๐˜‹๐˜ฐ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ท...

By Dayydream_

143 26 4

๐พ๐‘’๐‘๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘š๐‘œ๐‘๐‘–๐‘™ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘– ๐‘‡๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž ๐‘š๐‘’๐‘š๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘‘๐‘– ๐‘ฃ๐‘œ๐‘›๐‘–๐‘  ๐‘š๐‘’๐‘›๏ฟฝ... More

Warning!
PROLOG
2 ๐Ÿ‰ Tinggal bersama
3 ๐Ÿ‰ Omelete & Kaku
4 ๐Ÿ‰ Perasaan
5 ๐Ÿ‰ Pertama Kalinya
6 ๐Ÿ‰ Takut
7 ๐Ÿ‰ Cup~
8 ๐Ÿ‰ Super Canggung
9 ๐Ÿ‰ Masalah
10 ๐Ÿ‰ Tidur
11 ๐Ÿ‰ Berdua
12 ๐Ÿ‰ Bagaimana?
13 ๐Ÿ‰ Love, Sad
14 ๐Ÿ‰ Aroma Mark
15 ๐Ÿ‰ Hari tak bahagia
16 ๐Ÿ‰ Sedih? bahagia?
17 ๐Ÿ‰ Kembali
18 ๐Ÿ‰ Pembukaan Kafe
19 ๐Ÿ‰ Tata?
20 ๐Ÿ‰ Gak Kenal
21 ๐Ÿ‰ Kisah Tata?
22 ๐Ÿ‰ Bau Parfume

1 ๐Ÿ‰ Bertemu

18 1 0
By Dayydream_

Harap tetap online karena ada beberapa media yang harus di unduh..^^

# 1
🍉 B E R T E M U 🍉



Satu tahun yang lalu..


NGIUNG~

NGIUNG~

NGIUNG~





"Cepat-cepat angkat pasiennya"

Tubuh ketiga korban kecelakaan segera memasuki ruang gawat darurat dengan bantuan brankar setelah tiba didepan rumah sakit terdekat.

Disudut tembok terlihat dua orang polisi sedang berbicara dengan seorang pria berpakaian casual.


*search on pinterest

Terlihat mereka sedang berbicara serius, bahkan seorang polisi beberapa kali menanyakan sesuatu pada pria berkulit putih tersebut terkait kecelakaan tadi.

"Yasudah mas, terimakasih. Apabila nantinya pihak kami membutuhkan keterangan saksi mata atas kecelakaan ini, apakah mas bersedia di wawancarai?"

Pemuda itu mengangguk mantap. "Iya pak saya bersedia, karena saya sendiri berada tepat di belakang mobil itu saat kecelakaan berlangsung". Meskipun orang asing, namun pemuda tampan itu merasa yakin dengan kalimat yang di keluarkannya barusan.

"Yasudah, baik Mas. Kalo gitu kami permisi akan kembali menuju ke tempat kejadian untuk evakuasi"

"Iya Pak, terima kasih"

"Permisi"

Kedua polisi tersebut meninggalkan rumah sakit dan juga pemuda itu. Sedangkan pemuda berwajah oriental itu sendiri berencana akan menunggu hasil pemeriksaan para korban kecelakaan yang secara tak langsung diselamatkan olehnya.

Sebagai saksi mata pemuda itu yakin jika mungkin keberadaannya akan diperlukan, mengingat belum ada satu keluarga dari korban yang dapat dihubungi.

Setelah lima menitan berdiri di depan ruangan para korban, seorang dokter pria yang menangani korban kecelakaan tersebut tiba-tiba keluar dari ruangan dan menghampiri pemuda tampan itu.

"Permisi, mas"

"Iya, dok"

"Maaf sebelumnya, Mas ini salah satu keluarga dari korban kecelakaan?"

"Bukan, saya kebetulan ada ditempat kejadian dan orang yang memanggil ambulans dok"

"Kalo gitu, apakah ada pihak keluarganya? Atau pihak keluarga yang sudah dihubungi mungkin?"

"Maaf dok, sepertinya gak ada pihak keluarga yang dapat saya hubungi. Tapi, mungkin nanti polisi menemukan sesuatu ditempat kejadian"

"Yasudah kalo gitu, saya akan menyampaikannya pada mas sebagai saksi ya"

"Baik, dok"

Wajah dokter yang terlihat sudah berumur itu berubah serius, membuat pemuda bertopi hitam itu untuk pertama kalinya setegang ini, mengalahkan ketegangannya saat berbicara dengan orang-orang penting.

"Begini Mas, kita sudah memerikasa kedua korban dari kecelakaan mobil tersebut. Yang kita tahu kedua korban mengalami banyak luka serius dan terdapat beberapa benturan hebat dikepala dan bagian tubuhnya yang lain. Untuk itu, saya selaku dokter yang memeriksa kedua korban kecelakaan tersebut menyatakan bahwa kedua korban dinyatakan telah meninggal dunia semenit pada saat tiba dirumah sakit ini" jelasnya panjang lebar.

Pemuda berlogat asing saat berbicara bahasa Indonesia itu terlihat kecewa, pemuda itu hanya bisa pasrah mendengar pernyataan sang dokter, seraya mengusap gusar wajahnya tak percaya.

"Meninggal dunia, dok?"

"Iya Mas, kedua korban tidak bisa terselamatkan. Saya turut berduka cita ya"

Sekali lagi saat mendengar ucapan dokter dihadapannya, pemuda itu masih sepenuhnya belum percaya dengan apa yang telah di dengarnya. Tangan kanannya terulur mengelus tengkuknya.

"Iya dok, makasih"

"Ya mas, sama-sama"

"Lalu korban yang satu lagi gimana keadaannya?". Wajahnya di penuhi harapan.

"Untuk korban yang satu lagi, rekan saya yang menangani. Mungkin ditunggu aja kabarnya Mas, semoga ada kabar baik ya"

"Oh, ya sudah dok, terima kasih kalo gitu"

"Yasudah, saya permisi. Mari"

Pemuda tinggi berambut hitam kecokelatan itu bernama Mark, nama lengkapnya Mark Lee.

Terlihat dari namanya saja jika pemuda tampan itu bukanlah asli orang Indonesia. Seperti paras dan namanya pemuda bermarga Lee itu sebenarnya berasal dari Korea Selatan, namun pada dasarnya pemuda itu berkebangsaan Kanada.

Mark sendiri keturunan Kanada-Korea. Ayahnya berasal dari Kanada, sedangkan sang Ibu berasal dari Korea Selatan.

Tujuannya berada di Indonesia karena memang sedang menghindari Daddynya yang sekarang menetap di Korea Selatan. Jika terus didekat Daddynya, Mark merasa sangat stres dibuatnya. Karena memang ada suatu masalah antara pemuda Lee itu dan Daddynya itu.

Mark pikir dengan cara melarikan diri ke negara lain, pria paruh baya berumur setengah abad-an itu tak bisa menemuinya. Tapi, itu pun sebenarnya masih tak bisa meyakinkannya.

Mark jelas mahir berbahasa Indonesia, karena itu jugalah pemuda tampan itu memilih pergi ke negara kepulauan ini.

Saat masih duduk dibangku sekolah, Mark memang rajin menghadiri les beberapa bahasa asing yang di ikutinya. Karena memang sangat menyukainya.

Saat ini, pemuda berusia 23 tahun itu bernaung di Jakarta, menyewa salah satu apartemen disana.

Sebenarnya situasi dan keadaan saat ini membuatnya bingung. Perasaan dan pikirannya bertolak belakang.

Disisi lain pemuda blasteran itu sebenarnya tak mau terlibat dalam hal semacam ini, karena tau ia hanyalah orang asing yang tak mengerti hukum atau budaya disini.

Namun, disisi lainnya pemuda itu juga tau jika ia satu-satunya orang yang mengetahui kecelakaan itu, dan sudah sewajarnya sebagai manusia harus saling tolong menolong. Itulah norma yang terus diajarkan oleh kakek dan neneknya dulu.

Pemuda itu mendaratkan pantatnya di jajaran kursi depan tembok dibelakangnya. Merenungkan ucapan dokter tadi, dan pikirannya.

Sudah sekian kali pemuda itu mengusap gusar wajahnya. Ia memang saat ini sedang di landa kebingungan. Hal itu jadi membuatnya tak fokus sendiri, tak menyadari juga seorang dokter keluar dari ruangan sebelah.

Hingga barulah saat mendengar suara sepatu terdengar menghampirinya pemuda itu mendongakkan wajahnya.

Seseorang dengan balutan jas berwarna putih, dengan kain menutupi kepalanya itu sedang berjalan menghampiri pemuda itu.

Spontan, pemuda itu berdiri dari duduknya. Sepertinya dokter wanita yang sedang di lihatnya itu adalah dokter yang dimaksud dokter sebelumnya.

"Siang, pak" ujar seseorang yang dimaksud dokter itu oleh Mark, saat baru saja tiba di depan tubuh pemuda itu.

"Assalamualaikum. Siang, dok". Timpal pemuda bule itu. Diawali dengan mengucapkan salam meskipun terdengar kurang fasih.

Saat disini Mark paham jika seorang wanita menutupi kepalanya dengan kain, berarti tandanya wanita tersebut seorang muslim.

Pemuda itu bahkan sedikit memundurkan tubuhnya, hingga membuat kakinya terpentok tubuh kursi yang tadi di dudukinya.

Ia ingat dan sebelumnya ia juga mengetahui sedikit jika wanita muslim tak boleh berhadapan begitu dekat dengan seorang pria, jadi untuk itu ia melakukan hal tersebut seperti yang orang-orang lain lakukan.

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarakatuh. Maaf, sebelumnya apakah Bapak ini keluarga dari korban kecelakaan?"

"Bukan dok, saya orang lain yang kebetulan saat kecelakaan itu berada tepat di lokasi kejadian"

"Jadi, mas ini saksi mata atas kejadian kecelakaan tersebut"

"Iya dok. Lalu gimana dok, keadaan korbannya?". Wajahnya terlihat dipenuhi oleh harapan, dan tak sabar mendengar jawaban sang dokter atas pertanyaannya barusan. Mark harap dokter yang terlihat muda itu tak mengulangi kalimat yang sama yang sebelumnya ia dengar.

"Alhamdulillah, korbannya selamat Pak. Namun saat ini keadaannya masih kritis. Ada terdapat benturan hebat yang mengenai kepalanya. Kita berdoa aja ya Pak, semoga korban cepat membaik"

Seketika, Mark mengembangkan senyumannya. Ia bersyukur, bahkan sampai mengulurkan kedua tangannya menutupi sebagian wajahnya.

Setidaknya ia tetap bersyukur mendengar ada korban yang selamat dari kecelakaan itu, meskipun ia sendiri memang tak mengenal semua korban kecelakaan itu.

Dokter muda itu ikut mengembangkan senyumannya, melihat sosok di depannya seperti itu. "Alhamdulillah ya, pak. Ya sudah, saya permisi"

"Iya dok, terima kasih". Entahlah, hatinya jadi terasa lega tak sepanik sebelumnya. Sungguh ia sangat bersyukur akan berita baik ini.

Setelah kepergian dokter muda itu, tak lama kemudian seorang suster berjalan menghampiri Mark.

"Permisi, mas"

"Iya, sus?"

"Apakah Mas ini kerabat dari korban?"

Lagi-lagi itulah kalimat yang pertama kali di dengar Mark dari dokter maupun suster yang menghampirinya.

"Bukan sus, saya kebetulan orang yang berada ditempat kejadian. Dan, orang yang ikut membawa korban ke sini."

"Oh begitu. Apakah keluarganya mungkin sedang menuju kesini?"

"Engga ada sus, saat ini belum ada keluarga dari korban yang dapat dihubungi"

"Kalo begitu. Apakah mas bisa menyimpan barang ini?."

Mark melirik benda yang di sodorkan suster itu di dalam kantong plastik transparan. Benda kecil itu terlihat berkilauan.

"Ini salah satu barang yang saya temukan didalam saku celana korban kecelakaan yang selamat, mas. Apakah mas bersedia menyimpannya?."

Mark terdiam, seperti sedang berpikir. Mengingat dirinya bukan siapa-siapa, jelas ia takut dan tak berani menerima amanat itu.

"Maaf sus, tapi saya juga gak kenal dengan para korban"

Suster itu mengangguk, seperti mengerti dari maksud ucapan pemuda di hadapannya. "Kalo begitu, biar kami simpan saja barangnya"

Jelas saja, karena bagaimana pun pihak rumah sakit juga tak boleh asal memberikan barang pasien pada orang yang bukan terkait.

"Ya sudah mas, saya permisi"

"Iya, sus. Makasih"

"Sama-sama"

Mark masih berdiri di tempatnya melihat kepergian suster itu.

"Suster, maaf". Sembari berseru pemuda itu berjalan menghampiri suster tadi yang belum jauh.

Spontan, suster itu menoleh. "Iya, mas. Kenapa?"

Kini, tubuhnyasudah berdiri di hadapan suster. "Jika boleh, saya bersedia menyimpan benda itu. Saya yakin, setelah korban membaik saya akan langsung memberikan benda itu pada pemiliknya."

Entah apa yang mendorongnya sampai berubah pikiran seperti ini, namun ia rasa dengan benda itu dirinya bisa menemukan identitas si korban.

"Kalo begitu, saya titip benda ini pada mas, karena belum ada keluarga dari korban, dan mas sebagai saksi"

Mark menerima benda itu.

"Iya sus, terimakasih" ujarnya, seperti yakin dan tidak yakin. Namun, harus yakin.

"Ya, sama-sama. Permisi"









TBC
..


Cast..!

Mark Lee
(Mark Lee 'NCT')

*search on pinterest



New character cooming soon..!

Penasaran 'kan sama visualisasinya Tata?
Tetap penasaran yaa, karena aku bakal kasih tau di part 2..^^


..


Jik ada kalimat atau bahasa yang gak di mengerti, silahkan komen:)

..

Dan, bagi kalian yang penasaran dengan Mark Lee NCT bisa dong langsung mampir ke profilku~ disana ada lapak yang isinya cast² wattpad..!




BYE, see you on next part..!

LOVE, Dreamy..^^






vote
comment
follow


Rabu, 9 Maret 2022
11.00 am

Continue Reading

You'll Also Like

593K 48K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
5.4M 359K 66
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACAโš ๏ธ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

558K 26.2K 49
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
335K 3.9K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+