua malam menjadi extend selama 1 minggu. Tania akan mengajarkan putra tengah nya menjadi suami yang baik.

"CIEEEEEE ADA IJAH LAGI NYAPU. SINI DONG MAMPIR SEKALIAN!" Seru Fabian dari balkon rumah nya sembari tertawa terbahak-bahak. Melihat Zidan kesusahan adalah hiburan untuk dirinya.

Zidan mendongakkan kepalanya seraya mendengus sebal "BERISIK SARBIAN!! Jangan bikin ini semua sampah gue tumpahin ke rumah lo! "

"TANTE TANIA INI ANAKNYA NGANCEM-NGANCEM NIH!!" Fabian teriak lagi sambil menyebut-nyebut ibu dari Zidan itu. Lalu pria itu kembali memasuki rumah nya sedangkan Zidan hanya mendengus.

"Bacottt!! Udah mau jadi bapak tapi ngaduan kaya bocil!" Dumel Zidan sambil melanjutkan kegiatan menyampu halaman nya.

"Halloooo Papa Idan! Ajen dah mandiiii" Sapa Jendra di depan rumah nya dengan nada yang super ceria tidak lupa dengan cengiran andalan nya.

"Aduh anak papa dah mandi ya?Siapa yang mandiin Jen?" Tanya Zidan yang masih sambil menyapu.

"Ayah Ajen dong!"

"Pantes"

"Ajen jadi ganteng ya Papa?"

Zidan tertawa dengan lepas "Mana ada, yang ada itu muka kamu penuh bedak-bedak, kaya tuyul sih iya!"

"AYAH! MASA KATA PAPA IDAN AJEN KAYA TUYUL. AJEN KAN GANTENG AYAH! HUHUHU" Narendra yang sedang menyiram tanaman pun langsung mengarahkan nya pada Zidan, sebab tidak tahukah kakak iparnya itu bahwa untuk bisa memandikan Jendra butuh seribu jurus yang harus ia keluarkan agar putranya mau mandi. Terlebih mengajarkan putra nya untuk disiplin mandi setiap pagi. Dan juga bocah lima tahun itu akan menjadi kakak, jadi Jendra sudah mulai di ajarkan oleh ayah dan bunda nya untuk mandi sendiri. Meskipun ujung-ujung nya Narendra masih harus kembali memandikan ulang anak kesayangan nya itu. Tidak apa-apa namaya belajar. Makanya ia tidak terima saat putra nya di katakan tuyul oleh kakak ipar nya sendiri. "Naren anjirrr basah gue!!"

"Silam yang banyak-banyak ayah! Bial papa Idan mandi! Soalnya Papa Idan kata om Aji bau ketek!" Kompor bocah lima tahun yang merasa puas saat ayahnya ikut membelanya.

Zidan mendengus kembali pagi ini sudah ada dua setengah orang yang membuatnya kesal sampe ke ubun-ubun. Buru-buru menyelesaikan pekerjaan nya, lalu ia masuk ke dalam rumahnya dengan hati yang gondok setengah mati.

"Kenapa? Kok basah-basah?" Tanya sang istri yang sejak tadi menguping dan memperhatikan dari jendela kegiatan suami nya saat menyapu tadi. Tapi wanita itu tidak tahu suaminya menjadi basah-basah begini.

Zidan menatap istrinya hanya dengan menggelengkan kepala nya sebagai jawaban. "Di siram Naren"

"Gara-gara apa?"

Zidan menghela napasnya "Tadi Ajen nangis cuma karna aku bilang kaya tuyul"

Gia yang hapal dengan mood suaminya ini pun mengelus kepala Zidan pelan. "Makanya mulutnya dijaga dong, Dan. Kasian loh Naren lagi berusaha buat nebus kesalahan ke anak sama istrinya. Eh malah kamu katain anaknya kaya tuyul mana Ajen nya nangis. Aku sih jadi Naren ya pasti kesel, susah-susah mandiin. eh dikatain tuyul pula anaknya, rasanya aku pengen banget sleding kepala kamu."

"Kamu kok bela si Naren sih? Masih naksir kamu sama Naren hah?" Tanya Zidan dengan suara yang frustasi.

Gia langsung memukul pundak suaminya dengan keras "Dibilangin malah ngelantur. Itu kan dulu waktu SMA dan itu udah panjaaaaaaaaaang banget cerita lama doang. Lagian aku cuma suka kok! Ih ngeselin banget sih kamu! Untung udah jadi suami lu! Dibilangin malah bebal"

"Kenapa kok pagi-pagi kalian udah ribut aja?" Tania muncul yang membuat Zidan berdecak keras!

Gia langsung merubah ekspresinya lantas tersenyum sambil mengadu kelakuan sang suami pada mertuanya itu "Itu Ma, tadi diluar pas Idan lagi nyapu, malah ngatain Ajen kayak tuyul, nangis kan anaknya. Mungkin saking keselnya, sama Naren yang emang kebetulan lagi nyiram bunga langsung nyiram Idan pake selang"

Tania langsung menjewer telinga anak tengah nya itu yang membuat Zidan mengaduh kesakitan. "Kamu sembarangan ngatain cucu kesayangan mama! Harusnya kamu malu dong, Dan! Keponakan nya udah mandi rajin, ini kamu masih bau iler, jorok lagi! Lagian kamu juga salah, wajar lah Naren kesel"

"Ish mama kok belain Naren sih? Kan dia yang siram Idan? Mama naksir ya sama Naren?"

Tania semakin menarik telinga putranya yang juga semakin membuat putranya mengaduh kesakitan. "ADUH MAH AMPUN nanti kuping Idan copot. Ini bukan lego soalnya"

Perlahan tangan Tania melepaskan jeweran nya "Kalau ngomong itu di filter, Dan. Gak heran sih mama, kalau Naren sampe nyiram kamu. Dia itu lagi membiasakan mandiin anaknya setiap pagi supaya disiplin. Malah dikatain tuyul, biarin suatu saat nanti kamu punya anak bakal ngalamin kaya gitu."

"Dih si mamah nyumpahi anak nya sendiri."

Tania menoyor kepala anak tengahnya yang susah dibilangin ini "Jawab mulu ini anak! Kamu udah nikah Idan, tapi masih aja kelakuan nya sama kaya anak SMP. Minta maaf nanti sama cucu mama! Paham gak?"

"..." Zidan diam tanpa berniat membalas ucapan ibu nya.

"Paham gak?"

"..." Lagi-lagi Zidan bungkam yang membuat Tania semakin gemas untuk menjewer anaknya lagi. Sedangkan Gia hanya meringis menatap sang suami yang terlihat kesakitan. Dalam hati wanita itu meminta maaf pada tuhan, karena dirinya sang suami jadi di siksa oleh ibu mertuanya.

"Aduh mama jangan jewer Idan. Sakit ih..." Zidan masih berusaha berontak dari jeweran mama nya yang sangat mematikan itu.

"Kamu ditanya diem aja! Gak punya mulut ya?"

"Ck! Tadi kata mama Idan jangan jawab terus. Serba salah ih."

***

"Loh Ajen kenapa sayang? Kok nangis?" Yasmine yang sedang melipat baju bersih terkaget melihat anaknya yang datang dengan berlinang air mata.

Melihat Yasmine yang sedang duduk di sofa membuat Jendra langsung berlari menghampiri bunda nya sembari memeluk. Tidak lupa mendramatisir keadaan adalah salah satu keahlian bocah tengil itu. "Huhuhu bunda... Masa hiks.. Ajen di bilangin tuyul sama...papa Idan... huhuhu... Ajen kan ganteng bunda..."

Yasmine menepuk dada putra nya pelan "Engga kaya tuyul sayang. Ajen ganteng kok, ganteng kaya ayah nya Ajen"

Jendra menggeleng rusuh dengan air mata yang terus berjatuhan. "Ndak bunda.. Papa Idan Ajen milip tuyul bukan ayah. Hiks. Ajen ndak mauu kaya tuyul"

Yasmine menatap tepat di depan mata sang putra yang berlinang "Dengerin bunda sayang, di mata bunda, Ajen itu yang paling ganteng di dunia ini."

"Tapi.... hiks..... tapi...Kata ayah Ajen ganteng ndak bunda?"

Yasmine terkekeh geli dengan pertanyaan si kecil "Iya dong, Ajen ganteng banget. Ajen kan anak ayah"

Narendra datang ke ruang keluarga nya setelah menyiram bunga-bunga kesayangan Yasmine. "Loh masih lanjut nangis nya anak ayah yang paling ganteng teh?" Pria itu duduk di samping istrinya yang sedang memeluk Jendra.

Yasmine terkekeh geli menatap suaminya. "Tuh denger kan barusan Ajen dibilang anak yang paling ganteng sama ayah. Jangan sedih lagi ya sayang. Di mata bunda dan ayah Ajen adalah yang paling ganteng. Gapapa dibilangin tuyul sama papa Idan, lagian kan cuma bercanda aja."

"Tapi huhuhu disini sakit bunda" Ujar Jendra sambil menunjukkan dada nya.

Narendra menahan tawanya sebelum menyembur dan pasti  nanti nya akan membuat putranya menjadi semakin menangis heboh, haduh kenapa sih putranya ini pintar drama sekali? Bisa-bisa nya bocah lima tahun tau dengan istilah sakit hati. Seperti remaja saja!

"Sini sama ayah juga peluk. Ayah pengen peluk anak ayah yang paling ganteng. Maafin papa idan ya sayang, jangan di ambil hati ya?  Ajen boleh marah, dan boleh nangis. Tapi jangan dendam ya sayang?" Usap Narendra di kepala putranya yang masih sesenggukkan. "Udah puas belum nangisnya?"

Jendra menggeleng "Huhuhu. Masih pingin nanis ayah. Belom puas nanisnya, kalo nanis nya kulang nanti kepala Ajen sakit huhuhu Ajen mau lanjut nanis na dulu"

Lagi-lagi kedua orang tuanya mati-matian menahan tawa karna tingkah lucu bocah lima tahun yang selalu saja membuat mereka tidak tahan dengan kegemasan nya, padahal bocah itu sebentar lagi akan memiliki adik. Tapi masih saja menggemaskan.

"Yaudah Ajen sini nangis nya sambil pelukan sama ayah juga dong." Masih menangis sesegukkan bocah lima tahun itu pun langsung duduk di pangkuan sambil memeluk ayah nya dengan erat.

Yasmine mengelus rambut putra nya dari belakang. "Sabar ya sayang.. Ajen hari ini boleh sedih, tapi besok jangan nangis lagi ya? Oke sayang nya bunda?"

Jendra mengangguk di pelukan ayahnya. "Huhuhu Iya bunda. Hali ini boleh nanis ya? Besok udah ndak. Ajen janji"

Narendra mengecup kepala putranya. "Iya sayang nya ayah." Lalu pria itu menatap sang istri "Bunda hari ini mau cek dedek bayi, pulang dari dokter mau jajan es krim gak? Kita ke tempat kedai es krim yuk. Yang banyak rasanya, pasti Ajen suka."

"Dedek bayi siapa ayah?" Tanya Jendra dengan mata yang masih mengeluarkan sisa-sisa air matanya.

"Adik bayi nya Ajen dong! Di perut nya bunda sekaranf ada dede bayi. Sebentar lagi Ajen bakal jadi abang."

Saat ini kandungan Yasmine sudah memasuki bulan ke empat itu artinya sudah melewati trimester awal yang rentan, dan selama itu juga Yasmine dan Narendra belum memberi tahu anak sulung nya kalau Jendra sebentar lagi akan menjadi seorang kakak. Tapi perlahan-lahan Narendra dan Yasmine memberi pengertian untuk putranya, supaya Jendra juga menerima adiknya dengan suka cita. 

"Dede na Ajen?" Ayah nya mengangguk seraya tersenyum. "Kaya Pio sama Ian?" Tanya nya lagi.

"Iya sayang. Ajen seneng kan?"

"Hihihi asik Ajen puna temen ental. Ental dede nya mau Ajen ajak main pelosotan ayah. Telus mau Ajen ajak main ke jungkat jungkit. Boleh ayah?"

Narendra mengelus rambut putranya "Boleh sayang, tapi nunggu adiknya gede dulu ya? Nanti boleh deh ajak main nya"

Jendra mengangguk "Iya Siyap Ayah! Ayo es kim nya kapan ayah?"

"Udah gak pengen nangis lagi nih?"

"Ndak! Ajen udah ndak sedih. Nanti Ajen puna temen buat selang papa Idan! Tapi ayo es kim ayah"

Yasmine mengelus rambut putranya. "Yaudah Ajen pilih baju yang Ajen suka. Masih inget kan bunda ajarin Ajen ambil baju nya gimana?"

"Siap bunda bos! Agen Ajen mau ke kamal dulu!" Kemudian bocah lima tahun itu langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Melihat anaknya yang sudah lergi   Narendra langsung modus pada istri cantiknya yang masih memperhatikan putranya menaiki tangga. "Cantik, sini dong"

"Apa ayah?"

Bibir Narendra kontan mengecurut "Sayang mah ih kan udah Aa bilang, boleh panggil ayah kalau di depan anak kita aja. Kalau berdua panggil Aa. Oke?"

Yasmine tertawa geli "Ih kaya abg anak pacaran aja deh"

"Emang kita pacaran kok! Tapi ada dua bonus nya di perut kamu satu, si gemes yang lagi ganti baju satu."

Narendra langsubg mencium baby bump sang istri. Menyapa calon anaknya dengan sayang. "Assalamualaikum anak ayah sayang. Bentar lagi kita ketemu ya? Ayah gak sabar banget nih mau denger denyut jantung adik, kita ketemu bareng abang ya? Adik sehat-sehat di perut bunda. Ada Ayah, bunda dan Abang yang sayang sama adik" setelah mencium perut Yasmine, Narendra tetap ditempatnya untuk tetap memeluk calon anak kedua nya. Momen saat seperti inilah yang selalu membuat suaminya mendadak mellow dan Yasmine sangat memaklumi itu, perlahan mengelus rambut suaminya dengan lembut supaya suaminya semakin nyaman.

"Sayang"

"Hmm" gumam Yasmine yang masih mengelus rambut suaminya.

"Aa ada pikiran deh. Aa pengen ngajak kamu babymoon. Pengen nya sih berdua aja. Tapi Aa gak bisa jauh dari Ajen. Setiap weekend kan jadwal nya kita quality time."

"Aku sih gak keberatan, terserah Aa aja. Aku nurut, apapun yang menurut Aa baik. Aku ikut."

Narendra langsung bangun dan menatap sang istri dengan penuh cinta. "Ih Aa jadi inget dulu deh. Waktu kamu masih suka ke fakultas Aa, kamu pernah bilang sesuatu."

"Bilang apa?"

"Kalau kamu berhasil jadi istri Aa, kamu pasti bakal selalu nurut sama Aa. Dan bakal belajar jadi istri yang bisa melayani suaminya. Dan dari awal nikah kamu selalu tunjukkin itu. Apalagi sekarang, kamu selalu bisa layanin kemauan Aa, termasuk soal makanan kamu selalu sempetin masak. Karna Aa ga mau makan kalau bukan kamu yang masak. Padahal ruang gerak kamu terbatas karna lagi hamil. Makasih ya sayang"

Yasmine mengangguk sembari tersenyum manis. "Aku gak bisa buat Aa jatuh cinta sama aku selain masakan aku."

"Engga dong semuanya! Aku kasih tau ya? Kalau semua hal yang ada di diri kamu itu selalu buat Aa semakin jatuh cinta." Narendra mengecup dahi dan bibir istrinya secara bergantian. "Yuk kita siap-siap sayang. Gak sabar mau ketemu adik"

"Sekalian liat kamar Jendra, seberantakan apa dia ambil baju nya" balas Yasmine sambil terkekeh.

***

Ravi menghela napas nya gusar, sudah satu jam lama nya ia menahan emosi nya yang hanya setipis helai rambut. Bagaimana tidak, sedari tadi adiknya merengek minta dinikahkan dengan seorang gadis yang entah siapa dan berasal dari mana.

Seorang gadis berkulit kuning langsat dan mata yang sama dengan keturunan keluarga mereka. Sama-sama keturunan etnis Cina. Alias Cindo.

Tadi pagi Danindra datang ke rumah nya setelah menghilang 3 hari dan yang membuatnya kaget adalah pria itu malah mengajak seorang gadis asing entah siapa dan tanpa basa basi langsung meminta untuk segera dinikahkan. Hal itu membuat semua orang kaget bukan main . Bahkan ledua orangtua nya sedari tadi sudah memijat kepala nya yang mendadak pening.

"Kamu habis ngehamilin perempuan ini Ndra?" Tanya Papi Danindra nya yang jantungnya nyaris copot.

Danindra memoloti ayahnya "Mana ada! Aku kan lulusan pesantren. Jadi gak mungkin aku gitu-gitu. Emang nya aku bang idan apa?"

Sekali lagi Liam—ayah dari Danindra dan Raviandra memijat kening nya yang sudah pening, menjadi semakin pening. "Ya terus maksud nya apa? Kamu tiga hari gak ada kabar, tiba-tiba kamu datang bawa anak orang terus minta di nikahin. Pusing Papi, serius deh!"

"Ya tinggal nikahin aja dong Papi. Gitu aja kok repot!"

Sabrina mengelus lengan gadis yang dibawa oleh Danindra dan sejak datang selalu menunduk itu "Maaf ya sayang tante gak ada maksud apa-apa. Tante mau tanya, Danindra gak macem-macemin kamu kan? Dia gak jahatin kamu kan?"

"Mami juga nih! Aku gak pernah macem-macem. Kenapa sih pada gak percaya sama Indra?"

"Bukan gitu Indra! Kamu tuh kenapa sih suka nya bikin ulah terus? Di kira nikah gampang apa? Jangan ngada-ngada kamu!"

"Koko pengen tau kalian kenal dimana? Udah saling kenal lama?" Tanya  Zevandra anak tertua di keluarga mereka.

"Kita kenal udah lama. Tapi baru-baru ini kita dekat nya, Ko" balas Danindra.

"Lo jangan gila deh Ndra. Jangan nyeret-ngeret orang masuk ke masalah lo bisa gak? Ngaku sama gue deh! Hanya karna lo ga mau kalah sama Aji yang bentar lagi mau nikah. Lo juga mau ikut-ikutan nikah." Ravi yang sudah mati-matian menahan emosi nya pun akhirnya buka suara juga.

"Jangan fitnah lo bang! Orang gue emang pengen nikah kok. Bukan karna Aji."

"Tapi lo aja masih belom move on kan dari Alin? Gimana caranya lo tiba-tiba mau nikah? Lo bisa nyakitin hati orang Ndra"

"Lah dia aja habis di tinggal nikah sama mantan nya. Jadi kita adil dong?"

Ravi berdiri menatap adiknya nyalang "Jangan gila lo Ndra! Nikah itu bukan mainan. Gue aja yang pacaran lama sama Nina sering ribut. Apalagi lo yang mulai hubungan karna pelarian. Mau di bawa kemana ujung nya Ndra?"

"Bisa gak sih kalian terima aja keputusan gue hah? Apa-apa gue diatur! Gue juga punya hak dong mengambil keputusan gue sendiri." Danindra balas menatap Ravi dengan nyalang. "Lo enak dibolehin jadi dokter sampe spesialis! Gue? Gue dituntut jadi penerus Papi! Padahal kalian tau kalau gue mau jadi pembalap dari gue kecil! Sekarang  kasih gue kesempatan buat milih apa yang gue mau susahnya sih? Gue cuma minta restu aja dari semua nya. Gue mau nikahin Yesline."

Zevandra pun mengangguk "Yaudah nanti kita diskusiin lebih dulu aja. Jangan pake emosi, kasih Papi waktu dulu Ndra, kasian papi yang masih kaget sama keputusan lo yang tiba-tiba minta di nikahin!"

Danindra mengangguk lalu menarik gadis bernama Yesline itu untuk segera mengikutinya.

"Saya pamit dulu Om, Tante, kakak-kakak semua. Maaf atas kegaduhan nya" Ucap Yesline sebelum kembali ditarik secara paksa oleh Danindra. Sambil berjalan menuju mobilnya diparkirkan.

"Eh gimana, Lin?  acting gue keren kan?" Tanya Danindra yang duduk langsung menghadap kearah gadis di sebelah nya.

"Sakit gila ya lo, Ndra! Sumpah gue gak enak banget sama bokap nyokap lo!"

Danindra menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobilnya. "Biarin aja! Dari pada kita kucing-kucingan terus. Lagian lo lama banget sih mutusin mantan lo doang. Gue kan sebagai selingkuhan lo yang berdedikasi tinggi ini capek juga makan ati mulu."

"Halah.. lo juga sama aja anjir. Di depan orang-orang lo seolah masih belum move on dari si Alin lo itu. Munafik anjir"

Danindra tertawa geli sambil menepuk-nepuk kepala Yesline pelan "Cembokur lo ya? Yaelah itu kan buat nutupin hubungan kita doang. Lagian udah tau gue naksir lo lama, tapi malah nerima si Brandon anak bapak Dullah jadi pacar lo. Eh nyesel kan tau nya lo juga naksir sama gue? Ujung-ujung nya si Brandon malah selingkuhin lo mana sama si Alin. Kisah cinta kita ribet banget suerrrr. Kaya tukeran kado asli"

"Heleh katanya naksir gue udah lama tapi pacaran sama Alin nya di gas terus sampe bertahun-tahun. Bokis mulu lo bangbang!" Yesline langsung menatap Danindra dengan serius "Jadi lo serius mau nikahin gue?"

"Iyalah gila aja lo kalau gue lepasin lo lagi. Kan udah gak ada halangan nya"

"Lo gak lagi taruhan kan?" Yesline memicing menatap Danindra yang nampak santai.

"Kagak buset dah! Gak percayaan amat sih. Gue serius kok"

Yesline mengangguk pelan "Yaudah lo boleh temuin tante gue sama om gue buat minta gue sebagai istri lo. Mereka juga tau kok perselingkuhan kita"

"Iyalah bertahun-tahun gue jadi selingkuhan lo! Mana mungkin gak tau. Tapi gue nunggu keputusan bonyok gue dulu ya. Habis itu kita omongin dulu tahap selanjutnya."

Continue Reading

You'll Also Like

136K 17.9K 42
"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)
67K 6.4K 32
đ—Ļ𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗔đ—Ļđ—Ļ𝗔𝗟𝗔𝗠𝗨'𝗔𝗟𝗔𝗜𝗞𝗨𝗠 𝗞𝗘𝗞𝗔đ—Ļ𝗜𝗛 𝗜𝗠đ—Ŗ𝗜𝗔𝗡𝗞𝗨 SELESAI [PART MASIH LENGKAP] [đ—Ļđ—Ŋđ—ļđ—ŋđ—ļ𝘁𝘂𝗮𝗹-đ—Ĩđ—ŧđ—ē𝗮đ—ģ𝗰𝗲] 𝗙đ—ŧ𝗹īŋŊ...
18.6K 2.5K 46
Bagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya. Up suka suka
11.5K 3.2K 68
Sejalan, tak searah. Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma masa lalu. Tentang kehilangan orang-orang...