Sweet Chaos | NamJin

By christalalice

24.3K 3.4K 502

Bagi Seokjin, Namjoon adalah orang yang menyebalkan. Bahkan sejak pertemuan pertama mereka. More

Part 1: Don't You Dare
Part 2: I Knew You Were Trouble
Part 3: Cruel Summer
Part 4: Fearless
Part 5: Stay
Part 6: Stuck With U
Part 7: Tolerate it
Part 8: Going Crazy
Part 9: Don't Fight the Feeling
Part 10: He Could Be
Part 11: Sour Grapes
Part 12: Bad Vibrations
Part 13: What If
Part 14: Need to Calm Down
Part 16: Take it Futher
Part 17: Faded
Part 18: Get It
Part 19: Diggity
Part 20: Connected
Part 21: Time Out

Part 15: Trick or Treat

847 121 24
By christalalice

"Aku tahu ini bukan Waldorf Astoria yang mewah," Taehyung bergumam seraya menggedikkan bahu. "Tapi, inilah yang terbaik yang bisa kami berikan padamu."

Saat ini, Seokjin sedang berdiri di ruang tengah dari sebuah kondominium kosong. Taehyung telah membawanya jauh dari pusat kota Rotterdam Selatan, melintasi Erasmusbrug, dan menuju ke sebuah wilayah yang dipenuhi dengan gudang tua. Namun begitu mereka melewati pintu masuk, Seokjin dengan cepat menemukan beberapa gudang-gudang telah diubah menjadi unit-unit kondominium. Unit lain masih dalam tahap pembangunan, tapi bangunan yang ini sudah selesai.

Selesai, lengkap seperti layaknya hunian yang siap untuk ditempati.

"Tidak menyangka dia akan melepaskanmu dengan mudah." Taehyung memasuki kondominium itu bersamanya. Sementara orang-orang berjas—para penjaga hanya berdiri di depan pintu. "Aku berharap Namjoon melakukan perlawanan. Karena kupikir, bukankah kau sangat berarti baginya?"

Ejekan lainnya.

"Aku memintanya untuk mundur." Gumam Seokjin ketika tatapannya menyapu seisi ruangan yang tampak nyaman.

Taehyung bersiul, "Dan dia selalu melakukan apa pun yang kau minta?"

Seokjin tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Tapi... sekarang dia mulai memikirkannya...

Kalau dipikir-pikir lagi... ya?

Kemudian kata-kata Yoongi melintas dalam benaknya.

Kau menyuruhnya untuk meletakkan ruang santai di lantai tiga, dan dia melakukannya tiga haru setelah kau mengatakannya. Kau mengatakan kepadanya bahwa akan lebih bagus jika kita memiliki coffee shop di dekat gedung, dan dia meletakkannya di lobi, dua hari setelahnya.

Taehyung menuangkan minuman ke dalam gelas dan menenggaknya dengan cepat. "Situasi semacam ini tidak sering terjadi. Biasanya kami cukup hebat untuk melihat ancaman. Tapi, kau berhasil mengecoh kami semua."

Seokjin menyipitkan mata, "Aku bukan ancaman."

"Kau hanya tidak sadar." Taehyung meletakkan gelas itu ke bar dan berbalik ke arahya. "Ancaman yang tidak terlihat adalah yang paling berbahaya."

"Dengar, kau jelas sangat salah. Aku bukan ancaman dan aku sama sekali tidak berbahaya. Aku seorang warga negara yang taat pada hukum dan kebetulan hanya sedang sial." Seokjin menghela napas kasar. "Dan situasi ini bisa terjadi pada siapa pun."

Taehyung tertawa. "Aku tidak berpikir begitu. Situasi ini sangat unik untukmu."

Tatapan Seokjin menajam, "Apa maksudmu?"

"Maksudku, kau adalah bagian terpenting dalam teka-teki ini, Seokjin."

Seokjin menggeleng lelah. "Sudah selesai."

Taehyung tersenyum, "Ini baru dimulai."

Seokjin duduk di salah sofa di sana, menyilangkan tangan di depan dada dan menatap Taehyung penuh penilaian, "Aku tahu apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan."

"Oh, benarkah?"

"Yeah, aku mungkin tidak sejenius kakakku. Tapi aku bisa mencium kebohonganmu."

Senyuman di wajah Taehyung memudar, "Maaf?"

Seokjin tersenyum mengejek, "Ini bukan tentang menjagaku agar tetap aman."

"Well, Seokjin... aku seorang agen pemerintah. Sudah menjadi tugasku untuk—"

"Tugasmu sebagai seorang intel bukanlah untuk melindungi korban, dan dari apa yang kulihat, kau juga bukan tipe orang yang sok ingin menjadi pahlawan."

Taehyung diam. Tidak membantah.

"Jadi..." Seokjin bangkit berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir. Dia sering melakukannya disaat dia sedang tertekan. Di saat sedang stress. Dan sekarang dia sangat amat stress. "Sebenarnya yang sedang kau lakukan adalah untuk menjaga kepentingan misi-mu. Juga untuk melindungi identitas Hoseok dan Namjoon."

"Itu bagian terpenting dari tugasku."

Seokjin bisa merasakan tatapan Taehyung tertuju padanya, "Hoseok tidak meminta Namjoon untuk menjagaku. Pesan itu palsu."

"Sepertinya memang begitu."

"Dan kau berpikir bahwa aku adalah ancaman bagi mereka?"

"Aku tidak berpikir kau akan menyakiti mereka secara fisik."

Seokjin mendengus, "Bukan rasa sakit secara fisik? Maksudmu rasa sakit secara psikis?"

"Aku tidak tahu. Kau sendiri yang memulai semua pembicaraan ini."

"Dan kau yang memulai semua omong kosong ini." Seokjin berhenti di hadapannya dengan kesal. "Kau berpikir bahwa seseorang memanfaatkanku untuk melawan mereka."

Taehyung mengerjap. Memasang ekspresi seolah sangat tercengang, "Benarkah?"

"Namjoon menemuiku segera setelah dia menerima pesan itu."

"Dan dia mengacaukan acara kencanmu bersama Choi Yeonjun, lalu membawamu ke istananya." Taehyung mengangguk-angguk. Jelas mengetahui bagian itu.

"Kemudian kakakku muncul, dan seseorang mencoba menembaknya."

"Aku ada di sana saat itu terjadi." Gerutu Taehyung.

Seokjin menelan ludah, "Apakah aku adalah umpan?"

Taehyung menatapnya lamat-lamat, lalu, "Aku tidak mengerti apa maksudmu."

Seokjin mendesah kesal. Taehyung memang berengsek. "Apa kau selalu berbohong?"

"Dengar, Seokjin. Aku membawamu ke sini untuk melindungimu, untuk melindungi Namjoon dan juga Hoseok. Karena ya, aku tidak tahu pasti siapa yang melakukannya, dan tampaknya orang-orang terdekatmu dalam bahaya."

Tidak hanya itu. Seokjin tahu Taehyung menyembunyikan dan merencanakan sesuatu. "Kau membawaku ke sini karena kau ingin menarik perhatian si pelaku. Kau berpura-pura menjagaku, tapi sebenarnya kau juga membocorkan lokasi di mana aku berada saat ini. Lalu kau dan para penjagamu akan bersembunyi sementara dia mendekatiku. Kau ingin mencari tahu siapa yang mengancam agen-agenmu karena bagaimana pun, kau bertanggung jawab atas mereka. Jika kau tidak bisa menanganinya, maka tentu saja hal itu akan berdampak buruk pada performamu."

"Itu masuk akal."

"Tempat ini adalah jebakan," Seokjin menambahkan.

"Kau tahu tentang itu, dan mengapa kau masih ikut denganku?"

Seokjin mengatupkan bibir.

"Mengapa?" Taehyung mengulang pertanyaannya.

"Karena kau benar. Aku sedang terancam dan aku tidak ingin menempatkan Hoseok maupun Namjoon dalam bahaya."

Taehyung tertawa. "Mereka seorang intel. Tidakkah menurutmu mereka jauh lebih siap untuk menangani situasi ini daripada dirimu?"

"Taehyung kau membuatku sangat kesal."

Suara tawa Taehyung berhenti.

"Aku tahu mereka seorang intel." Kata Seokjin. "Tapi, jelas sekali kau berpikir bahwa ketika aku bersama mereka itu akan berisiko lebih besar. Kau juga mengancam jika Namjoon melawan, maka Jungkook akan menahannya." Dia mengepalkan tangan. "Aku tidak bisa membiarkan Namjoon dijebloskan ke penjara. Kau jelas menguji Namjoon dan Jungkook dengan membuat Jungkook memilih antara pekerjaannya atau sahabatnya, dan manipulasi semacam itu membuatku gila."

"Kau berpikir bahwa aku adalah seorang manipulator? Aku akan menganggap hal itu sebagai pujian." Sebelah alis Taehyung terangkat. "Well, kau secerdas Hoseok tentu saja."

"Mengapa kau berpikir akan lebih berbahaya jika aku berada di dekat mereka?"

Taehyung melangkah mendekati Seokjin dan berdiri tepat di hadapannya, lalu meraih pergelangan tangan Seokjin. "Karena kau memiliki Namjoon." Taehyung memerhatikan jari jemari Seokjin. "Namjoon akan melakukan apa pun yang kau minta."

Bahu Seokjin menegang.

"Apa kau tahu kenapa dia melakukannya?"

"Karena dia temanku."

Tawa Taehyung pecah.

Seokjin sama sekali tidak terkesan.

"Ah, tidak. Ternyata kau tidak sejenius Hoseok." Taehyung terkekeh. "Atau mungkin kau hanya buta..." Dia mendekat dan berbisik di telinga Seokjin. "Jika hal itu berkaitan dengan Namjoon?"

"Maksudmu?"

"Seokjin, kau berbahaya baginya karena Namjoon akan mempertaruhkan segalanya untukmu. Dia tidak akan ragu. Dia bahkan akan menukar rahasia negara jika itu bisa menjagamu tetap aman. Begitu pula dengan kakakmu. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi." Taehyung menghela napas panjang dan kembali menatap Seokjin. "Jika semua rencana ini berjalan lancar, maka semua permasalahan ini akan segera berakhir dalam waktu beberapa hari atau mungkin akan berakhir dalam beberapa jam ke depan, dan kau bisa mendapatkan kehidupanmu kembali."

Seokjin tampak tidak bisa fokus pada hal lain, selain, "Kau berpikir Hoseok dan Namjoon akan menukar rahasia negara demi keselamatanku?" Itu pemikiran gila. Tapi, benarkah?

"Ya." Jawab Taehyung segera dan tidak ragu sama sekali. "Si pelaku juga menyadari hal yang sama. Karena itu dia berpikir dia bisa memanfaatkanmu sebagai senjata untuk melawan Hoseok. Tapi sekarang, dia melihat Namjoon bersamamu─dia melihat bagaimana Namjoon bereaksi ketika kau dalam bahaya. Kurasa, yeah... pertemanan kalian sangat luar biasa, ya?"

Jantung di dalam dada Seokjin berdegup kencang. "Tapi... kita akan menangkap orang jahat itu, kan?"

Sebelah alis Taehyung terangkat. "Oh, kita?"

"Ya, kita. Aku mengikutimu secara sukarela karena aku ingin semua ini berhenti. Aku tidak ingin Namjoon atau Hoseok harus mempertaruhkan apa pun untukku."

Taehyung masih menggenggam tangannya. Kemudian mengernyit. "Dari apa yang kulihat dari tanganmu, kau bahkan tidak pernah memukul orang."

Seokjin menghentakkan tangannya, tetapi Taehyung masih tidak melepaskan. "Aku lebih kuat dari apa yang kau lihat!"

Tatapan Taehyung bertemu dengannya. "Mungkin aku bisa memercayaimu."

"Bro... kau terlihat sangat menikmatinya."

Bahu Seokjin menegang. Namjoon? Dia menoleh ke balik bahunya dan dia melihat pemuda itu berdiri beberapa meter di belakang sana. Kedua tangannya berada di pinggul─berkacak pinggang. Sorot matanya diliputi kemarahan. Tidak ada senyuman atau pun seringaian yang biasa dia lakukan untuk memamerkan lesung pipinya. Wajahnya hanya diliputi dengan ketegangan.

Sejak kapan dia berada di sana? Karena mereka tidak menyadarinya. Namjoon sama sekali tidak membuat suara apa pun saat dia masuk.

"Kau membawanya pergi, mengatakan kau akan melindunginya." Namjoon maju dengan perlahan. "Berkata bahwa kau akan menjaganya tetap aman. Mengancamnya dengan borgol, dan mengancam sahabatku untuk menyeretku ke penjara jika aku melawan..." Dia mengangguk kaku. "Lalu aku menemukanmu di sini, memegang tangannya? Kau mencoba menggodanya?"

Seokjin menarik tangannya dari genggaman tangan Taehyung. Dan kali ini Taehyung melepaskannya. "Namjoon, ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Ya, sayang, aku percaya padamu sepenuhnya. Aku yakin kau tidak punya niat untuk menggoda Taehyung."

Seokjin tidak bisa membaca suasana hati Namjoon selain menyadari bahwa... situasi ini cukup berbahaya. "Tentu saja tidak!"

"Kurasa kita semua harus tenang." Kata Taehyung. "Hei, aku tidak sedang menggoda kekasihmu─"

"Jangan pernah mencobanya, Taehyung. Dan jangan berani menyentuhnya lagi."

Taehyung mengangkat tangannya. "Dengar, sobat, aku tidak tahu bagaimana bisa kau menemukan tempat ini, tetapi kau harus tenang. Dan kau harus keluar dari sini. Kau hanya akan membocorkan lokasi persembunyian ini!"

Sekarang, Namjoon tersenyum. Senyuman yang memamerkan lesung pipinya. Senyuman yang tampak mematikan. "Kau pikir aku percaya dengan semua omong kosongmu?"

"... ya?"

Namjoon berdecak, "Kau pikir aku bodoh?" Itu adalah sebuah penghinaan. "Aku tahu apa yang kau lakukan, Taehyung." Pandangannya lalu tertuju pada Seokjin. "Tapi aku tidak tahu mengapa kau ingin pergi bersamanya, Seokjin?"

Oke, melihat Namjoon seperti ini adalah hal baru bagi Seokjin. Terlihat menyeramkan.

"Oh, memangnya apa yang akan kulakukan?" Tanya Taehyung.

"Memanfaatkannya."

Tepat sekali.

"Kau ingin Seokjin menjauh dariku karena kau takut dengan apa yang akan aku lakukan untuk melindunginya." Namjoon masih menatap Seokjin. Dia tidak bisa melihat ke tempat lain. Tatapan itu masih diliputi kemarahan.

Namjoon marah padanya?

"Kenapa kau pergi bersamanya, Seokjin?" Tanya Namjoon. Lagi.

Seokjin melemparkan tatapannya ke arah lain. Berusaha menghindarinya. "Karena dia akan membuat Jungkook menangkapmu. Itu akan menciptakan lebih banyak masalah bagimu dan Jungkook, dan─"

"Kenapa?"

Seokjin kembali menatapnya. "Aku ingin semua ini berhenti! Aku tahu bahwa Taehyung berencana memanfaatkanku, dan jika itu bisa membuatmu tetap aman, aku tidak keberatan."

"Persetan dengan semua itu."

Taehyung bergantian menatap mereka. "Kau harus pergi, Namjoon."

"Aku tidak akan kemana-mana tanpa dia." Tegas Namjoon.

"Kau bisa mengacaukan keberadaan lokasi ini." Tuduh Taehyung.

"Sial, Taehyung. Aku tahu tempat ini adalah jebakan yang kau pasang. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Kau memainkan mainan anak-anak. Kau membawanya ke sini dan kau sedang menunggu pelakunya di tempat ini. Kau pikir, kau dan tim-mu akan menangkapnya di sini?" Namjoon mendesah keras. "Terserah jika kau tetap memainkan skenario itu. Tapi aku tidak akan meninggalkannya sendirian."

"Dia tidak akan sendirian." Desis Taehyung. "Dan mengapa kau membiarkannya pergi begitu saja saat dia ikut bersamaku di rumah sakit?" Tukas Taehyung lagi. Datar.

"Aku tidak ingin Jungkook kehilangan pekerjaan yang dia cintai karena kau mempermainkannya. Dan aku harus memastikan Hoseok menjauh dariku lebih dulu." Namjoon menggedikkan bahu. "Aku harus memainkan peran, bukan? Persis seperti yang kau inginkan."

Taehyung berdecak kesal. "Seokjin sudah tahu jika aku berencana untuk memanfaatkannya juga. Dia pikir dengan datang ke sini, dia akan membantu menjagamu dan kakakmu tetap aman. Dia membuat pilihan, dia berkorban, dan kupikir dia cukup berani untuk melakukannya." Rahangnya terkunci saat dia menatap Namjoon. "Aku harap kau tahu betapa pentingnya dia. Aku harap kau tidak mengacaukan semua ini."

Persis seperti yang Hoseok katakan. Seokjin memiliki hati yang terlalu besar.

Namjoon menoleh ke balik punggungnya. "Aku sudah memastikan tidak ada yang melihatku masuk ke dalam gedung ini."

Taehyung mengangguk. "Kau harus bekerja sama denganku untuk melanjutkan rencana ini. Aku ingin melihat apakah si pelaku akan mengambil umpan yang kupasang."

"Kalian berdua membuat pilihan seolah-olah aku tidak berada di sini." Gumam Seokjin.

"Aku melihatmu, sayang. Selalu." Kata Namjoon padanya. Lalu fokusnya kembali pada Taehyung. "Tidak Taehyung, itu terlalu berisiko─"

"Pilihanku, Namjoon." Sela Seokjin.

"Seokjin─"

"Namjoon."

Ekspresi wajah Namjoon kali ini berubah gelap saat pemuda itu menatapnya.

"Pilihanku. Aku setuju dengan rencana ini. Mari lihat apa yang terjadi. Lagi pula, ada banyak penjaga yang berpatroli." Tukas Seokjin.

"Aku berhasil melewati mereka semua," kata Namjoon. "Sama sekali bukan top security."

Seokjin memijat pelipisnya pelan.

"Dan karena itulah aku berada di sini," Namjoon melanjutkan. Bergantian menatap Seokjin, lalu beralih pada Taehyung. "Aku akan menjaga Seokjin di sini."

Taehyung menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ingat jika aku mengundangmu untuk bergabung bersama kami? Aku hanya mengundang Seokjin."

Namjoon hanya menatapnya.

Taehyung menoleh pada Seokjin. "Bagaimana, Seokjin? Kau ingin dia tetap tinggal atau pergi? Kebetulan aku ingin membuktikan teori itu."

"Teori? Teori apa?" Tanya Namjoon bingung.

"Ayolah, kupikir kau akan melakukan apa pun yang dia inginkan?" Ekspresi Taehyung terlihat antusias dan penuh harap. "Jadi, pilihanmu Seokjin. Kau ingin dia tetap di sini? Atau pergi?"

"Kau harus berhenti mempermainkan orang lain, Taehyung." Seokjin memperingatkannya. "Karma does exist."

Taehyung tidak terlihat khawatir.

Perhatian Seokjin kembali pada Namjoon. Dia bisa melihat arogansi di raut wajahnya, dan jelas bagi siapa pun bahwa pemuda itu tentu hanya akan melakukan apa pun yang dia inginkan. Tipikal pemuda egois. "Namjoon, aku ingin melindungimu."

"Well noted."

"Kau tidak ingin aku mengambil risiko."

"Risiko seperti melompat untuk melindungi kakakmu dari peluru? Tidak. Aku tidak menyukainya."

"Aku juka tidak bisa mengatakan bahwa aku menyukai apa yang harus kau pertaruhkan untuk menangkap si pelaku dan untuk melindungiku."

Namjoon melangkah lebih dekat ke hadapannya. "Kita akan menangkapnya bersama, sayang. Percaya padaku. Aku akan menjagamu di sini."

Seokjin menggeleng pelan. "Asal kau tahu saja, aku sudah menduga kau akan muncul dengan cepat."

Namjoon diam.

"Maksudku, kau seorang intel. Jika ada yang bisa menemukanmu dengan cepat, itu hanyalah dirimu dan kakakku. Kapan pun, kau pasti akan segera muncul. Mungkin di saat Taehyung tidak berada di sekitarku."

Taehyung bersiul, "Kau tahu bahwa dia akan mengikutimu ke sini?"

"Tentu saja." Kata Seokjin. Dia mulai menyukai Taehyung dengan segala pikiran manipulatifnya. "Itu sebabnya kau memberikan perintah kepada para penjaga untuk membiarkannya masuk jika mereka melihatnya mendekati gedung? Karena, jika kau tidak ingin hal itu terjadi, seharusnya kau sedikit lebih keras untuk memerintah mereka. Tapi sebaliknya, kau memberi perintah agar Namjoon diizinkan masuk."

Taehyung tersenyum padanya. "Cerdas."

Seokjin hanya mendengus.

Taehyung terkekeh dan kembali melirik ke arah Namjoon, "Maaf mengecewakanmu, sobat. Tapi kau melewati mereka bukan karena kehebatan superiormu sebagai intel."

"Yeah, yeah, terserah." Namjoon tidak peduli. "Tapi kau perlu memeriksa bahwa mereka melakukan benar-benar berjaga, Taehyung. Kau harus memeriksa apakah mereka melihat aku masuk ke sini. Katakan pada mereka untuk lebih memerhatikan sisi selatan gedung."

Taehyung mengerutkan kening.

"Cepat, pergilah. Aku serius." Kata Namjoon. "Periksa semua anak buahmu, karena aku ingin berduaan dengan Seokjin. Dan aku ingin berduaan dengannya sekarang juga."

Taehyung mengambil langkah menuju pintu. Tetapi kemudian berhenti. "Jaga dia baik-baik."

"Huh? Kau tidak perlu memerintahku soal itu!"

Taehyung berdecih dan pergi dari sana.

Akhirnya, pintu kondominium itu tertutup di belakang mereka. Namjoon bisa mendengar bunyi klik dari kunci saat Taehyung menguncinya dari luar.

Tatapan Namjoon bertemu dengan Seokjin.

Seokjin menelan ludah. "Kau... benar-benar mengikutiku ke sini..."

Namjoon mendesah pelan, "Tentu saja. Memangnya kau pikir, apa lagi yang akan kulakukan?" Dia menarik Seokjin ke dalam pelukannya. Mendekapnya erat, dan mencium puncak kepalanya.


To Be Continue

28/7/2022

Continue Reading

You'll Also Like

142K 14.3K 54
gatau 🗿 nikmati saja.
19.9K 2.8K 34
Kisah seorang gadis yang menjadi pemuda karena ibunya, dengan sederetan rahasia keluarga dan masalah yang ia lalui di sekolahnya. ...
98K 382 4
collection of short stories
41.7K 7K 27
cerita suka-suka yang penting cerita wkwk