Now You See Me

By IfyLucia

86.1K 8.6K 2.1K

Introducing, the next Freemason: The Fourhorsemen Greyson the "Chance". Hanya memberimu satu kesempatan. Untu... More

The Fourhorsemen
"We're Going to Rap a Police Office!"
Police Office, Tonight!
The Next Freemason
Simfoni Kesembilan
The Different Way
The Mysterious Man-in-Black
Full of Secret, Full of Mystery, Full of Action
"And the Last Thing... He's a Psycopath."
Just a Family Problem, Anywhere
Closer to the Jail
Crash!
Fly for Fall
Asa and the Great Disaster
Two Blonde Girls
Paralyzed?!
Nazi Attack! (Part 1)
Nazi Attack! (Part 2)
Evacuate
Burning Maps
Luke and the Dangerous Date
Flashback
Guardian Angel for Greyson
When Luke Meet Cara
Chloe's Big Decision
Coffee Powder (Pt.1)
Coffee Powder (Pt. 2)
Fly Away
Behind the Wall
EPILOGUE

PROLOGUE

11.7K 660 155
By IfyLucia

EMPIRE STATE BUILDING, NEW YORK

"Baiklah, jadi siapa yang mau menjadi kelinci percobaanku hari ini?!" terdengar seruan mantap diantara kerumunan manusia didepan gedung Empire State.

"OH MY GOD, GIVE ME 'A' CHANCE!"

"CHANCE, I LOVE YOU!"

"YOU'RE SO COOL, BABE!"

"GYAAAA!"

Dia meringis mendengar namanya dielu-elukan ribuan orang dihadapannya. Siaran live kali ini pasti akan jadi sangat heboh. "Tenang semuanya! Kali ini, saya akan memberikan kesempatan untuk nona cantik didepan saya. Siapa namamu, Manis?"

Tak ayal, wanita itu langsung memekik heboh dan meraih microphone yang diberikan seorang crew. "Bella Heather, you can call me Bella."

"Bella Heather? Not Bella Swan on Twilight?" tanyanya dengan nada menggoda. Muka Bella memerah, sebelum menggeleng malu malu.

"Hmmm.. Yeah, I see. Kau jauh lebih cantik daripada Kristen Stewart," dia mengedipkan sebelah mata kearah Bella. Yang digoda hanya bisa blushing dan menahan senyum.

"Baiklah, Bella. Aku ingin melakukan sulap kartu kali ini. Pasti kalian sudah akrab bukan, dengan sulap kartu? Aku akan membiarkan Nona Bella memilih satu kartu diantara tumpukan kartuku," dia menunjukkan segepok kartu remi ditangannya. "Dan, aku akan menebak apa warna dan angka dari kartu itu. Tapi, dengan cara yang ajaib dan akan membuat kalian menjerit! Bagaimana?"

"YAAA!"

"LAKUKAN ITU, CHANCE!"

"KAMI SUDAH TAK SABAR!!"

"LAKUKAN, LAKUKAN!"

Halaman gedung Empire State semakin menggila. Dia hanya bisa meringis mendengar ribuan fansnya mengelu elukan namanya. "Tenang, semuanya! Baiklah, Nona Bella sudah siap?"

"Siap!" seru Bella dengan mantap.

"Baiklah! Lihat ini baik-baik, dunia!" serunya mantap. Dia mengocok kartunya dengan kecepatan luar biasa, membuat seisi lapangan semakin berteriak kagum. Kemudian, dia melemparkan semua kartu kartu itu ke udara hingga jatuh keatas tanah.

"Pungut salah satunya, Nona Bella."

Bella sendiri hanya bisa mengernyit bingung. Biasanya, sulap kartu akan menbiarkan sang kelinci percobaan untuk memilih kartu langsung dari tangan sang pesulap. Kali ini, sang kelinci percobaan mengambil kartu dari tanah? Sang pesulap jelas tak menyentuh kartunya lagi sedikit pun.

Hanya perubahaan kecil, tapi mampu membuat seisi lapangan terheran heran. Belum lagi, posisi kartu yang secara rata terbalik semua, sehingga angka dan warna kartu pun tak terlihat.

Bella membalik kartunya sekaligus melindungi kartunya dari si pesulap. "Oke."

"Baiklah," dia memejamkan mata sejenak, seakan sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius. "Wow, pilihan yang sangat bagus. Tapi kali ini, saya akan mengungkapkannya dengan cara yang biasa. Bisa bantu aku? Kita hitung mundur dari angka 3. Siap? Mulai!"

"SATU!"

"DUA!"

"TIGA!"

BOOOM!

Mendadak, gedung Empire State gelap. Seisi lapangan pun kaget, hingga sepersekian detik kemudian, beberapa lampu ruangannya menyala lagi, menyusun gambar sebuah kartu, lengkap dengan warna dan angkanya.

Terpampang jelas. Lima merah.

"Kartu lima, warna merah. Right, Nona Bella?" tanyanya. Bella hanya bisa terperangah dan mengangguk kagum.

"Dan saya juga ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk Nona Bella! Tanggal lima, bulan lima, hari ini bukan? Warna merah juga warna kesukaan Nona Bella. Benar atau tidak, Nona Bella?" tanyanya lagi.

Bella terperangah, kali ini benar benar kaget. "Bagaimana kau bisa tahu?!" tanyanya kaget.

Dia hanya tersenyum misterius. "Kartu kartu ajaib ini memberitahuku. Jadi, semuanya! Mari kita ucapkan selamat ulang tahun untuk Bella kita!"

"WOHOOO! YEAH!"

"SELAMAT, BELLA!"

"OH MY GOD, SHE'S SO LUCKY!"

Dia mengambil kartu lima merah ditangan Bella dan meraih spidol dari sakunya. Ditanda tangani dengan cepat kartu itu. Tinta spidolnya pun berwarna merah. Diberikannya kartu itu pada Bella yang masih terpaku.

"Merah. Warna misterius, berani dan penuh semangat untuk gadis cantik ini," bisiknya pada Bella. Dikecupnya pipi Bella sejenak, membuat seisi lapangan menjerit tanpa ampun.

"SEE YA LATER, NEW YORK! YOU'RE SO ROCK TODAY! THANKS YOU SO MUCH! I'AM THE CHANCE SAY GOODBYE!"

Panggung kecil tempatnya berdiri seketika diselumbungi asap. Ketika asap itu hilang dalam waktu beberapa detik, dia sudah hilang. Seisi lapangan hanya bisa melongo.

Sementara dia, dia. Dia hanya bisa tersenyum, mempercepat langkahnya dan menaiki Rolls Royce nya, meninggalkan gedung yang melambangkan New York itu. Dia tak mengurangi kecepatannya hingga iPhone nya berbunyi.

"Shit, harusnya aku belajar untuk menyulap benda sialan ini untuk diam disaat aku sibuk," geramnya tertahan. Diraupnya benda mungil itu dari atas dashboard dan diangkatnya telepon masuk itu.

"Chance, where are you?! Masih ada setengah jam lagi hingga acara berakhir, bodoh!" seruan Finn, managernya, benar benar membuatnya kesal.

"Kau tahu Finn? Pesulap itu bagaikan penyanyi. Kalau penyanyi capek, dia tak akan menghayati nyanyiannya. Begitu juga aku. Nah, kau mengerti? BYE!"

"Hei, tunggu! Argh!"

Dia tertawa puas sebelum melemparkan iPhone nya ke bangku belakang, tak memperdulikan suara benda terbanting yang begitu keras itu. Dengan hati bebas, dia mempercepat kecepatan mobilnya membelah jalan malam New York.

Capek? Dia capek? Tidak. Pesulap tak pernah capek menghadapi hal hal sepele seperti itu. Pesulap hanya ingin bebas.

Dia. Dia, Greyson "A" Chance.

Atau kau bisa memanggilnya, Greyson Michael Chance.

-----*****-----

BIGBEN TOWER, LONDON

"Sayang, kau sangat baik mau membawaku kesini!"

"Hahaha... Apa sih yang tidak untukmu, Sayang..."

"Ngomong ngomong, temam temanmu nakal sekali, mereka menggodaku tadi! Kok kau tidak bereaksi sih?"

"Haha... Mereka hanya bercanda, Sayang. Jangan dianggap serius..."

Dia memandang dua sejoli yang sudah berumur kira kira 35 tahun lebih itu sambil tersenyum licik. Didekatinya mereka dengan senyum penuh arti.

"Halo, Andrew?" sapanya pada sang laki laki bernama Andrew. Yang dipanggil kaget.

"Siapa kau?" tanya Andrew tak suka. Diliriknya laki laki itu dengan tatapan menyelidik.

"Hai, anak muda! Siapa namamu? Kau teman Andrew?" sapa sang istri dengan penuh keramahan.

Tak lain tak bukan, karna tampangnya yang memang sangat tampan.

"Oh, bukan teman dekat. Kami baru kenal lima detik yang lalu," balasnya dengan senyum penuh arti, lagi. Sang istri mengernyit bingung, sementara Andrew malah semakin bingung dan tak suka.

"Kau siapa sih sebenarnya?!" gerutu Andrew tak suka. "Kau mengganggu bulan maduku dan Teresa!"

"Bulan madumu dengan Teresa atau dengan... Tracie?" balasnya dengan senyum licik.

Teresa terbelalak, sementara Andrew terperangah kaget. "Tracie?! Kau maksud... Tracie saudara kembarku?!" jerit Teresa tak terima.

"Dia hanya bercanda, Honey. Sudahlah, dia hanya mabuk. Pergi sana, hush!" geram Andrew kesal.

"Benarkah? Oh! Boleh aku pinjam tisu dan pemantik ini?" secepat kilat, tangannya bergerak menyambar tisu dan pemantik dari saku kemeja Andrew. Andrew terperangah sebelum meraba raba sakunya.

"Tidak mungkin! Aku tidak membawa tisu dan peman... Oh! Kau pasti pesulap! Dari dulu aku benci pesulap!" Andrew terus mencerocos, sementara Teresa sibuk bertanya soal yang tadi.

"Tenang, Teresa...."

"Andrew, jelaskan apa maksudnya tadi?! Kenapa dia menyebut nyebut Tracie?!"

Bush!

Andrew terperangah ketika tahu tahu, dia membakar tisu itu dengan cepat didepan muka Teresa, sebelum akhirnya Teresa jatuh tertidur.

"Sialan, kau apakan istriku?!" geram Andrew tak terima. Ditangkapnya tubuh Teresa dan dibawanya ke bangku terdekat.

Tanpa merasa berdosa, dia mengikuti Andrew kearah bangku kayu di halaman bangunan Bigben. "Aku hanya membuatnya tidur. Hei, jangan ditampar pipinya, percuma! Hanya aku yang bisa membangunkannya!"

"Kalau begitu bangunkan dia!"

"Hmm... Tidak. Aku ingin bertanya sesuatu dulu padanya," balasnya sinis. Dia duduk disebelah Teresa yang tertidur dan menepuk pundaknya.

"Teresa, aku ingin bertanya. Apakah suamimu sering beralasan bertugas ke luar kota? Hmmm... Tepatnya, London?"

"Ya. Sangat sering, dan sekali pergi, dia lama kembali," bisik Teresa, masih dalam keadaan tertidur.

Muka Andrew pias. "Apa maumu hah?!"

"Mauku? Aku sedang ingin bermain main saja, Andrew. Apa salahnya?" balasnya ringan. Dia kembali menepuk pundak Teresa.

"Apa suamimu... Dekat dengan saudara kembarmu? Sebentar, namanya.. Tracie?"

"Lumayan dekat. Mereka sering membicarakan musik rock karna selera mereka sama. Andrew tak pernah mau membahas musik denganku karna genre favoritku itu classic, padahal andrew sangat suka musik."

Dia memandang Andrew dengan tatapan meremehkan. "Dududuh... Kasihan sekali istrimu, Andrew!"

"Kembalikan istriku seperti semula!" jerit Andrew geram.

"Semudah itu?" remehnya.

"Kau mengajak Teresa kemari dengan alasan berbulan madu, padahal kau ingin bertemu dengan saudara kembarnya yang tak lain adalah selingkuhanmu. Kau mengajak Teresa menemui teman temanmu yang paling berandalan agar mereka menggoda Teresa. Yah, kelihatannya kau ingin agar Teresa berpaling hati darimu secepatnya ya, agar kau bisa menikahi... siapa itu? Teri? Ohya, Tracie!"

Muka Andrew sudah memerah, antara menahan malu dan kesal. "Kau mau memerasku?! Hah?!"

"Tidak juga. Aku hanya ingin memberitahu kalau Teresa mendengar semua percakapan kita. Kalau dia bangun, dia akan ingat apa yang kita bicarakan. Dia hanya bisa lupa kalau ada yang mengucapkan mantra... Ugh! Mantra apa ya... Aku lupa sayangnya!" serunya pura pura menyesal.

Kali ini, muka Andrew benar benar panik. "Kau mau berapa?" bisiknya pasrah, mengundang senyum penuh kemenangan di bibirnya.

"Hmmm.. Aku tidak memaksa lho, sungguh..."

"Ini, ambil semua!" seru Andrew kesal. Dia mengeluarkan semua uangnya dan meletakannya di tangannya. Dia tersenyum melihat uang uang itu.

"Damn, bro. Kau kaya ya?"

"Kembalikan istriku, buat dia lupa!"

"Oke. Teresa, dengar aku. Bangun dan lupakan. Bangun dan lupakan. Sekarang, bangun!"

Dalam sekejab, Teresa bangun. dia memandang linglung ke sekeliling hingga menatap dia. "Oh, hai! Kau teman Andrew ya?"

Andrew hanya bisa tertawa serak, sementara dia tertawa renyah. "Tidak, aku hanya duduk disana. Daah!"

Dia bangkit, bersamaan dengan Andrew. Dia mendekati Andrew dan berbisik ditelinganya. "Lebih baik kau lepas jaketmu segera, bro. Jaketmu bau parfum wanita, dan bukan parfum Teresa. Itu parfum si Teri Teri itu kan? Aku baik memberitahumu."

Andrew menahan umpatan, tapi dia tetap melepas jaketnya, bahkan langsung melemparnya ke bak sampah. "Lho, kok dibuang?" tanya Teresa bingung.

"Oh, gak kenapa kok. Cuma sobek tadi, hahaha..."

"Oh..."

Sementara itu, dalam hati, dia tertawa sambil menghitung uang dari Andrew. Cukup banyak untuk membiayai hidup seboros borosnya dalam seminggu. Dia hanya mengangkat bahu dan berjalan menuju gereja terdekat.

Dia sudah punya pekerjaan. Jadi, uang ini buat apa lagi kalau bukan untuk disumbangkan? Dia melakukan sulap untuk kesenangan saja.

Dia. Dia, Logan the Mysterious Mind.

Atau kau bisa memanggilnya, Logan Lerman.

-----*****-----

EIFFLE TOWER, PRANCIS

"PADA HITUNGAN KETIGA, AKU AKAN MENJATUHKAN TUBUHKU KE AKUARIUM INI! DALAM WAKTU SEPULUH DETIK, AKU AKAN MELEPASKAN SEMUA BORGOL JELEK INI! KALAU AKU TERLAMBAT, AKUARIUM BERISI IKAN PIRANHA DIATASKU INI AKAN JATUH! AYO HITUNG!" serunya dengan lantang. Tangan dan kakinya diborgol dengan rantai yang sangat tebal. Fans fans nya semakin menggila melihat atraksi nekadnya itu.

"SATU!"

"DUA!"

"TIGA!"

Tubuhnya langsung terjatuh kearah akuarium penuh air itu. Semua penonton memandangnya dengan panik, melihat perempuan mungil itu berusaha melepaskan borgol borgol raksasa itu.

Tiiit... Tiiit... Tiiit...!!

Timer mulai berjalan. Diatas akuarium berisi air itu, ada akuarium berisi puluhan ikan piranha asli. Melihat saja sudah mampu membuat semua penonton merinding.

Dia memang nekad. Sangat nekad.

Tiit... Tiiit... Tiiit!

Jarim timer sudah semakin mendekati angka sepuluh. Semua penonton mulai panik, apalagi melihat mukanya yang panik didalam akuarium.

Dia tak pernah gagal. Dia selalu punya cara tak terduga untuk lolos dari segala macam marabahaya.

Tapi sekarang? Apa dia berhasil meloloskan diri dari borgol raksasa yang membelit tubuhnya itu? Didalam air? Belum lagi piranha yang bisa jatuh kapan pun itu!

Seisi penonton mulai sangsi, beberapa security mulai berjaga jaga dengan panik.

Tiit... Tiiiit... TIIIIT!!

Jarum timer dengan sempurna menyentuh angka sepuluh. Semua penonton menjerit ketika berpuluh puluh piranha jatuh ke akuarium. Dia panik, menggedor gedor kaca akuarium.

"Selamatkan dia!"

"Pecahkan kacanya!"

"Security, tolong!"

Para security langsung maju dan menembaki bagian bagian yang membuat dia terkena peluru. Tapi tak berhasil. Kaca itu anti peluru dan dalam sekejab, akuarium itu sudah bewarna merah darah.

Dia dan para piranha tak terlihat lagi, tersamarkan oleh warna merah sadis.

Semua penonton terpaku, menatap akuarium itu dengan kaget. Dia gagal?

"Hei, kenapa kalian dia semua?! Ada yang punya handuk tidak, dingin nih!" sebuah seruan terdengar dari belakang kerumunan. Dia sudah ada disana, lengkap dengan borgol. Dalam keadaan basah kuyup, tapi utuh.

Semua penonton menjerit senang. Dia tertawa puas karna berhasil membuat kaget semua penonton. diangkatnya tangannya yang berborgol dan dihempaskannya keras keras kebawah. Dalam sekejab, borgol itu pecah berkeping keping, bahkan dengan tidak menyentuh tanah.

Dalam sekali tarik, borgol dikakinya juga langsung patah. Semua penonton bersorak kagum. "Kelihatannya para piranha nakalku sudah menggerogoti rantai ini hingga rapuh," kekehnya.

Dia berhasil lagi. Atau tepatnya, dia tak pernah gagal.

Dia. Dia, Chloe the Unpredictable.

Atau kau bisa memanggilnya, Chloe Grace Moretz.

-----*****-----

LANIKAI BEACH, HAWAII

Matanya memandang seisi kapal pesiar dengan penuh perhitungan. Ketika melihat segerombolan turis yang sedang berkumpul sambil makan siang, senyumnya mengembang.

Target baru kali ini tidak tanggung tanggung juga.

"Excuse me! Boleh saya lihat sendokmu, Sir?" celetuknya dengan ramah. Para turis itu sontak mengalihkan perhatian mereka seutuhnya.

"Eng... Sure. Why?" tanya salah seorang turis, sembari menyodorkan sendoknya yang masih bersih.

Dia memandangi sendok perak itu dengan teliti, sebelum senyumnya pun mengembang. "Apa pendapat anda soal sendok ini, Sir?"

Turis itu pun mengernyit bingung. "Tentang sendok ini? Hmmm... Desainnya unik untuk ukuran sebuah sendok. Dan cukup kokoh dan mantap untuk dijadikan teman makan makanan yang agak keras seperti daging. Apa anda peneliti alat alat makan?" tanya turis itu.

"Tidak. Anda bilang sendok ini kokoh, hmm? Kurasa anda salah, Sir. Aku bahkan bisa membengkokkannya dengan mudah," senyum misterius tercetak di bibirnya.

Semua turis itu langsung berseru kaget. Mereka langsung menyambar sendok mereka yang sejenis dan berusaha membengkokkannya. Tak berhasil, sedikit pun bengkok saja tidak.

"Kau berbohong, anak muda," kernyit turis itu. Dia menggeleng, masih menampilkan senyum yang sama.

"Tidak. Aku sungguh sungguh. Perhatikan ini baik baik, semuanya."

Dia menggenggam sendok itu dengan jempol dan telunjuk tangan kanannya. Dahinya mengernyit, tangan kirinya terangkat disamping ujung sendok itu. Kernyitan di dahinya makin mendalam ketika tahu tahu tangan kirinya bergetar cukup hebat.

Semua turis pun langsung tersentak kaget. Semuanya bangkit dan mengerubungi anak muda yang bahkan lima menit lalu, mereka toleh saja tidak. Semua mulai tertarik, bagus.

"Oh my god, he can do that!"

"Amazing!"

"Take my picture with him, Steve! Oh God!"

Konsentrasinya hampir saja lenyap begitu mendengar perkataan yang terakhir itu. Tapi dia berusaha mengulum senyumnya rapat rapat dan kembali berkonsentrasi pada sendok dihadapannya.

Sendok itu, seperti yang seharusnya, mulai bengkok. Semakin lama, semakin bengkok hingga membentuk sudut 90°.

Semua turis itu sontak terperangah dan bersorak kagum dengan berbagai bahasa yang tak dimengerti. dia sendiri hanya bisa terkekeh ketika turis turis bertangan besar itu memukul mukul punggungnya tanpa kira kira, nyaris membuatnya tersungkur di pasir.

"Oh my God, you're a magician?!" pekik turis itu dengan mata terbelalak.

"Oh, yes I'am," tukasnya bangga.

"Pesulap! Astaga, anakku akan sangat suka ini! Makan sianglah dengan kami, kita bisa berbincang bincang sejenak!" seru turis itu lagi.

Dia hanya bisa menyeringai. Tawaran makan siang bersama. wow, ini bahkan melebihi perkiraannya.

"Thanks but, aku harus segera pergi. Aksi tadi hanya untuk iseng saja," serunya dengan nada sok rendah hati. Diliriknya meja makan para turis itu dengan senyum mengembang.

"Yah.. Walau roti prancis itu terlihat menggiurkan..."

"Ayo, duduk saja dulu, kita makan bersama! Sebentar saja, lima belas menit?" tawar turis itu lagi.

"Hmmm... Bagaimana ya... Baiklah, lima belas menit saja," gumamnya. Semua turis itu bersorak girang, seakan yang akan bergabung dengan mereka adalah Justin Bieber, bukannya seorang pesulap yang bahkan namanya saja tak mereka ketahui.

Selama lima belas menit, dia bergabung dengan para turis, tertawa dan menimpali ucapan campur aduk para turis itu. Hingga akhirnya, dia mengangkat tangan kanannya dan melirik jam tangan emas mewah ditangannya.

"Sudah lima belas menit, semuanya. Aku mohon diri dulu, terimakasih atas makan siangnya, roti prancis kalian sedap sekali," senyumnya mengembang sempurna.

"Oh, kami yang seharusnya mengucapkan terimakasih atas pertunjukan seru tadi! Terimakasih, ambillah beberapa roti prancis kami," seorang turis menyodorkan sekantung kertas roti prancis hangat, yang panjang panjang dan menguarkan bau mentega lezat di udara.

"Wow, terimakasih banyak! Saya pamit dulu, selamat tinggal!"

Dia meninggalkan turis turis yang masih berdecak kagum memandang punggungnya. Hingga seseorang dari salah satu turis menjerit.

"Ponselku! Ponselku hilang! Ponsel baruku, dimana dia?! Kalian melihatnya?"

Semua pun sibuk mencari, hingga terdengar beberapa seruan lagi.

"Gelangku!"

"Aduh, kalungku!"

"Arloji emasku!"

"Tadi... Astaga! Anak itu tadi memakai arloji emasmu!"

"Damn, dia ternyata pencuri! Cari dia!"

Dalam sekejab, dia berlari. Semua turis itu bangkit dari kursi, mengejarnya dengan kecepatan super. Dia pun berbelok, masuk kearah jemuran jemuran dimana banyak selimut menggantung disana.

"Kesana! Dia ke jemuran itu!"

Semua turis mengejar hingga ke jemuran jemuran tali itu. Dan ketika disana, langkah mereka terhenti.

Dia tak ada disana, dalam sekejab mata saja.

Sebuah selimut putih jatuh, menimpa pasir. Angin menerbangkannya lagi, hingga pasir itu terlihat lagi. Namun, kali ini, pasir itu berbeda. Sebuah tulisan acak acakan tercetak disana.

DO NOT TRUST A MAGICIAN

Hanya lima kata, namun mampu membuat semua turis tertegun.

Sementara itu, dia, sedang ada disuatu tempat, tertawa senang sambil mengunyah roti prancis lezat yang ia dapatkan dari segerombolan turis bodoh.

Dia lolos. Lagi. Dia lolos dengan membawa banyak barang yang mampu memenuhi hasrat hidup borosnya hingga berminggu minggu.

Dia. Dia, Asa the Invisible.

Atau kau bisa memanggilnya, Asa Butterfield.

Yuhuuuu saya datang membawa ff baruuuuu! *ditimpukramerame

Duuuuuh habis gimana lagi, ide kali ini MAKSA banget buat ditulis hehe. Gaya bahasa disini juga beda banget sama Me VS Greyson yang bahasanya naujubile banget abalnya :v

Ff ini cuma untuk menyalurkan ide doang sih. Kalo feedbacks nya sedikit juga mungkin aku gabakal lanjut lagi alias ku delete :)

Btw, prolognya mirip banget ya ama filmnya? Makanya kulabelin INSPIRED BY NOW YOU SEE ME di covernya, kalo kebaca sih hehe. Tapi insyaallah ketengahnya bakal aku buat beda konfliknya coz bisa bingung semua nanti kalo aku sesuain sama filmnya. Kalo juga ini lanjut.

Soooo vomment ya guys, yang merasa cerita ini berhak *aelah* untuk dilanjut hohoho

PS: belum pernah nonton filmnya? Kusaranin nonton, gabakal nyesel, sumpaaaah! Jack Wilder cakep banget maaaak ASDFGHJKL!!!! #sori #efek #fangirling

Continue Reading

You'll Also Like

RavAges By E-Jazzy

Science Fiction

1.1M 110K 80
[Completed Chapter] Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mere...
Alexandra's Memories By Dhey

Mystery / Thriller

1.7M 215K 73
Book 1 : Ursa Minor [Completed on 23-02-19] Book 2 : Ursa Mayor [Completed on 13-08-20] Book 3 (Final Book) : Nut, The One Who Holds a Thousand Souls...
132K 8.4K 15
Buku Satu ☑ The Forest Voyage : Cerveau Bang [ Completed ] Camp SMA Victory Plus kali ini berlokasi di Hutan Sava, sebuah hutan misterius tanpa p...
211K 29.1K 10
Hatinya kosong, raganya lelah, jiwanya mati.