BRIANNA [Proses Revisi]

By saripahsaa

1.2M 138K 7.1K

Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Setelah terbuka... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40

Chapter 41

7.6K 652 66
By saripahsaa

***

***

Tok..tok..tok

"Tunggu sebentar kak Bell!"

"..."

Tak ada sautan sama sekali. Brianna mengerutkan keningnya, tumben sekali Bella tidak membalas ucapannya. Tak ambil pusing Brianna kembali melanjutkan aktifitasnya, mungkin saja Bella tak mendengar sahutan darinya.

Pada sentuhan terakhir Brianna memoleskan pelembab bibir, lalu mengamati dirinya di kaca sebentar. Kemudian tersenyum saat merasa tidak ada yang kurang sekali pun.

Ia mengambil tas ransel yang ditaruh di atas kasur, kemudian menyemprotkan parfum kesukaannya di seluruh tubuh. Serasa sudah selesai Brianna berjalan kearah pintu.

Ceklek

"Maaf kak Bell sudah membu-" ucapannya tertahan saat ia melihat bukan Bella tetapi sosok pria tinggi bertubuh kekar berdiri di depan pintu kamarnya. Dari atas hingga bawah, penampilannya benar-benar urakan sekali. Rambut yang sengaja berantakan kancing kemeja dibiarkan terlepas dua, menampilkan kaos putih polos yang di pakainya. Namun ada yang lucu, plester dengan motif bunga-bunga berwarna merah muda ternyata masih menempel di dahi Albern.

"Morning baby Ann" sapa Albern lebih dulu.

"Morning" ada nada malas dalam ucapannya.

Albern menaikan sudut alisnya "Masih marah?" Melihat raut wajah Brianna yang terlihat berbeda dari biasanya.

Ucapan Albern berhasil membuat Brianna mengingat kejadian semalam.

"Jadi milikku, dan kau akan mendapatkan segalanya. Bagaimana?" Albern menaikan sudut bibirnya.

Brianna mendengus, benar-benar pria gila. Usai mencium dirinya dengan paksa pria itu malah menawarkan hal yang tidak bermutu.

"Tidak tertarik"jawabnya ketus.

Albern terkekeh mendengar nada ketus Brianna, yang biasanya terlihat anggun dan lembut kini menampilkan sisi garangnya, tak apa Albern justru semakin menyukainya. Ia jadi tak sabar melihat sifat unik lainnya yang dimiliki gadis ini.

"Kenapa? Bersamaku kau tidak akan kekurangan apapun."

Brianna menaikan alisnya "Heh! Bahkan tanpa dirimu pun, aku tidak kekurangan apapun tuan muda Caldwell".

Albern menyeringai "Aku tau kau memang berbeda."

Albern maju selangkah untuk memperpendek jarak diantara mereka, tubuhnya mensejajarkan hingga setara dengan Brianna "Persiapkan dirimu dalam beberapa hari kedepan, babe" bisiknya tepat ditelinga.

Brianna dengan cepat memundurkan tubuhnya, lalu mengernyit "maksudmu?"

Tersenyum tipis, Albern kembali menegakkan tubuhnya. Mengambil salah satu tangan Brianna lalu dikecupnya dengan lembut "istirahatlah, terimakasih atas obatnya".

"Dan ciumannya juga" bisiknya serak. Setelah itu dirinya beranjak pergi meninggalkan Brianna yang kini diam mematung.

Blush!

Rona merah kini menjalar dari pipi hingga ke telinga, ditambah jantungnya yang kini mulai berdegup kencang lagi. Brianna menghela nafas menetralkan dirinya yang sudah tidak karuan akibat ulah dari pewaris satu-satunya keluarga Caldwell.

"Sialan!"

"Teringat kejadian semalam hm?"

Terkejut. Brianna sepertinya harus membiasakan diri dengan perlakuan Albern yang selalu saja membuatnya terkejut tiba-tiba "Tidak!"elak Brianna.

Albern terkekeh, dengan pasti ia mendekatkan diri memeluk tubuh mungil gadis itu, Brianna belum sempat menghindar jadilah dirinya pasrah saja.

"Kau mendengarnya kan?"

Brianna mendongak "Apa?" ucapnya tak mengerti.

"Bagaimana jantungku berdegup kencang hanya bersamamu" jawabnya sambil mengelus puncak kepalanya lembut.

Brianna diam membisu, ia tak tahu harus merespon seperti apa. Mulutnya terasa kelu untuk mengeluarkan satu patah katapun.

Albern tersenyum tipis melihat respon gadis itu "Baiklah, sekarang waktunya kita kebawah".

Brianna dengan diam menurut saja. Keduanya berjalan bersama dengan tangan Albern yang masih bertengger di pinggang Brianna.

***

Di luar terasa cerah di pagi hari. Namun entah mengapa di ruang makan saat ini serasa mendung, suasananya hening hanya ada dentingan sendok yang bersuara.

Brianna tak terpengaruh sama sekali ia makan dengan hikmat. Berbeda sekali dengan Liana dan yang lainnya mereka merasakan suasana yang tak nyaman, bahkan sarapan yang ia miliki hanya tersentuh sedikit. Itu di sebabkan karena tiga pria ini, siapa lagi jika bukan Leon-suaminya, Malvin-anak sulungnya dan Albern-yang mungkin menantu masa depannya. Mereka saling melemparkan tatapan membunuh satu sama lain, para maid yang berdiri di samping tuan-tuan nya merasakan keringat dingin mengucur di dahi. Takut dengan insiden semalam terjadi lagi.

Trang!

Suara yang memecahkan keheningan yang terjadi.

"Aku sudah selesai". Brianna menyeka sudut bibirnya menggunakan kain dengan anggun.

Semua yang ada di ruang makan mengalihkan atensinya pada Brianna. Brianna yang merasa di perhatikan merasa ada sesuatu yang salah "Kenapa?" tanyanya polos.

Liana yang berada di samping Brianna tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya "Tidak apa-apa".

"Mau berangkat sekarang sayang?" tanya Liana.

Brianna melihat arloji di tangannya yang kini menunjukkan pukul 07.15. sudah lewat 15 menit, kemudian ia mengangguk "Aku sudah terlambat Mom".

"Baiklah. Berangkat dengan Albern?"

"TIDAK BOLEH!" ucap Leon dan Malvin serentak dengan tegas.

"Sayang, apa yang kau bicarakan. Kau membiarkan bedebah ini mengantar baby Ann?" Leon menatap Liana dengan tatapan tak terima, lalu melirik sinis pada Albern.

"Betul Mom! Sweetieku akan ternodai jika duduk satu mobil dengan bajingan itu!" timpal Malvin sebagai pihak kedua yang tak terima jika Brianna berangkat bersamanya.

Liana memijit pelipisnya merasa pusing dengan tingkah keduanya yang tak ada bedanya jika menyangkut putri kesayangannya itu. "Baiklah sudah cukup! Biarkan baby Ann yang memilih, dia akan berangkat dengan siapa".

"Sayang, kau akan berangkat dengan siapa?"

Brianna memandang mereka satu persatu, tatapannya terkunci pada satu orang lalu kembali mengalihkan pandangannya.

"Aku berangkat sendiri saja Mom" ujarnya tak terduga.

Liana merasa lega dengan pilihan putrinya, karena jika ia memilih diantara salah satu dari mereka kemungkinan akan ada terjadi kerusuhan lagi di pagi hari. Liana tersenyum "Baiklah, Mom akan memanggil Sam untuk mengantarmu."

Brianna mengangguk.

Liana memandang ketiganya yang kini tengah memasang wajah datar, sepertinya kesal karena tidak ada yang mau memilih diantara mereka.

Liana menghela nafasnya, lalu berjalan menuju suaminya "Sayang, bukannya hari ini kau ada rapat? Sebentar lagi sepertinya akan di mulai, kau tidak mungkin terlambat kan?" usir Liana dengan halus, tangannya tergerak membenarkan dasinya.

Leon melirik istrinya dan faham maksud yang dikatakan istrinya itu.

"Hm."

Cup!

Brianna mengecup pipi Mommy-nya "aku pergi dulu Mom bye!" Brianna menyelonong pergi meninggalkan mereka yang menatap dirinya dengan pandangan tak terbaca.

Diam-diam Albern menyungging senyum tipis. Matanya tak lepas dari punggung gadis itu yang kini kian menghilang dari pandangannya.

***

"Maaf nona, gerbang sekolah sudah ditutup. Apa kita kembali lagi ke mansion?" tanya Sam selaku supir pribadi milik keluarganya.

Brianna melihat dan ternyata benar gerbang sekolah sudah ditutup, dirinya benar-benar terlambat kali ini. Tapi ya sudahlah, ia tak peduli lagian ia malas belajar kali ini.

"Paman Sam kau pulang saja, aku ada urusan sebentar."

"Tapi nona muda bagaimana jika tuan dan nyonya-"

"Ikuti saja perintahku paman!" ucap Brianna tak terbantah.

"Baik nona muda."

Brianna tersenyum puas "Baiklah sampai jumpa paman, hati-hati di jalan." Brianna membuka pintu dan keluar dari mobil.

"Saya duluan nona muda" teriak Sam.

Brianna mengacungkan jari jempolnya.

"Huft... Sekarang aku harus kemana?" keluhnya.

Beberapa detik kemudian.

"Ah! Aku tau!" Dengan cepat ia berlari kearah tempat yang dituju.

...

Sesampainya di tempat, Brianna duduk lesehan dengan punggungnya yang bersandar pada pohon.

"Hah... Nyaman sekali."

"Hei nona cantik, kita bertemu kembali." Brianna yang tadinya ingin memejamkan kedua matanya kini kembali terbuka mendengar ada suara lain selain dirinya.

Brianna celingak-celinguk mencari sumber suara. "Aku di atasmu nona cantik!" Lalu mendongak ke atas, ternyata pria itu yang ia temui tempo lalu dengan kondisi yang masih sama dia yang berada diatas pohon dan dirinya yang kini menyender pada batang pohon.

"Oh... Kau lagi" jawab Brianna sekenanya.

Kemudian kembali memejamkan matanya yang sempat tertunda.

Brukk!

Arthur mendaratkan tubuhnya tepat di samping Brianna kemudian ikut menyenderkan tubuhnya pada pohon.

"Kau tak masuk kelas?" tanyanya.

"Seperti yang kau lihat, aku membolos."

Dengan mata yang masih terpejam Brianna kembali bertanya "kau sendiri kenapa tidak masuk kelas?"

Arthur terkekeh "untuk apa aku belajar? Yang selalu dibanggakan hanya kembaranku saja, aku hanya akan menjadi pecundang dimata mereka."

Brianna membuka matanya "maksudmu?"

Arthur menggeleng pelan" tidak ada, anggap saja kau tak mendengarnya tadi."

"Tunggu, keningmu terluka." ucap Brianna saat ia menyadari jika kening Arthur terdapat lembam yang sudah membiru. Brianna mengutak-atik sesuatu ditasnya, dan ia mendapatkan sebuah plester yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Kemarilah!"

Arthur menurut "jika kau ingin menciumku setidaknya ditempat tertutup jangan ditempat terbuka seperti ini" tutur Arthur bercanda.

Brianna menatap datar "bicara sembarangan lagi, ku buat luka keningmu lebih parah dari ini."

Arthur terkekeh geli "ternyata masih sama galaknya seperti waktu itu ya".

"Stt... Diamlah!" ujar Brianna dengan kesal.

Arthur kembali terkekeh namun kali ini ia menurut untuk tidak berbicara lagi. Brianna dengan hati-hati menempelkan plester miliknya pada kening Arthur, tak menyadari jika orang itu memperhatikannya sedari tadi.

"Sudah!" Brianna tersenyum manis.

Arthur ikut tersenyum melihatnya "Terimakasih Anna" ujarnya lembut.

"Sama-sama."

"Kenapa keningmu bisa terluka? Kau berkelahi dengan seseorang?" tanya Brianna.

Arthur tersenyum tipis "Ya. Bisa di bilang seperti itu, namanya juga anak laki-laki tidak seru jika tidak berkelahi, bukankah begitu?"

"Tapi kau berbohong!" selidik Brianna.

"Hm? Dari mananya aku berbohong?" Arthur berusaha bersikap baik-baik saja.

"Tentu saja anak kecilpun tau jika kau berbohong. Kau jelas di pukuli seseorang, jika kau berkelahi tidak mungkin tangannu tidak ada jejak memar, itu pasti ada sedangkan tanganmu bersih tanpa ada noda satupun."

"Wow, ternyata kau pintar juga ya?" Arthur terkekeh.

"Baiklah kau benar, aku bukan berkelahi tapi di pukuli oleh seseorang" ujar Arthur yang akhirnya jujur.

Dahi Brianna mengerut "lalu kenapa kau tak melawan? Tak mungkin orang sepertimu hanya pasrah di pukuli seperti itu."

Arthur tertawa kecil "selain galak kau ternyata cerewet juga ya?"

"Ish jawab saja pertanyaanku!"

Arthur mengacak-acak rambut Brianna dengan gemas "jangan merusak rambutku Arthur!!!" Brianna mengerucutkan bibirnya kesal.

"Hahaha oke okee i'm sorry."

"Jadi kenapa?!" jawab Brianna tak sabaran.

Arthur tersenyum geli "iya-iya akan ku jelaskan sekarang."

Arthur menghela nafasnya "luka dikeningku ini ulah dari ayahku sendiri. Ayahku marah karena nilaiku selalu saja turun setiap waktunya, padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin dalam belajar akademik tapi tetap saja kemampuanku hanya sebatas itu, prestasiku bukan di bidang akademik tapi di bidang non akademik tapi ayah dan ibuku tak menerima hal itu mereka hanya ingin aku unggul dalam hal akademik layaknya saudara kembarku."

Arthur menjeda ucapannya berusaha untuk tetap tenang meskipun tangannya kini terkepal kuat, Brianna melihat hal itu lalu menepuk pundak Arthur guna menguatkan dirinya " kami lahir dengan jarak 1 bulan dia yang pertama dan aku yang terakhir, itu sebabnya tidak ada kemiripan diantara kami meskipun kami kembar sekalipun. Dari dulu sampai sekarang hidupku selalu menjadi bayang-bayang saudaraku, membandingkan ke unggalan dirinya dan diriku. Ayah dan ibuku lebih milih menyayangi saudara kembarku, sejak kecil aku hanya diurus oleh baby sitter sedangkan kakak kembarku diurus oleh ayah dan ibuku, benar-benar tak adil kan? Aku hanya bisa bersembunyi menyaksikan saudara kembarku di banggakan pada teman-teman ayah dan ibu sedangkan aku? Mereka membawaku saja rasanya sesuatu hal yang memalukan, aku tak tahu salahku dimana, apakah aku benar-benar sebuah kesalahan karena terlahir di dunia ini?" Arthur tersenyum miris.

"Arthur..." Brianna tersenyum lembut laku menepuk-nepuk pundaknya "semesta terlalu jahat untuk dirimu yang harus menanggung beban seperti ini sejak kecil. Tapi asal kau tahu ada beberapa orang yang mungkin bernasib sama seperti dirimu namun mereka akhirnya menyerah pada keadaan karena ketidakmampuan mereka dalam menghadapi segala tantangan yang mereka miliki sedangkan kau sendiri? Kau masih bisa bertahan sampai sejauh ini, melewatinya fase-fase yang menyakitkan bagimu. Hingga membentuk jati dirimu menjadi sosok yang kuat, aku tahu berat rasanya berada di posisi sepertimu. Merasakan hilang arah karena tak ada yang bisa kau jadikan penompang hidup kecuali dirimu sendiri. Aku bangga padamu bisa bertahan sejauh ini, terus bertahan ya akan ada dimana kau merasakan perasaan bahagia yang mungkin tak pernah kau bayangkan, ini hanya tentang waktu jadi tunggu sebentar lagi saja ya?" tutur Brianna diakhiri dengan senyum teduhnya.

Arthur terpaku sesaat, seumur hidupnya baru kali ini dirinya merasa di hargai oleh seseorang.

"Terimakasih banyak Anna." ujarnya dengan serak.

Brianna tersenyum "tetap semangat Arthur, masih ada hal yang harus kau lakukan di dunia ini, entah sesuatu hal yang kau sukai, tempat indah yang belum kau kunjungi, makanan-makanan enak yang belum pernah kau cicipi dan juga membanggakan orang-orang yang kau sayangi."

Ting!

Brianna melirik kearah ponsel miliknya, lalu membuka lock screen ternyata sudah banyak pesan yang belum ia baca beberapa menanyakan dirinya dimana termasuk Albern yang sudah banyak mengiriminya pesan dan beberapa panggilan tak terjawab darinya.

"Huft... "

Brianna membereskan barang-barangnya, seolah bersiap untuk pergi.

"Baiklah sepertinya aku harus kembali, cepat sembuh Arthur. Nanti kita bertemu lagi ya!! Bye!"

Brianna berlalu meninggalkan Arthur yang kini menatap tubuh mungilnya yang kini semakin jauh dari pandangannya.

Arthur menyentuh plester yang tadi ditempelkan Brianna padanya lalu tersenyum manis.

"Lucu."

***

Arthur Canon

(Kalo misalnya kalian lupa Arthur itu siapa coba baca ulang lagi di chapter 26 nah kalian bklan tau Arthur itu siapa)

Hai semua. Apa kabar? semoga kalian tetep dalam keadaan baik-baik aja yaa.

Bingung aku mau ngomong apa ini teh wkwk, soalnya udah lama bngt udah hampir setaun. Maaf ya aku hiatus ga bilang" ke kalian, karna emg posisinya aku lgi dalam keadaan down saat itu, dan skrng alhamdulilah aku udah kembali pulih.

Klo misalnya kalian nanya aku kemana aja kok ga up terus, disatu sisi aku pengen nerusin cerita Brianna ini karna emg udah nanggung banget kan ceritanya juga udah panjang tpii disisi lain aku disibukin soal tugas" kuliah di tambah lagi aku kebanyakan praktek makanya aku kadang gaada waktu luang buat ngelanjutin cerita Brianna, tpii skrng insyaallah aku bisa ngimbangin kesibukan aku sma ngelanjutin cerita ini sampe tamat.

Btw aku mau bilang makasii buat kalian yang masih jadi pembaca setia Brianna, maaf sekali lagi karna ngegantung ceritanya dan bikin kalian penasaran sma kelanjutan ceritanya kayak gimana maaf bngtt yaa🙏🙏🙏

Dan ceritanya ada yang beberapa aku revisi biar kalian jadi lebih enak bacanya.

Segitu aja paling makasii atas perhatiannya 🙏

Jan lupa buat vote sama komennyaa yaa.

Babaii.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

875K 53K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
1.3M 125K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
7.5M 612K 59
Shela Aghatasiva, Queen Racing geng motor terkenal di Bandung di kabarkan meninggal dunia. Tidak sedikit yang syok mendengar berita tersebut, terutam...
2.8M 265K 78
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.