Stepfather|| END ✔️

By valleythenhisa

75.9K 2.4K 250

Veen. Menyiksa Clara semata mata hanya untuk membalaskan dendam paman dan keluarganya, atas perbuatan dari ke... More

Read this
• Chapter 1 - Stepfather
• Chapter 2 - Threat Veen
• Chapter 3 - Weeks off
• Chapter 4 - Real of my life
• Chapter 5 - Mansion
• Chapter 7 - Hurt me
• Chapter 8 - Shut down
• Chapter 9 - His smiled
• Chapter 10 - the under sky
• Chapter 11 - Feeling heart
• Chapter 12 - Hug
• Chapter 13 - Troubled
• Chapter 14 - Lavender
• Chapter 15 - Never Hate
• Chapter 16 - Falling Apart
• Chapter 17 - Your Baby
• Chapter 18 - Marriage
• Chapter 19 - One point view
• Chapter 20 - When does it end
• Chapter 21 - Rose's
• Chapter 22 - Sadness
• Chapter 23 - Crying heart
• Chapter 24 - Almost there
• Chapter 25 - Drunk you
• Chapter 26 - Little girl
• Chapter 27 - Double G
• Chapter 28 - Before you go
• Chapter 29 - New problems
• Chapter 30 - Weird feeling
• Chapter 31 - Danger
• Chapter 32 - Difficulty
• Chapter 33 - Heart Attack
• Chapter 34 - Goodbye
• Chapter 35 - New facts
• Chapter 36 - Rival
• Chapter 37 - Bestfriend
• Chapter 38 - Gean and Clara
• Chapter 39 - Not Friends
• Chapter 40 - Evil Brako
• Chapter 41 - Lost mind
• Chapter 42 - One time chance
• Chapter 43 - Dream and Meet
• Chapter 45 - Dandelions
• Chapter 46 - Im sorry
•• Ending - I love 1000 stars
Bonus chapter 1 : Family's
Last BonChap: Alkasya Mell

• Chapter 6 - New maid

1.7K 66 5
By valleythenhisa

HAPPY READING
VOTE


















•••

"Permisi, nona Clara."

Gadis yang sempat terbaring lemah tadi kini terbangun, sebenarnya Clara hanya memejamkan matanya saja gadis itu tidak mungkin bisa tertidur pulas dengan keadaan yang seperti ini. Kini ia berganti posisi menjadi duduk, Pearl leader maid itu menyalahkan saklar lampu kamar tersebut dan menyapa Clara kembali dengan tersenyum.

"Bagaimana keadaanmu?. Aku membawakan
beberapa pakaian ganti."

"Terima kasih."

Leader maid itu terlihat sedang meletakan satu karung berat pakaian bekas yang ia kumpulkan untuk Clara, semua hal itu adalah atas dasar perintah dari Veen tentunya.

"Saya letakan disini ya. Ehm, nona bisa ikut dengan saya sebentar?."

Mata sendu Clara yang sempat terfokus pada tumpukan pakaian tadi, kini beralih pada wanita cantik itu. Pearl mengulurkan tangannya senantiasa untuk membantu gadis itu untuk bangun, namun justru Clara hanya diam tak merespon.

"Maaf nona, tapi semua ini atas perintah dari tuan Veen. Saya hanya menjalankan tugas."

"Ba...baiklah."

Jawab Clara gugup.

Dengan ragu Clara menerima uluran tangan Pearl,
kini gadis manis itu berdiri sempurna dengan dibopong. Lalu wanita maid itu mengarahkan Clara untuk berjalan menuju kamarnya, selain karena perintah dari sang tuan. Pearl juga membiarkan gadis muda itu agar tetap nyaman untuk beristirahat dikamar yang layak walaupun sebentar.

"Masuklah, ini kamarku."

Clara melihat sekeliling ruangan kamar Pearl yang tampak terlihat nyaman dan terbilang cukup luas untuk ukuran seorang kamar leader maid, nyaman dan bersih. Sangat jauh berbeda dengan kamar miliknya, Pearl kini berinisiatif untuk menyuruh Clara duduk disofa agar ia bisa beristirahat sejenak.

"Nona, berapa umurmu?."

"23 tahun."

"Umurku 30 tahun. Jangan sungkan padaku ya. Anggap saja aku kakamu."

Gadis itu mengangguk tersenyum, Pearl yang melihat itu juga tersenyum lembut pada Clara. Kini sang leader maid mengambil pakaian khusus para pekerja yang ia telah siapkan dilemari besar tersebut dan menyerahkannya pada gadis muda tersebut.

"Ini pakaian kerjamu."

"Maksudmu?. Aku..."

Tanya Clara dengan perasaan yang sedikit bercampur aduk saat menerima pakaian tersebut.

Ucapan gadis itu terpotong oleh Pearl, wanita itu membenarkan kalimat yang ingin disampaikan Clara padanya.

"Kau akan melayani dan mengurus segala keperluan nyonya Sandra."

Clara terteguh wajahnya mendongak tak percaya,
ia kembali melihat kearah Pearl dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan, wanita itu menghelang nafas panjang sebelum dirinya mendudukan diri ditepi ranjang.

"Kau belum tau tentang nyonya Sandra ya?. Baiklah aku akan menceritakannya sedikit."

"Nyonya adalah kekasih dari tuan Veen, sejak
sebelum tuan lulus sekolah menegah atas.
Dia sangat baik dan lembut sama sekali tidak pernah kasar pada pekerja disini, sebelum akhirnya suatu tragedi menimpanya. Ia diancam seseorang untuk dibunuh dan disiksa, bagian kaki dan hatinya tertembak waktu itu yang menyebabkan nyonya tidak bisa berjalan lagi. Nyonya juga memiliki gangguan pada hatinya, sejak saat itu tuan Veen semakin menjadi."

Jelas Pearl pada Clara.

"Kau jangan heran Clara, sebenarnya tuan Veen itu baik. Aku mendapatkan informasi tersebut dari ibuku yang dulu pernah bekerja disini, sebelum aku
menggantikannya karena hutang keluarga kami yang sudah menumpuk."

Lanjut Pearl kembali.

Clara hanya diam seribu bahasa, sulit untuk dicerna begitu saja. Mulutnya seakan kelu mendengar fakta yang baru saja gadis itu dapatkan. Tentang Veen dan keluarganya yang selalu disebut oleh pria itu dikala emosinya tengah membeludak atau kilasan balik yang selalu menghantui pikiran gadis itu. Ia juga memikirkan Bagaimana masalah Veen dengan keluarganya yang bahkan Clara tidak mengerti sekalipun.

"Ba— bagaimana dengan para pekerja disini?."

"Sejujurnya aku tidak ingin menceritakannya padamu nona, namun kau akan bekerja ditempat ini juga bukan?."

Mata Clara beralihpada baju yang disiapkan oleh Pearl, baju yang dikhususkan untuk para maid. Tampak terlihat Clara yang tengah mengelus helaian kain itu dengan nanar, mata sendu dan takutnya menjadi dominan.

"Tuan Veen sangat membenci kesalahan. Jika ada satu pun para pekerja disini yang membuat kesalahan barang sedikitpun, ia akan dihukum atau mungkin keluarga mereka akan diancam."

"Jadi keluarga mereka terkena imbasnya juga?."

"Bukan hanya itu, tapi kami. Satu pelayan yang membuat kesalahan fatal, membuat nyonya Sandra jatuh pingsan saat itu, seluruh pekerja disini akan dihukum."

"Jadi luka di wajahmu itu..."

Balas Clara dengan melihat kearah luka milik Pearl dengan nanar.

"Kemarin aku membuat keributan bukan?. Veen marah besar. Maafkan aku."

Lanjut Clara dengan nada yang penuh penyesalan.

"Bukan masalah, saya sudah terbiasa. Lain kali kau harus lebih berhati hati lagi nona."

Clara mengangguk paham.

"Aku akan menjaga sikapku."

"Bagaimana dengan keluargamu?."

Tanya Pearl kini.

Mendengar pertanyaan itu kini hati Clara terasa berdenyut, wajahnya tampak terlihat sedih. sungguh itu sangat terlihat jelas. Pearl yang peka terhadap respon gadis itu pun tersenyum.

"Tidak masalah jika kau tidak mau menceritakannya padaku."

"Maafkan aku."

Pearl mengangguk lalu tersenyum kembali, kini ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar dengan diikuti Clara dibelakangnya.

"Kau mau kemana?."

Tanya gadis itu pada Pearl.

"Nona. Sebaiknya kau ganti pakaianmu sekarang."

"Baiklah, aku akan mengantinya."

Berniat keluar namun tiba tiba saja Pearl melupakan sesuatu. Veen berpesan pada dirinya dan itu sangat penting untuk Clara dengar.

"Maaf nona. Jika tugasmu belum selesai, kau belum boleh mendapatkan jatah makan."

"Aku mengerti."

"kalau begitu, aku akan menunggumu diluar."

Pintu itu tertutup rapat, menyisakan gadis manis dengan mata indahnya yang tengah melihat pakaian ganti ditangannya. Clara seakan tersenyum untuk sekedar menyemangati dirinya sendiri dari kejamnya dunia maupun orang orang yang ikut berperan dalam hal itu.





Setelah menganti pakaian sebelumnya dengan pakaian khusus, Pearl yang menunggu Clara sejak tadi didepan pintu kini membawa clara menuju kamar milik Sandra. Terlihat wajah ketakutan dari gadis itu. Gugup dan juga cemas namun sang leader maid berhasil menenangkan nya.

"Jangan takut, nyonya sangat baik."

Pearl menyentuh bell yang berada disudut pintu, karena mendapatkan respon dari sang pemilik mereka pun berdua masuk. Tidak lupa untuk menyapa Sandra yang kini terlihat tengah sibuk melukis.

"Selamat pagi nyonya, maaf saya menganggu."

Sapa Pearl pada sang pemilik kamar.

Pearl menyikut pelan bahu Clara, gadis itu seakan paham lalu kini ikut menyapa sang nyonya besar.

"Selamat pagi nyonya, saya maid baru disini."

"Pagi juga kalian."

Balas ramah dari Sandra.

Sandra meletakan kuasnya dimeja lalu mengalihkan pandangannya pada Pearl juga Clara yang menunduk karena gugup. tidak lupa sang leader maid yang sempat membawakan beberapa obat rutin dan cookies kesukaan Sandra.

"Nyonya. Saya membawakan maid baru untuk anda
atas perintah dari tuan Veen."

"Terima kasih. Pearl."

"Sama sama nyonya, kalau begitu. Saya izin keluar."

Pamit Pearl pada Sandra, dibalas anggukan dari sang nyonya.

Namun Sandra kini menahan Pearl.

"Pearl. Katakan pada Veen untuk menemuiku lebih dulu."

Pearl mengangguk mendengar perintah sang nyonya.

"Baik nyonya. Saya akan sampaikan nanti. Clara saya keluar dulu."

Pamit Pearl pada keduanya.

Clara menganguk canggung, masih dengan atmosfer yang sama gadis itu tetap ketakutan akan hal yang terjadi nanti. Mata cantik itu melihat punggung Pearl yang keluar dari kamar sang nyonya,
meninggalkan dirinya sendiri bersama wanita cantik yang tengah terbaring dibahu ranjang.

Seakan paham dengan gelagat aneh Clara kini wanita cantik yang bernama Sandra itu melambaikan tangannya menyuruh agar Clara untuk duduk disampingnya.

"Kamu duduk disamping saya."

Dengan satu helangan nafas Clara mengangguk,
dengan senyuman yang penuh kecangungan kini dirinya ikut duduk ditepi ranjang.

"Berapa umurmu?. Tampaknya kau masih terlihat muda."

"Umur saya 23 tahun, nyonya."

"Sungguh?. Kau masih sangat muda, jauh berbeda dengan umurku yang sudah menyentuh kepala tiga."

Gadis itu mengangguk tersenyum mendengar ucapan wanita cantik itu, sejujurnya Sandra juga tampak terlihat sangat muda dan cantik diusia nya
yang mulai menginjak kepala tiga.

"Siapa namamu?."

"Nama saya Clara."

"Clara ya?. Ehm, panggil saya dengan sebutan kaka saja tidak perlu seformal itu."

Sontak Clara yang mendengar hal tersebut dengan cepat mengelengkan kepalanya.

"Jangan. Sa— saya akan tetap memanggil anda dengan sebutan nyonya."

Balas Clara dengan senyum yang sedikit kaku.

"Begitu ya?. Baiklah, saya merasa sangat senang ada maid baru untuk menjaga saya disini."

Tak lupa dengan senyumannya kembali, kini mata hazel gadis itu terfokus pada lukisan cantik bunga lavender buatan Sandra, bibirnya sontak berdecak kagum.

"Indah sekali lukisanmu, nyonya."

"Terima kasih, ini lukisan kesukaan Veen."

Mendengar nama pria yang telah melecehkannya memasuki indra pendengarannya sontak wajah Clara tampak berubah drastis. Seperti ada kesan trauma tersendiri mendengar hal itu, namun pikiran anehnya yang mengelilingi dirinya hilang begitu saja saat Sandra menyodorkan beberapa cookies yang ditunjukkan untuk nya.

"Untukmu, ambilah."

"Tidak nyonya. Maksud saya terima kasih. Saya sudah sarapan tadi."

"Kamu yakin tidak mau?."

"Untukmu saja."

Balas Clara dengan tersenyum.

"Baiklah, aku akan letakan disini saja. Jika ingin jangan sungkan sungkan untuk mengambilnya Clara."

"Baiklah, terima kasih. Nyonya. Sebelumnya maafkan saya jika pekerjaan saya tidak sempurna saya pekerja baru disini."

"Tidak masalah, semua manusia tidak ada yang sempurna bukan?. Jadi Clara apa yang membuatmu bekerja disini?."

Seakan ada angin yang menghembus mematungkan dirinya begitu saja, wajah dan bibirnya menjadi kelu.
seakan tak sanggup untuk menjawab pertayaan yang dilontarkan itu, dengan gugup kini Clara menunduk.

"Saya hanya menggantikan ibu saya bekerja, hanya itu."

"Kau anak yang baik, ibumu pasti sangat bangga padamu."

Mendengar kalimat halus yang ditunjukkan Sandra pada Clara membuat hati gadis muda itu terhuyung.
Sangat singkat namun manis, hal semacam itu sukses membuat Clara merasa bahagia. Wanita cantik lembut bak bidadari itu tersenyum, meskipun wajah pucatnya mendominasi hal itu tak membuat kecantikan dari Sandra luntur, Clara memuji wanita Veen itu dilubuk hatinya.

"Clara, bisakah kamu buatkan saya bubur?."

Kini Sandra kembali membuka suara.

"Saya akan buatkan segera."

Balas Clara dengan sopan.

"Terima kasih."






Setelah berpamitan meminta izin untuk membuatkan keinginan dari Sandra, kini gadis itu berjalan keluar dari kamar wanita tersebut yang kini terlihat fokus kembali pada lukisan yang dibuatnya.

Sejujurnya Clara sedikit bingung dengan isi mansion milik Veen ini. Sudah hampir beberapa menit dirinya berusaha mencari dimana letak dapur namun Clara tak menemukannya. Apa mungkin ini karena faktor mansion yang sangat luas, gadis itu berharap ada seseorang yang dapat ia tanya.

Namun sejak tadi disetiap lorongnya tampak sepi, pekerja lainnya yang sempat beberapa gadis itu temukan malah menjauhinya sebelum Clara bertanya.

Langkah kakinya masih berjalan untuk terus menelusuri lantai demi lantai berikutnya, sorot mata Clara tampak lega karena dirinya berhasil bertemu dengan seseorang disana. Pria itu yang sempat melihat Clara dengan keadaan full naked kemarin kini menghampirinya.

"Mencari apa?."

Tanya seseorang dari arah berlawanan.

"Saya mencari dimana letak dapur."

Clara membalasnya dengan sedikit takut.

Pria tinggi itu tertawa pelan, tampak seperti menertawakan tingkah gadis dihadapannya sejenak.

"kukira apa. Dapur ya?, hmm. Dimansion ini hanya ada tiga, mau ku antar?."

Clara mengangguk tersenyum.

"Tapi sebelumnya siapa namamu?."

"Nama saya Clara."

"Saya Griel, sepupuh Veen."

Mendengar fakta itu dihadapannya reflek gadis itu kini membungkuk hormat.

"Maaf tuan saya tidak tau."

"Kenapa meminta maaf. Tidak perlu seformal itu."

Lagi lagi Griel tampak tertawa pelan dan semua hal itu tentu saja karena tingkah dari gadis manis disampingnya, ia terus menyodorkan pertanyaan pertanyaan untuk Clara. Sembaring berjalan dengan niat awalnya kini mereka tampak cukup akrab.

"Itu dapur bersih, khusus untuk menyiapkan makanan bagi keluarga dan Sandra."

Gadis itu mengangguk paham, lalu membalikan badannya kembali menunduk dengan sopan.

"Terima kasih tuan."

"Sama sama, kau ingin membuat apa?."

"Bubur. Untuk nyonya."

"Hanya untuk Sandra, untukku?."

Clara merasa tak enak hati pada pria yang sudah menolongnya tadi, tanpa basa basi kini gadis itu meminta maaf kembali. Lagi lagi disambut oleh respon yang lucu dari Griel.

"Aku hanya bercanda Clara, kau ini lucu sekali. Kalau begitu lanjutkan saja pekerjaanmu."

Ucap Griel dengan tawa nya.

Merasa sedikit malu dengan tingkahnya tadi,kini Clara berbalik menuju keberbagai peralatan dapur untuk segera membuat bubur yang diperintahkan oleh sang nyonya. Beruntungnya Clara sejak dulu sang bibi pekerja dirumahnya selalu mengajarkan dirinya dalam hal masak memasak jadi jika gadis itu disuruh dalam hal seperti ini ia sudah terbiasa.

Griel membuka kulkas mengeluarkan beberapa snack kesukaannya, dengan dua botol wine juga.
pria itu menawarkan pada Clara, namun gadis itu menolak.

"Kenapa tidak mau, tidak suka snack ya?."

"Bukan seperti itu tuan, tapi..."

"Saya paham, pasti Veen tidak mengijinkanmu untuk makan bukan?. Sebelum semua perkerjaanmu selesai."

Pria itu seakan sudah paham dengan sifat dari kaka sepupuhnya tersebut, dengan ragu gadis itu mengangguk pelan dan lagi lagi merasa tidak enak hati pada pria baik dihadapanya.

"Simpan roti dan susu ini, Veen sedang tidak ada dimansion, makanlah."

"Tidak, terima kasih."

Tolak Clara jelas.

"Jangan seperti itu, tidak baik menolak pemberian seseorang bukan?. Makanlah diam diam, Veen akan menjadi urusanku. Cepat ambilah!!."

"Baiklah, sekali lagi terima kasih tuan Griel."

"Masih ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan, selamat bekerja Clara."

Pamit pria itu pada Clara.

"Baik tuan."

Ia pergi meninggalkan dapur dengan Clara yang kini menatap lekat lekat roti juga susu pemberian dari Griel tadi. Sejujurnya saat ini perut gadis itu memang benar benar sangat lapar ditambah lagi maag yang dideritanya tampaknya mulai kambuh. Jika tidak segera terisi akan sangat membahayakan dirinya nanti.

Sambil menunggu masakan itu matang, Clara melihat situasi disekeselilingnya mengecek apakah ada cctv yang memantau. Merasa cukup aman kini Clara berjongkok pada bahu meja panjang yang mengelilingi dapur tersebut dan membuka bungkusan roti juga susu lalu melahapnya dengan cepat.

Beberapa suapan kini roti digengamannya telah lenyap, takut akan Veen yang kembali menemukannya lalu melukainya lagi. Dari arah yang berlawanan sejak tadi, sejak Griel dan Clara masih dalam satu tempat maid lainnya melihat tindakan yang dilakukan oleh Clara. Melapor pada sang tuan Veen yang baru saja datang dengan beberapa pengawalnya dibawah.

Tersisa satu gelas penuh susu digengamannya kini, gadis itu merasa sangat berterima kasih pada Griel karena sudah berbaik hati pada dirinya. Kini niat Clara ingin menghabiskan segelas susu tersebut namun tiba tiba saja tendangan kuat dari bahu sampingnya membuatnya terjatuh dilantai dengan segelas susu yang tumpah begitu saja.

"Tuan dia mencuri makanan dari kulkas tuan Griel."

Tuduh maid itu.

Gadis itu mengeleng cepat dengan tuduhan maid yang menunjuknya kini, Clara berusaha bangun dari posisinya tadi.

"Aku tidak mencuri!!."

Ucapnya.






BUG







UHUK








Veen cukup geram dengan tingkah gadis yang berusaha membela diri, ia dengan cepat memukul paksa batang leher dari Clara. Mencoba
mengeluarkan sisa makanan tersebut. Tindakan Veen itu berhasil membuat Clara memuntahkan kembali beberapa potongan roti yang sempat gadis itu makan.

"Akhh. Sakit tuan."

"KAU MENCURI MAKANAN?."

Tanya Veen dengan nada yang menyeramkan.

"Sa— saya tidak mencuri makanan tersebut."

Jawab Clara dengan yakin.

"Dia berbohong tuan, saya melihatnya sendiri. Maid baru itu memakan makanan milik tuan Griel."

Maid itu membela diri dan terus mencoba menuduh Clara.

Ucap maid satunya membela diri.

"Panggilkan Griel!!."

"Baik tuan."

"Tuan saya tidak mencuri, jangan lagi saya mohon."







PLAK









Dengan tenaga yang cukup besar Veen menampar wajah Clara sekuat tenaga, membuat gadis itu terhuyung hingga badannya membentur permukaan meja. Gadis itu berusaha menahan diri untuk tidak terjatuh namun justru kini Veen mendekatkan wajahnya pada telinga gadis tersebut.

"Siapa yang yang menyuruhmu untuk makan?.
Apa Pearl pelayan bodoh itu tidak bilang padamu?. Kau tidak boleh makan sebelum semua tugasmu selesai!!."

Tekan Veen pada Clara.

"Pearl bilang padaku, tapi semua ini salah saya tolong hukum saya saja."

"Itu sudah pasti."






PLAK












"VEEN JANGAN!!."

Griel yang datang berlari dengan nafas yang berdesir, berhasil menarik lengan tangan Veen. Namun pria itu menghempasnya dengan kasar.

"Saya yang memberikan itu, semua ini salah saya."









BUG










Tanpa basa basi Veen yang memang sudah tampak terlihat emosi menendang area perut sepupuhnya, kini dengan sangat brutal. Pria itu hanya diam tak melawan aksi Veen, ia cukup tau hal semacam itu cukup mustahil untuk melawan sang kaka. Kini semakin menjadi pria itu mulai memukuli wajah Griel hingga tampak terlihat ruam kebiruan disekitar area wajahnya.

Clara yang melihat itu mencoba memisahkan pertengkaran tersebut, gadis itu kini memohon sembaring memeluk kaki Veen agar menghentikan aksinya. Veen yang melihat itu menendang kencang Clara.

"Jangan pernah kau ikut campur dalam urusan saya!!. Sekalipun sekalipun kau adalah sepupuhku."

"Dan kau, bilang pada Pearl untuk menungguku diruang bawah tanah."

Ucap Veen lagi pada maid itu.

Griel yang terlihat lemas dilantai dengan sekujur tubuhnya yang terlihat membiru, juga hidungnya yang mengeluarkan cairan merah cukup banyak.
Begitu juga padangan pria itu yang mulai kabur membuat Clara ingin membantunya. Namun seperti nya kini Veen lebih dulu menarik rambut gadis itu lalu menyeretnya untuk memasuki kamar miliknya.
Kebetulan kamar milik Veen berada tidak jauh dari dapur tersebut.

"Akh. Lepaskan aku!!."








PLAK










BUG












"Sakit."

Rintih Clara lagi.

Griel tak kuasa mendengar jeritan kesakitan dari Clara, dilubuk hatinya saat ini pria itu merasa sangat bersalah dan iba pada Clara. semua kejadian ini diakibatkan olehnya dan sebabnya. Griel mencoba berdiri kembali dan menatap tajam kearah maid yang mengaduh tadi pada Veen.

"Kau. Keterlaluan."






"Akh sakit, aku mohon jangan lagi."

Dengan tidak pedulinya Veen terus memukul bokong Clara dengan sangat kasar, hal itu menciptakan ruam kemerahan disekitar area tersebut. Clara yang kini full naked tampak memberontak kesakitan, kakinya mencoba memukul mukul perut Veen.

"Jika kau memberontak, akan semakin sakit atau mungkin itu maumu?."

"LEPASKAN AKU!!."

Teriak kembali Clara yang terus meminta untuk dilepaskan.

Veen turun dari ranjang berukuran king size,
menarik koper besar yang berada dibawah ranjang tersebut. Tampak terlihat cambukan putih besar mendominasi pandangan Clara. Gadis itu kini semakin ketakutan dengan langkah yang tertatih ia berusaha turun lalu membuka knop pintu dengan paksa.

Pria itu yang sudah lebih dulu mengeluarkan cambukan lalu menghampiri Clara dengan membanting tubuh gadis tersebut dengan sekali hentakan. Kini tubuh Clara menjadi berbalik dengan veen yang duduk tepat diatas bokong gadis yang tengah memberontak itu, lalu ia mulai mencambuk Clara dengan brutal.








"Sakit. Akh, sakit."

"AMPUN SAYA MOHON."

"SAKIT."



Beberapa rintihan Clara terus mendominasi disekitar kamar milik sang tuan.

Clara merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa,bahkan air mata yang sempat mengalir deras tadi menjadi surut. Bibirnya kini sebagai tumpuan deretan gigi yang menahan kesakitan tak tertahankan, Clara masih berusaha berteriak meminta pertolongan.

"DIAM DAN MENURUT!!."

Veen bergeser disamping Clara, menendang gadis itu hingga terjatuh dari ranjangnya, masih dengan sorot mata yang tajam dari pria itu.

"Berdiri dan diam!!."

Pria kejam itu tak mempunyai rasa belas kasihan sedikitpun, kini Clara merasa malu pada dirinya sendiri. Merasa kotor dan menjijikan, gadis itu harus merasakan sebuah takdir yang kejam digengaman Veen. mungkin kali ini ia harus memilih menuruti semua perintah dari pria itu walaupun kenyataannya Clara sangat tidak ingin.

"Kau harus menurut pada saya."






"Permisi nyonya, maaf menunggu lama."

"Clara dari mana saja, ada apa dengan wajahmu?."

Tanya Sandra dengan raut wajah yang khawatir.

"Saya sempat terjatuh tadi. Ini bubur pesananmu nyonya."

"Kau yakin baik baik saja atau ada yang menyakitimu, apa perlu aku melapor pada Veen?."

"Tidak. Jangan...maksud saya ti— tidak perlu nyonya saya sudah diobati, lebih baik anda makan dulu lalu minumlah obatmu."

Setelah selesai menjalankan tugasnya menyuapi dan memberi obat pada Sandra, gadis itu keluar dengan tertatih. Merasakan kesakitan yang amat terasa,perih dibagian selangkangannya ia rasakan. Sekaligus diperlakukan bagaikan hewan. Membuat membuat hati gadis itu teriris, untuk kesekian kalinya dirinya terluka lagi dan semua hal itu tentunya masih dengan orang yang sama.

Clara menangis pelan dibalik pintu kamar Sandra,
dengan membungkam mulutnya mengunakan kedua tangan. Berfikir untuk mati saja memang lebih baik, namun Clara masih memikirkan kedua sahabatnya juga sang ibu.

"Ibu, Clara rindu."





















TBC

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 320K 59
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
472K 11.7K 62
Aleysia Queenie Dilara Ferragni. Aleysia Queenie Dilara Ferragni adalah seseorang perempuan blasteran keturunan Amerika-Italia. Dia adalah putri dari...
917K 38.2K 42
⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ [Highest Rank #71 DALAM ROMANCE] "Ya tuhan apakah ini sebuah keajaiban?? Aku bisa menjadi istri dari seorang Nicholas D...
3.7M 287K 77
Chayyara, gadis itu harus kehilangan masa remajanya ketika takdir menggariskan Chayyara yang harus menikah dengan pria dingin, kekasih dari kakaknya...