Rajendra

By arcenan

5.3M 170K 8.5K

Tentang dua insan yang bersatu dengan hubungan pernikahan. Di umurnya yang masih labil, keduanya selalu berus... More

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15. Rajendra's friend
16.
17.
18.
19.
20.
22.
23
24.
25.
26.
27.
28.
29
30.
31.

21.

85.8K 4.8K 606
By arcenan

Let's start!

Setelah selesai urusan di rumah sakit, Maureen pergi ke cafe yang cukup jauh dari rumahnya untuk merilekskan pikirannya.

Itu memang jauh dari area rumah sakit yang ia kunjungi, tapi selama itu bisa membuat hatinya puas ia tidak masalah sama sekali.

Maureen meminum milk shake yang ia pesan tadi.

Kepalanya pusing memikirkan cara berbicara pada Rajendra bahwa ia sedang mengandung anak laki-laki itu.

Sebenarnya itu terlihat mudah, namun Maureen gugup.

Gadis itu mengelus perutnya yang masih cukup rata, ia tidak menyangka bahwa bayi itu sudah hadir selama 2 bulan di perutnya.

Maureen sedikit memikirkan makanan apa yang ia makan bulan kemarin.

Apakah itu menyakiti bayinya?

Tapi jika di pikir-pikir lagi, Maureen bukanlah tipe orang yang makan sembarangan.

Maureen mengehela nafas, kepalanya benar-benar sakit memikirkan bagaimana kelanjutan dari semuanya.

Ia mengedarkan pandangannya melihat ke sekeliling, masih sangat asri.

Maureen menghirup nafas dengan rakus sambil menutup matanya.

Gadis itu memutuskan untuk berhenti memikirkan hal-hal yang muncul di kepalanya agar merasa tenang.

Tak kerasa ia sudah menghabiskan waktu hampir 2 jam di tempat ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 lebih 15, tandanya 1 jam lagi Rajendra pulang.

Dengan cepat Maureen membereskan barang-barang yang sempat ia keluarkan.

Kemudian ia pergi ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang ia pesan.

Setelah selesai, Maureen duduk di luar menunggu taxi yang lewat.

30 Menit lagi waktu akan menunjukkan pukul 3, dan ia baru mendapatkan taxi setelah menunggu hampir 15 menit.

Perjalanan dari tempat itu ke rumahnya membutuhkan waktu 35 Menit.

Bayangkan saja berapa tarifnya.

***

"Nanti malem kita nongkrong," Ucap Elang mengawali percakapan.

"Liat situasi di rumah dulu, takutnya waktu pulang nanti baju gue udah di depan pintu" Jawab Raegan.

"Lebay lo, tinggal check in hotel." Kata Rayan dengan nada mengejek.

"Lebay-lebay, pala lo sini gue genjreng sampe mampus!" Dengus Raegan.

Rayan meletakkan lidahnya kearah Raegan.

Dengan emosi yang sudah meningkat, ia mengangkat tangannya berancang-ancang untuk memukul Rayan.

Namun laki-laki itu sudah berlari terlebih dulu, Raegan yang melihat itu langsung ikut berlari meninggalkan Elang dan Rajendra.

"Tu berdua napa gak bisa akur dah," Ucap Elang.

"Emangnya apa yang lo harapin dari mereka? kedamaian? yang satu emosian yang satu lagi mancing emosi, gimana bisa." Jawab Rajendra dengan penjang.

Elang terkekeh mengingat bagaimana saat mereka bertemu dulu, saat perkenalan saja mereka menggunakan nada yang tinggi.

Tidak ada malu sama sekali.

Keduanya berjalan sambil mengobrol ringan, hingga tak terasa mereka sudah sampai parkiran.

Motor Rayan dan mobil Raegan sudah tidak ada, artinya keduanya sudah pulang terlebih dahulu.

Rajendra menepuk 2 kali bahu Elang, setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobilnya.

Tadi pagi sangat dingin, makanya ia memutuskan untuk memakai mobil.

Ia berkendara dengan kecepatan dengan sedikit cepat, ia ingin melihat keadaan istrinya yang sedang sakit.

Dan untungnya jalanan tidak macet, jadi tidak memperlambat waktu.

Hanya membutuhkan waktu 17 Menit untuk sampai di rumah.

Ia memarkirkan mobilnya di samping mobil istrinya, kemudian saat hendak membuka pintu.

Ternyata pintunya di kunci, itu artinya Maureen tidak ada di rumah.

Rajendra berdecak pelan, untung saja ia membawa kunci cadangan.

Setelah pintu terbuka, buru-buru ia masuk ke dalam.

"Maureen!" Panggil Rajendra, namun tidak ada sahutan sama sekali.

"MAUREEN!" Panggil laki-laki itu lagi namun dengan nada yang lebih tinggi.

Merasa tidak ada jawaban sama sekali, Rajendra masuk ke dalam kamar.

Kasurnya sudah rapi dan dingin, artinya Maureen sudah pergi cukup lama.

Rajendra tidak ingin memusingkan dirinya sendiri, laki-laki itu memutuskan untuk mandi menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket.

***

Maureen melirik jam tangannya, ini sudah lebih dari waktu Rajendra pulang sekolah.

Gadis itu tidak terlalu resah, karena jalan ini sudah dekat dengan komplek perumahannya.

Ia turun di depan komplek karena disitu ada peraturan orang asing tidak bisa masuk, tingkat keamanan sangat tinggi disini.

Maureen berjalan menuju rumahnya yang berada di block b nomor 3.

Untungnya tidak terlalu jauh, jadi ia tidak terlalu lelah juga.

Ia berjalan dengan tenang, disini tidak banyak anak-anak.

Jadi tidak terlalu berisik.

Tak terasa ia sudah sampai di rumahnya, mobil Rajendra sudah terparkir cantik di samping mobilnya.

Dengan perasaan yang mencoba tenang, ia membuka gerbang rumahnya.

Kemudian saat ia membuka pintu, ia dapat melihat Rajendra sedang fokus menonton film di televisi.

"Dari mana?" Tanya Rajendra saat melihat Maureen yang menghampirinya.

"Badan gue makin lemes kalo di tidurin, makanya gue jalan-jalan." Jawab Maureen tanpa gugup sama sekali.

"Jalan-jalan? belanjaan nya mana?" Tanya Rajendra lagi.

"Bukan ke mall, cuman ke cafe tapi jaraknya jauh dari sini."

Rajendra menganggukkan kepalanya.

Maureen memperhatikan Rajendra dari atas sampai bawah.

Laki-laki itu memiliki warna kulit yang cerah, otot yang indah, urat tangannya menjol dan suaminya juga memiliki wajah yang tampan, mata yang tajam.

Maureen tidak menyangka memiliki suaminya akan seindah itu.

Rajendra yang merasa di perhatikan pun menoleh.

"Kenapa?" Tanya Rajendra, membuat Maureen langsung menoleh kearahnya.

"Badan lo bagus, kekar." Jawab Maureen tanpa keraguan sama sekali.

"Gue olahraga," Ucap Rajendra sambil menganggukkan kepalanya.

"Gue boleh pegang gak?" Izin Maureen membuat Rajendra yang mulai fokus pada televisi kembali menoleh.

"Tumben?"

"Gak boleh emang?"

"Boleh," Jawab Rajendra kemudian menyodorkan lengannya kearah Maureen.

Namun bukan memegangnya, gadis itu malah memeluk lengan Rajendra.

Rajendra terkejut.

Namun dengan cepat ia kembali mengendalikan wajahnya.

Ia membiarkan Maureen memeluk lengannya sambil menonton film.

***

Maureen memandang Rajendra yang sudah bersiap pergi nongkrong dengan teman-temannya.

"Kenapa sih?" Tanya Rajendra, ia heran kenapa istrinya terus memperhatikannya.

Padahal ia tidak merasa tidak membuat masalah apapun.

"Lo mau kemana?" Tanya Maureen balik.

"Nongkrong bentar, lo jangan kemana-mana." Jawab Rajendra sambil mengambil jaket dari lemarinya.

Setelah selesai, ia membalikkan tubuhnya kearah Maureen.

Laki-laki itu mendekati istrinya untuk berpamitan.

"Gue pergi dulu, kalo ada apa-apa langsung telepon gue. oke?"

Maureen menganggukkan kepalanya.

Rajendra mengecup dahi Maureen, entah sejak kapan ia sering melakukan itu.

Tapi selama ia dan Maureen nyaman, itu tidak masalah.

Rajendra menjauhkan wajahnya dari dahi Maureen, kemudian berjalan keluar.

Namun baru satu langkah, Maureen sudah menarik tangannya.

"Kenapa?"

"Bayi juga pengen di sun ayahnya."

Finished.

Sorry kalo garing.

Continue Reading

You'll Also Like

703K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
636K 34.4K 75
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
467K 18.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 217K 66
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...