10 : Ungkap perasaan

2.5K 256 12
                                    











🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃













Di pagi yang cerah ini, alangkah baiknya jika di awali dengan senyuman terbaik. Tetapi untuk kali ini, Shotaro melunturkan senyumannya. Jarang ia datang sepagi ini, suasana sekolah sepi dan itu membuatnya takut. Seharusnya hari ini ia izin untuk menjenguk kakaknya. Namun sayang sekali ia batalkan, sebab hari ini adalah hari terakhir menyetor tugas menghafal perkalian.

Semalam ia berjuang untuk bisa menghafal perkalian 1 sampai perkalian 10, tapi tetap ia tak bisa. Walau ia sudah meminta di ajari kakaknya tetap tidak ada yang bisa ia ingat. Di saat semua orang sudah tidur,  Shotaro menangis untuk menyerah. Otaknya tidak mampu, dan ia juga sudah lelah ingin tidur.

"Aku harus gimana?" Gumamnya sambil duduk di lorong kelas. Ia tidak bisa masuk ke dalam kelas karena kelasnya terkunci. Semua kelas terkunci bila waktu pulang tiba, dan yang memegang kunci adalah ketua kelas.

Shotaro hanya bisa duduk pasrah. Pagi yang sunyi, dingin, dan sendirian membuatnya semakin tidak bisa berkonsentrasi dalam menghafal. Ia terus memikirkan hal-hal lain, seperti pintu kelasnya terbuka lebar dan menampakkan monster atau mendengar suara-suara aneh. Ia parno.

"Aku gak tau harus buat apa, tolongin Taro." Shotaro memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ia takut sendirian.











"Ihh Abang! Jangan gangguin aku! Sebel banget deh." Sungut Beomgyu yang sehabis menerima cubitan gemas dari Sungchan.

Bukannya berhenti Sungchan malah melakukannya lagi, "adeknya Abang lucu banget kayak boneka Annabelle."

Beomgyu kege'eran  saat di katain seperti boneka. Walaupun tidak tahu rupa boneka yang di maksud oleh Sungchan, tapi yang dalam pikirannya semua boneka pasti lucu dan menggemaskan. "Serius? Aaa makasih abangku yang paling ganteng!"

Sungchan hanya tertawa. Menertawakan kepolosan adiknya yang tidak tahu boneka Annabelle itu seperti apa bentuknya. Bisa ia bayangkan wajah menangis Beomgyu saat mengetahui rupa boneka tersebut.

"Hiks..hiks.. Ayah~"

Mata Beomgyu terbelalak kala mendengar suara isakan tersebut. Ia pun menghadang Sungchan yang masih tertawa tidak jelas. "Ssstt.. jangan berisik Abang! Denger suara gak?" Bisik Beomgyu.

Yang tadinya ia tertawa-tertawa, malah kini ia ketakutan. Badannya saja sudah tegang.

"Jangan nakutin dong, dek." Sambil mendorong pelan tubuh Beomgyu.

"Ish! Siapa yang nakutin coba, ini aku beneran denger suara orang lagi nangis."

"Perasaan kamu aja kali, udah ah lanjut ke kelas, yuk." Desak Sungchan sambil menarik lengan Beomgyu.

"Bentar, bentar."

Rasanya Sungchan ingin menangis saja, saat ini ia sudah ketakutan, apalagi kemarin teman-temannya cerita kalau sekolah ini adalah bekas rumah sakit dan di belakang sekolah ada sebuah kuburan.

"Hiks.. Papa~"

Tubuh Sungchan gemetar, saat mendengar suara tersebut. Ia pun merapatkan diri pada tubuh Beomgyu.

"Tuh kan bener!! Aku denger suara! Abang denger gak?" Beomgyu menyenggol lengan Sungchan. Tak ada balasan, Beomgyu mencoba melirik pada Sungchan. Sepertinya dia takut, hehe kerjain ah!

"ABANG!! ADA SESUATU DI BELAKANG ABANG! AAA!! LARIII!" Beomgyu beneran berlari meninggalkan Sungchan.

"AAAA!! Apa!!? Apa!?? Dimana!?" Sungchan masih melongo, sedangkan Beomgyu sudah jauh berlari di depan sana.

Malaikat Ayah [REVISI]Where stories live. Discover now