Diary Hijrah, ANTAGONIS

Von Inafiiiq

5.7K 819 372

"Dia istri saya gus, saya mohon carilah gadis lain selain dia. Saya tidak rela jika harus melepasnya," gumamn... Mehr

DHA Prolog❤
DHA 01❤
DHA 02❤
DHA 03❤
DHA 04❤
DHA 05❤
DHA 06❤
DHA 08❤
DHA 09❤
DHA 10❤
DHA 11❤
DHA 12❤
DHA 13❤
DHA 14❤
DHA 15❤
DHA 16❤
DHA 17❤
DHA 18❤
DHA 19❤
DHA 20❤
DHA 21❤
DHA 22❤
DHA 23❤
DHA 24❤
DHA 25❤
DHA 26❤

DHA 07❤

189 35 22
Von Inafiiiq

Sore ini, Angel meminta izin pada uminya untuk pergi ke panti. Setelah di izinkan, Angel pun segera memasuki kamarnya untuk mencari baju yang akan ia pakai. Meski tidak mengenakan hijab, tapi Angel berusaha agar terlihat lebih sopan di depan anak-anak panti.

Setelah selesai dengan acara rias merias diri, Angel pun segera berangkat menggunakan motor abinya yang tidak di pakai. Abi Rahman memiliki dua motor, namun yang satu memang jarang sekali ia pakai, dengan alasan lebih nyaman dengan motor biasanya.

"Masyaallah anak umi... udah mirip sama badut ancol kamu." Jannah mengelus dadanya sabar ketika melihat penampilan putri semata wayangnya.

Angel mengeryitkan keningnya, ia pun mengaca pada spion, Angel rasa tidak ada yang salah dengan wajahnya. Angel tadi juga hanya mengenakan sedikit bedak dan lips ice berwarna merah maroon agar bibirnya tidak terlalu pucat. Namun mengapa uminya menganggap dirinya badut? "Umi lagi muji Angel?"

Jannah berdecak, kemudian mendekat ke arah Angel. "Kamu ini, sejak kapan kamu bisa dandan kayak gini?!"

"Ayolah umi, Angel kan anak muda. Umi lihat lah perawan-perawan zaman sekarang, good locking semua! Umi mau Angel di bilang anak gembel karena nggak kayak mereka?" Bukannya menenangkan, perkataan Angel cukup membuat umi Jannah menatapnya tajam.

"Bersihin muka kamu dulu! Habis itu ganti pakaian kamu, pakai hijab juga. Sekali-kali Ngel, umi itu pengin kamu pakai hijab."

Angel terdiam. Susah-susah dirinya berdandan agar banyak yang memandang, uminya malah menghancurkan ekspektasinya. "Ck, umi ini gimana sih? Baju yang Angel pakai udah sopan. Nggak perlu pakai hijab segala."

Umi Jannah menggeleng mendengar ucapan putri semata wayangnya. "Kamu itu di bilangin masih aja ngeyel, kamu kesana mau lihat anak-anak panti berbuka puasa sunnahkan?" Angel mengangguk sebagai jawaban.

"Cepet ganti baju yang kamu bilang sopan itu, emangnya kamu nggak malu? Di sana anak kecil-kecil juga udah nyaman pakai hij---"

"Iya iya iya! Angel ganti pakaiannya!" Ketus Angel kemudian kembali memasuki rumahnya. Jannah hanya mampu menggelengkan kepala, putrinya memang sangat susah jika di suruh untuk berhijab. Padahal dirinya sudah ribuan kali mengingatkan, berapa banyak kalipun di ingatkan jika hidayah memang belum menemui kita, ya tidak akan bisa kita berubah secepat itu.

Setelah beberapa menit, Angel pun keluar dari rumahnya. Tampilan Angel kali ini membuat umi Jannah tersenyum simpul. Bagaimana tidak? Angel sudah mengganti pakaiannya. Emm ralatnya, Angel sudah menutupi kaos yang tadi ia pakai dengan kardigan rajut miliknya yang berwarna dusty. Tidak lupa, Angel pun mengganti celana levisnya dengan rok plisket berwarna hitam. Dan hijab pashmina yang menutupi mahkota indahnya, meski hijab tersebut belum sempurna menutupi dadanya, tapi tidak apa. Daripada tidak menggunakan hijab sama sekali.

"Udah nih! Hadeh, umi ini bikin Angel gagal aesthetic di depan orang-orang. Udah gitu panas lagi." Mulut Angel tidak berhenti mendumel dari tadi. "Lagian umi nggak tau fashion ya? Dandanan Angel tadi udah fashionnable banget, gara-gara umi nih, Angel nggak jadi--"

"Udah-udah, ini usah jam empat sore. Lebih baik kamu cepetan ke panti."

Angel pun mengangguk kemudian menyalimi tangan umi nya. "Hati-hati bawa motornya." Angel mengacungkan jempolnya.

Setelah menyalakan mesin, Angel pun melenggang pergi. Jannah tersenyum menatap kepergian putrinya, ibu satu anak tersebut berdoa, agar Angel mau untuk melakukan kewajiban seorang wanita, yaitu ... menutup auratnya.

Angel bersenandung lirih sembari fokus dengan jalan.  Jarak Panti asuhan milik abinya tidak terlalu jauh dari kediamannya. Angel menajamkam penglihatannya kala melihat dua remaja tengah berdebat di pinggir jalan. Dua remaja tersebut tidak lain adalah Kirana dan sahabatnya, Lili. Angel mengedikkan bahunya acuh, ia masa bodoh dengan kedua gadis tersebut. Terlebih pada Kirana, ia malas bertemu dengan kekasih dari pria yang di cintainya.

Tin!

"Izinnya enak banget, ngomongnya sakit. Padahal sehat wal'afiat. Hihh! Queen dramatis banget, najis!" Teriaknya ketika melewati dua remaja tersebut. Membuat Kirana menunduk dan terdiam. Angel mempercepat laju motornya kala bola mata Lili membesar seperti ingin memporak-porandakan dirinya.

Tidak membutuhkan waktu lama, Angel pun akhirnya sampai di panti asuhan Al-Qirthas. Suasana panti sedang sepi, karena jam segini adalah waktunya mereka mengaji. Dan sudah di pastikan juga jika Abi Rahman juga tengah mengajar mereka.

Angel pun melangkah kan kakinya ke dapur untuk membantu Mbak Laras yang sedang menyiapkan menu berbuka anak-anak. "Gue bantu ya?"

Mbak Laras tersenyum senang ke arah Angel. Meski terkenal antagonis, Angel selalu ramah padanya dan juga anak-anak. Meski tidak seperti ramahnya gadis lain, namun Mbak Laras memaklumi hal tersebut.

"Mbak Angel cantik banget pakai hijab," ungkap sarah membuat Angel menghentikan kegiatan memotong wortelnya.

"Lo nggak usah puji gue, gue malah ngerasa nggak nyaman pakai hijab."

Laras pun tersenyum. "Nggak papa, memang awal dari hijrah itu sulit mbak."

Angel mengerutkan keningnya. "Siapa yang lo maksud hijrah?"

"Mbak Angel lah."

Angel terdiam, kemudian berdehem. "Mohon maap nih ya, gue nggak lagi hijrah. Gue pakai beginian juga karena perintah dari umi."

Laras pun mengangguk paham, sudah paham betul tentang Angel. Jadi, sekasar dan seketus apapun nada bicara Angel padanya, dia tidak masalah.

"Ini wortelnya mau di masukin sekarang?" Tanya Angel.

"Nanti mbak, sebentar lagi."

"Oh yaudah, nanti lo aja yang masukin wortelnya, gue mau ke kamar anak-anak dulu. Gue udah kangen sama Arhan," pamit Angel kemudian melenggang pergi.

Arhan yang di maksud Angel bukan lah pria sebayanya. Arhan adalah balita berusia 5 tahun. Mendengar cerita Arhan dari abinya waktu itu, membuat Angel penasaran pada sosok balita berumur 3 tahun yang hendak di buang oleh ibu kandungnya sendiri. Melihat betapa malangnya wajah Arhan, membuat abi Rahman pun melarang wanita paruh baya tersebut melakukan tindakannya. Abi Rahman pun membawanya ke panti, dan mengatakan, jika wanita tersebut merindukan putranya, dia boleh menjenguknya di panti asuhan Al-Qirthas.

"Arhan."

Langkah Angel terhenti kala suara bariton di belakangnya sudah mendahuli dirinya yang hendak memanggil Arhan. Angel pun mengalihkan pandangannya ke arah pemilik suara tersebut.

"Ustad Keenan?" Gumam Angel heran. Bukan hanya Angel yang tengah mengerutkan keningnya, Keenan pun sama, hanya saja sedetik setelahnya Keenan mengalihkan wajahnya kala pandangan mereka tidak sengaja bertubrukan. Gadis di depannya tampak berbeda saat ini, bukan seperti Angel antagonis yang ia kenal. Terlihat lebih anggun mengenakan hijab.

"Lo kenapa di sini?" Tanya Angel ketus.

Keenan berdehem, baru saja terlihat anggun, eh kembali ke sifat aslinya. "Saya--"

"Kalian saling kenal?" Tanya abi Rahman membuat keduanya menoleh.

"Abi? Abi kenal ustad Keenan?" Abi Rahman pun mengangguk menanggapi pertanyaan putrinya.

"Ustad Keenan sudah mengajar di panti ini dari 6 hari yang lalu. Kamu mengenalnya dari mana Ngel?"

"Ustad Keenan itu guru agama di SMA Angel bi."

Yang menjadi topik pembahasan pun hanya tersenyum tipis.

"Ustad, Arhan mau setoran surah pendek," ujar Arhan membuat Keenan tersenyum.

"Ya sudah, abi mau beli es kelapa muda dulu buat anak-anak. Jaga Arhan ya Nan, Ngel."

Angel dan Keenan pun mengangguk secara bersamaan. Arhan mendekat ke arah Keenan dan duduk di depan pria tersebut. Ia menyerahkan kartu setorannya pada Keenan, kemudian mulai membaca surah Al-Insyirah. Bocah seusia Arhan memang sedang mudah-mudahnya menangkap. Maka dari itu, Keenan membujuk Arhan untuk setoran seperti anak panti lainnya. Minimal mendapat hafalan sampai surah An-Naba.

Angel menatap keduanya sembari tersenyum, kemudian setelahnya ia menggelengkan kepala nya. Bagaimana pun, Keenan adalah pria yang ia benci. Pria yang menurut pandangannya tidak lain hanyalah pria pengemis simpati saja.

"Shodaqallahul 'adziim..."

"Alhamdulillah, nambah dua surah. Besok surah Al-Lail ya? Jangan lupa makhorijul hurufnya di benerin lagi ya sayang?" Arhan pun mengangguk mantap. Setelah itu, berlari ke arah Angel sembari merentangkan kedua tangannya.

Angel pun mendekap Arhan ke dalam pelukannya, kemudian mencium pipi gembul bocah tersebut. "Arhan makin pinter ya? Jadi nambah sayang..." ujar Angel sembari menekan-nekan pipi gembul Arhan.

"Mbak Angel pacaran ya sama ustadnya Arhan?" Pertanyaan Arhan membuat keduanya saling memandang dalam diam.

"Arhan di ajarin siapa pacar-pacar? Nggak boleh. Pacaran itu dosa, nanti allah marah." Ucapan Keenan di angguki oleh Angel.

"Kita itu musuh, gue benci dia, dan dia pun nggak tau." Ucapan Angel mampu membuat Keenan menatapnya malas. Keenan sadar diri jika Angel membencinya, namun tidaklah baik jika Angel mengumbarnya di depan bocah cilik seperti Arhan. Hal tersebut dapat mempengaruhi fikiran Arhan.

"Arhan kira kalian pacaran, soalnya kata mbak siti kalo orang besar cowok cewek itu berarti pacaran," jawab Arhan membuat Angel terkekeh.

"Kamu ini ada-ada saja."

"Kamu ini ada-ada saja."

Angel memandang Keenan dengan tatapan tidak suka, bisa-bisanya pria itu meng-copy perkataannya. Berbeda dengan Keenan yang langsung mengalihkan pandangan. Pria tersebut tersenyum sangat tipis, benar-benar tipis, hingga tidak ada yang bisa menyadari jika dirinya tengah tersenyum.

"Ustad kalo mau senyum nggak usah di tahan, malu ya sama mbak Angel?"

🌼🌼🌼

Raga. Pria itu menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan berkecamuk. Mengapa bayangan Angel selalu menghantui pikirannya? Sial! Rasa bersalah selalu hinggap dalam benaknya.

"Maafin gue Ngel, gue nggak bisa balas perasaan lo," lirihnya.

Sekelibat bayang kenyataan itu membuatnya kembali tersenyum kecut.
"Umi Jannah aja tau kenyataan itu Ngel, maafin gue."

Sudut matanya sedikit mengeluarkan cairan bening, namun segera ia usap. Kala suara notifikasi membuatnya mengalihkan pandangan pada benda pipih tersebut.

Trio 'R'👑
________________

Rio: Hay!

KembaranRezaRahardian: Lo kok kyk cwk io!

Rio: Najis! Sok cool kan lo?

KembaranRezaRahardian: Iriiiiii? BILANG UN!

Rio: Apa tuh UN?

Anda: Ujian Nasional

Rio: Eh Sadboy nongol😍

KembaranRezaRahardian: NAJIS!

Anda: 2in

Rio: Untung ganteng, jadi sabar🤗

KembaranRezaRahardian: Muka kek UN aja bangga!

Rio: UN apa sih Za? Jangan buat gue nambah ganteng ngapa.

KembaranRezaRahardian: Fir'aUN!

Anda: Smph gue bngek!

KembaranRezaRahardian: 2in Ga!

Rio: Gue gpp

KembaranRezaRahardian: Gak nanya!

Rio: Kalian Jahhhaaattt!

Anda: Bdo!

Rio: Gue mau gebet Angel ya Ga, salah sapa lo sia²in.

KembaranRezaRahardian: Dih PD! Angel mana mau sama biji ketapang kyk lo!

Rio: Gak ada slh nya berusaha. Ye kan?

Anda: Angel mau sma lo?

KembaranRezaRahardian: 😂 gue salut sama lo!

Rio: Ternistakan mulu gue🙂









Spam Next untuk bagian selanjutnya!❤


Weiterlesen

Das wird dir gefallen

2.6M 127K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
My Sexy Neighbor Von F.R

Jugendliteratur

707K 9.6K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
540K 26.4K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...