LEORA ZARIN [END]

By Hamidaaa_11

645K 23.6K 604

PART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cast
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Epilog
Ada yang mau cek?
Extra Part

15

9K 301 13
By Hamidaaa_11

Zarin sudah berjanji akan pergi kerumah Morgan untuk menyelesaikan tugas prakarya mereka. Alhasil sekarang disinilah mereka, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pasalnya tugas ini akan dikumpulkan besok. Karena kemarin sempat terhambat saat Zarin sakit. Jadi, saat ini mereka benar-benar ngebut agar cepat selesai.

Morgan sedang menyusun potongan koran menjadi bunga yang cantik untuk dijadikan buket bunga. Sedangkan Arka tugasnya sedang membuat mahkota bunga dari koran. Sama halnya dengan Zarin yang fokus menempelkan satu persatu potongan koran dimanekin agar membentuk menjadi gaun yang indah.

"Kalian lapar gak?" Tanya Morgan karena sudah hampir 4 jam mereka mengerjakan itu.

"Lumayan," Jawab Arka dengan tatapan fokus pada tugasnya.

"Gue buatin Mie instan, pada mau kagak?"

"Gak usah ngerepotin, Mor." Ucap Zarin melirik Morgan sebentar.

"Engga ko, tapi maaf ya cuma Mie instan. Nyokap gue lagi keluar jadi gak ada yang masak." Ujar Morgan, Rumah Morgan memang terbilang sederhana. Dengan keluarga yang terbilang sederhana pula. Sudah dipastikan tidak ada pembantu disana.

"Santai aja, gue makan segala jenis makanan ko," Arka menyambar botol air mineral dimeja lalu meminumnya.

"Rakus kalo itu namanya!" Tukas Morgan sambil beranjak dari duduknya.

Arka terkekeh pelan. Ia lalu beralih menatap Zarin.

"Rin?"

"Hm?"

Zarin hanya berdehem tanpa mengalihkan perhatian nya dari manekin yang sudah setengah jadi itu.

"Gimana hubungan lo sama Zevan?" Tanya Arka masih menatap Zarin.

Zarin menghentikan aktifitasnya lali menoleh kearah Arka. "Maksud lo?"

"Iya maksud gue, lo bener-bener udah putus sama Zevan?" Arka menatap Zarin lekat.

"Ya begitulah," Jawab Zarin seadanya. "Kenapa emang?"

Arka tersenyum manis, "engga, emang mending putus sih lo sama dia."

Zarin mengernyit. "Why?"

"Karena dia gak pantes buat cewek secantik dan selembut lo." Ujar Arka membuat Zarin bingung.

"Kenapa lo ngomong gitu?" Zarin menatap Arka intens.

"Karena dia itu brengs*k, Rin."

"Bukannya lo temen Zevan?"

"Gue emang temennya, tapi bukan berarti gue bakal biarin cewek secantik lo dipacarin sama dia." Tutur Arka, membuat Zarin semakin bingung.

"Udah, gue mau ketoilet dulu." Lanjut Arka lalu meninggalkan Zarin.

Tidak lama kemudian, Morgan datang dengan membawa nampan yang berisi tiga mangkok mie instan. Morgan menyimpannya diatas meja lalu mempersilahkan Zarin untuk segera memakannya selagi panas.

"Oh iya gue lupa bawa minumnya." Morgan kembali beranjak menuju dapur, namun sebelum itu ia menaruh sebuah gantungan kunci yang ia genggam tadi.

Setelah mereka menghabiskan mie instan yang Morgan buat. Mereka pun kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Mereka juga sudah selesai. Tugas prakarya mereka siap untuk dikumpulkan besok.

*Kurleb begitu guys

"Rin, lo pulang naik apa?" Tanya Arka.

"Gue mau pesen taksi online aja Ar," Jawab Zarin seraya membereskan barang-barangnya kedalam tas.

"Gue anterin aja." Arka menyampirkan tas miliknya ke bahu.

"Gak usah Ar, gue gak mau ngerepotin lo."

"Gak, Rin. Lo tuh cewek pulang malem sendirian kalo ada yang jahatin lo gimana?" Ujar Arka menakuti Zarin.

"Gak bakal-"

"Udah cepet gue anterin." Tukas Arka kukuh dengan niatnya.

"Iya mending lo dianterin sama Arka aja, Rin. Kalo lo kenapa-napa kan kita juga yang harus tanggung jawab" Timpal Morgan menyetujui Arka.

"Yaudah iya, ayok!" Ucap Zarin menyerah.

Zarin menaiki motor sport Arka. Mereka pun mulai menyusuri jalanan. Arka sangat berhati-hati saat mengendarai motornya. Dia sudah lama tidak membonceng perempuan. Maka dari itu lajunya begitu lambat.

Setelah melewati beberapa perempatan, mereka pun sampai dirumah Zarin. Tentu saja Zarin yang menunjukkan arah jalannya pulang. Zarin berterima kasih pada Arka, menawarinya mampir terlebih dahulu. Namun Arka memilih untuk langsung pulang dengan alasan takut Maminya marah karna pulang telat.

Setelah Arka melajukan kembali motornya, Zarin berjalan memasuki rumahnya. Hari ini sangat lelah bagi Zarin. Ia juga melupakan obat siangnya tadi. Pantas saja ia merasa lemas sekali sekarang.

Zarin menghempaskan tubuhnya keatas ranjang. Beberapa detik ia menatap langit-langit kamarnya. Ia pun merogoh ponsel yang berada didalam sakunya. Zarin melebarkan pandangannya saat melihat notifikasi ponselnya. Terpampang jelas siapa yang mengiriminya pesan.

Zevan.

Tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat tahu Zevan mengiriminya pesan. Apa maksudnya? Bukankah ia sudah menghapus nomor Zarin?

Zarin dengan tidak sabar membuka pesan itu. Ia mengernyit kala melihat foto yang dikirimkan Zevan. Ada apa? Kenapa Zevan berubah pikiran dan mengirimkan foto itu padanya?

Zarin meneliti foto itu lama. Terlihat dia yang tidak sadarkan diri. Gaun yang ia kenakan tersingkap sampai paha nya terekspos. Lalu disampingnya ada seorang lelaki dengan memakai kemeja hitam dan celana hitam memeluknya dengan setengah menindih tubuhnya. Wajah lelaki itu tidak terlihat karena dua menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Zarin.

Perhatian Zarin beralih pada saku belakang lelaki itu. Terdapat sebuah benda yang tergantung keluar. Zarin mengerutkan dahinya. Mengingat-ingat dimana ia pernah melihat benda itu.

"Kayak pernah lihat, tapi dimana?" Monolognya, memejamkan matanya menerawang jauh.

Zarin melebarkan matanya saat ingat dimana ia melihat gantungan kunci tersebut. Sama sekali persisnya dengan yang difoto. Warna dan ukirannya Zarin sangat ingat.

"Jadi dia?"

☁️☁️☁️☁️☁️

Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Seluruh murid bernafas lega karena akhirnya mereka bisa sejenak melepas penat setelah bergelut dengan mata pelajaran dijam pertama.

Sebagian murid sudah memenuhi kantin, ada juga yang memilih nongkrong ditaman, bermain basket atau sekedar ngeghibah dikoridor.

Berbeda dengan yang lain, Zarin dan Elea saat ini sedang duduk ditaman belakang sekolah, mereka memilih disana karena cenderung lebih sepi. Mereka sedang membicarakan sesuatu dan agar tidak ada yang mengetahuinya, maka mereka memilih disana. Tak banyak murid yang ada disana. Bahkan sekarang terlihat hanya ada mereka berdua saja.

"Lo beneran yakin dia pelakunya?"

Zarin sudah menceritakan semua kecurigaannya pada Elea. Dimulai dari orang yang menjebaknya di UKS dan orang yang selalu mengiriminya hadiah. Ia curiga orang itu adalah orang yang sama. Namun, ia juga tidak yakin karena tidak ada bukti yang mengarah kesana.

"Kita perlu selidikin lagi sih, Rin." Ujar Elea setelah Zarin selesai menjelaskan.

"Iya, gue takutnya kita salah tuduh orang." Zarin menyeruput minuman bobanya yang sempat ia beli tadi dikantin.

"Kok gue gak yakin ya dia pelakunya?" Elea tampak berpikir keras, "Selama ini dia baik kok keliatannya." Lanjutnya menatap Zarin dalam.

"Ibarat sebuah buku nih ya, covernya bisa bagus banget menarik perhatian banyak orang, tapi begitu kita liat isinya gak ada satupun yang bagus. Ada juga yang covernya jelek banget, tapi begitu liat isinya ternyata bagus."

"Jadi maksud lo, dia kaya buku yang covernya bagus isinya jelek gitu?" Tanya Elea.

"Maybe," Zarin mengedikkan bahunya.

"Gue agak kaget juga sih waktu Zevan kirim foto itu, gue marah rasanya pengen langsung nerkam orangnya."

"Iya sih, gak nyangka banget gue kalo beneran dia, padahal dia ganteng banget loh," Elea berujar sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi taman.

"Ganteng juga kalo kelakuanya bejat percuma!" Sarkas Zarin.

"Btw, Kenapa Zevan tiba-tiba mau ngirim foto itu sama lo? Bukannya waktu itu dia nolak?" Tanya Elea tiba-tiba.

"Gue juga penasaran sama itu. Tapi waktu gue bales, nomornya Zevan gak aktif lagi. Padahal gue balesnya gercep banget!" Jelas Zarin.

"Gak aktif atau lo di block lagi?"

Zarin sedikit berpikir. Ah, ada benarnya juga mungkin Zevan memblock lagi nomornya.

"Bodo amat deh," Zarin mengedikkan bahunya acuh.

"Demi apa!? Lo makan apa kok jadi cuek gitu?" Pekik Elea melebarkan matanya tidak percaya dengan jawaban Zarin.

Jika biasanya Zarin akan sedih atau bahkan menangis karena Zevan sudah tidak peduli padanya. Lalu ini apa?

Zarin berdecak, "Gue gak bisa bohong kalo gue emang masih cinta sama dia. Tapi semakin lama, gue ngerasa kalo Zevan udah benar-benar gak menghargai gue. Dia udah keterlaluan. Gue juga bisa muak sama dia , Lea." Zarin tersenyum getir. Setelah kejadian dimana Zevan meneriakinya pelac*r, Zarin sangat kecewa pada Zevan. Hatinya sangat terluka.

"Yaampun akhirnya bestie gue sadar juga!" Elea memeluk Zarin dari samping.

"Kita harus lebih semangat ngejalanin rencana kita dan buktiin sama tuh sikudanil kalo lo emang gak salah," Tambah Elea dengan penuh semangat.

"Iya pelan-pelan kita harus ikutin permainan Morgan," Ujar Zarin.

"Iya tapi tetep kita harus hati-ha-"

"Woy!"

Keduanya melebarkan mata, terkejut akan kedatangan seseorang yang mereka kenal suaranya. Apakah dia sudah lama berada disana? Apakah dia mendengar apa yang mereka bicarakan? Jika ia, gagal sudah rencana mereka.

Zarin dan Elea menoleh kebelakang bersamaan.

"MORGAN?!"

☁☁☁☁☁

Lima orang lelaki yang menjadi most wanted sekolah duduk dipojokan kantin. Salah satu tempat mereka dikantin dan tidak ada yang berani satu orangpun yang menempati tempat para lelaki incaran siswi-siswi tersebut.

Alden menyeruput kuah bakso terakhir dimangkuk. Kelakuannya tak luput dari tatapan Arka.

"Gak makan sebulan lo?"

"Mati dong," Timpal Delon santai.

Alden mengangkatkan sebelah alisnya, "Lo pengen gue mati?"

"Maybe, lumayan kan tuh dapet jomet tahlil." Delon menyeruput es teh manis didepannya.

"HEH SETAN!" Alden menggeram kesal.

"Apaan sih lo, setan teriak setan!" Tukas Arka seraya menahan tawanya. Tapi tidak dengan Delon yang sudah tertawa terbahak-bahak.

"Punya temen kayak anj*ng semua!" Ucap Alden menatap tajam Delon.

"Lo ngatain gue anj*ng?" Tanya Zevan yang sedari tadi hanya menyimak.

"Mampus!" Seru Arka tawanya pecah.

"Y-ya eng-enggak gitu juga, Zev. Maksud gue nih si Delonte sama si Arkanjing,"  Alden tergagap tatapan Zevan sangat tajam. Siapa yang tidak takut jika sudah ditatap seperti itu oleh seorang Zevan.

"Lo bilang semua," Zevan menaikkan sebelah alisnya membuat Alden menelan salivanya.

"Semua maksud gue, lo gak termasuk hehe." Alden menyengir seraya mengangkat jarinya menampilkan huruf V.

Zevan memutar bola matanya malas. Sudahlah, itu tak akan pernah berakhir. Jika Alden bukan temannya mungkin wajah lelaki itu sudah membiru.

"Ya lagian lo makan kayak gak dikasih makan aja sama bokap lo!" Arka berujar mengalihkan perhatian Alden.

"Gue belom sarapan, makanya gue laper banget!" Balas Alden beralih menatap tajam Delon yang masih tertawa pelan.

"Lo kalo mau gue mati, ayo kita adu jotos dulu! Kita liat siapa yang mati duluan!" Tantang Alden mengepalkan tangannya mengarahkannya kehadapan Delon.

"Oke! Gue pastiin lo yang pertama cium bau tanah!" Delon menaikkan dagunya. Posisi mereka sekarang sudah berdiri saling menarik kerah satu sama lain. Semua itu tak luput dari tatapan semua murid yang ada dikantin.

"Dan gue pastiin gue yang bakal dapet jomet tahlil dari lo!" Tatapan mereka begitu tajam dan dingin. Suasana kantin seketika menjadi tegang.

Zevan, Arka dan Gerry hanya menatap mereka datar. Ini sudah biasa terjadi. Kelakuan random dan freak mereka ini sudah biasa mereka lihat. Dan mereka yakin sebentar lagi semua itu akan berakhir.

Dan benar saja menit berikutnya Delon dan Alden tertawa bersama. See? Sangat memalukan. Membuat harga diri mereka seakan-akan jatuh level. Zevan dan Gerry hanya menggelengkan kepala mereka, sedangkan Arka sudah ikut tertawa dengan mereka.

Hal itu membuat semua murid heran. Ada apa dengan mereka? Bukankah tadi mereka akan berkelahi. Tapi mengapa mereka menjadi tertawa bersama. Apakah mereka gila? NO! but, sedikit.

Atensi Zevan teralih saat melihat Zarin dan Elea berjalan masuk ke kantin. Mereka berhenti dipenjual minuman boba. Ia sangat tahu jika Zarin sangat menyukai minuman itu. Tidak, semua cewe suka minuman itu.

Setelah kejadian dimana Zarin menamparnya, Zevan merasa bersalah. Hingga saat ini Zarin terlihat berbeda padanya. Apa dia kecewa? Arrgghh, untuk apa Zevan pikirkan itu. Bukankah bagus jika Zarin kecewa padanya? Itu akan membuat ia tenang tanpa gangguan Zarin yang selalu mengejarnya ingin menjelaskan hal yang Zevan benci.

"Gue duluan," Zevan beranjak dari duduknya.

"Eh mau kemana?" Pekik Delon namun tak digubris oleh Zevan.

"Ck! Aneh tuh bocah!"

☁☁☁☁☁

"Beneran gak tau bi siapa yang ngirim?"

Zarin dibuat bingung, ada lagi orang yang mengirim sebuah kotak hadiah lagi. Zarin berpikir keras, apakah disekolahnya ada yang bertingkah aneh?

"Engga Non, kata Pak Kardi tadi subuh sudah ada didepan gerbang. Pak Kardi gak liat siapa yang ngirim." Jelas Bi Marsih sambil menata sarapan dimeja makan.

"Morgan?" Monolog Zarin sembari memandangi kotak itu yang ada diatas meja makan.

Zarin mengingat saat Elea pernah mengatakan kalau Morgan menyukainya. Namun ia tepis pikiran itu, tidak mungkin Morgan suka padanya. Ia bahkan tidak menunjukan kalau ia menyukai Zarin. Lalu pikiran Zarin teringat dengan kejadian kemarin.

Ia mengingat dimana Morgan memegang gantungan kunci yang sama persis dengan yang ada difoto.

"Apa bener dia?"

Zarin membuka kotak itu. Ada sebuah sweater bermotif dan sebuah tumbrl bunga matahari. Hadiahnya memang sesweet itu. Jika saja yang mengirim ini Zevan, sudah dipastikan Zarin akan sangat senang. Namun masalahnya, Zarin tidak mengetahui siapa yang mengirim ini. Zarin dibuat bimbang, apakah orang yang menjebak nya di UKS dan yang mengiriminya hadiah adalah orang yang sama?

Zarin melihat ada secarik kertas didalamnya. Ia lalu mengambilnya lalu membaca itu.

"Kau mau bertemu denganku, Cantik?"

☁☁☁☁☁
.
.
.
.
.

Gerry Lovandres

Sejauh ini apakah nyambung?
Vote plissss
Komen plisssss

Makasih,
Lovyu badag💋

Continue Reading

You'll Also Like

585K 62.2K 38
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
6.2M 93.4K 20
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.1M 122K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 220K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...