Malaikat Ayah [REVISI]

By Cicipang_

57.4K 5.4K 384

Seorang singel parent yang merawat ke empat anak-anaknya sendirian. Akankah dirinya berhasil menjadi orang tu... More

1 : awal yang baru
2 : Tentang Papa dan Ayah
3 : soal asmara
4 : kesayangan Ayah
5 : Nana?
6 : rasa yang terbagi
8 : egois
9 : jenguk
10 : Ungkap perasaan
11 : rasa yang terpendam
12 : sidang tertunda
13 : kelopak yang rapuh
14 : malam yang menyakitkan
15 : bunga yang layu
16 : penawar hati
17 : kata hati
18: ego yang terkalahkan
19 : seperti mimpi

7 : baik dan buruk

2.6K 278 13
By Cicipang_








🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃











Xiaojun tengah membersihkan tangannya, ia baru saja selesai membersihkan gudang penyimpanan, dengan alasan telat. Padahal hanya lewat beberapa detik, tapi Jungwoo justru memprovokasi Kun -pemilik cafe- agar menghukumnya sesuai peraturan. Sebenarnya Kun memakluminya karena hanya lewat beberapa detik saja, tapi karena banyak pihak yang mendukung Jungwoo, apa boleh buat Kun terpaksa memberi Xiaojun hukuman.

"Wah, wah, wahhh, liat si pelakor ini, pasti capek banget abis ngebersihin gudang. Cup, cup, cup kasihannya~" ucap Jungwoo sambil tertawa sarkas bersama kedua temannya.

Pria bermarga Na itu melirik sinis ke arah Jungwoo dan teman-temannya. Berusaha mengabaikannya, ia terus melanjutkan membasuh tangannya.

Merasa di abaikan, Jungwoo memberi kode pada kedua temannya untuk menghajar Xiaojun. Mengerti dengan rencana yang di berikan Jungwoo, kedua wanita itu menghampiri Xiaojun lalu menjambak rambutnya.

Xiaojun meringis lalu mencoba meraih tangan-tangan nakal itu. Setelah berhasil mendapatkannya, Xiaojun memutar tubuhnya menghadap pada kedua wanita itu lalu ia memelintir lengan kedua wanita itu.

"Aw! S,sakit!" Ringis kedua wanita itu.

Jungwoo melotot, tak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Xiaojun memandang sinis ke arah mereka bertiga tanpa melepas lengan kedua wanita itu. Senyum yang terlihat menyeramkan itu terbit di bibir Xiaojun.

"Dua lawan satu? Curang banget, cih."

"Lepasin! Aw sakit!"

"Gue gak selemah yang kalian kira, Lo berdua bermain dengan orang yang salah. Gue gak bakal lepasin kalo Lo berdua belum minta maaf sama gue."

Jungwoo tak tinggal diam, Pria manis itu juga menghampiri Xiaojun dan hendak menamparnya. Tapi, Xiaojun lebih dulu menendang perut Jungwoo, yang berakhir Pria manis itu terhuyung ke belakang.

"Urusan gue cuma sama dia. Bukan sama kalian! Sekarang minta maaf!" Dengan tegas Xiaojun mengatakan hal itu membuat kedua wanita itu menurut.

"Maafin gue, aw sekarang lepasin!"

"Gue minta maaf."

Xiaojun tidak melepaskan begitu saja, ia tambah memelintir lengan mereka lalu dengan cepat kedua tangannya menjambak rambut ke dua sahabat Jungwoo itu. Dan, menabrakkan kedua kepala mereka, hingga dua wanita tadi merasakan pening luar biasa dan langsung merosot ke lantai. Usai berurusan dengan dua wanita tadi sekarang waktu untuk menghampiri Jungwoo.

"Gue tegasin sekali lagi! Gue. Bukan. Pelakor. Lucas suka sama gue itu hal wajar, karena sikap Lo bikin dia muak sama lo. Gue jadi kasian sama Lucas yang selalu Lo atur ini itu. Yang harusnya sadar disini itu Lo! Bukan gue, soalnya Lo udah gila." Setelah itu, Xiaojun keluar dari WC.

"Sialan Lo Xiaojun! Liat aja nanti!" Pekik Jungwoo.


Xiaojun berjalan ke pantry, mengerjakan apa yang bisa ia kerjakan. Kemudian tiba-tiba ia di kejutkan dengan kedatangan Hendery yang dengan kurang ajarnya merangkul pundak Xiaojun, perlakuannya pun menjadi atensi para karyawan dan beberapa pengunjung cafe.

Mendelik kesal, Xiaojun menyikut perut Hendery.

"Sakiiitt~ Lo jahat banget ih." Rengek Hendery.

"Jangan gangguin gue, mending Lo ngerjain apa kek, gue lagi sibuk."

Hendery tersenyum mendengar gerutuan Xiaojun, lalu wajahnya ia dekatkan ke telinga pria itu. "Nanti pulang bareng gue, ya! Gue mau ngajak Lo ke suatu tempat."

"Gak!"

"Kalo gue izin ke Ayah Yuta? Dan misalkan di kasih, Lo mau?" Tanya Hendery dengan senyuman termanisnya.

Entah mengapa wajah Xiaojun tiba-tiba merasa panas, ia mengalihkan pandangannya berusaha menghindari tatapan Hendery. "Gak tahu."

Hendery manggut-manggut sambil tersenyum, ia tidak bodoh melihat Xiaojun salah tingkah seperti ini, "Gue anggap jawaban tadi, Lo mau. Oke, gue tinggal ya. Good luck, sweetie." Hendery segera berjalan takut di amuk Xiaojun selepas ia mengatakan hal tadi. Sebelum itu ia mencubit pipi Xiaojun dan kabur dari sana.

Xiaojun hanya menahan sebisa mungkin gejolak yang ada di dalam hatinya. Wajahnya bahkan terasa panas, dan ia yakin wajahnya kini telah memerah. Entah ada apa dengan pria bermarga Seo itu. "Apa-apaan anak itu."

"Hai, Xia." Sapa Lucas.

Xiaojun melirik ke arah Lucas yang berdiri di sebelahnya. Dengan situasi yang seperti ini, Xiaojun mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Dan syukurlah orang itu masih belum jauh.

"Hendery!"

Melihat Hendery berbalik, Xiaojun melepaskan apronnya. "Manggung yuk!"

Hendery mengangguk dan memberikan jempolnya menandakan setuju. Xiaojun tersenyum tipis, lalu melirik lagi ke arah Lucas.

"Sorry ya, gue cabut dulu." Xiaojun pun berlari ke arah Hendery yang berhenti demi menunggu si manis ke arahnya.

Xiaojun sudah tidak ingin berurusan dengan Lucas. Ia hanya ingin hidup bebas tanpa adanya gangguan. Namun, ia harus berusaha agar tidak menjadi musuh. Tetap bertegur sapa walaupun setelah itu ia mendirikan tembok begitu tinggi agar Lucas tidak bisa mencapainya. Xiaojun tahu kalau Lucas menyukainya, sebab itulah Xiaojun tidak terlalu merespon Lucas. Jika dirinya merespon, itu sama saja ia memberikan harapan pada Lucas.

Meninggalkan Lucas yang tersenyum hambar menatap kepergian pria manis yang ia sukai itu.










🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃











️⚠️Warning self-harm⚠️

Renjun masuk ke kamar asramanya, dan menangis meraung-raung. Menyalahkan semua orang termasuk dirinya sendiri.

Ia tidak bisa berfikir jernih untuk saat ini, fikirannya kacau, kesalahan-kesalahan di masa lalu ia rekam ulang di ingatannya, merasakan sakitnya kembali. Ia memang tidak pernah dapat pukulan dari ayahnya tapi ia seringkali mendapat bentakan, dan terus di hakimi oleh ayahnya.

Dan barusan tadi, ia mendapati tamparan pertamanya dari sang ayah karena berani membentak. Rasanya ia tidak kuat lagi saat ia terus saja di salahkan padahal bukan ulahnya.

Kejadian empat tahun lalu terekam kembali, saat dimana ia melihat ayahnya membentak bahkan memukuli Xiaojun dengan rotan karena sengaja Menaruh ranting kayu di ban sepeda Shotaro yang saat itu masih dalam tahap belajar naik sepeda.

Setelah kejadian itu dia patuh apa yang ayah Katakan padanya, bahkan ia sampai menyalahkan salah satu saudaranya agar tidak kena amukan sang Ayah, yang paling sering ia tuduh itu adalah Jaemin. Karena ia tahu, jika menyalahkan Jaemin, anak itu tidak akan terkena pukulan atau bentakan dari ayahnya. Hanya mendapat teguran halus.

Pilih kasih memang.

Tapi selama ini ia cukup menahannya, kejadian tadi itu membuat kejanggalan di hatinya merasa lega, setidaknya ia bisa mengungkapkan isi hatinya selama ini.

"Ayah jahat! Ayah pilih kasih! Aku benci ayah! Benci! Benci banget!" Renjun memukul wajah boneka Teddy bear nya. Membayangkan itu adalah wajah Ayahnya.

"Ayah gak sayang sama aku! Ayah jahat! Anak ayah cuma Jaemin sama adek! Aku sama kakak yang selalu kena imbasnya. Kenapa Ayah!? Kenapa!!?"

Renjun meremas wajah boneka itu lalu membuangnya dengan sembarang. Ia beranjak dari kasur dan menuju meja belajarnya. Mencari benda tajam yang akan bisa membuatnya merasa tenang.

Sedangkan di luar, Felix dan Guanlin sedang berlari secepat mungkin ke kamar asrama. Guanlin sudah tidak peduli dengan peraturan asrama yang melarang para siswa masuk sembarangan ke gedung asrama yang bukan kamarnya.

Guanlin bertemu Felix di tangga tadi. Jadi, mereka memutuskan untuk ke kamar Renjun dan Felix bersama.

Sesampainya mereka, Felix menarik kenop pintu. Setelah itu kedua orang ini terkejut melihat Renjun yang sudah di penuhi darah di sekitarnya. Terlebih lagi pada lengannya, darah merembes keluar.

"Astaga! Renjun!" Guanlin panik dan langsung menghampiri Renjun. Saat hendak memegang tangan Renjun, tiba-tiba saja ia di kejutkan dengan Renjun yang langsung menodongkan cutter ke arahnya.

"Jangan mendekat!"

Guanlin mundur beberapa langkah. Sedangkan Felix, memilih keluar dari kamar dan melapor ke pihak asrama.

"Menjauh dari gue!" Peringatnya lagi. Renjun menangis, ia saat ini terlihat menyedihkan di depan pujaan hatinya, ia tidak ingin melihat Guanlin terluka karenanya. Dirinya kotor, dirinya jorok, dirinya menyedihkan, Guanlin tidak bisa menyukai orang seperti dirinya. Renjun memikirkan hal-hal buruk.

"Renjun, ini aku Guanlin. Aku datang karena kamu. Aku datang sebagai orang yang peduli sama kamu." Ia melangkahkan kakinya, Dengan perlahan dan penuh hati-hati.

"Turunin benda itu, ya. Aku gak bakal sakitin kamu, bahkan aku selalu di sisi kamu, kalo kamu mau. Turunin, ya." Guanlin berjongkok sambil menahan lengan Renjun yang sedang memegang cutter.

Mendengar hal itu, Renjun merasa bersalah, ia menurunkan lengannya lalu menundukkan kepalanya. Ia malu menunjukkan wajah menyedihkannya pada orang lain, terlebih lagi Guanlin —orang spesial yang berada di dalam hatinya.

Di rasa Renjun tenang dan menurut, Guanlin mengambil cutter itu lalu membuangnya ke kolong kasur. Setelah itu, ia menyentuh dagu Renjun. "Hey, ayo tegakkin kepalanya. Aku mau ngeliat wajah manisnya Renjun."

Kini Renjun dapat melihat wajah Guanlin yang sedang tersenyum ke arahnya. Senyuman itu mampu membuat hatinya bergemuruh dan menghangat.

Guanlin mengusap air mata Renjun menggunakan kedua ibu jarinya. Sangat lembut sampai membuat Renjun memejamkan matanya merasakan ketulusan orang dihadapan ini.

"Cantik."

Kata itu membuat Renjun tersipu di keadaan suasana hatinya yang sedang memburuk. Renjun membuka matanya dan memandangi kembali wajah tentram milik Guanlin.

"Orang cantik kayak kamu gak cocok sedih kayak gini, kamu tuh cocok jadi suami aku aja, gimana?" Guanlin menaik-turunkan alisnya, menggoda Renjun. Berharap lelaki manis itu terhibur.

"Stop, Alin." Sepertinya tidak, Renjun mulai menunjukkan wajah tidak sukanya.

"Iya-iya maaf, aku bercanda doang tadi. Di anggap serius juga gapapa. Tapi, kalo mau di seriusin, nunggu aku jadi orang sukses dulu, ya?"

"Ihh Alin~" lelaki manis itu kembali tersipu, Renjun hendak menundukkan kepalanya tapi di tahan oleh Guanlin.

Guanlin terkekeh. "Oke-oke yang serius. Tatap mata aku dulu."

Renjun memberanikan diri untuk menatap mata itu. Sangat tulus, dan hangat yang ia rasakan. Sepertinya ia tidak salah memilih Guanlin sebagai seseorang yang telah berhasil mengambil hatinya.

"Kalo ngerasa gak punya teman cerita, bisa cerita ke aku. Aku bakal selalu dengerin semua cerita kamu. Aku akan selalu di sisi kamu, saat kamu butuh aku."

"Kenapa?" Tanya Renjun dengan suara parau nya. Ia hendak kembali menangis. Guanlin mengernyitkan dahinya.

"Kenapa kamu baik ke aku?"

"Karena, aku sayang sama kamu. Sayang banget. Kalo bisa banget nya di banyakin."

Renjun meremang mendengarnya, lalu memeluk Guanlin. Jantungnya berdegup kencang. "Makasih Guanlin. Makasih banyak, gu–aku juga sayang sama kamu."

Tidak tahu saja, setelah mengucapkan kata itu Renjun kehilangan kesadaran. Punggung Guanlin telah di penuhi darah yang mengalir dari lengan Renjun. "Aku janji selalu di samping kamu, selalu ada untuk kamu, selalu menjadi tempat cerita kamu, dan bahkan aku ingin di jadiin rumah, tempat mencurahkan segala isi hati kamu. I love you" Bisik Guanlin.

Guanlin mengernyitkan dahinya, merasa tubuh Renjun melemas, ia pun melepaskan pelukannya dan mendapati wajah Renjun semakin memucat dari sebelumnya. "Renjun?!"

"KAMU APAIN ANAK SAYA!?" teriak Yuta dari ambang pintu. Ternyata bukan hanya pria itu berdiri disana, melainkan ada Jaemin, Felix, Haechan, pengawas asrama, guru, dan beberapa murid yang ingin tahu apa yang terjadi.











🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃











Sudah siang, sekolah Shotaro sudah membubarkan siswa dari tiga puluh menit yang lalu. Seharusnya Shotaro sudah di jemput, tapi ia terus menunggu, sampai saat ini tak kunjung datang. Shotaro menunggu di pos satpam.

Sungchan dan Beomgyu baru saja keluar dari gedung sekolah, ia tadi berada di dalam ruang guru untuk membahas lomba menari yang di adakan di sekolahnya, satu Minggu lagi acaranya dan Sungchan harus berlatih.

"Abang udah telfon pak Kim belum? Gyu udah laper~ pengen cepet-cepet pulang."

Sungchan melirik ke adiknya, dan mengambil ponselnya di dalam tas dan menelfon supirnya.

"Udah nih, tunggu bentar lagi, ya. Yuk kita nunggu di depan."

Beomgyu mengangguk lalu matanya tak sengaja melirik Shotaro yang sedang memperhatikan jari-jari sendiri. "Eh! Taro!" Beomgyu langsung berlari menuju pos satpam. Di ikuti Sungchan.

Merasa di panggil, Shotaro mendongakkan kepalanya dan melihat siapa yang memanggilnya barusan. "Eh? Kalian? Hehe~"

"Belum di jemput, ya?" Tanya Beomgyu.

Shotaro mengangguk lesu. "Iya, tumben banget ayah lama banget jemput kayak gini. Aku udah laper."

Sungchan merasa kasihan, ia pun pergi untuk membeli beberapa makanan.

"Eh? Abang? Mau kemana?" Telat, Sungchan sudah berlari jauh dari mereka.

"Kemana tuh Sungchan?"

Beomgyu mengendikkan bahunya, "gak tahu. Biarin aja dia, eh kamu mending pulang bareng aku aja. Sekalian kita main dan ngerjain tugas bareng, gimana?" Tawaran Beomgyu langsung membuat senyum di wajah Shotaro mengembang.

Namun, ia kembali mengingat Ayahnya yang akan marah jika dirinya pulang bersama orang lain.

Beomgyu sadar dengan ekspresi wajah Shotaro yang tiba-tiba sendu, padahal sebelumnya anak di hadapannya itu baru saja tersenyum lebar. "Ada apa? Kok sedih?"

"Kayaknya aku gak bisa, soalnya Ayah aku udah ngomong buat nunggu di sekolah."

Jung Beomgyu yang cerdik itu, memikirkan caranya agar Shotaro tetap pulang bersama mereka. "Ah! Aku punya ide!" Seru Beomgyu.

Shotaro melirik, lalu mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Gimana kalo nanti aku ngomong sama Papa aku buat izin ke Ayah kamu, kalo kamu bakal pulang bareng kita. Gimana?"

Shotaro masih ragu tapi tidak salahnya mencoba, lagipun dia juga ada tugas kelompok yang kebetulan dia sekelompok dengan Sungchan. Shotaro pun mengangguk.

"Hore!! Nanti aku bakal nunjukin sesuatu sama kamu!"

"Apa itu?"

"Rahasia~"

Sungchan datang dengan dua kantong plastik di tangannya. "Ini buat kamu." Sungchan memberi sekantong plastik pada Shotaro yang langsung di ambil.

"Dan ini buat adek." Sungchan memberi sekantong plastik itu lagi pada Beomgyu. Mereka makan bersama hingga dua menit kemudian, sebuah mobil terparkir di depan gerbang sekolah. Sungchan dan Beomgyu segera masuk. Tak lupa juga Shotaro yang ikut di belakang karena tangan Beomgyu menariknya.











🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃








Jangan di tiru ya guys kelakuan si Renjun, kalo ada masalah cerita sama orang terpercaya kamu. Atau ngelakuin hal yang positif.

Jangan pernah sakiti diri sendiri, lebih baik mencoba menghargai diri sendiri karena sudah bertahan sampai sejauh ini.

NO SELF-HARM!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN KALIAN!💗

Continue Reading

You'll Also Like

189K 15.6K 19
πŸ‡πŸ‡πŸ‡
5.1M 441K 51
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...
719K 9.4K 35
YAOI/GAY/HOMO/NFSW/BOYSLOVE (bukan boy pussy) Jangan salah lapak bro, kalo gak nemu cerita yang lo mau di sini pindah aja. Isinya oneshoot atau mun...
1.9M 12.1K 20
⚠️Warn Not to under 20 Akan tamat maksimal threeshoot Open request Mengandung kata kasar dan vulgarisme πŸ”žMature ContentπŸ”ž