BRIANNA [Proses Revisi]

By saripahsaa

1.2M 138K 7.1K

Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Setelah terbuka... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41

Chapter 35

11.5K 1.4K 136
By saripahsaa

17+ yang masih dibawah umur boleh langsung di skip aja yaa jangan ngeyel🙏😓

Kalo ada typo tolong di perbaiki yaa!!

***

Canggung. Itulah yang mereka rasakan saat ini. Setelah acara kepergok tadi tak ada satupun yang bersuara dari mereka. Brianna sendiri diam tertunduk malu, merutuki dirinya sendiri bisa-bisanya ia tak mengelak saat Albern ingin menciumnya. Dan yang paling mengesalkan adalah Albern, pria itu malah duduk santai sembari menopang kakinya ke atas. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Rasanya Brianna ingin mencakar wajah datarnya itu yang sayangnya kelewat tampan.

"EKHEM...." Bobby berdehem keras.

Semuanya serentak menoleh "Oh ayolah bung, sampai kapan kita akan berdiam seperti ini. Lagian aku paham kok, tak ada salahnya Bigbos melakukan seperti itu. Yakan Bigbos?" Bobby melirik dengan jahil. 

Albern mendengus dan memutar bola matanya "Ada apa?" tanyanya tak ingin basa-basi.

"Tentu saja memastikan Bu bos tidak apa-apa".

Ah ya. Setelah Brianna ditemukan olehnya, Albern memberitahukan pada teman-temannya jika Brianna sudah bersamanya. Karena saat mencari gadis di depannya ini Albern memerintahkan teman-temannya untuk ikut mencarinya. Namun ada yang aneh. Denzel, temannya itu terlihat sangat panik, memang benar Bobby dan Aiden juga sempat panik. Tapi Denzel berbeda, dari kecil ia sudah berteman baik dengan Denzel dan baru kali ini ia melihat teman kecilnya itu menampilkan raut wajah sepanik itu. Denzel itu duplikat dirinya, selalu merasa tenang dalam situasi apapun. Apakah mungkin jika Denzel menyukai Brianna sama sepertinya? Jika benar Albern harus waspada kali ini, takut-takut jika perkiraannya itu memang benar adanya.

Albern menaikan salah satu alisnya, ia tau niat mereka kesini bukan hanya itu.

"Sekalian numpang makan hehe..." Bobby cengengesan. Sesuai dugaannya teman-temannya itu pasti ada niat terselubung jika datang tiba-tiba tanpa memberitahunya.

Albern mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Kemudian ia melemparkan pada Bobby, sontak saja  matanya berbinar bahagia seketika saat Albern memberikan sebuah kartu kredit berwarna hitam padanya "Whoah... Bigbos kau memang yang terbaik!!"

Aiden merebut paksa kartu kredit itu, membuat Bobby berdecak "Bigbos kau tak salah? Ini mah bisa sampai 7 turunan" takjubnya.

Albern menatap datar "Sekarang pergilah!"


Keduanya tak menggubris masih memandang kartu kredit milik Albern dengan antusias. Albern menghela nafasnya, ia melirik Denzel yang sedari tadi diam sembari menghisap nikotin yang ia bawa.

"Zel" panggil Albern.

Denzel menoleh "Hm?" mulutnya mengeluarkan sebuah asap.

"Buang dulu!" perintah Albern saat Denzel masih sibuk dengan nikotin itu.

"Tunggu sebentar Al, ini masih tersisa sedikit lagi".

"Denzel!" kali ini suaranya lebih keras.

Denzel berdecak "Kau selalu saja menggangguku!" tak urung ia pun membuang puntung rokok tersebut yang hanya tersisa sedikit lagi.

"Jangan disini". Albern melirik pada Brianna yang berada disampingnya. Membuat Denzel memutar bola matanya.

"Apa?" ucap Denzel datar.

"Bawa mereka pergi" pandangan Albern beralih pada teman-temannya yang masih saja asik dengan kartu kredit miliknya.

Denzel mengikuti arah pandang Albern kemudian berdecak "Menyusahkan!"

Denzel bangkit. Ia menghampiri Aiden dan Bobby dan menyeretnya secara paksa untuk keluar dari ruangan.

"HEI! KAU INI APA-APAAN!"

"TANGANKU SAKIT BODOH!"

"YAKH! KAU INI TIDAK BERPERIPERTEMANAN YA!"

"KAU MAU MEMBAWAKU KEMANA?!"

"AKU LUPA! BIGBOS TERIMAKASIH BLACKCARD NYA NANTI KU KEMBALIKAN...!"

Dug!

Pintu kamar ditutup dengan keras. Samar-samar masih terdengar teriakan Bobby dan Aiden yang diseret paksa oleh Denzel.

"Kenapa kau mengusir mereka?" tanya Brianna akhirnya bersuara.

"Memangnya kenapa?" bukannya menjawab Albern malah balik bertanya.

"Tentu saja itu tidak sopan Al. Kau seharusnya jangan seperti itu, mereka masih temanmu".

Albern hanya mengendikkan bahunya tak peduli.

Brianna menghela nafasnya, dirinya bangkit dari sofa. Sontak hal itu membuat Albern menahan tangannya  "Mau kemana?"

"Aku harus pulang Al. Aku takut orang rumah mencariku".

Albern menghembuskan nafasnya kasar, rencananya gagal karena ulah teman-temannya itu "Baiklah. Kau tunggu disini, aku akan mengambil kunci mobil di kamar".

Brianna mengangguk, kembali mendudukkan dirinya di atas sofa sembari menunggu Albern membawakan kunci mobil.

Matanya melirik ke sekelilingnya, Brianna baru menyadari penthouse milik Albern ternyata cukup ah tidak sangat luas untuk ukuran seseorang yang tinggal sendiri. Brianna sendiri juga memiliki penthouse pemberian dari kakeknya saat ia berulang tahun yang ke sepuluh tahun. Keluarga Carter memang agak gila jika menyangkut harta, bagaimana bisa kakeknya itu memberikan sebuah penthouse yang harganya bisa dibilang sangat mahal pada seorang bocah kecil sepertinya. Respon Brianna hanya bisa tersenyum polos, berpura-pura tidak tau saja. Padahal dalam hati ia menjerit, uang sebegitu banyaknya dengan mudah dihamburkan begitu saja.

"Ayo". Ajak Albern saat dirinya keluar dari kamarnya.

Brianna mengangguk saat akan keluar dari ruangan Albern kembali menahannya. Brianna menaikan alisnya bingung "Kenapa lagi?"

"Berikan tanganmu padaku" pintanya.

"Untuk apa?"

"Ck. Cepat berikan saja!"

Brianna menatap aneh, tak urung tangannya menjulur pada Albern yang disambut dengan baik olehnya. Ternyata Albern menautkan kedua tangannya "Begini lebih baik".

"Sekarang kita pergi".

Brianna hanya diam saat tangannya ditarik untuk mengikuti langkah kaki Albern dari belakang. Kembali melirik tangannya yang digenggam dengan lembut oleh Albern, menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dan tersenyum tipis.

***

"Ingin mampir?" tanya Brianna saat keduanya sudah sampai di mansion milik keluarganya.

Albern menggeleng "Lain kali saja".

"Baiklah, aku keluar" pamitnya.

Saat Brianna akan membuka pintu mobil, tiba-tiba tangannya ditarik dari belakang "Kenapa Al—nghh...".

Albern menciumnya.

Brianna mengerjap kaget, tangannya berusaha mendorong dada bidang pria itu namun sia-sia karena tenaganya tak sekuat Albern. Tangan Albern meraih tekuk Brianna untuk semakin memperdalam ciumannya. Brianna mengatupkan bibirnya dengan sengaja, seolah tak kehabisan akal Albern menggigit bibir bawahnya membuat Brianna meringis. Dengan terpaksa ia membuka mulutnya membiarkan lidah Albern menerobos untuk masuk dan saling bertukar saliva. Brianna hanya bisa pasrah, memberontak pun percuma karena tenaganya yang lemah, perlahan-lahan matanya ikut terpejam menikmati ciuman lembut dibibir nya.

Albern tersenyum miring disela-sela ciumannya. Sesuai dugaannya bibir gadis ini benar-benar manis, Albern menyukainya. Ternyata begini rasanya berciuman, benar-benar membuatnya mabuk kepayang. Jangan salah, dari dulu dirinya memang sangat anti dengan kaum wanita, bahkan mereka harus menjauh dengan jarak satu meter darinya. Bukan, bukan Albern tak normal. Tapi ia tak ingin direpotkan dengan berbagai macam rengekan menjijikkan yang biasanya ia dengar dari para wanita. Dan Albern tau, wanita yang ingin dekat dengannya hanya mengincar hartanya saja. Mereka palsu dan Albern tidak suka itu.

Tapi gadis ini mematahkan semuanya. Gara-gara gadis ini Albern yang biasanya tenang dalam kondisi apapun kini menjadi uring-uringan hanya jika gadis ini hilang dari jangkauannya. Seumur hidupnya baru pertama kali Albern merasakan perasaan emosional sebagai mana dimiliki para manusia pada umumnya, jika biasanya ia hanya merasakan perasaan kosong saja.

"Nghh— c-cukuph A-alhh".

Albern menggeram saat mendengar desahan merdu itu. Dengan berat hati Albern mengakhiri ciumannya.

Cup!

Albern mengecup singkat bibir Brianna untuk yang terakhir kalinya.

Albern mengusap bibirnya yang masih tersisa saliva dengan ibu jarinya "Bibirmu manis, aku menyukainya".

Brianna menggeplak tangan kekarnya "Kau mau membunuhku hah?!" wajahnya memerah antara malu dan kesal.

Albern terkekeh tangannya menangkup pipi Brianna dengan lembut kemudian mengelusnya "Sorry babe".

Brianna berusaha menetralkan detak jantungnya yang terus saja berdegup kencang. Semoga saja Albern tidak mendengar detak jantungnya yang terus berdetak tidak normal dari tadi.

"A-aku harus pergi" ucap Brianna dengan gugup.

Albern tersenyum tipis dan mengangguk "Istirahat yang cukup" Albern mengacak-acak rambut hitam Brianna dengan gemas. 

Brianna hanya mampu mengangguk dengan kaku, setelah itu ia keluar dari mobil.

"Tunggu..." Albern kembali menahannya.

"Ck. Apa lagi sih Al?!" dengusnya kesal.

"Bibirmu manis, boleh aku memintanya lain kali?" tanyanya dengan tidak tau diri.

Brianna melotot "IN YOUR DREAM!"

Setelah itu ia berlari dengan terbirit-birit meninggalkan Albern yang kini tertawa keras dalam mobil.
"AKU LUPA! TERIMAKASIH SUDAH MENGANTARKU, DAN SEMOGA SAJA KITA TIDAK BERTEMU LAGI, BYE!!" teriaknya menggebu-gebu.

Albern mendengus geli saat mendengar teriakkan Brianna "Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi amour" ujarnya sambil terkekeh pelan.

Albern kembali menjalankan kembali mobilnya dengan perasaan yang dilingkupi oleh rasa senang.

***

HAII SEMUAAA!!!

Minal aidin wal faizin semuanya 🙏 maafin aku up nya lama terus soalnya gada waktu buat ngetik😭

Maaf sekali lagi ya🙏

Btw itu ada adegan dewasanya aku gatau itu bener atau salah, modal baca wp doang jadi tau yang begituan, aku blom pernah soalnya 😭👍

Jan lupa vote sm komennya yaa.

Babaii

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

877K 53.1K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
2.2M 195K 41
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
571K 33.5K 57
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
3.5M 232K 76
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...