Diary Hijrah, ANTAGONIS

By Inafiiiq

5.9K 847 372

"Dia istri saya gus, saya mohon carilah gadis lain selain dia. Saya tidak rela jika harus melepasnya," gumamn... More

DHA Prolog❤
DHA 01❤
DHA 02❤
DHA 03❤
DHA 04❤
DHA 05❤
DHA 06❤
DHA 07❤
DHA 08❤
DHA 09❤
DHA 10❤
DHA 11❤
DHA 12❤
DHA 13❤
DHA 14❤
DHA 15❤
DHA 16❤
DHA 17❤
DHA 18❤
DHA 19❤
DHA 21❤
DHA 22❤
DHA 23❤
DHA 24❤
DHA 25❤
DHA 26❤

DHA 20❤

171 24 9
By Inafiiiq

Wajah Angel tertekuk masam kala Abizar kembali memanggilnya ke Ndalem. Lagi dan lagi, Fira menceritakan keburukan yang tidak Angel lakukan, atau lebih tepatnya hanya sebuah bualan saja.

Tadi pagi, Fira mengatakan jika Angel tidak mengikuti solat dhuha berjamaah. Sehingga Abizar memanggilnya untuk membersihkan Ndalem. Angel ingin menolak saat itu, namun sayangnya ada Umma Fatimah yang membuat Angel jadi tidak enak untuk menolak dan memaki Abizar.

Angel heran, apa sebenarnya maksud Fira selalu menceritakan bualan-bualan untuknya pada Abizar. Padahal jika ingin menghukum, toh dirinya juga bisa karena dia juga memiliki wewenang untuk itu.

Angel duduk di ruang tamu ndalem dengan perasaan dongkol, baru saja hendak tidur siang untuk beristirahat, tiba-tiba ada panggilan dari Abizar. Setiap jam 11 siang para santri di perbolehkan untuk istirahat, tidak sedikit dari mereka mempergunakan waktu tersebut untuk tidur siang.

Abizar meneliti cara berpakaian Angel.
"Fungsi hijab yang lo pakai untuk apa?" Tanya Abizar ketika melihat kerudung yang Angel pakai di lilitkan di leher gadis itu.

Angel berdecak. "Ya buat nutupin aurat lah! Gitu aja nggak tau."

"Yakin lo udah benar nutup auratnya?" Tanya Abizar membuat Angel geram.

"Lo lihat sendiri lah! Lihat kan? Rambut gue aja udah nggak kelihatan."

"Tapi cara kamu mengenakan hijab belum sepenuhnya benar, hijab khakikatnya untuk menutupi tubuh bagian atas yang mampu menimbulkan syahwat bagi lawan jenis jika melihatnya." Ucapan seseorang membuat Angel dan Abizar mengalihkan pandangannya.

"Ustad Keenan?" Gumam Angel.

Keenan tersenyum, "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, berangkat kapan?"

Keenan tersenyum kepada gadis yang sudah sah menjadi istrinya sebelum menanggapi pertanyaan Abizar dan yang di senyumi hanya menatapnya malas. "Baru saja sampai, Abuya dan Umma ada?"

Abizar pun mengangguk. "Ada, mau sowan?"

Keenan pun mengangguk kemudian memasuki ruang tengah untuk sowan kepada sang murobbi ruhina.

Sowan adalah adat santri ketika akan pulang dan kembali ke pondok, biasanya mereka juga membawakan sesuatu ketika kembali ke pondok untuk Abuya dan Umma.

Setelah selesai sowan, Keenan pun menatap dua orang remaja lawan jenis yang tengah berada di taman anggrek milik Umma Fathimah. Meskipun Angel belum mengetahui jika Keenan adalah suami sah-nya, Keenan tetap merasa cemburu ketika melihat istrinya berduaan dengan lawan jenis, terlebih pria itu adalah Abizar.

"Ustad Keenan! Sini." Panggilan dari Abizar membuyarkan lamunannya. Keenan pun melangkahkan kakinya menuju dua orang tersebut.

"Dalem gus, ada apa?"

"Tolong, jagain Angel dulu ya. Saya mau ke ndalem dulu," jawab Abizar membuat Keenan mengangguk.

Setelah kepergian Abizar, Keenan pun duduk di kursi tempat Abizar duduk tadi. Hal tersebut membuat Angel menatapnya tajam.
"Sopan banget ya, duduk di atas kayak Raja. Ngebiarin gue tanam-tanam bunga sendiri, serasa jadi babu dadakan gue."

Keenan hanya tersenyum menanggapi, tidak lupa dengan kedua lesung pipi yang terlihat ketika dirinya tersenyum begitu manis.

"Dih! Ngapa lo senyum-senyum? Ganteng lo? Kagak!" Ketus Angel kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya mencampur pupuk dengan tanah sebelum memasukkan tanahnya ke dalam pot.

"Senyum itu sedekah, saya tidak sedang meminta untuk kamu puji," jawab Keenan.

"Gue bukan faqir miskin yang lagi minta sedekah ke lo, jadi berhenti senyum-senyum nggak jelas!"

Keenan pun mengangguk mengiyakan. "Kamu nggak capek dapat hukuman setiap hari dari gus Abizar?"

Bukannya menjawab pertanyaan Keenan, Angel malah membalikkan badannya agar wajahnya tidak menghadap ke arah Keenan. Keenan tidak tau jika dirinya kesal di tanyai seperti itu.

Keenan pun berdiri dari duduknya, kursi tersebut ia angkat dan ia pindah agar kembali menghadap Angel. Pria tersebut tersenyum ketika melihat wajah Angel terpapar sinar matahari. Pipi gadis itu menampakkan rona merah yang bersemu membuatnya terlihat semakin cantik. Meskipun gadis itu tetap memasang tampang jutek ketika Keenan memandangnya begitu lekat.

"Nggak usah modus lo! Gue tau gue cantik. Nggak usah gitu kalo lihatin gue, maksiat 'ain tau nggak!" Ketus Angel sembari menghapus peluh ya menetes pada pelipisnya.

Keenan tersenyum tipis, ada sedikit kemajuan pada Angel. Buktinya gadis tersebut sudah tau tentang maksiat 'ain atau yang lebih sering di sebut maksiat mata. Yap! Melihat lawan jenis yang bukan muhrim pun dapat menimbulkan maksiat 'ain, hal tersebut juga terhitung dosa. Namun, Keenan tidak peduli dengan itu. Toh, gadis di depannya memang sudah halal untuknya. Memandangnya pun sudah menjadi ladang pahala untuknya.
"Kata siapa maksiat 'ain?" Tanya Keenan berusaha menggoda istrinya itu.

"Lo sendiri ustad, masa gitu aja nggak tau!" Jawab Angel dengan nada yang masih sama seperti tadi.

"Tapi kalau untuk saya memandang kamu itu tidak menjadi maksiat ataupun dosa, malah menjadi ladang pahala." Jawaban Keenan mengalihkan pandangan Angel. Gadis itu memandang ke arahnya sembari berdecih.

"Lo ternyata buaya darat."

"Saya mengatakan kenyataan."

"Siyi mingitikin kinyitiin," ujar Angel menirukan Keenan. Membuat pria berumur 23 tahun tersebut mendekat ke arahnya.

"Jangan menirukan ucapan seseorang dengan maksud meledek, Rumaisha."

"Bodoamat! Mulut-mulut gue kok lo yang repot," ketusnya.

Suasana menjadi hening, Angel berdeham sembari memasukkan tanaman Anggrek pada pot yang sudah di isi setengah tanah olehnya. Kemudian Angel mengingat sesuatu, pertanyaan yang sudah lama ia lupa. Angel bukanlah tipikal cewek yang sok pemalu pada siapapun, jadi, meskipun dirinya sedari tadi sudah memaki Keenan buaya darat, gadis itu akan tetap bertanya pada Keenan.
"Gue mau tanya sesuatu boleh?" Tanya Angel membuat fokus Keenan teralihkan.

"Jika saya tau dan bisa mnejawabnya, akan saya jawab. Jika saya tidak tau, tidak apa ya?" Angel pun mengangguk.

"Kenapa setiap solat gue nggak pernah bisa fokus dan khusyu'? Apakah ada kunci agar kita bisa khusyu' dalam solat?" Tanya Angel membuat Keenan tersenyum.

"Menurut Imam Ghazali, ada 6 kunci agar kita khusyu' dalam solat."

"Iya? Apa aja?" Angel menyudahi aktifitasnya terlebih dulu, ia mencoba mendengarkan penjelasan Keenan dengan baik-baik.

"Yang pertama, Hudhur Al-Qalbi; yang artinya menghadirkan hati sepenuhnya untuk shalat, mengabaikan segala hal yang tidak ada kaitannya dengan shalat."

"Pantesan gue nggak khusyu', pikiran gue aja kemana-mana. Ya mikirin jemuran takutnya tiba-tiba hujan, mikirin makanan, mikirin tiduran. Dasar pikiran gue aja yang terlalu gue bikin ruwet," gumam Angel yang masih terdengar oleh Keenan. Keenan tersenyum tipis, kemudian kembali melanjutkan penjelasannya tadi.

"Yang ke dua, At-Tafahhum; memahami bacaan dan gerakan shalat. Yang ke Tiga, At-Ta'dziem; merasakan kebesaran Allah, merasa diri terlalu kerdil di hadapan Allah SWT."

"Yang ke Empat, Al-Haibah; merasa takjub akan keagungan Allah dan takut terhadap siksa-Nya. Yang ke Lima, Ar-Raja'; berharap shalat di terima dan di beri pahala oleh Allah. Dan yang ke Enam,  Al-Haya'; merasa malu atas dosa."

"Ya Allah, gue yang banyak dosa gini kenapa nggak pernah ngerasa malu? Astaghfirullahal'adzim, maafin Angel Ya Allah," gumam Angel sembari menunduk.

"Rasa menyesal saja tidak akan cukup jika kita tidak mau memperbaiki diri kita sendiri, jangan sampai dosa menutup mata hati kita untuk beribadah kepada Allah SWT," ujar Keenan membuat Angel mengangguk.

"Assalamu'alaikum," salam Abizar membuat keduanya menoleh.

"Waalaikumussalam gus," jawab keduanya serempak.

"Sudah gus?" Tanya Keenan membuat Abizar mengangguk. Saat Keenan hendak berdiri dari duduknya, Abizar dengan cepat menyuruhnya untuk duduk kembali.

"Nanti dulu, jadi begini ... jika Angel privat setoran hafalannya ke saya bagaimana?" Tanya Abizar membuat Keenan terdiam. Terlebih Angel, gadis itu berusaha menelan saliva nya dengan susah.

Keenan menatap Angel dengan tersenyum tipis, ia tidak rela istrinya berduaan dengan gus Abizar meskipun hanya sekedar privat setoran. Namun, membantah pun rasanya tidak mungkin, karena yang memintanya adalah seorang Abizar Ali Abrisam, putra pertama dari Kyai Abdullah.

Keenan pun berganti menatap Abizar sembari tersenyum paksa. "Iya gus, ndak popo kalau itu mau gus."

Abizar pun mengangguk, beda halnya dengan Angel yang sudah menggeleng. "Gue sama ustad Keenan aja gimana?"

Abizar menggeleng pelan. "Sama gue aja, nggak usah ngerepotin ustad Keenan. Lo udah sering ngerepotin dia kan?"

"Kalau sama lo, itu berarti gue udah ngerepotin lo. Lo itu orangnya peritungan, nanti lo minta ambalan kan nggak lucu." Angel berdiri dari duduknya ketika dirinya selesai dengan tanaman-tanaman anggrek milik Umma Fathimah.

الله اكبر الله اكبر

"Udah adzan Dzuhur, saya izin ke masjid duluan gus. Assalamu'alaikum," pamit Keenan kemudian melenggang pergi, meninggalkan istrinya berdebat dengan gus sahabatnya sendiri.

Keenan sebenarnya tidak benar-benar pergi, pria itu hanya mengamati interaksi keduanya dari jarak jauh. Egois kah jika Keenan cemburu? Keenan rasa tidak, siapapun akan bersikap seperti itu pada seseorang yang sangat di cintainya.

Keenan menunduk. "Dia istri saya gus, saya mohon carilah gadis lain selain dia. Saya tidak rela jika harus melepasnya," gumamnya kemudian benar-benar melangkahkan kakinya dan menjauh dari dua orang tersebut.

🌼🌼🌼

Angel menatap buku yang ia pegang dengan perasaan kesal. Sudah beberapa kali dirinya mencoba menulis absahan (makna pada kitab) namun tidak juga bisa. Percobaan pertama tulisannya terlalu besar dan tidak berbentuk. Percobaan ke dua, masih tetap sama, hanya sudah sedikit kecil. Percobaan ke tiga rupanya lebih baik, namun tulisannya terlalu menjurus kebawah. Percobaan ke empat masih terlalu menyerong. Percobaan kelima ia mencoret-coret dan merobek lembaran buku tersebut karena lagi-lagi gagal.

"Mbak Angel kenapa murung gitu?" Tanya Risa sembari memakan roti di tangannya. "Makan mbak?"

Angel menggeleng. "Gue pengin pulang. Gue nggak bisa nulis ginian kayak kalian."

Risa menatap buku Angel, kemudian tersenyum. "Mbak coba belajarnya nulis huruf hijaiyah aja dulu. Kalau sudah ada perubahan coba buat huruf hijaiyah yang gandengan."

"Lama banget, males."

"Kan semua itu butuh proses, nggak papa. Nanti kalau setiap waktu istirahat setelah syawir, kita belajar ya?" Tawar Risa membuat Angel menopang dagunya sembari berpikir.

"Tapi gue ngantuk. Enakkan juga buat tidur."

"Terlalu banyak tidur itu nggak baik mbak."

"Terserah gue lah, hidup-hidup gue kok lo yang repot?" Ketusnya membuat Risa tersenyum.

"Yaudah mbak maunya kapan belajarnya?"

Angel mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada dagu. "Jum'at aja deh, masalah tambalan kitab mah nanti gue ngebut kalau udah bisa."

Risa pun mengangguk. "Tapi mbaknya nggak papa nembel banyak banget nanti?"

Angel hanya mengangguk sekilas.

"Ya sudah, Risa mau ke kantin dulu beli bakso pilus. Mbak mau titip nggak?" Tawar Risa membuat Angel mengangguk.

"Tiga ribu aja, jangan pakai sambal ya." Angel pun mengeluarkan uang 2000 an 2 lembar dari sakunya. "Yang Seribu es rasa kelapa muda aja Ris."

Risa pun mengangguk kemudian melangkahkan kakinya menuju kantin yang berada di lantai bawah. Biasanya, kegiatan Ba'da solat Ashar di isi dengan kajian kitab Fathul Qarib atau kitab Ta'limul muta'alim. Namun karena Abuya Abdullah sedang pergi, kegiatan mengaji pun di liburkan.

"Mbak Angel ada yang nyariin mbak di bawah," ujar salah satu temannya membuat Angel tersenyum. Ia baru ingat jika hari ini adalah hari ke 14 dirinya berada di pondok pesantren. Dengan cepat ia pun berlari menuju ruangan khusus untuk para santri sambangan (Di jenguk kedua orangtua).

Setelah sampai di ruangan tersebut, Angel pun menyalimi kedua orangtuanya dengan air mata yang masih setia mengaburkan penglihatannya. Kemudian memeluk uminya rindu.
"Umiii ... Angel pengin pulang," rengeknya membuat sang umi mengelus kepalanya yang tertutup kerudung.

"Sabar Ngel, masa putri umi yang biasanya ketus jadi ngrengek, kan nggak lucu."

Angel melepaskan pelukannya dengan sang umi. "Ihhh umi mah! Ngeselin!"

Abi Rahman tersenyum menatap putri semata wayangnya. "Belajar yang pinter Ngel, biar jadi istri solehah."

Angel menatap abinya tajam. "Angel belum nikah! Jangan ngomong istri-istri. Lagian Angel nanti bakal jadi perempuan baik. Lihat aja."

Kedua orangtua Angel pun saling pandang kemudian terkekeh.

Umi Jannah membuka tasnya kemudian mengeluarkan kotak cincin di hadapan Angel. Kemudian umi Jannah menyodorkan kotak tersebut pada Angel.
"Pakai ya Ngel."

"Apa umi?" Tanya Angel masih belum mencerna keadaan.

"Buka saja jika kamu penasaran," suruh abi Rahman.

Tidak banyak bertanya lagi, Angel pun segera membuka kotak berwarna merah di depannya. Ia menatap cincin tersebut dengan tatapan berbinar.
"Ini buat Angel?"

Kedua orangtua Angel pun mengangguk, membuat Angel dengan semangat memakaikan cincin tersebut ke jari manis tangan kirinya. Cincin tersebut terlihat sangat elegan dan indah.
"Aaaa ini sih Angel suka banget. Makasih abi umi," ujarnya seraya terus memandang cincin tersebut.

"Jaga cincin itu baik-baik, jangan di lepas saat apapun itu, ya?"

"Iya umi, insyaallah Angel janji."






Kalian shiper siapa?

Keenan & Angel?

Abizar & Angel?

Next nggak?


Continue Reading

You'll Also Like

396K 30.9K 41
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
2.1M 96.3K 69
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
196K 4.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
908K 83.4K 31
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...