Rembulan Yang Sirna

By Elmuro11

1.5M 114K 34.7K

Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54

Chapter 16

27.6K 2K 151
By Elmuro11

Seneng banget😍
Happy 40k Readers🥰
Makasih semuanya yang udah ngikutin dari awal🤗

Luv Segede gaban pokoknya💜

Chapter sebelumnya kok sepi sih ..
Chapter ini harus rame ya..

Kalian kangen sama siapa?
Zalfa, Singa indo atau Farhan?

Silahkan komen disetiap
Paragraf ya hhihi

600 Vote + 800 Komen Up
Chapter 17

Ini lebih dari 2000 kata loh hhihi
Special 40k Readers 😍



"Perempuan itu ibarat kaca, jika terlalu keras ia akan mudah retak. Jika sudah retak, sangat sulit untuk menyatukannya kembali. Begitu mulianya perempuan setelah adanya Islam. Berlaku lembut pada perempuan adalah salah satu cara memuliakan perempuan."

~M. Zafran Athaillah Al-Kafy ~

***

"Itu pasti istri Abba ya? Ibu sambung adek? Yang di nikahin Abba, tepat hari lahir adek?" Tanya Zalfa dalam hati, melihat ke arah laki-laki paruh baya yang menggandeng seorang perempuan.

"Aku kira, kalo aku ketemu Abba. Aku akan menjadi anak perempuan yang paling bahagia. Tapi nyatanya aku malah lebih terluka," Lirih Zalfa dalam hati dengan tersenyum pedih.

"Dulu aku sangat excited ketika bertemu dengan tahun yang baru. Karena aku akan bertemu dengan hari lahirku. Setiap tahun do'aku selalu sama, agar aku bisa ketemu Abba. Tapi untuk tahun ini, aku sangat tidak excited. Sekarang aku benci, benci sama hari kelahiranku sendiri!" Teriak Zalfa dalam hati.

Hati terluka namun dari luar terlihat bahagia, sangat menyedihkan bukan? Memiliki keluarga yang utuh adalah impian semua orang apalagi anak perempuan yang sangat membutuhkan figur seorang ayah. 22 tahun Zalfa mencari tahu tentang Abbanya namun setelah melihat wajah asli Abbanya ada penyesalan dalam hidup Zalfa. Butuh waktu untuk Zalfa mengungkapkan bahwa ia adalah putri yang di tinggalkan pak Nizam 22 tahun yang lalu.

"Fa, ayo jalan. Kita udah di tunggu sama pemiliknya di sana," ucap Icha pelan dengan mengangkat dagunya menunjuk ke arah laki-laki paruh baya yang memakai jas hitam.

"I-ya," jawab Zalfa, mengikuti langkah Icha menghampiri pemilik restoran dan istrinya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalaam,"

"Maa Syaa Allah, kalian sudah sampai?"

"Alhamdulillah sudah pak," jawab semuanya bersamaan.

"Pak Nizam apa kabar?" Tanya Zafran ramah.

"Alhamdulillah, saya baik. Kalian bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, baik." Jawab semuanya bersamaan dengan tersenyum ramah.

"Oh ya, kenalin semuanya. Ini istri saya, Kiya El-Malik," ucap pak Nizam menoleh ke arah bu Kiya dan merangkulnya.

Deg

"Yaa Allah, apa lagi ini? Aku gak kuat. Semakin aku pengen memeluk Abba, semakin aku membenci diriku sendiri,"  ucap Zalfa dalam hati dengan kepala menunduk dan memainkan jari-jemarinya.

Tanpa Zalfa sadari, pak Nizam menatapnya heran. Melihat Zalfa yang sedang menunduk terlihat gelisah dan ketakutan.

"Hei, kamu kenapa?" Tanya pak Nizam, menatap Zalfa dengan khawatir.

Icha yang ada di samping Zalfa, dengan cepat menyenggol lengan Zalfa agar si empu sadar kalau di sedang di tanya.

"Hmm?"

"Pak Nizam nanya sama Lo!" Bisik Icha, hanya Zalfa yang mampu mendengarnya. Zalfa pun, menoleh ke arah pak Nizam.

"Kamu kenapa? sakit?" Tanya pak Nizam penasaran.

"Eng-gak pak, sa-ya gak papa," jawab Zalfa gugup.

"Saya kok kaya baru lihat kamu?"

"Sa-ya, saya santri baru pak," ucap Zalfa dengan kepala sedikit membungkuk.

"Siapa namamu?"

"Na-ma saya Zalfa Anindira," jawab Zalfa. "El-Malik," lanjut Zalfa dalam hati.

"Maa Syaa Allah, cantik sekali namanya sama seperti orangnya." Ucap Bu Kiya dengan tersenyum ke arah Zalfa.

"Makasih bu,"

"Pak Nizam, acara akan segera di mulai 5 menit lagi," ucap laki-laki berjas hitam.

"Baik, saya akan segera kesana."

"Oh ya, nanti kalian jangan pulang dulu ya,"

"In Syaa Allah pak," jawab Zafran.

"Oh ya Zafran, nanti kalau ada papa kabari saya saja,"

"In Syaa Allah pak,"

"Ya sudah, semuanya saya permisi dulu ya. Nikmati hidangannya,"

"Terima kasih pak," jawab semuanya bersamaan.

"Pak? Panggilan macam apa ini?" Batin Zalfa dengan tersenyum miring melihat punggung pak Nizam dan Bu Kiya yang masih terlihat.

***

Acara sudah berlangsung sangat meriah dan megah. Di hadiri oleh banyak orang dari rekan bisnis pak Nizam dan juga para pengunjung lainnya. Yang hadir di sana, sangat menikmati hidangannya berbeda dengan Zalfa yang termenung dengan tatapan kosong.

Fikirannya berkecamuk, wajah yang harus tetap ceria padahal hati sedang tidak baik-baik saja. Ketika teman-temannya bercanda, Zalfa hanya tersenyum tipis. Bohong, jika saat ini Zalfa bahagia. Melihat Abbanya menggandeng perempuan lain yang bukan Ammanya. Laki-laki yang selalu ia rindukan kini telah menjadi suami orang lain atau bahkan sudah menjadi ayah orang lain.

"Fa, Lo kenapa kok tadi diem aja. Gak seperti biasanya," tanya Icha penasaran.

"Eng-gak, aku cuma sedikit pusing aja Cha," Jawab Zalfa dengan memegang kepalanya yang pusing.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Salma khawatir.

"Aku mau ke toilet aja,"

"Mau gue Anter?"

"Gak usah Cha, aku bisa kok." Jawab Zalfa dengan beranjak dari tempat duduknya.

Brak

Aww

"ZALFA!"

"Astagfirullah panas," rintih Zalfa dengan mengibaskan tangannya.

Pak Nizam yang melihat kejadian itu dengan cepat berlari ke arah Zalfa. Tanpa memikirkan 2 laki-laki yang sedang berbincang dengannya. Begitu pun dengan bu Kiya, yang langsung mengikuti langkah suaminya.

Reflex pak Nizam memegang tangan Zalfa dengan tatapan panik.

"BISA GAK HATI-HATI!" Teriak pak Nizam ke arah pelayan yang menabrak Zalfa, dengan wajah yang sudah memerah. Entah mengapa ketika melihat Zalfa terluka, pak Nizam merasa khawatir.

Pelayan yang tak sengaja menabrak Zalfa pun ketakutan. Ketika bos nya marah dan menatapnya dengan tatapan tajam. Zalfa yang melihatnya pun kaget, dengan gerakan cepat Zalfa melepaskan tangan pak Nizam.

"Tolong bawakan kotak p3k!" Ucap pak Nizam tegas.

"Baik pak," jawab pelayan lain yang berada di belakang pak Nizam.

"Saya tidak papa kok pak," ucap Zalfa dengan langkah mundur. Menunduk tanpa melihat wajah pak Nizam yang panik. Tatapan Zalfa beralih ke arah pelayan yang tak sengaja menabraknya.

"Maaf kak, sa-ya tidak sengaja." ucap pelayan dengan memainkan ujung jilbabnya.

"Enggak papa kok mba, saya yang salah. Saya yang gak liat-liat dulu." Memang benar, tadi Zalfa tidak melihat ke arah sekitar. Bahkan Zalfa tidak menyadari kalau ada orang yang di belakangnya membawa makanan yang baru di angkat dan masih berasap.

"Kak, ini salepnya," ucap pelayan menyodorkan kotak p3k ke arah Zalfa.

"Makasih mbak,"

"Saya permisi," ucap Zalfa berjalan ke arah toilet. Di ikuti oleh Icha dan Salma.

"Kenapa saya sangat khawatir pada gadis itu. Apa karena saya sudah seminggu tidak bertemu dengan putri sulung saya?" Batin pak Nizam, melihat ke arah punggung Zalfa yang semakin tidak terlihat.

"Bi, Abi kenapa?" Tanya Bu Kiya memegang pundak suaminya.

"Enggak, saya gak papa." Jawab pak Nizam memegang punggung tangan istrinya. "Saya hanya rindu dengan putri sulung kita mi," lanjutnya dengan tersenyum hangat ke arah istrinya.

***

"Lo gak papa Fa," tanya Icha khawatir.

"Gak, aku gak papa,"

"Sini gue yang obatin," ucap Icha, mengambil salep dari tangan Zalfa.

"Kok kamu gak meringis kesakitan sih Fa," tanya Salma heran, melihat tangan Zalfa yang memerah tetapi tidak ada reaksi apapun dari Zalfa. Walaupun tidak ada reaksi apapun dari Zalfa, Icha mengobatinya sangat hati-hati.

Menurut Zalfa ada yang lebih sakit dari tangan melepuh yaitu hati. Hatinya begitu sakit ketika melihat Abbanya bersama dengan perempuan lain. Bahkan Abbanya tidak mengenalinya, pertahanan Zalfa semakin runtuh. Namun Zalfa harus terlihat baik-baik saja di depan sahabat - sahabatnya.

"Icha, Salma kalian duluan aja ke sana. Aku mau ke toilet dulu,"

"Gak mau di tungguin?" tawar Salma yang di balas gelengan cepat oleh Zalfa.

"Gak usah, gak enak sama yang lain. Nanti mereka kira, aku kenapa-napa,"

"Yaudah kita duluan ya Fa,"

Setelah kepergian Icha, air matanya jatuh begitu saja. Tatapannya lurus dengan air mata yang tak berhenti jatuh. Hatinya begitu hancur, 22 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu. Tetapi, ketika orang yang dirindukan ada di depan mata justru keadaan mengharuskan Zalfa tidak mengungkapkan jati diri sebenarnya.

"Sakit Abba, Zalfa sakit." Lirih Zalfa, memegang dadanya. Tubuh Zalfa luruh ke lantai, apalagi kepalanya semakin pusing. Matanya terpejam, bayangan kejadian Abbanya yang memperkenalkan istrinya terputar kembali dalam fikirannya.

"Kenapa Abba melakukan itu? Hiks hiks hiks,"

Hiks..Hiks..Hiks..

Hiks.. Hiks..Hiks..

"Sakit Abba," ucap Zalfa di sela-sela tangisnya.

"Udah Zalfa udah, jangan nangis lagi," ucap Zalfa, menguatkan dirinya sendiri.

"Astagfirullahal 'adziim. Astagfirullahal.'adziim," ucap Zalfa, menghapus air matanya.

"Zalfa Lo jangan lemah, ingat Zalfa! Ada Allah," ucap Zalfa,berusaha tersenyum walaupun air matanya masih menetes.

"Owner Dira Store gak boleh cengeng," lanjut Zalfa dengan tersenyum dan mengambil posisi berdiri.

Zalfa berjalan ke arah wastafel untuk membasuh wajahnya agar tidak terlihat sudah menangis.

***

"Fran, kok lo dari toilet lama sih?" Tanya Dzaky.

"Tadi sebelum ke toilet saya bicara dulu sama pak Nizam?" Jawab Zafran mengambil minuman yang ada di depannya.

"Sekitar 10 menit yang lalu, Zalfa terkena sup panas," ucap Rizal, membuat Zafran membulatkan matanya.

U-huuk u-huuk u-huuk

"Ekhem," Dekhem Zafran, untuk menghilangkan kegugupannya.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Zafran berusaha tetap tenang.

"Kata Icha sih gak papa. Tapi dia masih di toilet," jawab Farhan melihat ke arah meja Icha. Terlihat kursi yang kosong di samping Icha yang sebelumnya tempat duduk Zalfa.

Tadi, ketika Icha dan Salma datang. Farhan menghampiri mereka untuk menanyakan keadaan Zalfa. Jawaban mereka pun membuat Farhan bernafas lega.

"Zalfa, apa kamu udah tau kalo gue adalah orang yang mau di jodohin sama kamu?" Batin Farhan melihat ke arah kursi Zalfa dengan tatapan sendu.

"Zalfa, cepatlah kembali. Saya khawatir," batin Zafran dengan memainkan sedotan minumannya.

Tak lama kemudian, Zalfa datang menghampiri Icha dan yang lainnya dengan tersenyum manis.

"Fa, Lo lama banget sih," ucap Icha dengan penuh penekanan.

"Icha ih," ucap Salma mendelik ke arah Icha.

"Ya udah sini duduk, Zalfa cantik." Ucap Icha dengan nada meledek.

"Tangan kamu gak papa?" Tanya Niya, memegang tangan Zalfa yang terkena sup panas.

Aww

Plak

"Niya, Lo apa-paan sih. Udah tau tangannya sakit, lo malah pegang." Ucap Icha dengan tatapan tajam.

"Maaf," cicit Niya.

"Cha, udah gak papa," ucap Zalfa, tersenyum ke arah Icha yang sedang marah. Terlihat dari sorot mata Icha, menatap Niya dan teman-temannya dengan tatapan tidak suka.

"Kalo gak di suruh sama ustadzah Rifa, gue gak mau semeja sama nenek lampir ini. Gue yakin, dia ada niat buruk sama Zalfa," ucap Icha dalam hati, melihat ke arah Niya dengan tatapan tajam. Begitupun Niya, menatap Icha dengan tersenyum menang.

***

Sebelum pulang, Zalfa pamit dulu ke pemilik restoran El-Malik Food dan istrinya. Denyut jantung Zalfa berdegup kencang, kalau terdengar mungkin seperti suara latto-latto. Zalfa tersenyum manis ke arah Bu Kiya begitupun sebaliknya.

"Maa Syaa Allah, kamu cantik sekali nak," ucap Bu Kiya, mengusap pucuk kepala Zalfa.

"Makasih bu," jawab Zalfa tersenyum.

"Tangan kamu masih sakit," tanya Bu Kiya memegang tangan Zalfa dengan hati-hati.

"Alhamdulillah, enggak terlalu Bu."

"Aku gak tau, harus menilai Bu Kiya seperti apa. Dan aku gak tau ke depannya hidup aku kayak gimana, yang jelas sekarang hatiku dan lisanku sedang bertolak belakang." Ucap Zalfa dengan tersenyum pedih.

Setelah semuanya pamit, Zalfa keluar dari restoran. Zalfa berniat untuk latihan silat dan meminta kuncinya ke Zafran. Walaupun dalam hatinya merasa takut ketika bertemu dengan Zafran. Orang yang telah di tolaknya beberapa hari lalu.

"Kak Zafran," panggil Zalfa, melihat ke arah Zafran yang baru saja keluar dari restoran. Berjalan ke arah Zafran dan teman-temannya dengan rasa takut.

"Kak Zafran," panggil Zalfa dengan memainkan ujung jari jemarinya.

"I-ya kenapa Zalfa?" Tanya Zafran dengan nada rendah.

"Sa-ya mau pinjam kunci ruangan latihan silat kak. Bo-leh?" ucap Zalfa dengan gugup.

"Buat?"

"Saya mau latihan silat kak, gak lama kok cuma satu jam aja. Nanti setelah saya latihan, saya langsung pulang kak. Beneran," ucap Zalfa dengan menunjukan jari berbentuk V.

"Engga!"

Bukan Zafran yang menjawab melainkan Farhan yang menjawab.

"Kak Farhan?" Ucap Zalfa pelan, setelah menoleh ke arah sumber suara.

"Kenapa?" Tanya Farhan berjalan ke arah Zalfa.

"Sa-ya,"

"Han," panggil Zafran, menatap Farhan. Memberi kode agar Farhan tidak usah ikut campur. Karena Zafran yakin, Zalfa sangat ketakutan saat ini. Melihat Farhan yang tiba-tiba berjalan ke arah Zalfa, membuat Zalfa mundur 2 langkah.

"Tapi Fran?" Elak Farhan.

"Han," panggil Zafran dengan nada rendah tapi penuh penekanan.

Zafran melihat ke arah Zalfa yang sedang menunduk.

"Saya kasih kamu 2 pilihan, pulang ke asrama atau latihan silat di temani sa.."

"Saya pulang aja kak," potong Zalfa dengan mendongakkan kepalanya ke arah Zafran. Mendengar jawaban Zalfa, membuat Zafran tersenyum menang.

"Kenapa?" Tanya Zafran dengan nada rendah.

"Sa-ya.." ucap Zalfa dengan memainkan ujung jari-jemarinya. Bingung dengan alasan yang akan di lontarkan.

"Mampus! Bisa-bisanya kak Zafran kasih 2 pilihan. Mana di depan teman-temannya lagi. Argh..,"

"Mana wajah kak Zafran sama temen-temennya serem banget lagi,"

"Tolong-tolong ada singa indo di sini. Tolong-tolong. Argh.. ngapain gue cosplay jadi jarjit sih,"

"Astagfirullah Zalfa, kok bilang gue lagi sih. Aku Zalfa aku!"

Tadinya Zafran mau mendengar alasan Zalfa, tapi melihat Zalfa yang semakin menunduk dan memainkan ujung jari-jemarinya. Membuat Zafran memutuskan untuk tidak menunggu jawaban Zalfa.

"Ya sudah kalau gak jadi, silahkan gabung dengan yang lainnya," ucap Zafran dingin tapi dengan nada yang rendah.

"Ya sudah kak, syukron." Ucap Zalfa dengan sedikit menundukkan kepalanya, merutuki dirinya sendiri. Zalfa yakin, kalau Zafran sengaja memberi pilihan yang membuat Zalfa memilih pilihan pertama. Fikir Zalfa.

"Bener-bener kak Zafran! Rese banget sih, gak tau apa kalo gue itu pengen nyari tempat yang sepi!" Teriak Zalfa dalam hati, berjalan cepat ke arah Icha dan yang lainnya.

"Wah..wah.. Keren Lo Fran," ucap Dzaky menepuk pundak Zafran.

"Gue kira lo bakal marahin dia Fran," ucap Rizal, menyenggol lengan Zafran.

"Perempuan itu ibarat kaca, jika terlalu keras ia akan mudah retak. Jika sudah retak, sangat sulit untuk menyatukannya kembali. Begitu mulianya perempuan setelah adanya Islam. Berlaku lembut pada perempuan adalah salah satu cara memuliakan perempuan." ucap Zafran dengan tersenyum tipis.

"Udah ah, yuk pulang! Keburu sore," ucap Farhan dengan raut wajah yang sulit di artikan. Kemudian berjalan lebih dulu dari yang lain.

"Kenapa sih tuh bocah," ucap Rizal, menggelengkan kepalanya. Melihat ke arah punggung Farhan yang semakin jauh.

~Bersambung~

***

Assalamualaikum sahabat?

Gimana seru gak?

Semoga kalian syukka..😍

Jangan bosan dukung Umma ya🥰

Buat kalian yang bingung, panggilan buat Zafran dan teman-temannya itu apa. Jadi, kalo di rumah Tahfizh panggilannya ustadz tapi kalo di kampus panggilannya kakak. Tapi, berbeda sama Zalfa, mau di rumah Tahfizh mau di luar sukanya manggil kak. Apalagi kalo sama Zafran, kalo bilang ustadz, si Zalfa suka kaku. Hhihi..

Biasalah santri baru suka milih yang paling beda

Kalau kalian manggil Zafran apa? Kakak? Ustadz? Singa indo? Atau calon imam? Wkwk

Kalian dukung Zalfa sama siapa?

Sampai ketemu di chapter selanjutnya

Spam NEXT

Spam Comment

Next Chapter bakal lebih seru lagi😍

_______________________

Selasa, 24 Januari 2023

~Zafran Mode Guru silat~

~Zalfa Mode Cekrek~

~Farhan Mode Cool~

Continue Reading

You'll Also Like

323K 31.4K 15
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
52.5K 4.6K 14
Transmigration || BL AREA!! Alfonso Daraya Rozentine, seorang CEO yang mati saat menyelamatkan anak kembarnya yang di culik oleh musuh bisnisnya. Ia...
377K 29K 37
Mesin waktu tidak akan pernah ada dan Zahwa tidak akan pernah bisa mengundur waktu untuk ia bisa kembali ke masa dulu di mana dia belum menikah denga...
189K 4.8K 61
Puisi berantai ini hanyalah puisi tanpa mengandung keseriusan