Meet Me in The Library | Choi...

By deyannim

9.2K 2.3K 387

Kita memang ditakdirkan untuk bertemu oleh semesta, tapi bagaimana jika kita tidak ditakdirkan untuk bersama... More

1 : Day One
2 : 101
3 : The Most Wanted
4 : Question Mark
5 : Special Guest
6 : Welcome, Summer!
7 : Sweet Summer
8 : Behind The Name
9 : Warm Summer
10 : Back To Basic
11 : Hopeless
12 : Explanation
14 : The Third Person
15 : Burning Ice
16 : Our Bloom

13 : Us

253 74 5
By deyannim

Canggung.

Satu kata yang kini mendeskripsikan diri Eunjae setelah ia menerima permintaan maaf Soobin beberapa hari yang lalu.

Pasalnya, hari itu ia seperti ditampar karena terlalu menganggap serius hubungan yang sebenarnya tidak memiliki status itu. Ditambah lagi Soobin tiba-tiba bersikap berani dan itu membuat Eunjae ingin berteriak.

Setelah mengembuskan napas kasar untuk kesekian kalinya, Eunjae kini menatap buku latihan ujian yang berada di atas meja. Akhir-akhir ini dia sadar betul kalau fokusnya menjadi terganggu karena masalah yang ia alami dengan Soobin, tapi setelah masalahnya selesai pun Eunjae masih saja kehilangan fokusnya.

"Apa jatuh cinta memang segila ini? Bagaimana kalau aku gagal masuk universitas?" tanyanya pada diri sendiri.

Eunjae kemudian menyimpan pensil yang sedari tadi ia pegang. Dengan lesu ia membanting tubuhnya ke atas kasur.

"Aku rindu Soobin."

PLAK

Eunjae menepuk keras pipinya sendiri sebelum akhirnya mengaduh dan merengek seperti orang gila.

Fokus fokus fokus!!

drrttt drrttt

From : Binbin Soobinie

Eunjae, besok mau belajar bersama di perpus?

--

Setelah dua bulan belajar di perpus dengan keadaan damai, kini perpustakaan lagi-lagi menjadi tempat yang sedikit ramai manusia. Alasannya? Tentu saja karena si objek kesukaan para pengunjung telah kembali.

"Aku tidak mengerti bagaimana bisa kau belajar setiap hari di perpus dengan banyak pasang mata yang memperhatikanmu."

Soobin tersenyum tipis, "Anggap saja teman sekelas."

"Kalau aku?" tanya Eunjae membuat Soobin berpikir sebentar. Kemudian menyahuti, "Kalau kau, teman sebangku."

Eunjae terkekeh mendengar jawaban Soobin. Semakin ia mengenal Soobin, ternyata semakin ia tahu kalau lelaki itu juga memiliki selera humor.

"Kau belajar apa?"

"Aku mau mempersiapkan ujian paket untuk dapat ijazah SMA."

"Kapan ujiannya?"

"Kalau tidak salah dekat dengan waktu ujianmu."

Eunjae mengangguk. "Setelah dapat ijazah, apa yang mau kau lakukan?"

"Aku mau menabung dan mendapatkan perkerjaan yang gajinya sedikit lebih tinggi. Kau sendiri bagaimana? Jadi kuliah di Australia?"

Eunjae menyengir kaku mendengar pertanyaan Soobin. Maksudnya ... Eunjae sendiri juga tidak yakin apakah dia bisa menggapai mimpinya itu atau tidak. Lagi pula sekelas New South Wales ... pasti tidak mudah kan?

"Kau pasti bisa Shin Eunjae. Kau harus percaya diri," ujar Soobin seperti bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran Eunjae.

Setelah selesai belajar di perpustakaan, keduanya mampir sebentar ke mini market untuk makan ramyeon dan minum sekaleng soda. Walaupun udara terasa dingin, tapi mereka sama-sama ingin berlama-lama di sana.

"Jadi, selama dua bulan kemarin kau di mana?"

Soobin merapatkan jaketnya sembari tersenyum tipis. "Aku ke Busan."

"Busan? Wah ... pasti seru ya?"

"Lumayan."

"Apa tidak begitu seru?"

"Iya, aku terus memikirkan Sooji karena dia di rumah sendirian. Aku takut dia sakit."

"Aku benar-benar marah padamu. Coba kalau kau bilang kau pergi dua bulan ke Busan, aku pasti akan sering main ke rumahmu dan menjaga Sooji. Kau ini sesekali harus bisa mengandalkan sekitarmu, Choi Soobin. Jangan terus menerus menanggung semua hal sendirian."

Eunjae mendengus sebal, sedangkan Soobin kini hanya bisa tersenyum. Benar apa kata Eunjae, kali ini Soobin tidak sendirian lagi. Soobin akhirnya punya teman yang baik seperti Eunjae. Gadis itu benar-benar peduli padanya.

"Dengar, Soobin. Mulai sekarang, lakukan saja apa yang mau kau lakukan. Bermimpilah setinggi mungkin. Sooji juga sudah cukup besar untuk menjaga dirinya sendiri. Kalau kau sibuk memperhatikan orang lain tanpa memperhatikan dirimu sendiri, kau mungkin akan menyesal di kemudian hari."

"Benar."

"Kau memang hebat karena selalu memprioritaskan orang lain, tapi terkadang kau juga perlu egois dan mendahului dirimu sendiri. Kau mengerti maksudku?"

Bukannya menjawab, Soobin malah mengulurkan tangannya dan mengusak pelan rambut Eunjae sampai sedikit berantakan. Sementara gadis itu mengoceh, Soobin justru melebarkan senyumnya.

"Terima kasih, Shin Eunjae."

Eunjae menatap tajam ke arah Soobin yang masih setia memberikan senyum manisnya. Lelaki itu sepertinya sudah melalui banyak hal sampai-sampai bisa mengesampingkan dirinya sendiri demi orang lain. Dia aneh, tapi sangat hebat.

"Soobin-ah,"

"Ya?"

"Kalau ...."

"Kalau?"

"Kalau aku berhasil masuk universitas di Australia, aku harus bagaimana?"

Soobing mengernyit, "Maksudmu? Bukankah bagus kalau kau bisa masuk? Kau hanya perlu beradaptasi dengan cepat dan belajar dengan giat di sana."

"Bukan itu. Maksudku, bagaimana aku bisa meninggalkanmu?"

"Eh?" Soobin melebarkan matanya bingung. Sementara Eunjae justru menghela napasnya dengan kasar.

"Pasti sulit sekali rasanya tidak bertemu denganmu. Apalagi banyak sekali gadis yang menyukaimu di sini. Kalau kau diambil orang lain saat aku sedang di negara tetangga bagaimana? Choi Soobin, kau tahu kan aku ini sangat menyukaimu?"

Canggung apanya? Toh Eunjae masih segamblang biasanya.

Soobin terkekeh pelan mendengar kekhawatiran Eunjae yang sebenarnya tidak perlu gadis itu khawatirkan. Padahal Eunjae tahu sekali kalau Soobin ini tidak pandai bersosialisasi, bagaimana bisa ia diambil orang lain?

"Eunjae, fokus pada dirimu sendiri. Setidaknya untuk saat ini kau harus fokus pada tujuanmu dulu. Setelah itu, baru kau memikirkan hal yang lain."

"Itu kan omelanku padamu tadi! Tapi aku serius. Kau tahu kan aku sangat menyukaimu?"

Aku juga menyukaimu.

Sangat sederhana namun tidak bisa Soobin ucapkan. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan Eunjae tadi. Entah apa yang menahan Soobin, tapi untuk saat ini ... hubungannya dan Eunjae sudah lebih dari cukup.

"Iya, aku tahu."

"Kalau begitu...."

"Kalau lagi?"

Eunjae mengangguk, "Iya. Kalau begitu, apapun yang terjadi pada perasaanmu, setidaknya beri tahu aku dulu, ya?"

"Maksudnya?"

"Kalau kau mulai membenciku, kalau kau mulai kesal, kalau kau mulai goyah, atau kalau kau mulai menyukaiku ... bolehkah aku jadi orang pertama yang tahu bagaimana perasaanmu padaku?" Eunjae menunduk sedikit demi menyembunyikan wajah tomatnya. Sedangkan Soobin merasa gemas melihat Eunjae yang malu-malu karena perkataannya sendiri. Dasar gadis aneh.

"Baiklah."

"Benarkah?!"

"Iya. Kau mau tahu bagaimana perasaanku sekarang?"

Eunjae mengangguk semangat.

"Aku senang, Shin Eunjae. Aku selalu senang saat bersamamu."



To be continued....



Continue Reading

You'll Also Like

55.6K 5.1K 14
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
462K 34.9K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...
63.4K 8.4K 92
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
142K 9.4K 41
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...