Danum Senja

aldinawa द्वारा

16.6K 3.1K 3.7K

"Kalau kemarin aku nggak bangun lagi, mungkin itu bakal jadi kado paling indah buat ulang tahun ayah." Singka... अधिक

01 - Awalan.
02 - Pangeran Roti Sobek
03 - Sadar
04 - Apes
05 - Siapa yang Modus?
06 - Harusnya Gimana?
07 - Tunggu Sampai Pulang?
08 - Secepatnya
09- Mabuk Ketan?
10 - Nggak Usah Manja
11 - Kenapa Nggak Coba?
12 - Kalau Sama Terus Apa?
13 - Janji dan Maaf
14 - Capek
15 - Him
17 - Better Than What?
18 - Kita Nanti
19 - Second Chance
20 - Foto Keluarga
21 - Janji Lagi
22 - Salah Ku
23 - Benci Sekali
24 - Selamat Ulang Tahun
25 - Gagal Dirayakan
26 - Jangan Dulu Mati
27 - Bagaimana Rasanya Dunia Tanpa Dia

16 - Beruntung Bertemu

489 100 51
aldinawa द्वारा


•••••

Terima kasih karena sudah bertahan.

•••••

Gadis dengan pakaian terbuka itu berlarian. Menabrak siapapun yang ada disekitarnya. Dia hanya ingin keluar dari tempat ini. Secepat mungkin.

"Sorry! G-gue nggak sengaja." Senja tergagap meminta maaf.

"Butuh patner?" cowok yang dia rasa berusia tak jauh beda dengannya bertanya. Dia bodoh? Sepertinya iya. Senja bahkan tak mengerti maksud pertanyaan itu.

"Patner?" beonya kebingungan. "Gue anggap iya," mata gadis itu mendelik saat si cowok tiba-tiba menarik pinggangnya, membuat Senja menubruk dada bidang manusia didepannya.

"Nggak! Gue nggak kerja disini." protes Senja sembari berusaha melepaskan diri dari spesies bangsat itu. "Bagus. Gue nggak perlu booking lo lewat mami."

Bau alkohol begitu menyengat saat tubuhnya didekap cowok itu. Senja memberontak tapi tak kunjung dilepaskan. Pelukan itu malah kian erat. "Dasar babi! Najis!"

"ARGHH!" teriakan itu lolos dari bibir cowok tadi. Dia melompat-lompat kesakitan karena kakinya diinjak dengan tidak berperikemanusiaan oleh Senja.

Tapi mau bagaimanapun, dia tidak pernah memakai high heels. Hingga larinya dengan mudah disusul oleh cowok berkemeja hitam tadi.

"Jangan nolak gue. Gue nggak suka."

"Jangan pegang gue. Gue nggak suka."

Cowok itu tersenyum. Lalu tangannya terulur mengusap pipi tembab gadis didepannya. "Kalau gue suka, gimana?"

Senja menepis kasar tangan sang cowok. Bukan hanya ditepis, dia bahkan memutar tangan cowok itu hingga sang empu meringis dibuatnya. Tentu tak menyangka jika gadis itu mampu melakukan perlawanan hingga seperti ini.

"Nggak usah kurang ajar. Tangan lo masih tulang bukan besi. Ada kemungkinan patah sama gue," begitu katanya. Baru saja mulutnya bungkam. Keadaan sudah berbalik, tangannya dikunci kebelakang. Dengan posisi seperti ini, Senja tak mampu berbuat banyak. Pakaiannya terlalu berbahaya untuk melawan.

"Banci lo!"

"Siapa?"

"Lo, bego!"

Lagi-lagi cowok itu tertawa. Dengan cepat memutar tubuh Senja agar menghadapnya, "Mau ngatain gue apalagi, hm?" dibawah remang lampu kelap-kelip dia berusaha menatap mata buaya didepannya. Senja berusaha tak memberikan ekspresi takut meski pada kenyataannya tubuhnya sudah panas dingin.

Mereka saling tatap, cowok itu memandangnya dengan mata sayu. "Lo cantik, tapi galak."

"Bacot lo, cabul!" pekik Senja frustasi. Kakinya melemas saat cowok itu mencium pipinya. Dia menggeram dengan dada yang bergemuruh.p

"BRENGSEK LO ANJINGG!" tangannya panas. Tubuhnya bergetar tak karuan.
Mata gadis itu buram. Air matanya menggenang dipelupuk. Dia berbalik, belum juga melangkah tubuhnya limbung hingga dengan mudah digapai oleh cowok tadi.

"Gue suka yang jual mahal diawal." bisiknya tepat ditelinga Senja. Dari ekor matanya, gadis itu melihat si cowok menjauh lalu kembali dengan sebuah botol berwarna hijau?

•••••


Perkelahian antara sepasang sejoli yang berada tak jauh darinya membuat dia makin frustasi. Mengganggu saja.

Dia tak mau ambil pusing, meski sesekali melirik untuk memastikan. Karena dari yang terlihat nampak perempuan itu memberontak hingga mendapat sebuah tamparan dari pasangannya.

Kerutan dikeningnya tercipta jelas. Dia mendekat dengan langkah panjang, hanya akan menegur. Mau bagaimanapun perempuan tetap harus diperlakukan dengan layak meskipun dalam hal seperti ini.

"Whoaa!" perempuan itu didorong hingga nyaris tersungkur, beruntung dia sempat menahannya. "Jangan kasar, Bro!" dia menegur kesal.

Cowok itu menatapnya sangsi. Lalu mendekat hanya untuk menepuk bahunya sekilas, "Ambil, gue nggak sudi pakai cewek kayak dia."

"What the fuck---" dia hendak menahan cowok itu, tapi urung begitu perempuan yang ia rengkuh mencoba melepaskan diri.

Perempuan tadi menyugar rambutnya kebelakang. Menudingnya dengan mata merah berkaca-kaca, "Jangan pegang gue."

"Bajingan lo semua!" pekiknya kuat hingga nyaris terjatuh, lagi. Perempuan itu kembali tertunduk dengan tangan yang menyangga kepalanya.

"Senja?!" suaranya meninggi karena kaget bukan main. Bagaimana bisa gadis polos itu sampai sini?

Senja mendongak begitu mendengar namanya disebut. Matanya yang merah menyipit tajam kearah cowok dihadapannya. "Hai...," ucap gadis itu disertai senyum kecil.

Nathan melongo tak percaya. Dia bahkan mengusap wajahnya berharap bukan Senja yang kini bersamanya, atau ini hanya halusinasi karena efek wine yang dia minum.

"Ja... Lo mabuk?" Nathan mendekati gadis itu, merapikan rambut Senja yang berantakan. Pipi tembab sang gadis nampak memerah karena ditampar tadi.

"Jawab gue, lo minum?" cecar Nathan sambil menjaga tubuh gadis itu agar tetap berdiri tegak. "Minum? Minum apa?"

Tubuh Nathan menegang begitu sang gadis menubruk dada bidangnya, Senja mendongak. Dengan senyum lebar yang nampak begitu ringan tidak seperti biasanya. "Gue suka minum---matcha. Iya, suka banget."

Nathan mencium bau alkohol dari mulut gadis kesukaannya. Dengan segala iman yang dia punya, Nathan menangkup wajah Senja. Menatap manik almond itu dengan usaha penuh agar matanya tak berkeliaran kearah lain.

"Lo tadi minum apa? Jawab gue!" sedikit meninggikan suara agar Senja bisa memperhatikannya. Bibir itu ditekuk dengan alis bertaut. Dia mengedikan bahu sekali, "Itu tadi---apa, ya?"

"Nggak tau, dia maksa!" teriak sang gadis tiba-tiba kesal. "Sakit, panas, nggak enak." Senja meracau dengan wajah marah. Lalu dengan kasar dia menarik leher Nathan agar mendekat. Satu tangannya yang lain menunjuk bibirnya, ada luka disana.

"Lihat, sakit ini. Kena botol, itu tadi ngasih minumnya kasar. Nggak suka!"

Fuck!

Nathan mengumpat dalam hati. Mengesampingkan bagaimana posisi mereka yang begitu membahayakan ke-imanannya, Nathan cukup kalut saat ini.

"Lo dicekokin, Ja!"

Senja mengernyit. "Cipokin? Apa itu?"

"Cekok! Bukan cipok!" pekik Nathan syok. Sedang gadis itu malah tertawa. "Mau cipok, ayo!"

Refleks dia membuang muka. Bahaya jika ada setan lewat, dia bisa khilaf. "Astagfirullah. Tuhan, tolong!"

•••••

Singkatnya begini, dia tidak bisa membawa Senja karena katanya gadis itu adalah 'bayaran' atas sangkutan hutang sang ayah.

Meski bisa 'dipakai' malam ini, dia akan tetap dipekerjakan hingga utang ayahnya lunas. Entah sampai kapan, karena jumlahnya sendiri sangat besar bahkan untuk seorang putra pengusaha kaya raya seperti Nathan.

"Mami nggak bisa lepas dia gitu aja,"

Wanita modis yang mungkin berusia hampir setengah abad itu menggeleng tegas. Selain usahanya di dunia malam, dia juga bos dari rentenir Gaha yang selama ini terus mengejar Senja.

"Aku lunasin utang ayahnya, dan jangan pernah ganggu dia lagi. Apa bisa?"

Mami, begitu panggilannya. Wanita itu menatap Nathan datar, "Ada hubungan apa kalian?" tanya si mami menyelidik. Heran dengan Nathan yang terkesan memaksa sekali, padahal semua pekerja disana tau jika putra muda keluarga Maheswara tak pernah sekalipun tertarik dengan perempuan club.

"Nggak penting,"

Flores, salah satu wanita penghibur disana menatap Nathan lamat. "Dia cewek lo?"

Cowok itu menoleh, tak menjawab pertanyaannya. Beralih menatap owner club langganannya, "Cash?"

"Kamu serius?"

"Kelihatannya saya ngelawak?"

Wanita itu nampak ragu, tapi lantas mengangguk setuju. "Cash, mami tunggu didalam kalau uangnya sudah ada." final si mami setelahnya. "Anak itu tetap disini sampai hutang ayahnya selesai. Mami nggak akan marah kalau kamu tiba-tiba berubah pikiran buat nebus dia, Nathan."

"Nggak akan." jawab remaja itu sambil mengotak-atik ponselnya.

"Bawa anak itu masuk, beri penjagaan supaya anak Juna nggak kabur." perintah mami yang langsung mendapat anggukan dari para laki-laki berbadan kekar itu.

Nathan yang sempat sibuk dengan ponsel bergerak cepat menyusul Senja yang tergeletak diatas meja, "Nggak, Senja sama saya." cegahnya merebut sang gadis dari orang suruhan wanita itu.

"Kamu nggak akan bawa dia kabur, kan?"

"Saya nggak semiskin itu. Kalau nggak percaya, suruh mereka jaga disini. Saya nggak akan kemana-mana sebelum uangnya sampai ditangan Mami."

Wanita itu mengangguk, lalu pergi diikuti perempuan yang sempat Senja kunci didalam kamar tadi. "Ganteng ganteng, bego ternyata." setidaknya itu yang bisa Flo katakan sanking herannya dengan tingkah berondong ber-uang itu.

"Ganteng ganteng ditolak mulu," seloroh Nathan disertai senyum miris setelahnya.

Cowok itu meraih blazer miliknya, disematkan pada tubuh Senja yang hampir separuhnya tak tertutup. "Kalau kita nggak ketemu, lo gimana coba?"

"Ini muter-muter terus, ih!" keluh sang gadis sambil sesekali memukul kepalanya. "Jangan gitu, sakit nanti." tegur Nathan sambil menahan tangan Senja.

Senja yang bisa dibilang tengah teler berat itu mengulurkan tangannya guna menangkup wajah Nathan. "Lo mirip dia, deh." ucap Senja sambil terkikik geli.

Matanya tak lepas barang sedetikpun dari wajah Nathan. Nathan yang ditatap begitu harus mati-matian menahan diri agar tak menerkam sang gadis. Sial, Senja nampak begitu cantik.

"Dia siapa?" pancing cowok itu tanpa melepaskan matanya dari Senja. "Dia---cowok aneh."

Nathan tersenyum, bahkan dalam keadaan mabuk Senja masih saja menganggapnya aneh. "Gue sayang sama lo, Ja." ucap Nathan bersungguh-sungguh.

Sorot mata gadis itu berubah setelah mendengarnya. Lalu dengan seenaknya dia membekap mulut Nathan, "Nggak mau, nggak boleh!" katanya disertai gelengan kuat.

Sebelah alis cowok itu terangkat, mulutnya masih dibekap. "Nggak boleh sayang gue. Nggak boleh, okay?"

Perlahan Nathan melepaskan tangan Senja yang menutup mulutnya, dia genggam lembut setelah itu. "Kenapa nggak boleh?"

Senja menggeleng lagi. Memainkan jari-jari tangannya yang ada dalam genggaman Nathan. "Soalnya kata ayah---gue nggak pantes disayang, jadinya gitu deh."

Gadis itu menatap Nathan lagi. Matanya berkedip pelan, "Yang sayang sama gue pergi semua. Katanya mau pulang, tapi kapan?"

"Capek dibohongin terus, ah!"

Helaan nafas lolos dari bibir Senja, "Rasanya punya keluarga gimana, sih? Gue itu kesepian tau, nggak punya siapa-siapa." dia menunduk lesu, mengoyang-goyangkan tangan Nathan sesekali. "Lo punya gue. Kita bikin keluarga besar besok, biar lo nggak kesepian lagi."

Sang gadis nampak linglung, dia menyipit tajam pada Nathan. "Kawin maksudnya?"

Cowok berkalung salib itu tergelak mendengar betapa lugasnya Senja bertanya. "Nikah, Ja. Mau?"

Perlahan senyum Senja mengembang. Gadis itu mengangguk cepat, "Kalau keluarga lo nggak kayak yang lo impikan. Keluarga impian lo bisa terwujud bareng gue."

Mata sang gadis mulai terpejam, Senja nampak terkantuk. "Nanti kalau kita nikah jangan perlakuin gue kayak ayah, ya?"

Dia menyandarkan kepalanya pada Nathan, kelelahan sekaligus kehabisan sisa kesadaran. "Kalau marah nggak boleh mukul---jangan banting barang. Jangan gitu, gue nggak suka."

"Senja benci laki-laki kasar kayak ayah." dia meracau lirih sebelum kedua manik hitam itu terpejam.

"Terima kasih sudah bertahan sampai hari ini. Lo kuat banget, Ja."

•••••

Hehe...

Maaf, sumpah sibuk banget aku. Nggak bohong, kayaknya ya.

Maaf dan makasih mau nunggu dan baca. Kalau masih ada typo tandain, nanti kalau ceritanya kelar aku revisi lagi. Okay?

Sayang kalian banyak-banyak.

#DanumSenja
#tbc

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Langit & Senja sweet. baby द्वारा

किशोर उपन्यास

2K 536 9
tentang renjana yang terukir Amerta dalam bait-bait aksara, kemudian menjadikannya prosa nan dikara. -tentang rasa hati yang terukir dalam bait-bait...
57K 2K 17
Bukan cerita horor ! Ini tentang Anna Tasyia yang dipertemukan dengan sosok fatamorgana bernama Lucanne lewat mata batin nya. Tanpa disadari benih-be...
4.2K 2.7K 36
"𝙺𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚂𝙼𝙰 𝚔𝚒𝚝𝚊 . 𝙳𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚞𝚊" 𝓐𝓵𝓫𝓲𝓪𝓷 𝓐𝓵𝓪𝓼𝓴𝓪𝓻 𝐓𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐠𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤...
1.5M 108K 46
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...