Meet Me in The Library | Choi...

Per deyannim

9.2K 2.3K 387

Kita memang ditakdirkan untuk bertemu oleh semesta, tapi bagaimana jika kita tidak ditakdirkan untuk bersama... Més

1 : Day One
2 : 101
3 : The Most Wanted
4 : Question Mark
5 : Special Guest
6 : Welcome, Summer!
7 : Sweet Summer
8 : Behind The Name
9 : Warm Summer
10 : Back To Basic
11 : Hopeless
12 : Explanation
13 : Us
14 : The Third Person
15 : Burning Ice

16 : Our Bloom

212 47 13
Per deyannim

Rutinitas Eunjae selama beberapa hari belakangan ini tidak berubah.

Pergi ke sekolah, lalu datang ke Cafè Soobin untuk menemani lelaki itu sambil menunggu Soobin pulang, setelah itu belajar di perpustakaan bersama Soobin dan terakhir, diantar pulang oleh Soobin ke rumahnya.

Benar, sekarang Soobin sudah tahu di mana rumah Eunjae. Bahkan ia juga sudah berkenalan dengan Woojae—adik Eunjae—karena tidak sengaja berpapasan di depan rumahnya.

Selain tahu rumah Eunjae, Soobin juga sekarang tahu rumah Hyunjin. Jarak rumah sepasang sahabat itu ternyata benar-benar dekat. Pantas saja Eunjae selalu pergi dan pulang bersama Hyunjin.

"Soobin, kau bisa bantu aku untuk soal yang ini?" tanya Eunjae yang saat ini tengah mengerjakan soal pengetahuan umum untuk ujian tulisnya yang akan diadakan beberapa hari lagi. Sementara Soobin juga tengah mempersiapkan ujian paketnya dengan mempelajari soal-soal yang sama.

"Jawabannya nomor 3. Kemarin kita sudah membahas ini. Kau lupa ya?"

Eunjae memamerkan deretan giginya, "Kita sudah membahasnya? Kenapa aku lupa ya?"

Soobin mengusak pelan rambut Eunjae setelah melihat wajah gadis itu berubah merah karena malu. Eunjae selalu seperti itu, melupakan hal-hal yang baru saja ia pelajari dengan cepat sehingga mau tidak mau Soobin harus menjelaskan satu materi secara berulang-ulang.

"Soobin-ah, sebelum pulang, mau makan tteokbokki?" tanya Eunjae setengah berbisik. Kemudian dijawab oleh Soobin tanpa suara, "Oke."

--

"Hyunjin-ah!"

"Apa?"

"Kau tahu kan kalau akhir-akhir ini kau sangat aneh dan itu merepotkanku?" Sunwoo membuka satu kaleng kopi dan menyerahkannya pada Hyunjin, setelah itu ia membuka satu kaleng lagi untuk dirinya sendiri.

"Aneh apanya?"

"Kau biasanya bermain dengan Eunjae dan sulit untuk kutemui. Sekarang setiap akhir pekan kau datang ke rumahku untuk main playstation. Ditambah lagi wajahmu selalu datar dan itu membuatku merinding. Kau baik-baik saja?"

Hyunjin berdecak sebal. "Tentu saja!"

"Lihat! Lihat! Kau bahkan marah saat ini! Wah ... sepertinya benar-benar terjadi sesuatu antara kau dan Eunjae ya? Aku lihat satu minggu ini kau tidak lagi pergi ke sekolah bersama Eunjae dan pulang bersamanya juga."

Kesal mendengar ucapan Sunwoo, Hyunjin lantas mengambil bantal sofa yang ada di dekatnya dan melempar bantal itu tepat mengenai wajah Sunwoo.

"Berisik! Cepat ambil stick PS-mu!"

"Heol, orang gila," gumam Sunwoo menggeleng tak mengerti dengan sikap dan jalan pikiran Hyunjin. Lelaki sipit itu sejujurnya memang memiliki paras yang dingin, tapi beberapa waktu belakangan ini rasanya seperti terlalu dingin dan itu membuat Sunwoo sedikit canggung.

--

"Enak sekali!" seru Eunjae dan Soobin bersamaan. Kedua anak manusia itu kemudian tertawa dan melanjutkan acara makan teokkbokki-nya di kedai pinggir jalan yang tidak jauh dari perpustakaan. Selain teokkbokki, mereka juga memesan odeng dan terus-terusan memuji semua makanan yang mereka pesan tanpa henti.

"Soobin, aku rasa perutku masih memiliki space banyak untuk menghabiskan dua porsi teokkbokki lagi!"

"Jangan makan terlalu banyak, nanti perutmu sakit."

"Wah ... aku benar-benar salut dengan siapapun itu yang menemukan resep teokkbokki. Ahjumma, aku mau pesan 1 porsi lagi ya!" ujar Eunjae menghiraukan apa yang baru saja Soobin katakan sebelumnya.

"Soobin, nanti kita pesan juga untuk Sooji ya!"

"Astaga, Eunjae, tidak—"

"Bu, satu odeng lagi untuk teman lelakiku yang tampan ini!"

Soobin akhirnya hanya bisa menghela napas pelan dan tak kuasa menahan senyumnya. Shin Eunjae memang benar-benar memiliki sejuta akal untuk membuatnya bungkam.

"Soowbin, apa khau senang? Aduh panas!" tanya Eunjae yang masih mengunyah teokkbokki di dalam mulutnya. Melihat gadis itu kepanasan Soobin lantas memberikan air minum dengan sigap pada Eunjae.

"Pelan-pelan, tiup dulu! Kau ini ada-ada saja!"

"Maaf, hehe. Jadi, apa kau senang Soobin?"

Pertanyaan itu lagi, pertanyaan yang Eunjae ajukan pada Soobin minimal satu hari sekali. Tapi Soobin menyukainya. Soobin bahkan rela jika harus mendengar pertanyaan itu jutaan kali dari Eunjae.

"Aku senang. Rasanya seperti makan bersama teman sepulang sekolah."

"Ah, syukurlah. Aku selalu lega kalau kau merasa senang saat pergi bersamaku," sahut Eunjae dengan senyum lebarnya. Setelah itu, ia kembali fokus pada makanannya. Namun karena teokkbokki yang masih panas, mau tidak mau Eunjae harus sedikit menunduk untuk meniupnya. Melihat rambut panjang Eunjae yang mulai berjatuhan menutupi wajah gadis itu, Soobin kemudian mengambil inisiatif untuk menyelipkan helaian rambut Eunjae ke belakang telinganya.

Mendapat perlakuan tak terduga seperti itu, Eunjae mengurungkan niatnya untuk meniup teokkbokki. Ia justru mematung dan sibuk mendengarkan detak jantungnya yang menggila.

Ah, Choi Soobin ... diam-diam dia seorang raja act of service!

"Kau tidak bawa ikat rambut?" tanya Soobin menyadarkan Eunjae dari lamunannya.

"Aku lupa."

"Wah, kau melupakan banyak hal hari ini, Nona."

"Apa menurutmu otakku bekerja terlalu keras sampai-sampai aku melupakan segala hal?"

Soobin terkekeh, "Mungkin?"

Butuh sekitar 20 menit untuk Eunjae dan Soobin menyelesaikan acara makan malamnya di kedai pinggir jalan. Lalu mereka kembali pada rutinitas harian paling akhir yaitu, Soobin mengantar Eunjae ke rumahnya.

Di perjalanan, Soobin beberapa kali dibuat terkejut oleh Eunjae yang berlari tiba-tiba karena melihat kucing. Kata Eunjae, di rumah juga ia memiliki kucing bernama Gummy.

"Kau tahu tidak kalau bulu Gummy sangat tebal makanya ia terlihat seperti kucing yang besar. Padahal kalau sedang mandi dan terkena air, tubuhnya sangat kecil! Kau pasti akan tertawa kalau lihat Gummy mandi," cerita Eunjae dengan sumringah.

"Kenapa kau namai Gummy?"

"Woojae yang memberi nama. Katanya karena kucingku itu selalu lengket pada orang rumah."

"Woojae ternyata imut juga ya? Saat pertama kali bertemu dengannya, wajah anak itu sangat dingin dan aku sempat ragu untuk menyapa."

"Ah, Woojae terlalu sering bermain dengan Hyunjin makanya wajahnya seperti itu."

"Woojae akrab dengan Hyunjin?"

"Iya, mereka suka main game bersama. Kata Woojae, Hyunjin itu pemain yang hebat, jadi Woojae mengaguminya."

Soobin menganggut lemah, "Mengaguminya, ya?"

Mendengar nada suara Soobin yang melemah disertai jalannya yang melambat, Eunjae lantas sadar kalau ia baru saja membuat kesalahan dengan menceritakan tentang Hyunjin dan adiknya yang dekat pada Soobin.

Aduh, sepertinya dia akan merasa cemburu dan tidak percaya diri lagi kan?

"Soobin-ah,"

"Hm?"

Eunjae menghentikan langkahnya, membuat Soobin mau tidak mau ikut berhenti. Setelah itu Eunjae menarik sebelah tangan Soobin dan menggenggamnya sedikit erat. Hal itu tentu saja membuat Soobin terkejut dan terheran-heran.

"Kau tahu kan aku sangat menyukaimu?" tanya Eunjae membuat Soobin tersenyum tipis.

"Karena kau mengatakannya terus-terusan, tentu saja aku tahu."

"Kalau begitu, aku juga ingin kau tahu bahwa sedekat apapun hubunganku dengan Hyunjin, seakrab apapun keluargaku dengan Hyunjin, orang yang aku sukai adalah kau."

"Lebih dari kau menyukai Hyunjin?"

Eunjae tertawa kecil mendengar pertanyaan Soobin. Ternyata dia cukup posesif juga.

"Iya, lebih dari aku menyukai Hyunjin. Rasa sayangku padanya dan padamu tentu saja berbeda."

"Aku jadi sedikit tenang sekarang," ujar Soobin membuat keduanya terkekeh.

"Eunjae-ya,"

"Hm?"

"Kau waktu itu bilang kalau aku mulai merasakan sesuatu terhadapmu, entah perasaan apapun itu, aku harus bilang padamu, kan?"

Eunjae mengangguk, sedangkan Soobin kini mengusapi pelan tangan Eunjae yang masih ada dalam genggamannya.

"Eunjae-ya,"

"Ya, Soobin?"

"Sepertinya aku mulai menyukaimu. Tidak. Sepertinya aku memang sudah menyukaimu sejak dulu."

"Soobin-ah ...."

To be continued ...


Hai hai!

Happy new year guys! ❤️

Continua llegint

You'll Also Like

55.6K 5.1K 14
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
31.7K 7.1K 16
Lalisa Manoban, gadis misterius yang sering di anggap buruk oleh teman sekolahnya. Jennie Kim, gadis manja ceria yang penuh dengan semangat. hari-har...
1.1M 61.4K 65
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
159K 25.6K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...