LEORA ZARIN [END]

By Hamidaaa_11

645K 23.6K 604

PART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cast
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Epilog
Ada yang mau cek?
Extra Part

41

9.9K 434 11
By Hamidaaa_11

Follow sebelum membaca!

Vote dulu yuk !

Enjoooooyyyy!!!!!

Zevan dan Zarin jalan beriringan memasuki gedung kantor. Zevan yang berjalan santai disamping Zarin, sedangkan Zarin berjalan dengan rasa canggung. Ia menundukkan wajahnya, karena sejak memasuki pintu utama mereka sudah menjadi pusat perhatian disana.

Ia ingin sekali memaki Zevan yang memaksa untuk kembali ke kantor bersama setelah bertemu dengan teman-temannya tadi. Ini sudah sangat terlambat dari jam makan siang. Zarin tidak dapat mengelak saat tadi di cafe Zevan terus menahan tangannya saat ia ingin kembali ke kantor saat jam makan siang sudah selesai.

Zarin yakin jika dirinya sudah di gosipkan oleh satu kantor karena sudah berjalan berdua dengan Bos mereka. Zarin memencet tombol lift cepat saat mereka sudah tiba disana.  Namun, dengan cepat Zevan menarik Zarin membawanya ke lift yang bersebrangan dengan yang hendak Zarin naiki.

"Naik lift ini aja," Ujarnya menekan santai tombol lift yang langsung mengarah kelantai 25 dimana ruangan CEO berada. Lift itu memang khusus dibuat hanya digunakan untuk pemimpin di perusahaan tersebut.

"Ini kan lift khusus kamu, aku naik lift itu aja." Zarin hendak  melangkah lagi, dengan cepat pula Zevan menggenggam tangan Zarin membuat wanita itu gelagapan takut ada orang yang melihat.

"Lepasin nanti ada yang lihat gimana," Panik Zarin membuat Zevan terkekeh.

"Gapapa, toh ini perusahaan aku." Sombongnya menarik Zarin memasuki lift yang sudah terbuka.

"Ya tapi nanti aku bakalan digosipin. 'Karyawan baru berani pegang tangan Bos'" Ujar Zarin dengan nada di jelek-jelekan.

"Gak bakal ada yang berani gosipin calon istri Bos." Jawab Zevan tersenyum jahil.

"Ck! Apaan sih kamu! Siapa juga yang mau jadi calon istri kamu," Zarin menjulurkan lidah pada Zevan.

"Ada kok, namanya Leora Azarin Gintara." Goda Zevan membuat pipi Zarin merona seketika.

Dengan salah tingkah Zarin membalikkan tubuhnya membelakangi Zevan membuat tautan tangan itu terlepas.

"Siapa sih tuh cewek mau-maunya sama kamu!" Ucap Zarin membuat pipinya semakin terasa panas.

Zevan terkekeh melihat ekspresi wajah Zarin dari pantulan dinding lift. Pria itu mendekat, tiba-tiba melingkarkan tangannya di perut  Zarin dan menumpukan dagunya pada bahu wanita itu.

Zarin menegang saat Zevan tiba-tiba memeluknya. Ia melihat tangan kekar berurat melingkar diperut rampingnya. Ia juga merasakan hembusan nafas Zevan dilehernya. Aroma maskulin dari tubuh Zevan sangat tercium membuat Zarin merasa panas.

"Zev-"

"Biarin kayak gini dulu," Potong Zevan membungkam mulut Zarin yang akan melayangkan protes.

Zarin terdiam beberapa detik, hingga ia menyentuh tangan Zevan yang berada diperut nya. Ia mengusap pelan dan lembut. Zevan yang merasakan itu menutup matanya, menghayati setiap gerakan yang Zarin ciptakan.

"Dari dulu perasaan aku gak pernah berubah, Raa." Gumam Zevan masih dalam posisi yang sama.

"Semuanya masih tentang kamu, gak pernah terganti." Lanjutnya,

Zarin membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Zevan membuat tangan Zevan kini berada dipinggang gadis itu.
Wanita itu menatap lekat kedua manik Zevan.

"Apa yang bisa  bikin aku percaya kalo perasaan kamu masih sama?" Tanya nya, tatapan mereka begitu dalam.

Sibuk dengan pikiran masing-masing seraya saling menatap, keduanya seolah larut dalam suasana.

Zevan sedikit merunduk mendekatkan wajahnya pada wajah Zarin. Tatapannya tak sedikit pun beralih dari kedua mata indah milik wanita dihadapannya.

Wajah keduanya sudah sangat dekat. Bahkan masing-masing dari mereka sudah bisa merasakan nafas satu sama lain, Zarin seolah terkunci oleh tatapan memabukkan dihadapannya.

Pria itu semakin mendekatkan wajahnya, tatapannya beralih pada bibir pink ranum milik wanita dihadapannya. Zevan memiringkan wajahnya, sontak Zarin menahan nafas saat Zevan hendak mencium bibirnya.

Ting

Dengan cepat Zarin memalingkan wajahnya saat mendengar suara lift terbuka. Zarin berjalan mendahului Zevan sambil mengibas-ngibaskan tangannya kewajahnya yang terasa panas. Jantungnya turut berdetak sangat cepat.

Zevan terdiam di tempat, melipat bibirnya kedalam. Butuh waktu sedetik saja ia pasti sudah dapat merasakan manisnya bibir Zarin.

"Shit!" Umpat Zevan memukul udara frustasi lalu berlari mengejar Zarin yang sudah lebih dulu keluar dari lift.

Zevan berlari lalu dengan cepat meraih tangan Zarin yang hendak kembali turun ke lantai dimana ia bekerja. Ia lalu menarik tangan Zarin menuju ruangan lelaki itu,

"Wait Zevan!" Zarin memekik saat Zevan tiba-tiba menariknya.

"Zev,pelan-pelan," Zevan tidak menghiraukan teriakan Zarin.

"Zevan aku harus kerja,"

"Aku Bos-nya."

"Iya aku tau, tapi nanti kalau aku kena marah Pak Rendi gimana?"

"Aku marahin balik,"

Zevan menutup kasar pintu ruangannya membuat Zarin terlonjak kaget. Dengan gerakan cepat, Zevan mendekat membuat Zarin mundur, pria itu lalu memojokkan tubuh Zarin, mengungkung dengan tatapan tak terlepas pada kedua manik mata Zarin.

"Z-zev, ka-kamu-"

"Sstt, kamu udah bikin singa bangun." Gumamnya meletakkan telunjuknya dibibir Zarin.

"Hah?" Zarin sangat takut melihat ekspresi Zevan sekarang ini, ia tidak mengerti singa apa maksud Zevan.

Zevan mengangkat dagu Zarin menggunakan telunjuknya membuat Zarin menatap lekat kedua manik mata sayu milik pria yang kini mengungkungnya. Seolah terhipnotis Zarin hanya terpaku pada tatapannya.

Detik berikutnya Zarin merasakan benda kenyal berada dibibirnya, sontak ia membulatkan matanya berusaha menjauh kan tubuh Zevan. Tapi kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh Zevan yang besar berotot.

Zevan menahan tangan Zarin dan sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk menahan tengkuk Zarin agar wanita itu diam. Zevan melumat kasar bibir Zarin menggigit bibir manis itu membuat Zarin sontak membuka mulutnya. Zevan menyeringai lalu mulai memperdalam ciumannya. Menyesap setiap inci bibir yang selalu menggodanya.

Zarin kewalahan menghadapi Zevan yang tergesa. Ia juga hampir kehabisan oksigen, inginmemukul mukul dada Zevan agar melepaskan ciuman, namun Zevan menahan tangannya kuat. Zevan melepaskan pagutannya, saat sadar Zarin hampir kehabisan nafas.

Zarin meraup oksigen sebanyak mungkin, nafasnya terengah akibat ciuman kasar dari Zevan. Pria itu mengelap bekas air liurnya yang tersisa dibibir Zarin yang sekarang terlihat bengkak karena ulahnya.

Tanpa menunggu Zarin berpikir lebih jernih, Zevan memangku tubuh Zarin ala bridal style.

"Aaa!" Zarin memekik terkejut saat Zevan tiba-tiba menggendongnya, otomatis Zarin memeluk leher Zevan.

"Zev, Zev, lepasin!" Zarin memukul dada Zevan. Namun pukulan itu tidak berefek sama sekali.

Zevan menurunkan Zarin disofa, dengan cepat Zarin menegakkan tubuhnya saat merasa Zevan sudah menurunkannya. Zarin beringsut mundur dari Zevan.

Bukan apa-apa, jantungnya masih belum normal akibat Zevan tadi menciumnya secara tiba-tiba. Pipinya juga sudah cukup merah. Jangan sampai Zevan membuatnya semakin salah tingkah.

Zevan terkekeh, "Raa..."

Zarin memalingkan wajahnya, memandang kearah gedung gedung tinggi yang terlihat dari ruangan itu.

"Raa? Kamu marah?" Zevan sedikit khawatir jika Zarin marah karena dirinya tadi mencium wanita itu.

Hening, Zarin tak kunjung menjawab, Zevan semakin gelagapan.

"Raa? Aku minta maaf," Zevan ingin mendekat kearah Zarin.

"Stop!" Ucap Zarin membuat Zevan menghentikan pergerakkannya.

"Raa, maaf..."

"Diem disitu," Ucap Zarin menunjuk Zevan menghiraukan permintaan maaf darinya.

Zarin beranjak, melangkahkan kakinya menuju pintu, Zevan yang melihat itu semakin panik.

"Raa..."

"Raa kamu mau kemana?"

"Aku bilang diem, Zev." Ucap Zarin lalu membuka pintu melarikan diri dari sana dengan cepat.

"Damn!"

Zevan berlari mengikuti Zarin, ia benar benar takut jika wanita itu marah. Ia merutuki kebodohannya yang tidak bisa menahan keinginannya.

Zarin melihat kearah belakang, ia membulatkan matanya, ternyata Zevan mengikutinya.

"JANGAN IKUTIN AKU!" Teriaknya tak berhenti berlari.

Zevan mengacak rambutnya frustasi. Ingin terus mengejar namun takut Zarin semakin marah. Alhasil ia hanya menggeram saat melihat Zarin menaiki lift dan pergi darisana.

Sedangkan Zarin menyandarkan tubuhnya didinding lift. Ia memegang dadanya yang berdegup kencang. Nafasnya memburu akibat ia berlari. Ia masih terbayang ciuman Zevan tadi, membuat pipinya kembali memanas.

"Aku gak marah kok, Ayas. Cuman gak mau mati muda aja,"

☁☁☁☁☁





🥵🥵🥵

Done! Full Zevan dan Zarin 🙃
Pengen cepet-cepet End aku tuh 😬

Masih mau lanjut?

Komen next kalo mau😚

Vote dulu yaw!!!!

Makasih,
Lovyu badag💋

Continue Reading

You'll Also Like

946K 46.3K 61
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
1.7M 120K 81
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
6.2M 107K 25
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.1M 126K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...