Malaikat Ayah [REVISI]

By Cicipang_

59.3K 5.4K 386

Seorang singel parent yang merawat ke empat anak-anaknya sendirian. Akankah dirinya berhasil menjadi orang tu... More

1 : awal yang baru
2 : Tentang Papa dan Ayah
3 : soal asmara
4 : kesayangan Ayah
5 : Nana?
6 : rasa yang terbagi
7 : baik dan buruk
8 : egois
9 : jenguk
10 : Ungkap perasaan
11 : rasa yang terpendam
12 : sidang tertunda
13 : kelopak yang rapuh
14 : malam yang menyakitkan
15 : bunga yang layu
16 : penawar hati
17 : kata hati
19 : seperti mimpi

18: ego yang terkalahkan

2K 208 15
By Cicipang_




🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃



(Pict. Pinterest)

Didalam ruangan ICU. ketika masuk ke dalam, kulit dan Indra penciuman mu akan merasakan hawa dingin. Alat monitor berbunyi, menciptakan suasana sendu kala melihat seseorang terbaring lemah di sana. Hati berdenyut nyeri, tidak kuat harus melihat tubuh mungil itu mengalami hal tragis seperti ini.

Pada saat pintu terbuka nampak lah sosok pria tua yang sedang tertidur di sofa. Raut lelahnya, wajahnya yang terlihat lusuh dan juga bagaimana helaan nafasnya yang memberat. Membuat Jaemin tak tega melihatnya.

Jaemin berpamitan dengan perawat yang membawanya masuk hingga ke dalam ruangan. Dengan langkah kaki yang sangat pelan menghampiri tubuh terkulai lemas dengan selang-selang berada di tubuhnya yang kecil.

Jaemin tak kuat lagi menahan diri untuk tidak menangis. Apalagi saat menyentuh tangan Shotaro, dadanya semakin nyeri dibuatnya. "Maafin kakak, Taro" lirih lelaki itu di sela isakannya.

"Semua terjadi karena kesalahan kakak, kakak ceroboh. Maafin kakak hiks.. hiks.." isakan itu berubah menjadi tangisan menyedihkan.

"Harusnya kakak gak nekat keluar rumah buat ambil job itu. Maafin kakak, taro"

Mendengar suara tangisan yang tak asing, menyadarkan pria tua ini untuk segera membuka matanya. Mengerjap pelan untuk melihat keadaan sekitar, lalu Yuta menyipitkan matanya kala melihat sosok lain yang berada di ruangan ini.

Kerutan di keningnya muncul, "Nana?" Gumam pria itu. Seraya mengusap matanya, ingin memastikan apa yang ia lihat itu benar adanya. Saat tahu itu adalah salah satu anaknya, ia pun segera beranjak menghampiri anak kesayangannya.

Jaemin duduk berjongkok di hadapan sambil menangis. Ia telah gagal menjadi kakak bagi Shotaro.

Yuta membawa tangannya menyentuh kepala sang anak dan mengelusnya pelan. "Nana?"

Jaemin mendongak, menatap sendu wajah Ayahnya itu. Lalu, menundukkan kembali kepalanya dan kembali menangis.

Sang Ayah langsung bertindak. Yuta jongkok sambil mendekap tubuh anak kesayangannya. Yuta menyayangi semua anak-anaknya, tapi hanya Jaemin yang spesial. Semenjak kepergian Winwin, Jaemin menjadi sakit. Berbagai penyakit datang pada anaknya ini, sehingga Yuta yang masih dalam keadaan berduka pun harus mencari cara agar anaknya sembuh dan tetap bersamanya.

Anak kembar biasanya merasakan hal yang sama, contohnya seperti jatuh sakit. Jika, yang satunya sakit, maka yang satu laginya ikut sakit. Dan bodohnya seorang Na Yuta, tidak menyadari akan hal itu. Justru pria tua itu hanya memfokuskan kesembuhan pada satu anaknya dan melupakan anak yang lain dengan kebutuhan yang sama. Sekuat itu memang batin anak kembar.

"Ayah, aku.. aku..adek..maaf.." Jaemin meracau. Lihatlah betapa kacaunya anaknya itu. Yuta sedih, keluarga nya sedih.

Yuta menangkup wajah Jaemin. "Udah dulu ya, Nana. Ayah ga larang kamu nangis dan sedih. Kita semua juga gak tau kejadian ini bakal terjadi. Ayah cuma mau kamu berdoa terus biar adek segera siuman."

Yuta mengangkat sedikit tubuh Jaemin, agar berdiri dan berjalan menuju sofa. Yuta menunggu sampai anaknya tenang. Yuta menatap kasian pada wajah Jaemin yang memerah akibat menangis. lagi-lagi Yuta merasakan sedih yang amat dalam, hatinya hancur melihat anak-anaknya terpuruk seperti ini. Yuta kembali merutuki dirinya sendiri akibat gagal menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya.

Yuta membatin. "Win, maafin aku, ya. Aku gagal menjaga anak-anak kita. Seandainya kamu disini, aku bisa kuat menghadapi semuanya. Mau bagaimana pun aku bakal tetap butuh kamu di sisi aku."

Usai menangis, Jaemin sekarang menjadi lebih tenang namun sesekali ia segukan. "Ayah, maafin Nana, lagi-lagi semuanya salah Nana. Nana yang–"

Cepat-cepat Yuta menutup mulut Jaemin. Tak ingin mendengar penyesalan. Tadi pagi Renjun, sekarang Nana. Mau bertambah besar rasa penyesalan Yuta terhadap anak-anaknya.

"Enggak, Nana. Disini, kita semua salah. Kita yang terlalu gegabah."

"Aku nyesel ngambil job itu."

"Niat kamu baik buat bantuin perekonomian keluarga. Tapi, kamu terlalu gegabah, sayang."

"Maafin Nana, Ayah."

"Maafin ayah juga, ya."








🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃







S

ebulan berlalu begitu cepat, kondisi Shotaro belakangan ini stabil. Renjun, Yuta, Jaemin bergantian untuk menjaga Shotaro. Sedangkan Xiaojun, masih tetap keras kepala hingga saat ini. Memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya, ketimbang ikut menjaga Shotaro.

Terkadang Yuta ataupun Renjun akan mengajak si sulung itu untuk ikut menjenguk Shotaro tapi tetap saja Xiaojun akan memberikan alasan, dan menolak secara halus ajakan tersebut.

Awalnya masih di maklumi, karena memang Xiaojun sesibuk itu. Namun, semakin lama membuat kesabaran Renjun telah habis.

Masalahnya bukan sekali dua kali Renjun mengajaknya untuk menjenguk. Berkali-kali namun di tolak. Dipaksa pun, Xiaojun tetap tidak mau.

Sekarang di rumah, sewaktu Yuta, Jaemin, Renjun sedang makan malam. Xiaojun pulang. Yuta melihat Xiaojun pulang, membuat Pria tua itu tersenyum. Yuta menyuruh si sulung agar segera bersih-bersih dan makan malam bersama. Xiaojun tidak akan menolak ajakan seperti ini.

Sesaat setelah Xiaojun kembali ke meja makan, dan mengambil piring. Renjun dan Jaemin menatapnya sinis. Jaemin memang tidak suka sama Xiaojun karena kejadian tersebut. Sedangkan Renjun sendiri, sebenarnya lelaki berbadan kecil itu peduli sama kakaknya tapi lama kelamaan Renjun muak sama sikap kakaknya yang seperti kekanak-kanakan. Hanya menjenguk Shotaro saja tidak bisa.

"Anak-anak, Ayah habis makan bakal ke rumah sakit, kalian jaga rumah ya."

"Iya, Ayah" jawab ketiga anaknya.

"Selama sebulan kakak emang sesibuk itu ya?" Tanya Renjun.

"Iya"

"Sesibuk apa sih? Perasaan kakak cuma nyanyi doang di cafe itu."

hendak menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya, tiba-tiba Xiaojun menghentikan aktifitasnya tersebut kala mendengar celetuk dari Renjun yang terdengar agak sarkas.

Yuta hanya memperhatikan saja. Dan Jaemin hanya diam, seolah tidak peduli pada mereka. Adanya Xiaojun disini membuat nafsu makan Jaemin sedikit terganggu.

"Kakak ga cuma nyanyi doang, kakak jadi barista disana."

"Oh, udah naik pangkat." Sindir Renjun.

Xiaojun menatap jengah ke arah Renjun.

"Naik pangkat karena ngambil shift orang lain, bukan? Biar apa sih?" Renjun terpantau tenang menanyakan hal itu pada kakaknya.

"Apa maksud kamu?"

"Jangan kira aku gak tau apa-apa ya, kak. Kakak sampe mohon-mohon ke bang Kun agar shift yang seharusnya bukan milik kakak, menjadi milik kakak."

Xiaojun syok, dalam kepalanya begitu banyak pertanyaan dan perasaan was-was yang tiba-tiba saja muncul. "Ngomong apa sih?"

"Gausah sok pura-pura ga tau deh. Kakak sengaja nyibukin diri biar ga jenguk adek kan? Biar ga ada waktu buat Dateng liat kondisi adek."

Final. Renjun telah mengeluarkan kata-kata yang sejak lama ia nantikan keluar dari bibirnya itu. Xiaojun menegang, membuat Renjun tersenyum lebar.

Yuta pun menghentikan makannya dan menoleh ke arah Xiaojun. Meminta penjelasan. Jaemin hanya mendengus.

"Bener kak?" Kali ini Yuta menyahut.

"Enggak, Ayah. Aku emang punya shift pagi pulang sore, dan orang yang shift sore sampe malem tuh temenku. Dan temenku ini lagi izin ke rumah neneknya karena sakit."

Renjun semakin sinis melihat kelakuan kakaknya yang masih bisa mencari alasan agar menutupi fakta.

"Boong tuh ayah!"

"Enggak! Aku gak boong!"

"Kapan temenmu izin?"

Xiaojun mengigit bibirnya, "s-seminggu yang lalu."

"Oh seminggu yang lalu?! Terus sebelum itu, kan aku sama Ayah pernah ngajak kakak buat jenguk adek. Kenapa ga mau? Kenapa alesannya sibuk Mulu? Itu sibuk karena kerja apa pacaran?"

Kali ini emosi Renjun semakin membara. Mulai mengompori topik. Renjun tak kuat lagi menahan segala keegoisan kakaknya. Apa kecelakaan yang menimpa Shotaro tidak cukup untuk menyadarkan Xiaojun?

"Udahlah, Ren." Jaemin mencoba menenangkan saudara kembarnya itu.

"Pacaran?" Tanya Yuta dengan mata yang memancarkan aura mengerikan.

Xiaojun panik. "Enggak Ayah, aku gak pacaran."

"Sama siapa?"

Xiaojun menggeleng-geleng. "Enggak, Ayah. Ga sama siapa-siapa. Aku gak pacaran, sumpah!"

Xiaojun berani bersumpah, sebab memang ia tidak pacaran. Xiaojun diam-diam menaruh dendam pada Renjun karena telah memanas-manasi keadaan terlebih lagi ada Ayahnya. Xiaojun harus menahan diri agar tidak berkata kasar.

"Terus bang Hendery?"

Xiaojun melotot. Jadi kedekatan dirinya dan Hendery membuat Renjun mengira mereka berdua pacaran. "Aku sama dia temenan doang! Aku gak pacaran sama dia. Kamu jangan sok tau ya!"

"Mending kamu ngaca sana, ngatain orang pacaran sedangkan dia sendiri yang berbuat kayak gitu. Ehh lupa, kan kacanya pecah karena sering di pake buat ngelukis di tangan, ya kan?"

Xiaojun balik menyerang Renjun. Dengan begitu Renjun tersulut emosi akibat perkataan Xiaojun yang sangat sarkas padanya.

Jaemin siaga agar menahan kembarannya tidak berbuat macam-macam pada kakaknya.

Renjun beranjak dan segera menghampiri Xiaojun yang duduk berada di depannya. Tangan Jaemin yang menahan Renjun pun terhempas di buatnya.

Makan malam menjadi kacau, dengan dua orang anak yang saling adu jotos. Yuta sangat amat panik.

"Kurang ajar Lo! Lepasin gue bangsat!" Xiaojun mencoba melepaskan tangan Renjun yang berada di lehernya.

"Gue mau Lo nyadar kak! Kalo kelakuan Lo itu udah kelewatan!"

Yuta menarik tangan Renjun, namun tak bisa. Anak itu terlalu kuat ketika marah seperti ini. Jaemin ikut membantu agar Renjun segera melepaskan tangan nya.

Xiaojun merintih kesakitan, wajahnya bahkan memerah dengan urat-urat syaraf timbul. Dan begitu juga nafasnya yang kian memendek.

"dengan semua kecelakaan terjadi, APA GA BISA BUAT LO NYADAR KAK?! APA GA BISA LO NYADAR KALO LO UDAH TEGA SAMA ADEK. BAHKAN SAMPE SEKARANG LO GA MAU LIAT DIA! SEBENCI ITU LO SAMA DIA, HAH?!"

"batu pun mau seberapa kerasnya dia bakal pecah juga kalo terkena air terus. Dan Lo kak! Hati Lo tuh kenapa? Kenapa masih bisa nggak nyadar. Jahat banget Lo, anjing!"

"NA RENJUN!"

Dengan sekali sentakan, tangan Renjun terlepas dari leher Xiaojun. Renjun duduk dengan di temani Jaemin di sebelahnya. "Percuma Lo ngomong gitu, dia ga bakalan sadar. Dia emang udah gak punya hati." Ucap Jaemin.

Yuta mengelus-elus kepala Xiaojun yang kini terengah-engah.

Dia emang udah gak punya hati. Satu kalimat yang terdengar di Indra pendengaran Xiaojun. Dan itu membuat hatinya mencelos sakit yang teramat sakit.

Drrtt drrtt

Ponsel ayah Yuta berdering. Segera pria tua itu mengangkat nya lalu sesaat kemudian ponsel itu terjatuh dan Yuta kalang kabut.

Ketiga anaknya masih bingung dengan tingkah ayah nya. Dengan tangan gemetar, Yuta mengambil ponselnya dan menatap nanar pada anak-anaknya.

"Adek kritis."








🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃








Tanpa berlama-lama lagi mereka segera pergi ke rumah sakit. Jaemin meraung-raung ingin masuk kedalam ruangan, kali ini Renjun menahan tubuh Jaemin. Yuta duduk dengan kepala tertunduk. Sedangkan Xiaojun, untuk kedua kalinya datang ke rumah sakit setelah sebulan yang lalu.

Dokter menyuruh masuk, namun hanya di perbolehkan dua orang saja. Jaemin hendak masuk namun di tahan sama Renjun.

"Diem!"

"Gue mau liat adek!"

"Biarin kakak yang liat."

"Gak! Orang Setega dia ga bakal gue ijinin masuk!"

"JAEMIN, DIEM!"

Yuta segera menarik lengan Xiaojun dan masuk ke dalam ruangan. Biarkan saja Jaemin menangis di luar sana.

Di dalam ruang ini, Xiaojun merasakan hawa dingin. Dirinya meringis saat melihat alat-alat yang berada di tubuh Shotaro.

"Dokter, jantung pasien melemah."

Mendengar itu, sontak saja Yuta melebarkan matanya. Tak hanya Yuta, Xiaojun pun demikian. Pertama kali ia datang, bukannya melihat keadaan adiknya membaik malah sebaliknya.

Dokter mulai mengerjakan tugasnya. Seorang dokter harus tetap tenang.

Suster menyuruh mereka keluar dari ruangan. Dokter menyuruh mereka masuk karena kondisi Shotaro kembali membaik namun tidak bertahan lama.

Yuta merapalkan doa. Xiaojun masih syok, pendengarannya tidak mungkin salah. Shotaro melemah.

"Ayah, ada apa?!"

"Doain aja ya"

"Apa?! kenapa?!"

Tidak ada lagi jawaban dari kedua orang tersebut.

Pria tua itu jongkok sambil mendekap erat lututnya, menyembunyikan wajahnya di sana. "Winwin jangan rebut anakku, ku mohon jangan bawa dia. Biarin dia tinggal sama aku, Win. Aku bakal jaga anak-anak dengan baik setelah ini, aku janji. Belum waktunya kamu ketemu sama dia. Ku mohon jangan ambil dia, sayang."

Terdengar Yuta sedang bergumam lirih.

Lalu setelah beberapa saat, pintu terbuka. Yuta refleks berdiri.

"Sebelumnya maafkan saya, kami sudah melakukan yang terbaik buat putra anda."

Yuta sudah tau kata yang selanjutnya yang akan dokter itu katakan. "Nggak! Nggak mungkin!"

Nekat terobos masuk ke dalam ruangan di ikuti ketiga anak-anaknya. Melihat suster yang hendak melepaskan alat-alat yang berada di badan anaknya.

"Berhenti! Jangan lepasin!"

"Tapi.."

Dokter memberikan kode pada suster tersebut.

"Adek, sayang. Ini ayah, nak. Tolong buka matamu. Ayah ga bakal maafin diri ayah sendiri kalo kamu pergi." Yuta berdiri di sisi kanan sambil mengusap kepala Shotaro

"Taro tolong jangan pergi. Kak Nana sayang banget sama kamu, dek." Jaemin disisi kiri sambil meracau.

Renjun hanya menangis di sisi kanan ranjang "adek.. adek.."

Xiaojun takut mendekat, tapi ia juga sedih dan tidak percaya semuanya bakal terjadi didepan matanya. Semuanya terlalu cepat bagi dirinya.

Dengan langkah yang perlahan-lahan, berjalan mendekati sisi kiri ranjang tepat di sebelah Jaemin yang tengah menangis. tangan gemetar itu berani memegang tangan Shotaro yang terasa dingin.

Si sulung memilih tidak mengeluarkan suara. Jadi, Xiaojun memejamkan matanya, sambil membatin. "Adek, maafin kakak yang selama ini udah jahat sama adek. Kakak nyesel banget udah ngelakuin itu ke kamu. Kakak sebenarnya sayang sama kamu, tapi ada rasa tidak terima di dalam diri kakak sampe ngebuat kakak menjadi egois. Kamu ga salah dek, kelahiran mu ga salah, kakak yang seharusnya salah disini. Kalo kamu ninggalin kakak kayak gini, kamu udah buat hati kakak hancur. Padahal Kakak udah buat list untuk kita sekeluarga pergi ke luar negeri seperti yang kamu mau, kakak juga udah dapet tiket kompetisi dance yang di adakan dua bulan mendatang. Kakak mau menebus semua kesalahan kakak ke kamu. Maafin kakak ya, Shotaro. Gak apa-apa kalo kamu mau nemenin papa disana, tapi aku gak mau kamu ikut pergi sama papa. Banyak yang sayang sama kamu di sini, dek. Apalagi kakak, kakak sayang banget sama kamu. Kenapa disaat kakak jenguk kamu malah ingin pergi? Salah kakak juga baru jenguk sekarang, kakak ga kuat ngeliat kamu dek, kakak cukup trauma ngeliat kamu malam itu. Jadi ga berani.

Setiap kalimat yang Xiaojun katakan dalam hatinya, ia menangis. Menangis antara penyesalannya dan menangis karena adeknya yang tiada. Berat baginya ingin mengikhlaskan kepergian sang adik.

Satu keluarga itu menangis tersedu-sedu, tidak bisa menerima kenyataan bahwa salah satu mereka harus gugur kembali. Tiang-tiang penyangga roboh, Yuta semakin tidak kuat rasanya menahan semua masalah ini.

Rasa ego mereka kini telah terkalahkan.





🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃








End




























































Eitsss tapi boong haha

Continue Reading

You'll Also Like

809K 72.2K 129
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
2.6M 122K 48
โ€ขObsession Seriesโ€ข Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
741K 62.8K 31
Zio meninggal di usianya yang ke 19 tahun, akibat gagal jantung. Tapi siapa sangka, Zio malah terbangun di tubuh seorang anak berusia 13 tahun. ____ ...