9 : jenguk

2.3K 252 15
                                    










🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃










Tak ada yang lebih menyakitkan ketika kita melihat orang yang kita kasihi terbaring lemah dengan wajah pucat seperti ini. Yuta menatap wajah anaknya yang tertidur, wajahnya tenang, masih cantik dan manis di saat keadaanya seperti ini, mengingatkan Yuta pada Winwin. Dan baru ia sadari bahwa wajah Renjun semakin mirip dengan Winwin.

Melihat wajah Renjun, ia jadi mengingat kembali kejadian dimana Winwin terbaring lemah dan wajah pucat persis Renjun saat ini, saat itu Winwin sedang berada di ujung tanduk antara hidup dan mati, mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan sang buah hati. Akan tetapi takdir berkata lain, Pria Cantik itu berakhir meninggalkan kekasih beserta buah hatinya yang lain dengan berat hati.

Tuhan sudah menentukan takdir setiap orang, masing-masing dengan cara yang berbeda. Yuta berusaha untuk mengikhlaskan kepergian pasangannya meskipun hatinya tidak rela berpisah dengan cinta pertama dan terakhir nya.

Lagi-lagi Yuta di hadapkan dengan cobaan seperti ini. Yuta merasa amat bersalah pada anaknya itu, tidak ingin kejadian sepuluh tahun lalu terulang kembali. Katakanlah ayah yang memiliki empat anak ini cengeng, ia tidak kuat menatap wajah Renjun barang semenit saja. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa dan meminta maaf pada Renjun.

Waktu menunjukkan pukul 00.30 dini hari. Yuta masih setia duduk di kursi plastik di sebelah ranjang Renjun.

Ia mengelus pelan wajah Renjun, sambil menitikkan air matanya. "Maafin Ayah udah buat kamu kayak gini, nak. Maafin ayah yang terlalu egois dan terlihat seperti pilih kasih di mata kamu, maafin Ayah."

"Kamu jangan ninggalin Ayah, ya? Ayah masih butuh kamu di sisi ayah. Tau gak? Ayah dapet pekerjaan baru, kerjanya di perusahaan ternama. Jadi, Ayah bakal usahain buat kamu dan saudara-saudara kamu hidup layak seperti yang kalian inginkan dulu. Ayah sayang sama kamu, cepat sembuh." Yuta mencium kening Renjun dengan tulus, bahkan air matanya jatuh di wajah Renjun.

Pria tua itu berjalan ke toilet, ingin menuntaskan panggilan bumi. Tanpa Yuta tahu sedari tadi, Renjun tidak benar-benar tidur, anak itu hanya memejamkan matanya sambil mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut sang Ayah. Walau matanya terpejam tapi air matanya mengalir, sudah tidak tahan lagi untuk segera keluar.

Ada penyesalan di hati Renjun, ia tidak seharusnya berkata kasar dengan mengumpat ayahnya beserta kembarannya itu. "Maafin aku." ucapnya lirih.










🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃










Di pagi hari Jaemin datang menjenguk Renjun, hari ini adalah hari dimana kembaran nya itu akan pulang, rawat jalan. Sebelum itu, Jaemin membeli bubur ayam untuk mereka bertiga makan.

Xiaojun tidak ikut di karenakan pekerjaan. Shotaro pun sama, tidak bisa ikut karena harus sekolah, barusan Jaemin sehabis menghantar Shotaro sebelum datang ke rumah sakit.

Jaemin memesan lalu menunggunya, sembari menunggu ia memainkan ponselnya. Ia meminta tolong pada Haechan agar memberitahu pada guru kalau dirinya izin absen.

"Jaemin?"

Mendengar namanya disebut, Jaemin mendongakkan kepalanya. Lalu mengerutkan keningnya. "Lo Jeno, kan?"

Tak di sangka mereka berdua bertemu di tempat yang sama. Jaemin heran dengan kedatangan Jeno, maksudnya untuk apa dia jauh-jauh dari asrama hanya untuk membeli bubur di depan rumah sakit. Secara kan, jarak asrama dan rumah sakit itu jauh. Setelah itu ia menepis pikirannya, untuk apa ia memikirkan itu? Semuanya kan terserah Jeno mau membeli dimana. lalu mengendikkan bahunya.

Malaikat Ayah [REVISI]Where stories live. Discover now