My Gus My Husband [TERBIT]

Von Aul_albirru

8.2M 752K 74.2K

(SUDAH TERBIT DAN PART MASIH LENGKAP) Novelnya MGMH tersedia di gramedia dan TBO, link ada di bio akušŸŒ· āš Foll... Mehr

PROLOG
MGMH 1
MGMH 2
MGMH 3
MGMH 4
MGMH 5
MGMH 6
MGMH 7
MGMH 8
MGMH 9
MGMH 10
MGMH 11
MGMH 12
MGMH 13
MGMH 14
MGMH 15
MGMH 16
MGMH 17
MGMH 18
MGMH 19
MGMH 20
MGMH 21
MGMH 22
MGMH 23
MGMH 24
MGMH 25
MGMH 26
MGMH 27
MGMH 28
MGMH 29
MGMH 30
MGMH 31
MGMH 32
INFO DAN AKUN RP
MGMH 33
MGMH 34
MGMH 35
MGMH 36
MGMH 38
MGMH 39
MGMH 40
MGMH 41
MGMH 42
MGMH 43
MGMH 44
MGMH 45
MGMH 46
MGMH 47
MGMH 48
MGMH 49
Akhir kisah mereka:)
Ending yang sebenarnya
CERITA GUS KAHFI?
SPIN OFF MGMH
INFO PO
PO MGMH
MGMH 2?

MGMH 37

95K 9.3K 377
Von Aul_albirru

Hai pren...

Gimana hari pertama puasanya?

Sahur dibangun ayang gak😌

Aku up menyesuaikan chapter ya pren, kalau chapter nya bikin emosi aku up malam ba'da tarawih, kalau chapter nya gak bikin emosi aku up siang.

Bantu tandai yang typo yaaaaa.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya!!!

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

Pukul 19:30 Nazwa dan Gus Maulana masih berada di atas sajadah mereka, Gus Maulana tengah menguji hafalan istrinya. Setelah selesai sholat dan berwirid tadi, Nazwa meminta Gus Maulana untuk menguji hafalannya kembali.

Gus Maulana dengan senang hati membantu sang istri, ia akui bahwa istrinya itu adalah termasuk orang yang mempunyai daya ingat yang sangat kuat.

"Mas kok gak sholat di masjid?" tanya Nazwa saat sudah selesai.

"Gak papa sayang, hari ini jadwal Bang Kahfi yang imam, jadi tadi Ummi sama Bunda minta aku buat sholat di rumah aja sama kamu," ujar Gus Maulana seraya tersenyum dan mengusap pucuk kepala sang istri.

Nazwa tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tak lama adzan isya pun berkumandang, Nazwa dan Gus Maulana segera mengambil wudhu mereka.

Setelah itu mereka berdua pun melaksanakan sholat isya berjama'ah, setelah selesai sholat isya Nazwa dan Gus Maulana tidak membaca Al-Quran lagi, karena mereka takut Ummi Latifah dan yang terlalu lama menunggu mereka.

Selesai merapikan perlengkapan sholat, Nazwa dan Gus Maulana segera keluar kamar menuju dapur untuk makan malam.

Tangan Gus Maulana melingkar posesif di pinggang ramping sang istri, saat mereka di tengah anak tangga, Gus Maulana dengan sigap menutupi wajah istrinya karena ternyata dibawah sedang ada tamu.

Gus Maulana berdiri di hadapan sang istri, Nazwa yang melihat itu pun di buat bingung, pasalnya ia tidak mengetahui bahwa di bawah sedang ada tamu.

"Kenapa Mas?" tanya Nazwa.

"Sayang, ke kamar lagi ya, ambil cadar dulu, di bawah lagi ada tamu," ujar Gus Maulana.

Mendengar itu Nazwa sedikit terkejut, ia pun semakin mendekatkan dirinya kepada sang suami. Akhirnya Nazwa pun kembali ke kamar untuk mengambil cadar nya.

Saat Nazwa sudah di kamar, ia tidak hanya mengambil cadar, namun ia juga mengganti pakaiannya karena tadi ia hanya memakai daster saja.

Setelah selesai mengganti baju dan memakai cadar, Nazwa segera keluar untuk mendatangi suaminya yang masih menunggu di tangga tadi.

"Mas," panggil Nazwa.

"Kok ganti baju?" tanya Gus Maulana sambil menaikan satu alisnya.

"Kan tadi Nazwa pakai daster Mas, mulai sekarang Nazwa gak mau diliatin banyak orang saat memakai pakaian berwarna, kecuali Mas, Ayah, Abang, sama Abi. Jadi Nazwa kalau keluar mau pakai pakaian serba hitam aja," ujar Nazwa sambil melingkarkan tangannya di lengan sang suami.

Saat mendengar ucapan sang istri, hati Gus Maulana rasanya menghangat. Ia tak mampu berkata-kata lagi, Gus Maulana hanya tersenyum dan mengusap pucuk kepala sang istri sambil menuruni anak tangga.

"Tata Awa," panggil Gus Alwi saat melihat Nazwa baru saja turun.

"Hai Gus Kecil," sapa Nazwa.

Gus Alwi hanya tersenyum sambil memperlihatkan giginya yang masih belum semuanya tumbuh, Nazwa terkekeh saat melihat tingkah laku Gus Alwi.

Nazwa dan Gus Maulana pun menghampiri si Gus Kecil yang tengah asik memakan bolu buatan Ummi nya itu. Saat Gus Maulana baru saja duduk di hadapannya, Gus Alwi sudah memberikan tatapan tajam ke arah pamannya itu.

"Kenapa natap Om gitu?" tanya Gus Maulana.

"Nda papa, wlee," ledek Gus Alwi, setelah itu ia pun kembali asik memakan bolu yang ada di hadapannya.

Gus Maulana memutar bola matanya malas, sedangkan Nazwa hanya terkekeh melihat tingkah ponakan dan om itu.

"Mas mau apa?" tanya Nazwa.

"Mau udang tepung aja deh," ujar Gus Maulana.

"Bentar ya, Nazwa ambilin dulu."

"Terimakasih sayang," ucap Gus Maulana seraya tersenyum.

Nazwa hanya membalas dengan senyuman manisnya, saat ia ingin mengambilkan udang tepung yang diinginkan sang suami, tiba-tiba saja Gus Alwi memanggilnya.

"Tata Awa," panggil Gus Alwi.

"Kenapa Gus Kecil?" tanya Nazwa sambil mengambilkan udang tepung untuk suaminya.

"Awi uga au itu," ujarnya sambil menunjuk piring yang dipegang Nazwa.

"Ini?" tanya Nazwa menunjuk piring yang ditangannya.

"Iya," jawab Gus Alwi santai.

"No! Ini punya Om! Kamu minta aja sama Ummi kamu, kenapa minta sama istri Om?" ujar Gus Maulana sambil mengambil piring yang ada ditangan istrinya, dan menarik Nazwa untuk segera duduk.

Gus Alwi yang mendengar itu menatap Gus Maulana dengan sengit, ia juga melipat kedua tangannya di dada. Sedangkan Gus Maulana menatap ponakannya itu tak kalah sengit, Nazwa yang menyadari sinyal pertempuran antara mereka hanya memijat pelipisnya pelan.

"Udah! Sekarang makan!" ujar Nazwa dengan nada datar kepada Gus Maulana dan Gus Alwi.

Dan ya, Gus Maulana dan Gus Alwi menurut saat mendengar nada bicara Nazwa. Gus Maulana juga menatap sang istri dengan tatapan sendu.

Sedangkan Nazwa mati-matian menahan tawa saat melihat ekspresi sang suami, ia hanya tersenyum tipis saat melihat Gus Maulana. Setelah itu ia pun mengambil makanan untuk dirinya.

Saat Nazwa hendak mengambil nasi, tangannya dicegat oleh Gus Maulana, Nazwa menatap sang suami sambil menaikan satu alisnya. Gus Maulana hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil menggeser piring yang ada dihadapannya kehadapan sang istri.

"Kenapa Mas?" tanya Nazwa.

"Suapin," ucapnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Nazwa.

Nazwa terheran saat mendengar permintaan sang suami, karena tak ingin suaminya itu kembali menangis seperti yang lalu-lalu, Nazwa hanya menuruti apa yang Gus Maulana mau.

Gus Alwi yang melihat Nazwa menyuapi Gus Maulana pun dibuat kesal, saat ia ingin memanggil Nazwa tiba-tiba saja Ummi Latifah, Abi Hasan, dan yang lainnya datang.

"Assalamu'alaikum," ucap Abi Hasan.

"Wa'alaikumussalam warohmatuloh," jawab Nazwa dan Gus Maulana bersamaan.

"Kumcayam Akek," jawab Gus Alwi juga.

Mendengar jawaban salam dari Gus Alwi, Abi Hasan dan yang lain dibuat gemas, Abi Hasan pun berjalan dan duduk di samping cucu pertamanya itu.

"Cucu kakek kenapa? Kok mukanya cemberut?" tanya Abi Hasan.

"Akek, Awi uga au di cuapi Tata Awa," ujarnya kepada sang kakek.

Mendengar itu Abi Hasan pun menatap Nazwa yang tengah mengambilkan minum untuk suaminya, Nazwa yang paham dari tatapan mertuanya itu hanya tersenyum.

"Biasa Bi, lagi rebutan Nazwa mereka berdua," sahut Gus Kahfi yang baru saja duduk di samping Ning Huda.

Abi Hasan hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan anak dan cucunya itu, ia pun segera memimpin membaca doa untuk memulai makan malam mereka.

Setelah selesai membaca doa, mereka semua pun mulai menikmati makan malam mereka. Saat yang lain tengah memakan makan malam, Gus Alwi masih saja cemberut karena Nazwa yang menyuapi Gus Maulana.

Gus Maulana yang menyadari bahwa ponakannya itu tengah melihat ke arahnya, ia pun memberikan tatapan tengilnya kepada sang ponakan.

Abi Hasan dan Ummi Latifah yang melihat itu hanya mampu menggelengkan kepala mereka, mereka juga bingung kenapa bisa Gus Maulana cemberut pada ponakannya sendiri, bagaimana nanti jika ia sudah mempunyai anak, apa sifat cemburu nya akan tetap ada.

Andai saja saat ini mereka sedang tidak menikmati makan malam, Ummi Latifah akan menanyakan hal itu kepada sang anak.

Sedangkan Nazwa yang menyadari suaminya dan Gus Alwi sedang adu tatap pun hanya memberi peringatan kepada sang suami, akhirnya Gus Maulana diam sambil menerima suapan demi suapan yang diberikan istrinya itu.

"Sama ponakan sendiri aja cemburu," celetuk Gus Kahfi.

Gus Maulana ingin menyahut, amun niatnya ia kurungkan saat Nazwa kembali menyuapinya.

"Debatnya nanti aja, makan dulu!" ucap Nazwa kepada sang suami.

Akhirnya mereka pun memakan makan malam mereka dengan tenang, Gus Alwi juga memakan makanannya dengan di suapi Ummi Latifah.

Setelah selesai Nazwa, Ummi Latifah, Ning Huda, dan Ning Hilmah pun segera membersihkan sisa makan mereka. Ummi Latifah juga meminta Ning Huda dan Ning Hilmah untuk membawa piring kotor ke dapur, agar mbak ndalem tidak repot.

Selesai membersihkan meja makan dan menyimpan sisa makan malam tadi, Nazwa dan Ummi Latifah pun menghampiri Abi Hasan dan yang lain ke ruang keluarga.

Saat Nazwa dan Ummi Latifah hampir sampai di ruang keluarga, mereka berdua melihat Gus Maulana dan Gus Alwi sedang menikmati cemilan dengan Gus Alwi yang berada di pangkuan Gus Maulana.

Melihat itu Nazwa dan Ummi Latifah dibuat cengok, baru saja tadi adu mulut dan adu tatap, tapi sekarang mereka sudah akur kembali. Nazwa dan Ummi Latifah pun berjalan menghampiri mereka, Nazwa duduk di samping suaminya yang tengah asik memakan biskuit.

"Tata Awa au?" tawar Gus Alwi saat melihat Nazwa yang duduk di sampingnya.

"Enggak, kakak Awa udah kenyang," tolak Nazwa dengan halus.

"Otey," ujar Gus Alwi, kemudian ia kembali memakan biskuit itu.

"Udah baikan?" tanya Nazwa kepada sang suami yang masih asik memakan biskuit.

"Eh, dari kapan kamu disini, Yang?" tanya Gus Maulana yang tak menyadari Nazwa duduk di sampingnya.

"Dari zaman purba," jawab Nazwa memutar bola matanya malas.

Ummi Latifah dan Abi Hasan tertawa mendengar jawaban nyeleneh menantunya itu, Nazwa yang merasa di tertawakan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Dari arah dapur Ning Huda dan Ning Hilmah baru saja datang dan mereka duduk di samping Ummi Latifah, Ning Hilmah yang melihat Abang dan ponakannya tengah asik memakan biskuit, ia pun menghampiri Gus Maulana dan mengambil beberapa biskuit itu untuk ia makan.

Saat Ning Hilmah mengambil biskuit, Gus Maulana dan Gus Alwi hanya menatap sekilas ke arah Ning Hilmah, setelah itu mereka pun kembali menonton kartun nusa dan rara.

Setelah mengambil biskuit itu, ia pun kembali duduk di samping Ummi Latifah. Mereka asik mengobrol, kecuali si Gus Kecil dan Gus Muda.

"Mas," panggil Ning Huda kepada Gus Kahfi.

"Hm?" sahut Gus Kahfi.

"Gimana caranya kita ngasih tau Ummi, kalau aku hamil lagi, kan masih ada Nazwa, aku gak enak sama dia," ucap Ning Huda sambil berbisik.

"Nanti aja sayang, pas Nazwa sama Lana udah ke kamar," ujar Gus Kahfi seraya tersenyum kearah istrinya.

Ning Huda tak menyahut lagi, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Saat Ning Huda melihat jam di ponselnya, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 21:30, dan ini sudah lewat jam tidur anaknya.

"Alwi," panggil Ning Huda.

"Ya Ummi?" tanya si Gus Kecil.

"Ayo bobo, udah lewat jamnya loh," ujar Ning Huda.

"Awi au makan ini Ummi," ujar Gus Alwi seraya menunjuk biskuit yang ada di tangannya.

"Iya sayang, habisin yang itu ya, terus bobo. Besok lagi kita makan biskuit nya," sahut Gus Kahfi.

"Otey," ucap Gus Alwi sambil memakan biskuit yang ada di tangannya.

Setelah biskuit itu habis, Gus Alwi pun turun dari pangkuan Gus Maulana dan menuju Abi dan Ummi nya. Setelah minum Ning Huda berpamitan kepada yang lain untuk menidurkan si Gus Kecil.

Tak lama saat Ning Huda membawa anaknya ke kamar, Nazwa dan Gus Maulana pun berpamitan untuk istirahat atas perintah Ummi Latifah, karena Ummi Latifah tidak ingin Nazwa kurang istirahat.

Setelah sampai dikamar, Gus Maulana langsung menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mengambil wudhu. Sedangkan Nazwa, ia menunggu sambil duduk di tepi kasur dengan menyandarkan punggungnya di kepala kasur.

Saat Nazwa membuka handphonenya, ia baru menyadari bahwa lusa adalah hari ulang tahun suaminya dan anniversary pernikahannya yang kesatu tahun.

"Eh, ternyata lusa Mas Lana ulang tahun, anniversary pernikahan juga. Kasih kado apa ya?" ujar Nazwa sambil berfikir.

Karena terlalu asik berfikir, Nazwa sampai tak sadar sedari tadi Gus Maulana memanggil-manggilnya.

"Sayang," panggil Gus Maulana sambil memegang bahu sang istri.

"Astaghfirullah, Mas ngagetin aja," ujar Nazwa seraya memegang dadanya.

"Aku dari tadi manggil kamu loh, tapi kamu nya gak nyaut," ujar Gus Maulana seraya mengambil tisu yang ada di atas nakas.

"Mikirin apa sih?" tanya Gus Maulana lagi.

"Gak ada sih," jawab Nazwa, setelah itu ia pun berdiri dan menuju kamar mandi.

Setelah sampai dikamar mandi, Nazwa pun segera menggosok giginya dan mencuci muka. Setelah selesai ia pun mengelap wajahnya dengan handuk khusus yang ada di kamar mandi.

Saat ia ingin keluar dari kamar mandi, tiba-tiba Nazwa merasakan kepalanya yang sangat pusing, ia juga hampir terjatuh karena kepalanya yang pusing.

"Astaghfirullah," ucap Nazwa seraya memegang kepalanya.

Nazwa mencoba untuk tenang dan mengatur nafasnya, setelah dirasa pusingnya berkurang ia pun mencoba untuk berjalan keluar.

Saat Nazwa membuka pintu kamar mandi, Nazwa dikejutkan dengan Gus Maulana yang juga ingin masuk.

"Mas kamu ngapain?" tanya Nazwa.

"Kamu gak papa?" tanya Gus Maulana yang menghiraukan pertanyaan sang istri.

"Aku gak papa kok, kamu kenapa?" tanya Nazwa lagi.

"Aku khawatir sama kamu, gak biasanya kamu lama di kamar mandi, makanya aku tadi mau ngecek kamu, takut kamu kenapa-napa," ujar Gus Maulana dengan wajah khawatirnya.

Nazwa tersenyum saat mendengar perkataan suaminya tadi, tangannya pun terangkat untuk mengusap rahang tegas sang suami. Nazwa juga memberikan senyuman manisnya, mengatakan bahwa ia tidak kenapa-napa.

Raut wajah Gus Maulana yang tadinya khawatir, kini perlahan membaik karena melihat senyum manis sang istri. Tangannya pun merain pinggang ramping sang istri untuk ia peluk.

"Gak epik banget pelukan didepan kamar mandi." Aul

"Biarin, yang penting ada yang dipeluk." Gus Maulana.

.
.
.
Back too story!

Gus Maulana memeluk erat tubuh Nazwa dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang istri, Nazwa mengerti suaminya itu masih khawatir pun langsung membalas pelukan itu seraya mengusap punggung Gus Maulana.

Setelah beberapa menit mereka berpelukan, Nazwa pun mulai mengurai pelukan mereka. Saat pelukan itu terlepas, Nazwa terkejut saat melihat suaminya yang menangis.

Nazwa pun berjalan menuntun Gus Maulana untuk duduk di tepi kasur, setelah duduk Gus Maulana kembali memeluk istrinya itu.

"Kenapa?" tanya Nazwa. Gus Maulana diam, ia hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Melihat suaminya yang enggan menjawab pertanyaannya, Nazwa hanya menghela napas pelan, kemudian Nazwa pun kembali mengusap punggung Gus Maulana.

Setelah Gus Maulana merasa tenang, ia pun mengurai pelukannya. Ia tersenyum saat melihat Nazwa yang tersenyum kearah nya.

"Udah tenang?" tanya Nazwa.

"Iya, udah," jawab Gus Maulana seraya tersenyum.

"Aku gak papa Mas, maaf ya udah buat kamu khawatir," ucap Nazwa seraya mengusap tangan suaminya.

"Iya sayang, gak papa. Bobo yuk, ngantuk nih aku," ujar Gus Maulana seraya terkekeh.

"Ayo," sahut Nazwa.

"Mau dibacain sholawat apa?" tanya Gus Maulana saat mereka sudah berbaring.

"Nazwa lagi suka dengerin sholawat ya habibana ali syailillah, boleh bacain itu?" tanya Nazwa sambil menatap sang suami.

"Boleh dong, sinian lagi sayang," ujar Gus Maulana, Nazwa pun mendekat kepada Gus Maulana dan menjadikan tangan Gus Maulana sebagai bantalan nya.

Setelah Nazwa dekat dengannya, Gus Maulana segera membacakan sholawat yang diinginkan oleh sang istri tadi.

(Ini sholawat nya yaaa, qosidah tawasul sih lebih tepatnya. Semoga kalian juga suka, sering-sering dengerin sholawat ya pren atau syair-syair pujian para habaib, biar hati kita juga tenang, juga buat menambah pengetahuan kita juga:))

Setelah selesai membacakan sholawat itu, Gus Maulana pun melihat Nazwa yang sudah terlelap dalam tidurnya sambil memeluk tubuh Gus Maulana.

"Semoga mimpi indah cantik," ucap Gus Maulana seraya mencium kening sang istri.

Setelah itu Gus Maulana menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan tubuh sang istri, lalu ia pun menyusul Nazwa yang sudah terlelap.

🌹🌹🌹
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Udah ah, sampai sini aja...

Jangan lupa vote dan komen kalian pren.

Ada yang mau disampaikan?

Semangat puasanya<3





3 April 2022

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

3M 269K 76
SEGERA TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut saat kalimat saya cinta kamu yang terlantu...
27.7K 1.2K 12
Garis takdir itu rumit bukan? Sama halnya dengan pertemuan kami.
5.8K 214 64
13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall...
2.8M 379K 70
(TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TBO) Ini tentang kejujuran yang hanya berujung penghinaan. Tentang kesalahan di masa lalu yang menjerat sampai sekarang. Fi...