Rembulan Yang Sirna

By Elmuro11

1.4M 110K 34.2K

Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54

Chapter 18

24.9K 1.9K 124
By Elmuro11

Hallo semuanya..
Kangen sama cerita Rembulan Yang Sirna gak nih?

Kalian gereget gak sih sama Zafran?

650 Vote + 750 komen up Chapter 19



"Aku memang hancur, ketika tahu fakta tentang seseorang yang aku rindukan. Tapi aku juga hancur, ketika orang yang aku rindukan benar-benar sulit untuk di gapai. Bahkan, memegang tangannya saja tidak mungkin aku aku raih."

~Zalfa Anindira El-Malik~

***

Hari yang di tunggu-tunggu semua orang, termasuk Zalfa. Yaitu berlibur ke Alexandria Mesir. Sebelumnya, mereka akan ziarah ke makam para ulama. Setelah itu, baru ke pantai alexandria. Berangkatnya pun jam 06.00 pagi, karena jarak dari rumah Tahfizh ke Alexandria itu lumayan jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Zalfa memakai gamis berwarna soft dan hijab yang senada, sungguh terlihat sangat cantik dan elegant.
Senyuman terukir di wajah Zalfa, memandangi cermin dengan memutarkan tubuhnya ala-ala princess. Tidak lupa membawa jaket panjang dan tebal berwarna soft. Tidak lupa membawa kamera, untuk memotret dirinya dan keindahan Mesir. Untuk di jadikan sebuah kenangan yang tak terlupakan selama ia di Mesir.

"Akhirnya, aku bisa keliling Mesir juga," ucap Zalfa dengan wajah ceria.

"Maa Syaa Allah, Fotografer udah siap nih," Goda Salma.

"I-ya dong,"

"Ha-lah gue jamin, nanti pas di sana. nih anak, nyuruh gue buat fotoin. Bener gak Sal?" Tanya Icha dengan mengangkat ke dua alisnya.

"Hmm..." jawab Salma dengan mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk, seperti sedang berfikir. "Be-ner sih," lanjutnya.

"I-ihh...," Rengek Zalfa.

"Atu..tu..tu..," ucap Icha dengan memanyunkan bibirnya.

Melihat kelakuan Icha, membuat Salma tertawa lepas. Tetapi, hal itu membuat Zalfa kesal dengan mengerucutkan bibirnya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Icha... Salma... Zalfa..." Panggil seseorang di balik pintu.

"I-ya?" Teriak Icha.

"Kata Ustadzah Sofi, cepat! Di tunggu di halaman asrama akhwat,"

"Ok, kita kesana." Jawab Salma.

Salma dan Icha segera berjalan ke arah pintu, sedangkan Zalfa berjalan ke arah lemari.

"Oi.. Zalfa! Cepetan!" geram Icha, ketika melihat Zalfa mencari sesuatu dengan gerakan tergesa-gesa.

"Bentar Cha, aku nyari barang aku yang ketinggalan,"

"Apaan?" Tanya Icha cepat.

"Ini dia," ucap Zalfa memegang sebuah foto di tangan kanannya dengan wajah sumringah.

"Maa Syaa Allah, ih.. foto Abba gemes banget sih," teriak Zalfa dalam hati.

"Ketemu gak?" Tanya Salma dari ambang pintu.

"Udah ketemu," jawab Zalfa dengan memperlihatkan gigi rapihnya. Kemudian berjalan ke arah pintu.

***

Di dalam bus, Zalfa lebih banyak diam. Sesekali ikutan shalawatan dengan yang lain. Untuk liburan hari ini atau rihlah Rumah Tahfizh An-Nawawi kali ini, memakai 2 bus. Bus khusus ikhwan (laki-laki) dan bus khusus akhwat (perempuan). Saat ini, Zalfa mendadak diam dan tak banyak tanya. Entah apa yang ada di fikiran Zalfa, namun terlihat dari raut wajahnya yang penuh dengan kegelisahan. Hatinya tidak karuan padahal tidak ada masalah yang sedang ia fikirkan.

"Kenapa, perasaan aku gak enak gini ya?" Batin Zalfa bersamaan dengan air matanya yang jatuh secara tiba-tiba.

Salma yang menyadari Zalfa menangis, menatap heran ke arah Zalfa dengan mengerutkan keningnya.

"Kamu kenapa Fa?"

"Eng-gak, aku gak pa-pa," jawab Zalfa dengan menghapus air matanya dan mengedarkan pandangannya ke arah jendela.

"Gak papa kok sampe nangis," ledek Salma dengan menatap lurus ke depan.

"Padahal aku juga gak tau Sal, kenapa aku begini," jawab Zalfa dalam hati, bersamaan dengan air mata yang kembali menetes.

Di tempat lain, pak Nizam sedang berdiri di depan hotel. Menunggu sopir yang akan menjemputnya. Hari ini adalah hari perpulangan pak Nizam ke Indonesia. Senyuman terbit di wajahnya, laki-laki paruh baya yang memakai kemeja hitam dan celana hitam itu, terlihat gagah. Memegang koper berwarna hitam, tidak lupa dengan kecamata coklat yang menambah tingkat ketampanannya. Walaupun sudah tidak muda lagi, tetapi pak Nizam masih terlihat awet muda dan tetap mempesona.

Tak sampai 5 menit, mobil hitampun menghampiri pak Nizam. Pengendara mobil itu pun turun. Seperti biasa, yang menjemput pak Nizam adalah sopir pribadinya. Sopir yang sudah bekerja dari 1 tahun yang lalu.

"Alhamdulillah, akhirnya jemputan saya datang," ucap pak Nizam, berjalan ke bagasi mobil untuk menyimpan kopernya.

"Biar saya saja pak, yang masukin kopernya,"

"Oh, iya. Makasih Daffa." Ucap pak Nizam memberikan kopernya ke arah sopir.

***

Sesampainya di lokasi, kegelisahan Zalfa tertutupi dengan keindahan Mesir yang sangat menakjubkan. Apalagi, sekarang Zalfa sedang berada di tempat makam para sahabat, Auliya dan para ulama. Zalfa tak pernah menyangka, akhirnya negeri yang ia impikan berada di depan mata. Melihat burung-burung yang berterbangan membuat Zalfa tidak berhenti bersyukur. Betapa beruntungnya Zalfa bisa berada di titik yang ia impikan sebelumnya.

Ziarah kali ini bukan hanya mereka saja, tetapi ada syeh yang akan menemani ziarah mereka.

Ketika masuk ke dalam makam para ulama, semua yang ikut menatap makam itu dengan takjub. Setiap berhenti di makam ulama, syeh menjelaskan tentang biografinya. Zalfa yang mendengarkan penjelasan syeh hanya menaikkan sebelah alisnya. Jujur saja, Zalfa tidak paham apa yang di jelaskan oleh syeh. Namun Zalfa hanya mengangguk seolah-olah mengerti. Padahal setelah sampai di asrama, Zalfa akan menyuruh Icha untuk menerjemahkan apa yang di jelaskan oleh syehnya.

Sesekali Zalfa memotret memakai kameranya yang di kalungkan ke lehernya. Begitu pun dengan Zafran dan Farhan yang membawa kamera, mereka pun memotret suasana ketika Ziarah. Kalau Farhan, memang bertugas sebagai seksi dokumentasi sedangkan Zafran dan Zalfa hanya sekedar koleksi.

"Maa Syaa Allah, gak sia-sia aku belajar kamera," ucap Zalfa tersenyum, ketika melihat hasil jepretannya.

Cekrek

Tanpa Zalfa sadari, Farhan memotret Zalfa yang sedang fokus melihat hasil foto dari kameranya. Zafran yang melihat kamera Farhan yang fokus ke arah Zalfa, hanya memasang raut wajah datar. Kemudian Zafran mengedarkan pandangannya ke arah lain, mengikuti langkah syeh untuk ziarah ke makam selanjutnya.

"Oh, jadi perempuan yang di maksud Farhan adalah Zalfa. A-pa Farhan bakal marah, kalau saya sebelumnya pernah melamar Zalfa?" Batin Zafran dengan melihat ke arah makam yang ada di depannya saat ini. Namun telinganya masih mendengarkan penjelasan syeh. Beberapa detik kemudian, baru Zafran fokus lagi memperhatikan penjelasan syehnya.

Waktu terus berjalan, tak terasa Ziarah ke makam ulama pun sudah selesai. Kini menuju tempat yang sangat di nantikan Zalfa, Alexandria. Pantai yang sangat indah bahkan cuaca hari ini sangat cerah. Namun di Alexandria suhunya sangat dingin sampai 15°. Membuat semua yang ikut ke sana, di wajibkan untuk memakai jaket yang sangat tebal.

"Kenapa ya perasaan aku tiba-tiba gak enak gini," batin Zalfa dengan pandangan fokus melihat ke luar jendela.

Drt..Drt..Drt

"Tumben hp ku bergetaar," ucap Zalfa pelan dengan tersenyum tipis.

Bang Fathan
Assalamualaikum cantik
In Syaa Allah, lusa Abang mau
Nengok kamu di Mesir

Wa'alaikumussalaam
Maa Syaa Allah, Fii Amaanillah
Abang ganteng

Aamiin..
Abang udah gak sabar nih
Mau ketemu calon adek ipar

Ish.. apaan sih bang

Akhirnya Abang punya lawan
Buat silat hahahaha

Jangan mimpi bang!

Gak papa ah
Dek, dia tuh ganteng, shaleh
Jago silat lagi beuh

Terus?

Zalfa menatap layar handphone dengan raut wajah kesal. Bukan Fathan namanya, kalau tidak menggoda adiknya. Bagi Fathan, walau Zalfa sudah memasuki kepala dua tetap saja Zalfa seperti adik kecil di mata Farhan. Peran Fathan bukan hanya menjadi Abang buat Zalfa namun harus berperan menjadi sosok ayah. Walaupun bagi Fathan, sampai kapan pun Fathan tidak bisa menggantikan peran Aba nya.

"Ish.. bang Fathan gak tau apa? Kalau aku udah nolak kak Zafran?" Batin Zalfa dengan mengerucutkan bibirnya.

***

Alexandria atau di sebut juga kota Iskandariyah adalah sebuah kota pelabuhan utama di Mesir dan menjadi kota terbesar kedua setelah Kairo. 

Bahkan tempat ini banyak sekali pengunjungnya dari berbagai negara. Banyak juga mahasiswa yang sedang berwisata ke tempat ini, pasalnya tempat ini adalah tempat terfavorit mahasiswa Al-Azhar. Apalagi mahasiswa asal Indonesia sangat suka dengan keindahan kota Alexandria, termasuk Zafran.

Terlihat Zafran sangat asyik dengan kameranya. Memotret teman-temannya, sesekali memotret keindahan sekitar. Moment inilah yang nantinya akan dirindukan Zafran, karena beberapa bulan lagi, ia akan wisuda dan mendapatkan gelar LC nya.

"Fran, Fran. Foto gue lagi dong!" Ucap Dzaky, menepuk pundak Zafran dan mengangkat sebelah alisnya. Tidak lupa menunjukkan gigi rapihnya.

"Siap,"

"Gue udah ganteng belum Fran," Teriak Dzaky membuat Rizal yang melihatnya menggelengkan kepalanya.

"U-dah u-dah,"

Satu, dua, tiga

Cekrek

Sedangkan dari arah kejauhan, terlihat Zalfa yang sedang memotret lautan. Senyuman terbit di wajah Zalfa dengan memejamkan matanya. Menikmati udara Alexandria yang sangat dingin.

"Zalfa," panggil seseorang dari belakang, sontak membuat Zalfa refleks menoleh ke arah sumber suara.

"I-" jawab Zalfa terhenti ketika melihat siapa yang memanggil nya.

"Kak Far-han," panggil Zalfa dengan suara pelan namun masih terdengar oleh Farhan.

"Ngapain di sini?"

"Lagi motret kak. Soalnya view-nya bagus banget," jawab Zalfa membuat Farhan mengangguk paham.

"Zalfa Anindira El-Malik," ucap Farhan tiba-tiba, dengan manatap lurus ke arah pantai.

"Hm?.. maksud kak-"

"Saya sudah tau Zalfa," jawab Farhan cepat.

"Sejak kapan?" Tanya Zalfa dengan kesal namun tegas.

"Sejak di bandara, ketika kamu di anterin sama kyai Hasan dan bang Fathan," jawab Farhan menoleh ke arah Zalfa. Namun si empu hanya diam membeku, menatap lurus ke arah pantai.

"Kok kak Farhan tahu kakek sih? Kan gak ada yang tahu aku cucunya kakek," batin Zalfa dengan mengerucutkan keningnya, tanpa menoleh ke arah Farhan yang sedang memperhatikannya.

Icha yang melihat Zalfa sedang berduaan dengan Farhan, refleks membulatkan matanya. Berani sekali Zalfa, di tempat ramai begini bicara berdua dengan yang bukan mahram. Pikir Icha.

"Zalfa bener-bener lu ya," geram Icha dengan raut wajah yang sudah memerah menahan amarah.

"Zalfa," teriak Icha, melambaikan tangannya ke arah Zalfa. Namun si empu tidak mendengar teriakan Icha.

"Zal-" ucap Icha terhenti, ketika melihat Zafran menghampiri Zalfa dan Farhan.

Ekhem

Dekhem Zafran, membuat keduanya menoleh ke arah sumber suara.

"Zafran kok Lo-"

"Kalian ngapain disini?" Potong Zafran dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Oh, ta-di ada sedikit pembahasan Fran," jawab Farhan gugup.

"Oh ya Zalfa, tadi sepertinya kamu di cari Icha." Ucap Zafran, mengalihkan pembicaraan. Memang benar, tadi sebelum Zafran menghampiri ke duanya, ia melihat Icha yang melambaikan tangannya ke arah Zalfa.

"Oh, kalo gitu saya pamit kak," ucap Zalfa sedikit membungkukkan kepalanya sopan.

"Silahkan," jawab Zafran dengan wajah datar.

"Saya tidak akan menyerah Zalfa," batin Zafran menatap lurus ke arah pantai.

"Gue juga duluan Fran," ucap Farhan yang hanya dapat anggukan dari Zafran.

***

Setelah makan siang bersama, Zalfa dan yang lainnya menaiki perahu. Membuat Zalfa sumringah, akhirnya impian Zalfa satu persatu terwujudkan. Pasalnya, dulu ketika Zalfa masih SMA. Ia punya impian untuk keliling Mesir dan menikmati wisata Mesir salah satunya dengan menaiki perahu.

Zalfa sangat menikmati suasana saat ini, kebahagiaan menghiasi hatinya. Melihat ke arah yang lain, senyuman Zalfa semakin terbit ketika melihat suasana yang sangat menakjubkan. Di detik kemudian, fikirannya tertuju ke-kejadian beberapa hari yang lalu ketika Abbanya menggandeng seorang perempuan yang tak lain adalah ibu sambungnya.

Tak terasa Zalfa meneteskan air mata, dengan mengedarkan pandangannya ke arah lain.

"Aku memang hancur, ketika tahu fakta tentang seseorang yang aku rindukan. Tapi aku juga hancur, ketika orang yang aku rindukan benar-benar sulit untuk di gapai. Bahkan memegang tangannya saja tidak mungkin aku raih." Batin Zalfa dengan menahan sesak di dadanya.

Seperdetik setelah itu, hati Zalfa merasa tidak karuan.

"Kenapa ya, dari tadi aku kefikiran Abba terus?"

~Bersambung~

***

Assalamualaikum sahabat?

Gimana chapter ini seru gak?

Ada sesuatu kah sama Abbanya Zalfa?

Udah chapter 18 nih, kalian ada di Team siapa? Double Z atau ZF?

Spam Next

Spam Komen

Jaga kesehatan ya kalian💜
Pola hiduplah yang baik

Luv semuanya


Ciee... Sudah mulai meresahkan yah singa indo ini wkwk

______________________

Indonesia
Kamis, 9 Februari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

10.9K 2.7K 31
Spin off BLACK ROSE DEVIL (The Adams) Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz, telah dijodohkan dengan sepupu dari pihak sang Ayah dari masih dalam...
2.3M 137K 25
"Menikahlah dengan Mas Adnan, Sa," ulang Dinda dengan pelan. "Kenapa aku harus menikah dengan suami dari sahabatku sendiri? Aku gak mau Din," jelas A...
722K 55.6K 56
⚠️ MATURE! BXB! JAEMJEN AND NOMIN AREA! - "Want to switch?" - start: 16-11-22 finist: ON GOING! *update tergantung mood #2 jaemjen 21-11 #3 ljn 03-12...
166K 8.9K 35
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...