Apa kabar?
Gimana hari kalian? Menyenangkan, biasa aja atau penuh kesedihan?
Jangan lupa bahagia ❤
Happy Reading
...
Namanya Maura Aretta, umurnya baru menginjak ke-19 tahun. Kata orang, dia itu judes, pendiem, cuek, alim, dan sopan. Padahal ia bukan judes atau cuek, ia hanya tidak pandai untuk bergaul saja.
Dia mempunyai tiga saudara, diantaranya dua kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Empat bersaudara, dan Maura anak ketiga perempuan satu-satunya. Dia juga mempunyai seorang ibu yang baik, tidak terlalu kasar, namun disewaktu-waktu bisa berubah menjadi ibu yang menyeramkan. Ayah, Maura memiliki watak yang kasar, dingin, dan tidak berperikemanusiaan. Itulah sikap nya selama ini
Ayah Maura, hanya seorang pekerja sebagai pedagang kaki lima. Ibunya, ia hanya seorang ibu rumah tangga yang terkadang bekerja membuka warung kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Hidupnya terbilang sangat sederhana. Tidak tercukupi, namun hanya pas-pasan untuk kebutuhan sehari hari. Ibu Rani, mempunyai penyakit lambung yang sering kambuh disewaktu-waktu. Tetapi kata dokter, ia juga menderita penyakit ginjal.
Ah ntahlah, membayangkannya membuat dada Maura terasa sesak. Tidak tau itu adalah benar atau bohong. Maura hanya berharap, ibunya selalu disehatkan dan juga diberikan umur yang panjang.
Ayah Maura, dia seorang tempramen. Kata orang, dia selalu menyiksa Ibunya waktu Maura masih kecil. Sekarang, tidak tau itu masih berlanjut atau tidak, namun ibu pernah bercerita. Bahwa, ayah masih sering bertidak kasar terhadap ibu. Disaat semua orang tengah terlelap tidur. Ntah itu menjambak rambutnya, ataupun memukul dan menendang.
Maura tidak terlalu mengerti perihal rumah tangga. Namun, Maura sering mendapati ibunya menangis diam-diam. Ntah apa masalahnya, Maura tidak terlalu mengerti. Ibu hanya diberi nafkah tidak lebih dari 30ribu oleh suaminya terkadang juga tidak memberi.
Dan itu, suaminya jatah untuk tiga hari mendatang. Maura tidak tau seberapa banyak penghasilan dari seorang buruh pedagang kaki lima. Namun, apakah itu wajar? Padahal kemarin Maura melihat, ayah habis membeli ponsel baru.
Mungkin sebab itu, ibu Maura ingin membuka usaha warung kecil-kecilan. Kedua kakaknya sudah menikah. Kakak pertamanya yang bernama Celo sudah dikaruniai dua orang anak, laki-laki dan perempuan.
Laki-laki berumur 8 tahun dan yang perempuan baru satu tahun setengah. Dan kakak keduanya yang bernama Dion baru mempunyai satu anak, yang kini masih batita, umurnya baru menginjak 6 bulan.
Sedangkan adik Maura yang bernama Sean, dia masih menempuh pendidikan SMP-nya. Maura sendiri tidak sekolah, setelah lulus SMP . Ayahnya, tidak melarangnya, untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan dalih tidak mempunyai biaya.
Saat itu juga hati Maura sangat hancur, selama kurang lebih 3 bulan ia sangat down. Setiap malam selalu menangis, mungkin terkesan lebay. Tetapi, ini rasanya sangat-sangat sakit. Berat badannya sampai turun banyak, padahal dirinya tidak sedang berolahraga.
Maura tidak terlalu dekat dengan saudara-saudaranya. Ia tidak tau kenapa dirinya seperti itu, tetapi terlalu malas hanya untuk saling bertegur sapa. Maura pun tidak akrab dengan ayahnya, tidak seperti anak perempuan lain. Sangat miris , tapi ini mungkin sudah menjadi garis takdir hidupnya. Hanya berbicara ketika ditanya, selebihnya Maura memilih bungkam.
Terlalu sakit hati dengan perbuatan-perbuatannya. Maura masih sangat ingat, mungkin waktu itu dirinya masih berumur 6 tahun. Malam hari itu Maura menangis keras, ntah apa penyebabnha Maura sendiri tidak terlalu mengingatnya.
Maura menangis cukup keras dan tidak bisa berhenti. Apa yang dilakukan seorang ayah bila anak perempuannya tengah menangis? Dipeluk? Dicium? Atau dibujuk? Tidak.
Ayah Maura berbeda dengan Seorang Ayah pada umumnya, Ayah malah membekap mulut Maura dengan sarung kain, lalu menyeretnya keluar dari dalam kamar. Lantas mengancam jika ia tidak berhenti menangis, maka ayahnya akan melempar Maura kepohon salak yang berada didepan rumahnya. Kejam bukan? Apa pantas seorang ayah memperlakukan anak perempuan, terlebih anak darah dagingnya sendiri seperti itu?
Oh ya, Maura juga pernah mau dibunuh olehnya hanya karna ia sedang sakit dan tidak menurut akan perintahnya. Padahal disana ada adiknya juga, kenapa tidak meminta tolong kepadanya saja? Beruntung Maura selamat karna kakak keduanya dengan sigap memeluk dan menyembunyikan Maura dari amukan iblis itu. Dan, Maura juga pernah ditendang dan ditampar hanya karna fitnah bualan dari teman-teman biadabnya. Ah, tidak-tidak dia bukan teman.
Ntah apa yang terjadi dengan psikis Maura saat ini. Tetapi tidak ada yang aneh kok. Masih sering tertawa meskipun itu pura-pura.
Kurang lebih satu bulan, ayah Maura tidak bekerja. Ya, itulah dia. Sehari dua hari bekerja, berminggu-minggu tidak bekerja, hanya makan, tidur, dan berongkang angking dirumah. Terlebih saat ini ibuku kembali sakit. Tidak ada persediaan makanan dan kebutuhan-kebutuhan lain.
Mungkin untuk saat ini, Maura harus berpuasa. Atau hanya minum saja bila tidak kuat. Minum, sampai kembung. Tidak ada gunanya juga berharap pada kedua kakak kakaknya itu. Toh, mereka sama-sama tidak bekerja.
Maura sering tidak habis pikir, mereka itu laki-laki. Aku saja yang perempuan sangat ingin bekerja, namun ibunya belum memperbolehkannya. Terlalu berbahaya dizaman sekarang ini, pelecehan dan pemerkosaan sudah seperti hal yang biasa. Ck, seperti tidak di didik saja orang-orang itu.
Ingin hidup serba ada, tapi tak kunjung bekerja, aneh. Emang ada yang kaya instan? Emang mie gelas, tinggal diseduh sudah jadi.
Maura geleng-geleng sendiri memikirkannya.
" Woy, Ra! " Maura tersentak dari lamunan panjang kala seorang gadis lebih tua darinya, menepuk punggungnya cukup keras. Membuat bakul keranjang berisi kangkung hampir saja terjatuh dari pangkuan Maura.
" Ihh biasa aja kali. Sakit nih, " ucap Maura meringis. Dia Tiara, sahabat sekampungnya, orangnya sangat percaya diri sekali , meskipun begitu tetapi Tiara sangat baik, cantik dan juga ramah.
" Lagian, dari tadi dipanggilin ga nyaut-nyaut. Mana malah geleng-geleng kepala lagi. Otak kamu geser, ya? " timpalnya dengan raut muka nyeselin.
Maura menatapnya sinis, " Ada apa, manggil? "
" Hehe. Ya maaf, Ra. Jangan gitu dong, " ujar Tiara cemberut.
" Hm, ada apa? " jawab Maura .
" Um ... , main yuk? Bosen nih dirumah terus. " ucapnya dengan raut wajah memelas.
" Kamu nggak ngeliat aku lagi potongin kangkung? Aku mau masak, Tia. Lagian udah sore, nanti aku dimarahin. " Sahut Maura sembari mempercepat potongin daun kangkung.
"Bentar aja, Ra. Yuk ikut, disana ada Niva sama yang lainnya. " Maura tetap menggelengkan kepala. Membuat wajah Tiara semakin lusuh.
"Hum, yasudah. Aku pulang ya, Ra. " Tiara pun mengalah dengan tidak mendesak Maura untuk ikut bersamanya.
"Maaf ya, Tia. Lain kali aku ikut. " ucap Maura tersenyum manis. Tia mengangguk antusias.
"Dadah ... Maura, assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam. "
Setelah kepergian Tiara, dengan segera Maura memasak daun kangkung yang sudah ia potong. Segera ia mencari bahan-bahan untuk menumisnya. Setelah selesai Maura membereskan dapur dan mencuci peralatan dapur yang barusan ia pakai.
TBC
.
..
Mohon maaf ya kalo masih banyak kekurangan.
Masih belajar soalnya, hehe.
Yang mau nyemangatin disini! ❤
Jangan lupa vote dan komennya ya.
Terimakasih👋 ❤