LEORA ZARIN [END]

By Hamidaaa_11

646K 23.7K 604

PART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cast
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Epilog
Ada yang mau cek?
Extra Part

44

8.9K 388 4
By Hamidaaa_11

Haaaaaiiiiiiii!!!!!
Ada yang nungguin Zarin Up gak nih?
gak yakin ada sih hehe :')

ini aku sempet2in Update buat kalian, jadi tolong apresiasinya yaa 🥲

Follow sebelum membaca!!!!

Vote dulu disini !!!

Warning 17+❗

"Setelah kejadian itu, Zarin mengalami anxiety disorder. Awalnya Tante menganggap jika itu ketakutan biasa. Namun, selama berbulan bulan, bahkan disetiap minggu Zarin pasti mengalami panik yang berlebihan... " tuturHana menyjelaskan kondisi Zarin yang tidak diketahui oleh Zevan.

"... Tante langsung membawa Zarin ke psikiater, selama  di Singapura selama satu tahun, Tante rutin untuk membawanya terapi pada psikiater. Namun, setelah itu Zarin menolak dengan alasan sudah sembuh...."

"... Tapi setelah Tante perhatikan, selama ini ketika Zarin melihat hal yang memicu ingatannya pada kejadian penculikan dan pelecehan nya yang ia alami dulu, itu dapat membuat kepanikan nya kambuh. Semenjak saat itu, Tante berusaha menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan saat itu."

Zevan termenung. Penjelasan Hana terngiang di kepalanya. Ia tidak pernah mengetahui kalau Zarin mengidap penyakit itu setelah kejadian saat itu. Informasi yang ia dapat tidak menuliskan Zarin mengalami hal itu.

Zevan mengepalkan tangannya, tatapannya menghunus tajam, urat urat dilehernya menonjol. Ekspresinya terlihat mengerikan, Zevan menahan amarah, pemicu kepanikan Zarin bisa kambuh adalah melihat atau mengingat hal yang memicu pada kejadian saat itu.

Sudah dapat ditebak, bisa jadi saat ini orang yang menyebabkan ini semua tengah berkeliaran mengingat masa tahanan manusia brengs*k itu hanyalah 8 tahun. Zevan semakin emosi saat mendengar kabar dari anak buahnya jikalau orang itu sudah tidak berada dipenjara .

Sialan!

Bisa bisanya Zevan kecolongan. Ia melupakan orang itu, ia tidak pernah berfikir orang itu akan kembali dan mempunyai dendam padanya dan Zarin.

Zevan merogoh ponselnya yang berada dalam saku jas yang tengah ia pakai. Detik berikutnya ia menaruh ponselnya ditelinga, menghubungi seseorang.

"Cari manusia bajingan itu sampai dapat!" Ucap Zevan santai namun penuh penekanan. Suaranya serak berat menyeramkan, siapapun yang mendengarnya akan bergidik ngeri.

Zevan berusaha menetralkan emosinya, ia menghela nafas pelan. Semalam ia hanya memejamkan mata selama satu jam, dengan tangan yang bertaut dengan wanita-nya. Zevan setia berada disamping Zarin, tidur terduduk dilantai  dengan kepalanya disamping tangan Zarin.

Ia terbangun saat merasakan pergerakan yang mengusap rambutnya lembut. Dilihatnya Zarin yang sudah terbangun tersenyum padanya. Zevan sudah melarang Zarin untuk pergi ke kantor. Ia takut jika Zarin bertemu dengan orang itu yang kini entah berada dimana.

Zarin bersikeras untuk tetap bekerja, setelah beberapa rayuan dan memaksa, akhirnya Zarin luluh dan menuruti perkataan Zevan.

Zevan membenarkan letak dasinya, ia baru saja selesai melaksanakan meeting, ia berencana akan pergi ke rumah Zarin sekarang. Ia ingin memastikan wanita-nya tetap aman.

Dengan langkah tegap Zevan mulai berjalan keluar dari ruangan. melangkahkan kakinya dengan gagah, rambutnya yang dibiarkan berantakan sedikit selalu menambah pesonanya yang semakin tampan. Tatapan memuja sudah biasa ia dapatkan dari setiap orang yang ia lewati. Ia tidak peduli akan hal itu, dihatinya tidak pernah tergantikan. Tetap satu, Leora Azarin Gintara.

☁️☁️☁️☁️☁️

Zarin berjalan mondar mandir didalam kamarnya. Wanita yang masih memakai piyama motif pisang itu tidak berhenti bergerutu karena Zevan yang melarangnya untuk keluar rumah hari ini. Bunda-nya pun ikut bekerja sama dengan Zevan.

Menyebalkan sekali.

Zarin memikirkam suatu cara agar mendapat alasan yang bisa meyakinkan Zevan. Ia sangat bosan berada dirumah seharian tanpa melakukan apapun. Bunda-nya sudah pergi ketoko kue sejak tadi pagi. Jika saja Zevan tidak menyimpan bodyguard didepan rumahnya, bisa saja ia kabur dengan mudah. Namun, kedua bodyguard itu sama menyebalkan nya dengan Zevan. Mereka tidak menerima alasan apapun.

"Menyebalkan! Awas saja jika bertemu lagi nanti akan  ku tendang bijinya!" Omel Zarin menghentakkan kakinya,

"biji apa?"

Seketika Zarin melebarkan matanya, ia menoleh kearah pintu yang memang sengaja ia buka lebar tadi. Terlihat disana ada Zevan sedang bersandar dipintu sembari bersedekap dada.

"Hah?Bi-biji? a-aku gak ada bilang biji." Ucap Zarin tergagap, bagaimana bisa ia tidak menyadari kehadiran Zevan disana.

"Aku tidak tuli," Ujar Zevan tersenyum smirk.

"Ck, Gak ada Zev, aku gak bilang gitu!" Tukas Zarin memalingkan wajahnya dan membelakangi Zevan.

Zevan melangkahkan kakinya mendekat pada Zarin. Ia berdiri dibelakang tubuh Zarin yang hanya sebatas pundaknya saja.

Dengan sengaja Zevan memeluk Zarin dari belakang, tangannya melingkar diperut Zarin. Ia menenggelamkan wajahnya diceruk leher wanita itu. Zarin mematung, pelukan tiba-tiba dari Zevan berhasil membuat jantungnya berdetak cepat.

"Zev?"

"Hm?"

"K-kamu ngapain?"

Zarin merasakan sensasi yang berbeda saat Zevan mengendus lehernya dan sesekali mengecupnya dalam. Zarin meneguk salivanya saat Zevan mulai mengecup basah lehernya.

"Boleh aku kasih tanda?" Tanya Zevan dengan suara serak,

"Tanda apa?"

Bodoh! Zarin merutuki pertanyaan nya barusan. Tentu saja ia tahu tanda apa yang dimaksud Zevan. oh ayolah, dia bukan wanita polos, dia sudah 24 tahun.

"Nanti juga kamu bakalan tau,"

Zarin terdiam, dia bingung menjawab apa. Sedangkan Zevan terus mengecup lehernya tanpa henti. Otaknya seakan berkata 'tidak' tapi tubuhnya memberi respon 'iya'.

"Eora...." Zevan membalikan tubuh Zarin, seketika tatapan mereka bertemu, Zarin dapat melihat kedua mata Zevan sudah memerah, suaranya menjadi serak dan itu terdengar sangat seksi.

No! Zarin berfikir jernih plis!

Zevan mengangkat dagu Zarin dengan jarinya, detik berikutnya Zevan memiringkan wajahnya dan saat itu juga tubuh Zarin membeku saat kedua bibir mereka kembali menyatu.

Zarin memejamkan matanya, ia merasakan Zevan menciumnya lembut, berbeda seperti saat dikantor waktu itu. Zevan melumat, menghisap bibir bawahnya kuat. Zarin benar-benar tidak dapat berfikir jernih, ia menikmati sensasi berbeda yang diberikan Zevan.

Zevan melumat bibir Zarin tanpa ampun. Ciuman nya semakin menuntut. Ia menjelajahi setiap inci yang menjadi candunya sekarang. Zarin mulai mengalungkan tangannya pada leher Zevan. ia menikmati permainan ini.

Ciuman Zevan mulai turun kearah leher Zarin, mengecupnya dan menyesapnya hingga meninggalkan tanda kemerahan disana. Hampir saja Zarin meloloskan desahannya saat hisapan Zevan semakin kuat.

Zevan semakin menjadi,  saat dirasa tidak ada perlawanan dari Zarin. tangannya mulai bergerak membuka kancing piyama yang tengah dikenakan Zarin.

Zarin membuka matanya, ia menahan tangan Zevan yang ingin membuka kancingnya lagi. Saat itu juga permainan Zevan terhenti. Dengan nafas memburu ia menatap Zarin yang kini juga menatapnya.

"Belum waktunya," Ucap Zarin mengancingkan kembali kancingnya yang terbuka dengan tatapan tak terlepas pada Zevan.

"Maaf," Lirih Zevan, tangannya bergerak mengelap sisa-sisa di bibir Zarin yang terlihat membengkak.

"Plis kamu jangan marah, maaf aku hampir kelepasan, Maaf Raa..." Zevan memegang tangan Zarin, Tatapannya menjadi sendu, ia sedikit takut saat Zarin tidak menjawabnya.

"Ssst, apaan sih kamu. Aku gak marah Zev, Udah ayo turun, kamu pasti belum makan kan?" Ucap Zarin mengalihkan pembicaraan dan melewati Zevan begitu saja. Mati-matian ia berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Beneran kamu engga marah?" Tanya Zevan lagi, mengintili Zarin dari belakang.

"Engga, Zev." Jawab Zarin menuruni tangga dengan perasaan tak karuan.

"Jadi kalo aku ngelakuin lagi, kamu gak bakal marah kan?" Goda Zevan dengan cengiran diwajahnya.

"Oh jadi kamu mau aku marah beneran?" Ucap Zarin berkacak pinggang berbalik menatap Zevan tajam.

"Eh engga kok!" ucap Zevan gelagapan.

"Makanya kalo cium-cium itu jangan sembarangan!" Gerutu Zarin melangkahkan kakinya kearah dapur.

"Tapi kamu juga menikmatinya,"

"ZEVAN!"

"Iya, iya engga, nanti aku izin dulu deh kalo mau cium." ujar Zevan membuat Zarin semakin kesal.

"Kamu bisa gak usah bahas itu lagi?"

"Iya aku gak bahas lagi, tapi pipi kamu juga biasa aja dong jangan merah gitu," Goda Zevan membuat Zarin salah tingkah.

"Zev plis-"

CUP

"ZEVAAANNN!"

Zarin memegang pipinya yang terasa semakin panas saat Zevan mencium pipinya tadi. Sedang kan Zevan hanya duduk santai tersenyum menyebalkan di meja makan. Ingin sekali Zarin meremas-remas wajahnya itu.

"Ada apa nih kok teriak-teriak?" Hana yang baru saja datang mendengar teriakan putrinya.

"Tau tuh Tan, Anak Tante kayaknya udah tergila-gila sama saya." Celetuk Zevan, sedangkan Zarin menggeram.

"Engga Bun, jangan dengerin dia. Otaknya agak miring." Ujar Zarin mendudukkan dirinya disalah satu kursi yang berada dimeja makan.

"Udaaahh, Bunda restuin kok!" Goda Hana mencolek dagu Zarin.

"Eh restuin apa maksud Bunda? aku gak ada hubungan apa-apa ya sama dia." Tutur Zarin,

"Jangan bilang kamu lupa pembicaraan kita dikantor waktu itu?" Ucap Zevan dengan tatapan intimidasi.

"Pembicaraan yang mana? kamu gak ada bilang apa-apa sama aku," Ucap Zarin mengelak, Zevan semakin gemas dengan sikap Zarin.

"Pembicaraan apa?" Tanya Hana penasaran,memandang bergantian pada Zevan dan Zarin.

"Gak ada Bun, jangan dengerin dia."Tukas Zarin menuangkan air putih kedalam gelas untuk Hana.

"Mau aku ulangi?" Tanya Zevan dengan alisnya yang terangkat sebelah.

"Kalian ngomongin apa sih?" Hana semakin penasaran.

"Zev, stop yaa,gak usah bilang apapun." Ucap Zarin, ia tidak siap dengan jantung nya yang semakin berdebar. Zevan berhasil membuatnya tak karuan.

"Kamu yang maksa aku buat bilang apapun itu," Ucap Zevan santai,

"Aku gak ada maksa kamu ya!" Balas Zarin menatap Zevan tajam.

Zevan menyeringai dan itu terlihat mengerikan bagi Zarin.

"Kamu udah lupain pembicaraan dikantor waktu itu, itu berarti kamu maksa aku buat bilang depan Bunda kamu saat ini juga."

"Apaan sih? kamu emang gak bilang apa-apa,"

"Aku bilang, Raa." Ucap Zevan jengah.

"Kalian ngomongin apa sih?" Hana menatap mereka bergantian,

"Tan-"

"Bukan apa-apa kok, Bun." Potong Zarin tersenyum kaku,

"Tante saya-"

"Zev, Kamu tadi mau makan kan?" potong Zarin lagi mengalihkam pembicaraan, membuat Zevan memutar bola matanya malas.

Hana yang sedari tadi hanya menyimak tidak mengerti dengan arah pembicaraan pasangan dihadapannya ini.

"Aku masakin-"

"Izinkan saya menikahi putri Tante."

☁️☁️☁️☁️☁️




Ada yang makin penasaran?

mau lanjut gak?

Vote dan komen sebanyak-banyaknya kalo mau!!!!

Makasih,
Lovyu badag💋


Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

486K 23.1K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
836K 72K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
617K 64.9K 39
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...