15 : bunga yang layu

2.4K 246 16
                                    

Dari judul udah ketahuan kan bakal gimana? Jadi bagi yang ga kuat baca, atau biasa di sebut angst phobic mending kalian out aja.

Aku saranin baca sambil dengerin lagu, ga dengerin juga gapapa. Lebih bagus dengerin biar dapet feel-nya.




🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃


Hari semakin pagi, matahari naik dengan malu-malu menunjukkan sinarnya dibalik awan putih. Setelah melewati malam yang panjang dan ditemani hujannya yang terus membasahi bumi, kini sinar matahari membawa kehangatan yang memancarkan aura keharmonisan.

Tapi, bagi mereka yang merasakan hal menyakitkan semalam, sinar mentari tidak berefek pada mereka. Di dalam rumah hanya terdapat hawa dingin dan mencengangkan.

Luka sayatan Renjun, mulai mengering, perban pun ia buka semalam. Dan pagi ini bekas luka itu terasa gatal. Walau rasanya sedikit ngilu, tapi ia bisa menggerakkan tangannya kembali seperti biasa. Renjun menjadi orang pertama keluar dari kamar. Merasakan keadaan rumah yang biasanya membawa kehangatan, kini menjadi dingin dan sunyi.

Renjun melirik pintu kamar Jaemin dan Xiaojun. Kedua saudaranya belum ada tanda-tanda keluar dari kamar. Dirinya langsung menuju dapur, ingin meminum segelas air. Menangis semalaman membuat tenggorokannya kering.

Setelah itu ia pergi mencuci muka dan sikat gigi. saat bercermin ia pun terkejut melihat matanya yang bengkak, ini sudah pasti terjadi. Renjun memilih untuk masa bodoh.

Usai membersihkan diri, Renjun pun mencoba untuk memasak. Di meja makan banyak sampah yang tergeletak. Kotak pizza, cup ice cream, cup ayam berukuran sedang. Ia pun membersihkan dapur terlebih dahulu, setelah itu melanjutkan memasak.

Walaupun jarang memasak, Renjun masih ingat resep-resep masakan. Tidak begitu ahli seperti Jaemin, namun rasa masakannya cukup enak dan layak untuk dimakan. Sisa ayam kemarin Renjun ambil dan goreng kembali, rugi kalau tidak dimakan. Renjun masak bubur dan nasi, dan beberapa masakannya yang lain seperti membuat saus untuk dibaluri ke ayam goreng itu.

Makanan telah jadi, ia hidangkan ke meja makan. Alis Renjun mengkerut, saat melirik pintu kamar Jaemin dan Xiaojun. Ini sudah satu jam, sampai sekarang dua saudaranya itu belum ada yang keluar dari kamar.

Renjun pun berjalan menuju kamar milik Jaemin, "Nana?"

"Eughh papa~ hiks"

Terdengar suara lenguhan yang disertai isakan dari Jaemin. Dengan cepat ia langkahkan kakinya menghampiri saudara kembarnya. Betapa terkejutnya Renjun saat menyentuh tubuh Jaemin. Sangat panas!

"Astaga! Tunggu sebentar ya, Na. Gue bakal balik lagi." Renjun berlari menuju dapur, mengambil wadah air, lalu mengisinya dengan air hangat. Tidak lupa juga mengambil handuk kecil untuk mengompres.

Renjun datang dengan wadah air, dengan hati-hati ia mengompres dahi Jaemin. Wajah Jaemin begitu pucat dari kemarin. Membuat Renjun merasa bersalah karena perkataannya semalam yang pasti menyakiti hati sang adik. "Maafin gue, ya, Na."

"Papa~sakit~" rintih Jaemin.

"Ssstt ssstt tenanglah, Na." Renjun mengusap pipi Jaemin dengan lembut seraya mengatakan kata penenang.

"Sakit~hiks"

Renjun tidak kuat mendengar isakan Jaemin, ia pun mengambil obat Paracetamol dan membawa segelas air, tidak lupa juga bubur buatannya.

"Na, bangun dulu, yuk. Sarapan dulu habis itu minum obat."

"Engga mau."

"Jangan gitu dong, Na. Makan dulu, gapapa dikit asal ada isi perutnya. Ntar habis itu minum obat dan Lo boleh lanjut tidur. Ayo dong."

Malaikat Ayah [REVISI]Where stories live. Discover now