BRIANNA [Proses Revisi]

By saripahsaa

1.2M 138K 7.1K

Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Setelah terbuka... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 41

Chapter 40

11.5K 1.2K 237
By saripahsaa

***

Ceklek

"Sayang..." ucapannya terhenti saat ia melihat seorang gadis tengah duduk dengan tenang menatap sebuah kanvas didepannya dan tangannya yang kurus memegang kuas kecil. Dibawah sinar matahari yang menembus kedalam jendela, sosoknya begitu bersinar kontras dengan kulitnya yang begitu putih layaknya batu giok.

Liana terdiam sejenak, bahkan sedikit menahan nafas. Ia tau jika putrinya itu terlahir sangat cantik, namun beberapa kali melihatnya tetap saja Liana merasa terpesona. Ada rasa bangga juga cemas, bangga karena dirinya berhasil melahirkan seorang putri yang begitu cantik, cemas karena akan ada banyak pria yang berlomba-lomba untuk memenangkan hati putrinya itu.

Tersenyum lembut, Liana berjalan secara perlahan menuju anak gadisnya itu. "Sayang, sudah selesai melukisnya?"

Brianna yang tadinya sibuk sendiri kini menoleh "Mommy..." suaranya begitu halus dan lembut.

Liana berdiri dibelakangnya, memegang bahu putrinya dan melihat hasil karyanya "Cantik sekali!" pujinya. Entah itu memuji lukisannya ataupun orangnya.

Brianna tersenyum "Thank you Mom."

Liana mengusap rambutnya dengan sayang "Apa Mommy mengganggumu?"

Brianna dengan cepat menggeleng "Kebetulan lukisanku sudah selesai" balasnya dengan tersenyum.

Liana ikut tersenyum "Baiklah sekarang waktunya Mommy menghabiskan waktu denganmu kali ini." Liana membawa Brianna menuju kasur "Kemarilah!" Liana menepuk-nepuk pahanya menginstruksi untuk berbaring di pangkuannya, Brianna menurut dirinya merebahkan tubuhnya dengan kepala di atas pangkuan Mommy-nya.

"Bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Liana sambil mengelus rambut anak gadisnya dengan sayang. 

Brianna memejamkan matanya menikmati elusan lembut tersebut "Baik-baik saja Mom" jawabnya.

"Syukurlah. Lalu bagaimana dengan teman-teman barumu?"

Brianna mengangguk "Mereka juga cukup baik."

Liana tersenyum lega "Mereka berasal dari keluarga baik-baik kan?" tanya Liana memastikan. Bukan berarti ia melarang putrinya untuk berteman dengan siapapun hanya saja ia sedikit khawatir jika Brianna memilih teman dengan sembarangan dan bisa merugikan dirinya sendiri.

Brianna menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu. "Memangnya kenapa Mom?" ungkapnya heran.

Liana tersenyum lembut "Tidak apa-apa, Mommy hanya khawatir saja."

"Terlepas dari mereka berasal dari keluarga terhormat atau bukan, selama mereka memperlakukanmu dengan baik. Mommy tidak masalah kamu berteman dengan siapapun" lanjutnya sembari tangannya terus mengelus puncak kepala anak gadisnya itu. 

Brianna mendusel mencari kenyamanan "Iya Mom, aku mengerti" sahutnya dengan suara terpendam.

"Anak baik!" jawab Liana dengan senyum teduh.

Untuk sesaat keduanya terdiam menikmati keheningan yang diselingi kasih sayang diantara keduanya. Hampir saja Brianna menutup matanya karena mengantuk, tetapi seseorang dari luar mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok...

"Masuk!"

Ternyata seorang pelayan. Pelayan tersebut membungkuk hormat "Nyonya, Nona Muda."

"Nona Muda, seseorang sedang mencari anda dibawah."

Brianna dan Liana saling berpandangan dan mengerutkan keningnya "Siapa?" tanya keduanya serentak.

"Beliau berkata jika ia berasal dari keluarga Caldwell" jawab pelayanan itu dengan sopan.

Brianna mengerutkan keningnya "Apa itu Albern?"

"Saya tidak tahu nona, anda bisa melihatnya sendiri" jawab pelayanan tersebut dengan menunduk.

"Kau mengenalnya sayang?" tanya Liana.

Brianna mengangguk "Dia teman sekelas ku."

Liana mengerti "Baiklah, kita turun kebawah dan lihat ada apa."

"Kau bisa kembali" perintah Liana.

Pelayanan tersebut mengangguk sopan "Baik nyonya." Kemudian ia berbalik menghilang dari balik pintu.

"Ayo sayang!" ajaknya. Dan Brianna mengikutinya dari belakang.

***

Di ruang tamu yang terlihat besar dan megah terdapat tiga orang pria yang tengah duduk saling berhadapan dan menatap tajam satu sama lain. Hanya ada keheningan diantara ketiganya. Ditambah suasananya yang dingin mencekam mampu membuat orang-orang merasa tercekik seketika.

"Untuk apa kau disini?!" Malvin menyipitkan matanya tak suka.

Albern menaikan sudut bibirnya, ia tak menjawab malah sibuk menghisap nikotin yang ada ditangannya.

Malvin kesal karena tak ada jawaban sama sekali "Beginikah sikap seorang pewaris tunggal keluarga Caldwell itu!? Cih!" decih nya dengan sinis.

Albern menaikan salah satu alisnya "Ada masalah?"

Malvin mendengus dingin "Seperti biasa tidak ada aturan!"

Bukannya tersinggung Albern malah terkekeh pelan. Kemudian kembali menghisap nikotin yang tinggal sedikit lagi.

Malvin mengepalkan tangannya kesal "Ku beritahu sekali lagi Albern, untuk apa kau disini!?" tanya Malvin saat dirinya telah kehilangan kesabaran.

Sekali lagi hanya diam.

Amarah Malvin meledak seketika bahkan dirinya hampir menggebrakkan meja. Namun segera dihentikan olah Leon. Ia dengan dingin bertanya pada Albern "Kami bertanya baik-baik disini, untuk apa kau datang kemari?" ujar Leon dengan datar.

Akhirnya yang di tunggu-tunggu bersuara, Albern menyeringai seketika "Tentu saja untuk menculik putri kesayanganmu" jawab Albern dengan lancang.

Trashh!

Albern berhasil menghindar dengan baik saat sebuah belati tajam menghunus kearahnya. Namun sayangnya, bibirnya tergores sedikit. Bukannya menyekanya Albern malah membiarkan darahnya mengucur deras.

"OH ASTAGA MALVINNN!!!"

"Shit!" batin Leon dan Malvin.

Albern menaikan alisnya saat dirinya bersitatap dengan keturunan Carter beda generasi itu. Malvin dan Leon membalasnya dengan tatapan tajam "Sialan! Benar-benar rubah licik!" desis Malvin kesal.

"BENAR-BENAR KAU MALVIN!!"

"Mommy tidak pernah mengajarimu seperti itu!" Liana menjewer telinga kanan putranya itu, dan citra lemah lembut nan anggun itu lenyap seketika. "AWWHSS.... MOM PELAN-PELAN ASTAGAA!!" Malvin berteriak sambil meringis.

"TIDAK! BAGAIMANA BISA KAU SEPERTI ITU SAAT MENYAMBUT SEORANG TAMU MALVINNN!!" balas Liana sambil berteriak bahkan jewerannya pun semakin keras karena kesal dengan tingkah putranya itu.

"BUKAN SALAHKU MOM! BOCAH TENGIK ITU YANG KURANG AJAR!" Malvin meringis dengan wajah yang sudah memerah. Entah itu kesakitan atau malu karena dilihat oleh Albern.

"MALVINN! SEKARANG KAU BERANI BERTERIAK PADA MOMMY-MU INI HAH?!"

"Awwhs... Mom tapi kau ju—"

"APA HAH?! MASIH BERANI MENJAWAB!" Liana semakin keras menjewer telinga putranya itu.

Kemudian matanya beralih pada suaminya yang sedari tadi diam dan bersikap  pura-pura tidak tahu. Langsung saja Liana ikut menjewer telinga suaminya "SAYANG ASTAGA!!!" jerit Leon kesakitan.

"Kenapa hah?! Kau pun sama saja Leon!" Liana menjewer dengan keras anak dan suaminya itu. Brianna yang sedari tadi menyimak pun hanya bisa meringis.

"Sayang, kamu obati temanmu itu ya. Mommy akan mengurus mereka berdua" ucap Liana pada Brianna dengan lembut. Brianna hanya bisa mengangguk dengan kaku.

Malvin dan Leon berekspresi tidak setuju "Kenapa harus sweetie Mom?! Maid disini banyak biarkan dia memilih salah satu!" protes Malvin.

"Diam! Mommy tidak berbicara denganmu!" pelotot Liana. Nyali Malvin ciut seketika, dan Leon menendang kaki Malvin dan menatap tajam pada anaknya mengisyaratkan agar ia tetap diam. Malvin yang melihat itu kini cemberut dengan kesal.

"Sekarang kalian berdua ikut Mommy!" Liana dengan teganya menyeret keduanya dengan posisi masih menjewer telinga mereka satu persatu.

"MOMMM INII MENYAKITKAN YA TUHAN!!!"

"Sayang.... Tolong lepaskan aku tidak bersalah."

"Begini saja bagaimana jika kita belanja saja aku s—ssh aku akan menemanimu. Aku janji!!" ujar Leon sambil menahan sakit di telinganya.

Seakan tuli Liana tak menggubris perkataan keduanya, masih terus berjalan hingga akhirnya menghilang dari pandangan.

Brianna akhirnya menoleh, tatapannya bertemu dengan mata elang milik Albern. Segera Brianna memutuskan kontak matanya.

"Ikutlah denganku!" ucap Brianna dengan suara halus.

Albern dengan patuh mengikuti langkah kecil gadis di depannya. Ia mengepalkan tangannya berusaha untuk tidak memeluk tubuh mungil itu, dan meremukkan tubuhnya karena terlalu gemas. Albern membatin dengan terkekeh, pikirannya benar-benar liar.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Mereka sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga kemudian mereka telah sampai di depan pintu kamar Brianna. "Ayo masuk!" Brianna membuka pintu dan mempersilahkan Albern untuk segera masuk.

"Duduklah! Aku akan mengambil obatnya."

Albern menurut ia mendudukkan dirinya di sofa, matanya terus saja memperhatikan gerak-gerik Brianna secara intens. Hingga saat gadis itu mendekat kearahnya, Albern dengan cepat meraih pinggangnya dan menjatuhkan gadis itu di pangkuannya.

Alis Brianna mengerut "Al, turunkan aku!"

Albern mengangkat bahunya acuh. Dan Brianna hanya mendengus. Tak urung dirinya kini mulai mengobati luka Albern yang kini mulai mengering.

Keduanya sibuk masing-masing.  Brianna yang sibuk membersihkan luka Albern, dan Albern sibuk memperhatikan wajah cantik alami di depannya. Dengan pahatan wajahnya yang sempurna, dari mulai alis, mata, hidung dan yang terakhir bibir. Cukup lama Albern memperhatikan bibir tipis itu, jakunnya naik turun. Ia menjilati bibirnya yang terasa kering. Brianna yang melihat hal itu mengerutkan keningnya "Kenapa?"

Albern menggelengkan kepalanya "Lanjutkan" jawabnya datar.

Brianna tak peduli lagi. Ia melanjutkan pekerjaannya mengobati luka Albern. Tak lama setelah itu "Selesai" ucap Brianna.

Saat Brianna akan bangkit dari pangkuan Albern. Tiba-tiba tangan kekar pria itu mencengkram pinggangnya dengan erat "Al?! Lepas!" Brianna menatap tajam pria itu.

Bukannya menjawab Albern meraih dagu lancip Brianna ke-depan hingga tidak ada jarak di antara keduanya, bahkan hidung mereka saling bersentuhan. Mereka bersitatap satu sama lain. "Al, menyi—hmhpp..." Brianna seketika membatu.

Tangan Albern menarik pinggang Brianna agar lebih dekat dengannya dan mengelus pinggang rampingnya secara sensual. Mata Brianna semakin melotot, saat dirinya akan menarik diri Albern dengan segera mengunci pergerakannya, kedua tangannya pun di pegang oleh pria itu.

Brianna merapatkan bibirnya sengaja agar Albern tidak bisa menerobos masuk. Sayangnya, Albern tidak akan membiarkan hal itu terjadi ia menggigit bibir bawah Brianna dengan paksa "A-ahss..." ringis Brianna. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, lidah Albern menerobos masuk kedalam menjelajahi seluruh rongga mulut Brianna. Brianna hanya bisa pasrah matanya terpejam hingga  tak sadar jika dirinya ikut terhanyut dalam ciuman memabukkan tersebut.

Albern yang melihat itu pun tersenyum miring, ciumannya semakin intens dan ikut memejamkan matanya.

Entah sudah berapa lama mereka berciuman dan saling bertukar saliva tak ada yang berniat menghentikan diantara keduanya. Hingga akhirnya "E-eghh... A-alhh l-lephass..." Brianna berusaha berbicara ia hampir kehabisan nafas.

Albern yang paham dengan berat hati ia melepaskan ciumannya. Brianna merasa lega ia menjatuhkan kepalanya di pundak Albern meredakan nafasnya yang tidak beraturan.

Albern menaikan sudut bibirnya dan mengelus punggung Brianna dengan lembut "Mine!" bisiknya serak.

Brianna memukul dada bidang Albern dengan kesal "Dasar gila!"

Albern terkekeh "Yes. I'm." Kembali mengecup bibirnya dengan jahil.

"ALLL!!!!"

***

Halo semuanya!! Apa kabar? Semoga aja sehat-sehat semua yaa.

Oh iyaa aku mau minta maaf, maaf bngtt karna aku hiatus hampir 2 bulan dan ga bilang ke kalian🙏 bukan aku gamau lanjutin, cuma kemaren ada sedikit problem aku nya, makanya kadang pas aku mau bikin cerita suka ga fokus tiba-tiba, takutnya klo aku maksain ceritanya malah ngawur kemana-mana jdi sekali lagi maaf ya temen"🙏😭

Dan makasii buat kalian yang masih stay di cerita akuu pokonyaa luvvv bngt deh💗💗💗

Jan lupa buat komen sma vote nya yaa.

Babaiii.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 195K 41
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
1.3M 125K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
102K 8.5K 15
"Kalau aku mau putus, gimana?" "Sayang, lo tahu, kan, kalau gue nggak akan kabulin itu? Lo punya gue! Dan, lo nggak akan bisa kemana-mana dengan gela...
1.6M 128K 98
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...