HISYAM

By diaryalna

995K 129K 4.3K

Tisha Atifa cukup terpaksa menerima Hisyam Al-Ghifari sebagai masa depannya. Tak pernah sekalipun terpikirkan... More

Bab 1 : Keliatan Tua
Bab 2 : Perempuan Istimewa
Bab 3 : Bertemu Lagi
Bab 4 : Fakta Tentang Syam
Bab 5 : Memilih Cincin
Bab 6 : Mampir Lagi
Bab 7 : Calon yang Baik
Bab 8 : Dilamar Duda
Bab 9 : Tidak Terasa
Bab 10 : Menuju Halal
Bab 11 : My Queen
Bab 12 : Doa Alif
Bab 13 : Tahajud Bersama
Bab 14 : Pagi yang Berbeda
Bab 15 : Syarat
Bab 16 : Tanggal Merah
Bab 17 : Syam Menyebalkan
Bab 18 : Pacaran yang Halal
Bab 19 : Nafkah Batin
Bab 20 : Tisha Khawatir
Bab 21 : Tangisan Alif
Bab 22 : Misterius
Bab 23 : Papa yang Sigap
Bab 24 : Vanya Kenapa?
Bab 25 : Kebahagiaan Syam
Bab 26 : Rajanya Modus
Bab 27 : Bermuka Dua
Bab 28 : Dresscode
Bab 29 : Alma Bercerita
Bab 30 : Pantai
Bab 31 : Undangan Vanya
Bab 32 : Permintaan Tisha
Bab 33 : Jatuh dari Motor
Bab 34 : Seperti Dongeng
Bab 35 : Rencananya Meleset
Bab 36 : Luka Syam
Bab 37 : Double Date
Bab 39 : Tapi Caranya Salah
Bab 40 : Kabar Baik
Bab 41 : Selamanya Hanya Kamu
Bab 42 : Berbaikan dengan Masa Lalu

Bab 38 : Pembahasan Alma

14.6K 2.1K 40
By diaryalna

10 April 2022.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ambil baiknya buang buruknya. Bantu koreksi kalau ada salah ya💗

Bab 38 : Pembahasan Alma

***

Pagi ini banyak sekali kegiatan di luar rumah. Setelah mengikuti kajian di salah satu masjid sesuai saran dari Tisha, mereka lanjut ziarah ke makam seseorang. Di sanalah Tisha sempat melihat betapa rindunya Syam ketika mengunjungi makam sang ayah.

Syam, Tisha, dan Alif tidak lama di tempat itu. Dari makam mereka langsung mengunjungi rumah Alma. Sebisa mungkin setiap Syam libur ia menemui mamanya, karena Alma tinggal sendirian, Tisha pun dengan senang hati memperbolehkan.

Selama perjalanan, Syam menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan di benak Tisha sedari tadi tanpa diminta oleh perempuan itu.

"Papa ninggalin saya dan Mama waktu saya berhasil masuk SMA pilihan Papa. Beliau meninggal karena kecelakaan," kata Syam dengan ekspresi biasa saja seolah sudah berteman dengan luka.

Syam menoleh sebentar, lalu fokus menyetir lagi dan kembali menjelaskan, "Saya sama Mama sedih banget waktu Papa ninggalin kita. Karena kita hanya tinggal berdua, akhirnya Mama buka usaha pakai tabungan Papa yang ada buat menghidupi kami."

Syam tersenyum mengingat masa-masa itu. "Dan setelah itu berdirilah Fathir Bakery yang namanya diambil dari nama panggilan Papa."

"Papa itu orangnya seperti apa di mata Pak Syam?" tanya Tisha penasaran, menoleh ke arah Syam yang meluruskan pandangannya ke jalanan.

"Papa itu lelaki terbaik, bahkan saya gak ada apa-apanya. Saya belajar banyak dari beliau termasuk belajar caranya menghargai wanita." Syam tak bisa menahan untuk menyunggingkan senyumannya yang kian melebar.

"Untungnya selama masih ada Papa, saya termasuk remaja yang patuh."

"Maksudnya?"

"Gak neko-neko. Jadi remaja pada umumnya." Syam terkekeh geli diikuti oleh Tisha.

Tisha sama sekali tidak kaget mendengarnya. "Iya, jelas dong. Mana ada remaja males-malesan bisa S2 di luar negeri?"

"Lah, siapa tahu bisa?"

"Bisa bohong."

Tisha menyahuti lalu tertawa bersama Syam. Sementara di belakang mereka berdua, Alif hanya mendongak sebentar karena mendengar suara tawa orang tuanya.

Namun saat ia tahu obrolannya sangat tidak bisa dimengerti, Alif melanjutkan kegiatannya menonton kartun di sebuah mainan edukasi anak islami berupa perangkat yang bisa dimainkan seperti gadget.

Singkat cerita, mobil yang dikendarai Syam telah tiba di halaman rumah Alma. Wanita pemilik rumah tersebut ternyata sudah menunggu di ambang pintu yang terbuka, menyambut kedatangan anak, menantu, dan cucunya dengan begitu ramah.

Alma mengajak mereka masuk ke dalam rumah dan digiring ke ruang makan yang di mejanya telah tersedia banyak sekali makanan. Syam dan Tisha berkata kalau Alma tidak perlu repot-repot seperti ini, tapi Alma dengan tegas menjawab kalau mereka itu jarang datang makanya ia ingin penyambutannya maksimal.

Sejurus kemudian satu keluarga itu makan bersama. Syam berhadapan dengan Tisha, dan disebelah Tisha ada Alma yang menghadap cucunya, Alif. Acara makan dibumbui percakapan sederhana seperti saling bertukar kabar sampai akhirnya bercanda bersama.

Selesai mengisi perut hingga kenyang, Alma menyuruh mereka untuk beristirahat di kamar karena mendapati cucunya terlihat mengantuk. Syam menolak tawaran itu karena ingin menghabiskan waktu mumpung mereka saling bertemu. Tisha menyetujui hal itu.

Alma dan Tisha duduk di sofa ruang keluarga dengan televisi yang menyala, mengobrol santai sambil menunggu Syam menidurkan Alif di kamar. Awalnya Tisha ingin dirinya saja yang menemani Alif tidur, tapi Alif sendiri lebih menginginkan papanya. Tisha tak bisa memaksa.

"Kamu beneran akhir-akhir ini sehat terus, kan? Gak ngerasain sakit apa-apa?" tanya Alma. 

Bertepatan dengan itu, Syam datang kemudian ikut duduk di sofa tunggal dekat Tisha. Sedangkan sejak tadi, Tisha duduk di sofa panjang bersebelahan dengan Alma. Mereka berdua posisinya langsung menghadap televisi yang menyala. 

"Alhamdulillah, enggak, Ma." Tisha menggeleng yakin. Ia menyantap camilan yang tersedia di atas meja.

"Alhamdulillah, kalau gitu." Mendengar perkataan Tisha, Alma mengelus dada merasa lega.

"Syam," panggilnya kemudian.

Syam mengalihkan pandangannya dari televisi yang baru saja ditontonnya ke arah Alma. "Iya, Ma?"

"Tahu tetangga sebelah yang umurnya lebih muda dari kamu, kan?" tanya Alam sepertinya akan memulai membahas sesuatu. Syam mengangguk sebab ia tahu dan kenal.

"Dia itu, kan, baru aja menikah. Terus Mama denger kalau istrinya kena infeksi karena terlalu sering berhubungan," cerita Alma sedikit berbisik.

Seketika Tisha tersedak bolu kukus yang dimakannya akibat menyimak kata-kata ambigu yang digunakan oleh mertuanya. Hal itu membuat Syam cemas kemudian berdiri untuk menepuk pelan punggung Tisha sambil berkata, "Kamu gapapa?"

"Gapapa, kok." Tisha menggeleng cepat.

Sebenarnya Tisha memang tidak apa-apa setelah meminum air di dalam gelas bening yang langsung diambilnya tadi. Malu rasanya, sudah terhitung sebulan menikah masih saja salah tingkah tatkala membahas hal seperti yang Alma katakan.

Melihat respon Tisha, Alma senyum-senyum sendiri. Syam yang sudah kembali ke tempat duduknya setelah memastikan keadaan Tisha, lantas kembali ks pertanyaan Alma.

"Maksud Mama, Honeymoon Cystitis?" Syam memastikan dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Iya."

"Itu penyakit apa?" tanya Tisha. Wajar saja ia baru mengetahui kata-kata asing tersebut. Syam justru tersenyum kecil melihat ekspresi lugu istrinya.

"Infeksi saluran kencing, My Queen. Itu biasanya dialami pengantin baru. Kasus paling banyak memang terjadi sama perempuan," jelas Syam.

"Bahaya gak?"

Syam menggeleng. "Sebenarnya gampang disembuhkan, tapi, ya, tetap harus waspada."

Akhirnya Tisha paham. Ia lantas mengangguk dengan mulut yang membulat. Setelah itu ia bertanya lagi, "Gejalanya kayak apa?"

"Kayak anyang-anyangan gitu, terus sakit waktu buang air kecil." Kini gantian Alma yang menjawab ketidaktahuan Tisha.

"Tapi bisa dicegah, kan, selain menurunkan frekuensi berhubungan?" Tisha bertanya seperti itu karena ia tahu banyak penyakit yang bisa dicegah sebelum terjadi.

Syam mengangguk sambil meraih toples berisi keripik singkong di atas meja. "Namanya juga pengantin baru, wajar kalau pengen berhubungan terus. Aktivitasnya gak salah, tapi kebiasaannya sebelum dan sesudah di mulai yang jadi masalah."

Tisha kembali memasang pendengaran yang tajam untuk menyimak Syam yang ingin menjelaskan banyak.

"Karena udah tahu seperti itu, makanya saya suruh kamu sebelum dan sesudah melakukan itu harus buang air kecil dulu, entah kebelet atau enggak. Terus setelah selesai harus segera dibasuh sampai bersih dan dikeringkan. Jangan biarin area itu lembab, karena bakteri bisa cepat berkembang biak. Selain makan makanan yang sehat, air putih jangan sampai kurang dari idealnya."

Penjelasan Syam kali ini berhasil membuat kedua pipi Tisha merona. Ingin rasanya Tisha bersembunyi di dalam selimut menyimak pembahasan Syam yang membuatnya terpaksa mengingat-ingat.

"Salah satu tujuan menikah, kan, memang untuk melepas hasrat kepada yang dihalalkan. Tapi kesehatan juga harus tetap dijaga," ucap Alma menambahkan sambil menyengir berusaha menggoda menantunya.

Sekarang Tisha sudah mengerti sejelas-jelasnya. Ia tidak tahan lagi kalau terus-terusan membahas topik ini, tapi kenyataannya Alma malah semakin gencar. Lagipula secara tidak sadar obrolan seperti ini menambah banyak pengetahuan barunya.

"Kalau sampai lecet-lecet enggak juga, kan, Tis? Biasanya kalau lecet-lecet itu artinya Syam kurang kasih pemanasan."

Siapapun tolong bantu Tisha kabur. Tisha benar-benar salah tingkah kalau di dekatnya ada Syam. Jika tidak ada, mungkin Tisha akan menyukai pembahasan ini.

***

"Alif udah tidur?" tanya Tisha saat melihat Syam masuk ke kamar. Syam mengangguk sebagai balasan.

"Udah. Tadi saya bacain Al-Mulk dia langsung tidur."

Syam lalu berjalan mendekat ke arah Tisha yang berdiri di depan kaca sambil memainkan rambut pendeknya. Tisha berjengit kaget ketika Syam tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Berat, Pak. Ih, jangan disitu!" omel Tisha menggeliat tak nyaman, berusaha menyingkirkan kepala Syam yang menumpu di atas bahu kanannya. Bukannya dilepas, Syam justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Gak tahu, nih. Lemnya kuat banget!"

"Pak Syam!" Tisha mencoba terus untuk melepaskan diri.

"Iya, My Queen."

"Lepas atau saya teriak?"

"Teriak aja. Biasanya kamu juga gitu. Gak sadar, ya?"

Seketika Tisha membuang pandangannya ketika matanya bertemu dengan tatapan jahil Syam. Ia refleks mencubit perut Syam membuat lelaki itu berjingat lalu merintih kesakitan.

"Ya Allah... Kejam banget!" Syam mencibir, mengusap perutnya yang terasa nyeri.

Tisha tersenyum mengejek seolah tak peduli. "Yang penting saya cantik."

Syam terkekeh, ia baru mengetahui Tisha bisa percaya diri seperti ini. "Masa, sih?"

"Kalau saya gak cantik, Pak Syam gak akan mau sama saya."

Tisha menghempaskan rambutnya ke arah Syam dengan senyuman lebar lagi angkuh. Perempuan yang menggunakan piyama lengan panjang miliknya sendiri itu melangkah menuju tempat tidur.

Tisha lantas duduk berselanjar dan bersedekap dada sambil bersandar di kepala kasur.

"Tadi, kan, udah sholat." Tisha sekadar mengingatkan dengan wajah songong. "Wudhu-nya belum batal, kan?"

Ditanya seperti itu apalagi Tisha memberi kode dengan menaik-turunkan alisnya membuat Syam langsung peka. Lelaki itu langsung sumringah, ia merentangkan tangan lalu berlari seperti akan terjun ke atas kasur.

Namun saat kakinya menyentuh ujung derit pintu yang terbuka berhasil menghentikan pergerakannya.

Syam dan Tisha menoleh ke bibir pintu dan terkejut bukan main mengetahui Alif tiba-tiba muncul kemudian berjalan gontai dengan wajah mengantuk menghampiri Syam.

"Papa... Alif gak bisa tidur." Alif menggeleng pelan, memeluk erat kaki papanya.

Tisha dan Syam saling bertukar pandang dengan tatapan kecewa. Mendengar Alif terus merengek, Syam menggendong putranya lalu menutup pintu. Syam menurunkan Alif ke tengah kasur dalam posisi duduk. Dengan mata setengah terpejam dan senyum kecil di bibirnya, Alif memandangi Tisha.

"Mama cantik," katanya kemudian, "Kata Papa, Papa suka perempuan rambut pendek."

Setelah mengucapkan, Alif menjatuhkan diri ke kasir menghadap papanya Syam menyamakan posisi tidurnya serata memeluk Alif dan menepuk-nepuk pelan punggungnya. Tisha segera mematikan lampu, menarik selimut, lalu ikut tidur.

Setengah jam kemudian, setelah dirasa aman dan Alif tertidur lelap. Syam bangun perlahan. Ia berjalan menghampiri Tisha yang belum tidur dan mengajaknya pindah ke kamar Alif dengan gerakan hati-hati.

Tisha menyetujuinya. Mereka lantas berjalan mengendap-ngendap menuju pintu. Awalnya rencana berjalan mulus. Namun ketika Syam hendak membuka pintu terdengar derap langkah seseorang berlari disusul kakinya yang ditahan kuat.

"Papa mau ninggalin Alif?" rengek Alif kembali terbangun. Di cahaya remang itu Syam dan Tisha menghela napas berat.

Syam akhirnya kembali menggendong Alif lalu melangkah bersama menuju tempat tidur.

"Gapapa, Pak. Besok aja, ya?" kata Tisha tersenyum setelahnya.

***

Bersambung....

Udah-udah, kita tunggu aja kabar baiknya wkwk🤣

Continue Reading

You'll Also Like

130K 5.4K 37
siapa yang akan menyangka jika Zea putri tunggal keluarga Keylard mengalami kecelakaan tunggal dimalam pesta pertunanganya dan berakhir di tubuh Nyon...
521K 35.6K 39
⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ Romansa - Spiritual - Militer Halunya Komandan pleton eh dapetnya Komandan Kompi Niat baik Yara untuk menolong seo...
178K 12.4K 58
Adiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi me...
1.5M 13.7K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...